Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu sisi kelebihan Orde Reformasi
dibandingkan Orde Baru, ialah banyak melakukan pembaruan hukum, antara lain
hukum pidana korupsi. Hukum pidana merupakan salah satu hukum yang ada di
Indonesia, selain hukum pidana ada juga hukum perdata, hukum administrasi
negara, hukum ketatanegaraan, hukum internasional dan lain-lain.
Hukum pidana mengacu pada kitab undang-undang hukum pidana atau
sering disebut dengan KUH Pidana, dimana KUH Pidana ini tidak akan terus
mengalami perubahan seiring perubahan zaman, maka ada istilah pidana khusus
dapat diartikan sebagai perbuatan pidana yang ditentukan dalam perundangan
tertentu di luar KUH Pidana.
Salah satu contoh pidana khusus adalah tindak pidana korupsi, dimana
pada zaman orde reformasi mengalami perbaruan. Dalam memberantas korupsi
selain telah diadakan pembaruan sumber pokok hukum pidana korpsi, UU Nomor
31/1999 diubah dengan UU Nomor 20/2001 yang meggantikan UU Nomor
3/1971.1
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.korupsi di indonesia
dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit sosial) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara
yang sangat besar.

1
Adami Chazawi, Hukum Pidana Kosupsi di Indonesia, ( Malang : PT Rajagrafindo Persada,
2016 ) Hal. V

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukuman pidana dan macam-macam hukum pidana?
2. Apa pengertian tindak pidana khusus?
3. Apa pengertian korupsi ?
4. Apa dasar hukum tindak pidana korupsi?
5. Bagaimana solusi untuk memberantas tindak pidana korupsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum pidana dan macam-macam
hukum pidana.
2. Mengetahui pengertian tindak pidana khusus.
3. Mengetahui pengertian korupsi.
4. Mengetahui dasar hukum tinda pidana korupsi.
5. Memahami tentang solusi pemberantasan tindak pidana korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Pidana


Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang kejahatan.
Untuk mempelajari hukum pidana ada ilmu hukum pidana yang mempelajari
tentang hukum kejahatan. Objek ilmu hukum pidana adalah aturan-aturan hukum
yang mengenai kejahatan atau bertalian dengan pidana. Tujuannya adalah agar
dapat dimengerti dan mempergunkan dengan sebaik-baiknya serta seadil-adilnya.
Selain ada ilmu hukum pidana ada juga ilmu yang mempelajari
kejahatannya itu sendiri, yaitu kriminologi. Objek dari kriminologi adalah orang
yang melakukan kejahatan dan tujuannya adalah agar menjadi mengerti apa
sebabnya orang tersebut melakukan kejahatan.
Istilah Pidana berasal dari bahasa hindu jawa yang artinya Hukuman,
nestapa atau sedih hati, dalam bahasa belanda disebut straf. Dipidana artinya
dihukum, kepidanan artinya segala sesuatu yang bersifat tidak baik, jahat;
pemidanaan artinya penghukuman. Jadi Hukum Pidana sebagai terjemahan dari
bahasa belanda strafrecht adalah semua aturan yang mempunyai perintah dan
larangan yang memakai sanksi (ancaman) hukuman bagi mereka yang
melanggarnya.2
Perbuatan yang dapat dipidanakan hanya perbutana yang telah dilarang
dan diatur dalam perundang-undangan, sesuai dengan asas legalitas yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP “tidak ada perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana, jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-
undangan”. Sehingga seorang hakim yang mengurus masalah tindak pidana tidak
bisa memidanakan perbuatan yang belum tercantum didalam undang-undang.
Ada beberapa macam hukum pidana, yaitu :
1. Hukum Pidana Umum
Disebut hukum pidana umum, karena berlaku untuk umum, sering disebut
dengan istilah “Hukum Pidana Sipil”. Berlaku umum sebab di samping
berlaku untuk orang-orang sipil, juga berlaku untuk para militer, meskipun
2
Bacew On, Artikel Hukum Pidana, http://hukum2016.blogspot.co.id/2016/02/artikel-hukum-
pidana-bab-i-pendahuluan-a.html, 2016, 20 Desember 2017

3
bagi mereka berlaku hukum pidana militer, hal mana ternyanta dalam
pasal 1, 2 dan 3 KUHP militer.3
2. Hukum Pidana Militer
Merupakan aturan hukum pidana khsus sebab hukum pidana ini hanya
berlaku khusus bagi anggota-anggota Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia ( ABRI ).4
3. Hukum Pidana Fiskal.
Berupa aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan pidana ynag tersebut dalam
per-undang-undangan mengenai penghasilan dan persewaan negara.
Hukum pidana fiskal ini mempunyai cara atau sistem tersendiri yang
berlainan dengan hukum pidana umum.5

B. Pengertian Tindak Pidana Khusus


Tidak ada pendefinisian Tindak Pidana Khusus secara baku. Akan tetapi,
berdasarkan memori penjelasan dari pasal 103 KUHP, istilah “Pidana Khsus”
dapat diartikan sebagai perbuatan pidana yang ditentukan dalam perundang-
undangan tertentu di luar KUHP.
Apa yang tercantum dalam KUH Pidana pasti tidak dapat mengkuti
perkembangan zaman. Selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak disebut oleh
KUH Pidana sebagai suatu perbuatan yang merugikan masyarakat dan melawan
hukum, maka penguasa/pemerintah dapat mengeluarkan suatu peraturan atau
undang-undang yang menyatkan bahwa suatu perbuatan menjadi tindak pidana.
Berhubungan tindak pidana tersebut tidak berada dalam KUH Pidanda, maka
disebut Tindak Pidana di luar KUH Pidana.6
Tindak pidana khusus sebagai tindak pidana yang diatur tersendiri dalam
undang-undang khusus, yang memberikan peraturan khusus tentang cara
penyidikannya, tuntutannya, pemeriksaannya, maupun sanksinya yang
menyimpang dari ketentuan yang dimuat dalam KUHP.7

3
Hartono Hadisoeparto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, ( Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,
2011 ) Hal.144
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Azizi Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, ( Jakarta, Sinar Grafika, 2016 ) Hal.13
7
Ibid.

4
C. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa latin yakni corruption
atau corruptus yang disalin ke berbagai bahasa. Misalnya disalin kebahasa Inggris
menjadi corruption atau corrupt dalam bahasa Prancis menjadi corruption dan
dalam bahasa Belanda disalin menjadi istilah coruptie (korruptie). Agaknya dari
bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Coruptie yang
juga disalin menjadi corruption dalam bahasa Belanda itu mengandung arti
perbuatan korup, penyuapan.8
Istilah korupsi dalam perundang-undangan di Indonesia baru dikenal kali
pertama dalam Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angakatan Darat
tanggal 16 April 1958 No. Prt/Peperu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958) yang
diberlakukan pula bagi penduduk dalam wilayah kekuasaan angkatan laut melalui
Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Prt/Z.1/I/7 tanggal 17 April
1958. Peraturan ini memuat peraturan perundang-undangan mengenai korupsi
yang pertama kali di Indonesia. Peraturan perundang-undangan pada zaman
Hindia Belanda termasuk WvS Hindia Belanda (KUHP kita sekarang) juga
dijumpai istilah korupsi (coruptie ataucorruptien). Dalam peraturan penguasa
perang tersebut tidak dijelaskan mengenai pengertian istilah korupsi, tetapi hanya
dibedakan menjadi korupsi pidana dan korupsi lainnya.9
Perbuatan korupsi sering terjadi dikalangan para pejabat baik itu pejabat
tinggi yang berada di pemerintahan pusat atau pejabat yang berada di
pemerintahan daerah, bahkan tidak menutup kemungkinan perbuatan korupsi
dilakuka oleh pejabat yang paling bawah jabatannya sekalipun, seperti ketua RT
atau ketua RW.
Namun sekarang ini tindakan korupsi sering terjadi dikalangan pejabat
yang berada di pemerintahan pusat, seperti yang sekarang masih melakukan
proses persidangan dan telah dinyatak sebagai tersangka, karena ajuan pra
peradilan kedua ditolak oleh hakim, yaitu kasus E-KTP dimana tersanggkanya
adalah ketua DPR Republik Indonesia yaitu Setya Novanto.

8
Adami Chazawi, opcit. Hal.1
9
Ibid.

5
Walaupun pelakunya adalah pejabat tinggi tapi dalam tindakan korupsi
tidak dikenal yang namanya hak imunitas, dimana setiap pelaku harus selalu
mngikuti tahapan persidangan.
Bukan dengan melakukan manuver dengan menyatakan bahwa Setya
Novanto memiliki hak imunitas sebagai anggota DPR. Sebab, tidak berlaku hak
imunitas tersebut jikalau anggota dewan melakukan korupsi.10
Di dalam Konvensi PBB menentang Korupsi, 2003 (United National
Convention Againts Corruption 2003 (UNCAC), yang telah diratifikasi
Pemerintahan Republik Indonesia dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006,
ada beberapa pebuatan yang dikategorikan korupsi, yaitu sebagai berikut :
a. Penyuapan, janji, tawaran, atau pemberian kepada pejabat publik atau
swasta, permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau swasta
atau internasional, secara langsung atau tidak langsung, manfaat yang
tidak semestinya untuk pejabat itu bertindak atau berhenti bertindak
dalam pelaksanaan tugas-tugas resmi mereka untuk memperoleh
keuntungan dari tindakan tersebut.
b. Penggelapan, penyalahgunaan atau penyimpangan lain oleh pejabat
publik/swasta/internasional.
c. Memperkaya diri sendiri dengan tidak sah.11

D. Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi


Setiap perbuatan bisa dipidanakan apabila telah diatur dalam dalam
perundang-undangan, atau perbuatan yang telah memiliki dasar hukumnya. Tidak
semua perbuatan dapat dipidanakan, karena di Indonesia ada asas legalitas.
Korupsi merupakan perbuatan yang dapat dipidanakan karana ada
peraturan tentang perbuatan korupsi, atau tindakan korupsi mempunyai dasar
hukumnya, sehingga jika seseorang melakukan tindakan korupsi maka orang
tersebut dapat dipidanakan. Dan tindak pidana korupsi berdiri sendiri dan dimuat
dalam pasal-pasal UU No. 31/1999 yang diubah dengan UU No. 20/2001 (UU
TPK).

10
Kuswandi, 2017, Guru Besar UIN : Harusnya Setya Novanto Malu dan Mengundurkan Diri,
Jawa Pos
11
Azizi Syamsuddin, opcit. Hal.138

6
Ada beberapa dasar hukum atau peraturan mengenai tindak pidana
korupsi, diantaranya :
 Tindak pidana korupsi dengan memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korporasi yang dirumuskan dalam pasal 2 :
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling sedikit 4 (empat) tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat
dijatuhkan.12
 Tindak pidana korupsi dengan menyalahgunakan kewenangan
kesempatan, sarana jabatan, atau kedudukan diatur dalam pasal 3
berasal dari rumusan Pasal 1 ayat (1) sub b UU No. 3/1971. Dimana
pasal 3 rumusannya sebagai berikut :
“setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 20 tahun atau
denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratur juta rupiah).”13
 Tindak pidana korupsi penyuapan dengan memberikan atau
menjanjikan sesuatu diatur dalam pasal 5 dengan rumusan
selengkapnya :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit

12
Adami Chazawi, opcit. Hal.25-26

13
Ibid. Hal. 59

7
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang
yang :
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai
negeri tersebut berbuat baik atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan dengan
kewajiban; atau
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau huruf b dipidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).14
 Korupsi pegawai negeri menggelapkan uang dan surat berharga diatur
dalam pasal 8 rumusan Pasal 8 ini diadopsi dari Pasal 415 KUHP
merupakan salah satu kejahatan jabatan yang sebelumnya telah ditarik
menjadi tindak pidana korupsi oleh UU Nomor 3/1971. Palas 8
rumusan selengkapnya :
 “Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sediikit
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus-menerus atau sementara waktu sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut”.15
14
Ibid. Hal .75
15
Ibid. Hal. 118

8
 Tindak pidana korupsi pegawai negeri memalsu buku-buku dan daftar-
daftar diatur dalam Pasal 9 yang dirumuskan sebagai berikut.
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu
jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu
dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus
untuk pemeriksaan administrasi”.16

E. Solusi Pemberantasan Korupsi


Tindak pidana korpsi merupakan salah satu kejahatan yang masih sangat
sulit untuk dicegah, karena orang-orang yang melakukannya pun bukan
sembarang orang. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah terjadi korupsi
namun belum ada pemimpin di Indonesia yang bisa memberantas atau mencegah
terjadinya tindak pidana korupsi.
Selain hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi yang dilihat oleh
sebagian masyarakat masih minim serta tidak membuat efek jera, dan begitu
banyak juga celah unuk melakukan tindak pidana korupsi, sebab utamnya karena
kecerdasan tidak dibarengi dengan akhlak atau attitude yang baik.
Korupsi sendir merupakan tindakan khusus pidana dimana tindakan ini
diatur di luar KUH Pidana. Sehingga korupsi merupakan tindak pidana khusus.
Sudah banyak usaha pemerintah yang dilakukan untuk memberantas
korupsi, salah satunya dengan berdirinyaa KPK ( Komisi Pemberantas Korupsi )
KPK dibentuk pada Desember 2003 berdasarkan UU Nomor 30 Tahun
2002 tentang KPK. KPK dijuluki oleh kalangan hukum sebagai lembaga super
(suoerbody) karena wewenang yang dimilikinya luar biasa besar untuk
menyelidiki, menyidik dan menuntut setiap orangm pegawai negeri,
penyelenggara negara, dan bahkan korporasi yang diduga telah melakukan tindak

16
Ibid. Hal. 137

9
pidana korupsi, sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan/perekonomian
negara.17
Di antara wewenang KPK adalah melakukan koordinasi dan supervise
penegak hukum dalam penanganan tindak pidana korupsi, melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhapad tindak pidana korupsi,
melakukan berbagai cara upaya pencegahan tindak pidana korupsi, melakukan
monitor terhadap para penyelenggara negara ( Pasal 6 butir b, c, d, dan e UU
Nomor 30 Tahun 2002).18
KPK telah berhasil memecahkan berbagai kasus tindak pidana korupsi dan
menuntuk tindak pidana korupsi.
Diantara tindak pidana korupsi yang telah dipecahkan oleh KPK adalah
Kasus yang menimpa bekas kepala korps lalu lintas Polri ini banyak dikutip
setelah calon Kapolri Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka. Serupa dengan
Gunawan, Djoko Susilo yang terjerembab lantaran kasus korupsi dalam proyek
simulator ujian surat izin mengemudi itu sempat melawan KPK yang kemudian
memicu perang Cicak versus Buaya jilid pertama. Namun begitu, Irjen Djoko
Susilo dijebloskan ke penjara selama 18 tahun oleh Tipikor.19
Dan kasus Urip Tri Gunawan, bekas orang kuat di Kejaksaan Agung,
tertangkap tangan oleh KPK saat menerima duit 610.000 dolar AS dari Arthalita
Suryani di rumah obligor BLBI Syamsul Nursalim. Urip divonis 20 tahun penjara.
Sedangkan Arthalita mendapat vonis 5 tahun penjara. Saat ditangkap, Urip masih
aktif sebagai jaksa untuk kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.20
Walaupun banyak kasus yang telah ditangkap oleh KPK tidak menjadikan
halangan bagi pelaku tindak korupsi untuk terus melakukan kejahatan itu, bahakan
semakin lama kasus tindak korupsi semakin besar dan sulit untuk diselesaikan.
Seharusnya hukuman bagi pelaku tindak korupsi harus ditingkatkan lagi,
sehingga bukan hanya dipenjara lalu keluar lagi dan melakukan tindakan yang
sama, tapi memberikan hukuman pidana seumur hidup akan menjadi solusi lain
dalam memberantas korupsi, dan memberikan arahan atau rehabilitasi kepada
17
Azizi Syamsuddin, opcit. Hal. 192
18
Ibid.
19
Rizki Nugraha, Daftar Tangkapan Tebesar KPK, http://www.dw.com/id/daftar-tangkapan-
terbesar-kpk/a-18214980, 2015, 20 Januari 2017
20
Rizki Nugraha, Daftar Tangkapan Tebesar KPK, http://www.dw.com/id/daftar-tangkapan-
terbesar-kpk/a-18214980, 2015, 20 Januari 2017

10
pelaku tindak korupsi selama ada dalam masa tahanan jika tidak dilakukan
hukuman pidana seumur hidup.
Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya untuk
memberantas korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui proses pendidikan.
Proses pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jenis yaitu pendidikan
formal, informal, dan non formal. Melalui proses edukasi, masyarakat diberikan
pendidikan anti korupsi sejak dini agar masyarakat sadar betul akan bahaya
korupsi bagi negara-negara khususnya negara Indonesia.
Selain itu, melalui edukasi yang diberikan oleh pemerintah, peranan
mahasiswa dalam pemberantasan korupsi juga dapat dimaksimalkan sehingga
para mahasiswa ini dapat memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya
maupun bagi masyarakat umum terhadap cara pemberantasan korupsi dari dalam
diri masing-masing. Upaya edukasi yang dilakukan oleh pemerintah juga
termasuk sebagai upaya membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk
memberantas pertumbuhan budaya korupsi yang dapat merugikan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Solusi lain selain didirikannya KPK bisa dengan mengadakana pendidikan
moral dan akhlak dulu kepada setiap orang yang akan menjabat. Dan menjadikan
sumpah jabatan bukan hanya sebagai seremonial saja, seolah-olah sumpah jabatan
tidak ada efeknya. Padahal sumpah merupakan suatu kesaksian bahwa pejabat itu
sanggup menjalankan amanah yang telah ia dapatkan dengan ikhlas, jujur, dan
tanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

11
A. Simpulan
Korupsi merupakan tindak pidana khusus yang diatur di luar KUH Pidana,
korupsi merupakan perbuatan kejahatan yang pelakunya bisa dipidanakan karena
ada dasar hukum yang mengatur tentang tindak pidana korupsi yang tercantum
dalam pasal-pasal UU No. 31/1999 yang diubah dengan UU No. 20/2001 (UU
TPK).
KPK menjadi solusi utama untuk saat ini dalam pemberantasan korupsi,
KPK sendiri menjadi lembaga yang super dengan segala kewenangan yang
dimiliki oleh KPK sehingg kalangan hukum menyebutnya superbody. Namun
selain itu juga yang terpenting dalam penangana atau pencegahan tindak korupsi
dengan memilih pemimpin dan pejabat yang cerdas serta diiringi denga akhlak ata
attitude yang baik.
B. Saran
Haruslah lebih banyak mengkaji masalah-masalah yang bersangkutan
dengan tindak pidana korupsi, sehingga pembaca juga bisa memberikan solusi
untuk memberantas korupsi di nagara Indonesia ini.
Bagi para pembaca juga jangan pernah puas dengan membaca makalah ini
karena kita akan buta jika tidak membaca. Membaca juga menjadi salah satu
solusi untuk memberantas tindak korupsi. Membaca adalah melawan.

12

Anda mungkin juga menyukai