NIM : 20170610133
Mata Kuliah/Kelas : Praktikum Hukum Acara Mahkam Konstitusi/D
s
UJI KOMPETENSI I (SKLN)
1. Pihak Termohon dan Pihak Pemohon
Pihak Termohon :
DPD RI Periode April 2017- September 2019, yang diwakili oleh :
Ousman Sapta ( Ketua DPD RI Periode April 2017 – September 2019),
Nono Sampomo ( Wakil Ketua I DPD RI Periode April 2017 – September 2019)
Darmayati Lubis ( Wakil Ketua II DPD RI Periode April 2017 – September 2019).
Pihak Pemohon :
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ( DPD RI) Periode 2014-2019, yang
diwakili oleh :
Gusti Kanjeng Ratu Hemas ( Wakil Ketua DPD RI Periode 2014-2019)
Prof. Dr. Farouk Muhammad ( Wakil Ketua DPD RI Periode 2014-2019)
Hj. Nurmawati Dewi Bantilan, S.E ( Anggota DPD RI Periode 2014-2019).
2. Legal Standing para pihak (Subjectum litis)
a. Pemohon
Dalam surat permohonan ini untuk Pemohon dan Termohon sudah sesuai dengan
Pasal 61 ayat (1) UU MK , Yaitu Pemohon adalah lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan langsung oleh Undang Undang Dasar 1945 yang mempunyai kepentingan
langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan, dan juga dipertegas lagi dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08/PMK/206 tentang pedoman Beracara Dalam
Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara, dalam Pasal 2 ayat (1), disana
menyebutkan bahwa salah satu Lembaga Negara yang dapat menjadi Pemohon atau
Termohon adalah Dewan Perwakilan Daerah DPD. Oleh karena itu dalam surat
permohonan yang menjadi objek analisis ini bahwa legal standing Pemohon sudah
terpenuhi, yaitu yang menjadi Pemohon adalah Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia ( DPD RI) Periode 2014-2019 yang dihasilkan dari proses konstitusional
berdasaran hasil pemilihan umum 2014.
b. Termohon
Termohan dalam surat permohonan ini adalah Lemabaga DPD RI Periode April
2017 – September 2019 berdasarkan rapat tanggal 4 April yang menghasilkan Pimpinan
DPD RI Periode April 2017 – September 2019, dimana Termohon adalah Lembaga Negara
yang kewenangnnya diberikan oleh UUD 1945, dimana ini sudah dianggap bisa memenuhi
syarat subjectum litis dalam sengketa lembaga negara sesuai dengan Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 08/PMK/206 tentang pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan
Konstitusional Lembaga Negara, dalam Pasal 2 ayat (1), disana menyebutkan bahwa salah
satu Lembaga Negara yang dapat menjadi Pemohon atau Termohon adalah Dewan
Perwakilan Daerah DPD.
3. Objectum litis
Dalam surat permohonan ini yang menjadi objectum litis atau objek permasalahnya
adalah bahwa Adanya kewenangan lembaga negara (adalah Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia ( DPD RI) Periode 2014-2019 ) yang kewenangannya diperoleh dari
konstitusi atau UUD yang dijalankan oleh lembaga negara lainnya (DPD RI Periode April
2017 – September 2019).
4. Pokok-Pokok Permohonan, meliputi:
a. Alasan permohonan
Dalam Surat Permhonan ini yang menjadi alasan permohonan adalah menyebutkan
bawaha telah terjadi sengketa kewenangan lembaga negara karena keberadaan Termohon
telah mengambil dan/atau merugikan kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan
oleh UUD 1945 sejak 4 April 2017 hingga saat surat pemhohonan itu diajukan
b. Kewenangan yang dipersengketakan
Kewnangan yang bersengketakan oleh Pemohon dan Termohon adalah kewenangan
yang diatur dalam UUD 1945 yaitu Pasal 22C ayat (3), Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2), Pasal
23E ayat (2), Pasal 23F ayat 1 yang mana kewenangan ini telah dianggap oleh Pemohon
telah diambil atau dirugikan oleh Termohon sejak 4 April 2017 hingga saat surat
permohonan ini diajukan.
5. Petitum
Dalam Putusan Sela
1) Mengabulkan Permohonan putusan sela Pemohon
2) Memerintahkan kepada Termohon untuk menghentukan sementara pelaksanaan
tindakan baik tindakan nyata maupun tindakan terkait tugas, fungsi dan kewenangan
selaku Pimpinan DPD sampai adanya putsan Mahkamah Konstitusi yang
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam perkara yang a quo.
Dalam Pokok Perkara
1) Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya
2) Menyatakan Pemoho mempunyai kewenangan konstitusional untuk
menjalankan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang
diatur di dalam Pasal 22C ayat (3), Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2), Pasal 23E ayat
(2), dan Pasal 23F ayat 1 UUD 1945.
3) Menyatakan sah Pemohon atas nama Gusti Kanheng Raty Hemas dan Prof. Dr.
Farouk Muhammad sebagai Pimpinan DPD RI Periode 2014-2015
4) Memulihkan hak-hak Pemohon baik selaku Pimpinan ataupun Anggota dalam
kedudukan dan harkat martabatnya dalam keadaan seperti semula
5) Menyatakan Termohon tidak mempunyai kewenangan konstitusional untuk
menjalankan kewenangan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia yang diatur di dalam Pasal 22C ayat (3), Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2),
Pasal 23E ayat (2), dan Pasal 23F ayat 1 UUD 1945.
6) Menyatakan tidak sah dan batal demi hukum Termohon atas nama Oesman
Sapta, Nono Sampono, dan Darmayanti Lubis sebagai Pimpinan Periode April
2017-September 2019
7) Memerintahkan Termohon agar mengembalikan kepada Negara segala hak-hak
keuangan, protokoler dan fasilitas penunjang lainnya yang pernah diperoleh
selama menjadi Pimpinan DPD
8) Memerintahkan Pemohon atas nama Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Prof. Dr.
Farouk Muhammad untuk melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sebagai
Pimpinan DPD RI berdasarkan Keputusan DPD No.. 02/DPD RI/I/2014-2015
tentang Pimpinan DPD RI Thun 2014=2019 tertanggal 2 Oktober 2014
9) Memerintahkan Pemohon atas nama Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Prof. Dr.
Farouk Muhammad untuk mengambil tindakan nyata dan tindakan hukum yang
dianggap perlu terkait pemmulihan pelaksanaan kewenangan konstitusional
DPD
10) Memuat Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Nama : Riki Ali Nurdin
NIM : 20170610133
Mata Kuliah/Kelas : Praktikum Hukum Acara Mahkam Konstitusi/D
s
UJI KOMPETENSI II (PHPU)
1. Pihak Termohon dan Pihak Pemohon
Pihak Termohon
Pihak Termohonnya adalah Komisi Pemilihan Umum
Pihak Pemohon
Mohamad Sohibul Iman yang merupakan Presiden Partai Keadilan Sejahtra dan
Mustafa Kamal yang merupakan Sekertaris Jendral Partai Keadilan Sejahtra. Kedua
nya bertindak untuk dan atas nama Partai Keadilan Sejahtera dan calon anggota DPRD
Kota Metro Daerah Pemilihan 4. Yang mana keduanya dalam beracara di MK
menunjuk beberapa advokat yang telah diberikan surat kuasa khusus tertanggal 21 Mei
2019 Para Advokat tergabung dalam Tim Hukum dan Advokasi Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
Tahun 2019 Partai Keadilan Sejahtera.
2. Legal Standing para pihak (Subjectum litis)
Dalam Penyelesaian Hasil Pemilihan Umum (PHPU) ada beberapa pihak yang dapat
mengajukan permohonan yaitu :
Untuk PHPU DPD yang berhak mengajukan adalah Perorangan WNI calon anggota
DPD
Untuk PHPU DPR/DPRD yang berhak mengajuan permohonan adalah Partai Politik
Peserta Pemilu
Untuk PHPU Presiden/Wakil Presiden yang berhak mengajukan adalah Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden
Untuk PHPU Kepala Daerah yang berhak mengajukan permohonan adalah
Pasangan calon kepala daerah
Dalam PHPU yang menjadi obyek analisis sekarang adalah mengenai PHPU DPRD ini
Para Pemohon memiliki legal standing berdasarkan ketentuan berikut :
Dalam Pasal 74 ayat (1) huruf C UU MK, Pemohon adalah partai politik pemilihan
umum dan berdasarkan Pasal 74 ayat (2) UU MK, permohonan hanya dapat
diajukan terhadap penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional
oleh Komisi Pemilihan Umum
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Tata
Beracara Penyelesaian Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Selanjutnya disebut
PMK 2/2018, Pemohon dalam perkarat PHPU anggota DPR dan DPRD adalah Patai
Politik peserta pemilu perseorangan calon anggota untuk pengisian keanggotaan
DPR dan DPRD
Dari dua dasar hukum diatas Pemohon sudah memenuhi syarat dalam Legal standing Para
Pihak (Subyectum Litis) di pertegas lagi dengan keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 59/PL.011- Kpt/03/KPU/II/2018 tentang penetapan Nomor Urut Partai Poltik
Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2019
nomor urut 8, yang mana ketentuan ini menyebutkan bahwa Pemohon adalah Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2019. Sehingga semakin tegas bahwa Para Pemohon sudah
memenuhi syarat Subyectum litis untuk mengajukan permohonan pembatalan Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 987/PL.01.8-Kpt/06/KPU/V/2019 Tentang Penetapan
hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota secara Nasional Dalam Peimilihan Umum Tahun 2019 tanggal 21 Mei
2019 Pukul 01.46
3. Tenggang waktu pengajuan permohonan
Untuk mengajukan permohonan Penyelesaian Hasil Pemilihan Umum paling lama
Permohonan diajukan dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak diumumkan penetapannya
secara nasional oleh KPU, sebagaimana diatur dalam beberapa ketentuan :
Pasal 74 ayat (3) UU MK, Pasal 474 ayat 2 UU Pemilu dan Pasal 6 ayat 1 PMK
2/2018 permohonan diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 x 24 jam sejak
diumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan umum anggota DPR dan
DPRD secara nasional oleh KPU
Pasal 8 ayat (1) PMK 2/2017 permohonan dapat diajukan melalui permohonan
daring (online) paling lama 3 x 24 jam sejak diumumkan penetapan perolehan suara
hasil pemilihan umum anggota DPR dan DPRD secara nasional oleh KPU (jika
melalui permohonan online)
Dalam Permohonan ini, Pemohon mengajukan permohonannya pada tanggal 23 Mei 2019
pukul 20.00 WIB, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan Keputusan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 987/PL.01.8-Kpt/06/KPU/V/2019 Tentang
Penetapan hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional Dalam Peimilihan Umum Tahun 2019
pada hari Selasa tanggal 21 Mei 2019 Pukul 01.46.
Sehingga permohonan ini diajukan masih dalam jangka waktu 3 x 24 jam, dan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal74 ayat (3) UU MK dan Pasal 8 ayat (1)
PMK2/2017
4. Pokok-Pokok Permohonan
Pokok Permohonan dalam permohonan ini adalah tentang perolehan hasil suara pemohon
yang dianggap ada kesalahan. Sehingga Pemohan mengajukan permohonan PHPU, berikut
merupakan uraian pokok-pokok permohonan :
Bahwa perolehan suara Pemohon yang benar untuk pengisian keanggotaan DPRD Kota
Metro Daerah Pemilihan 4 Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
PROVINSI LAMPUNG
Tabel 1
5) Bahwa kejadian tersebut melanggar ketentuan Pasal 11 jo. Pasal 16 jo. Pasal 17-21
PKPU NO. 4/2019 yang pada intinya mengatir bahwa yang bertugas melakukan
rekapitulasi hanya petugas PPK dibantu oleh pertugas PPS
8) Bahwa berdasarkan pasal 22 PKPU NO. 4 Tahun 2019 tentang Rekapitulasi hasil
Perhitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan Umum maka dalam hal terdapat
keberatan saksi atau Panwas Kecamatan, seharusnya yang dilakukan PPK adalah
menjelaskan prosedur dan atau mencocokan selisish rekapitulasi hasil perhitungan
perolehan suara dengan formulir Model C1. Plano- DPRD Kab.Kota, bukan
dengan membuka kotak suara dan melakukan perhitungan ulang surat suara.
9) Bahwa atas kejadian di TPS 9 Kelurahan Rejomulyo Kecamatam Metrro Selatan,
Saksi PKS mengajukan keberatan atas dilakukan perhitungan ulang surat suara di
TPS 9 tersebut karena hal tersebut melanggar prosedur dalam pasal pasal 22 PKPU
No. 4 Tahun 2019 (Vide Bukti P-4)
10) Bahwa apabila Majelis Hakim Kosntitusi mengabulkan dalil-dalil yang pemohon
sampaika terkait dengan permasalahan di TPS 2 Kelurahan Margorejo dan TPS 9
Keluarahan Rejomulyo dengan mengembalikan perhitungan suara seperti semula
sebelum dilakukan pembukaan kotak suara dan perhitungan suara ulang maka kursi
DPRD Kota tersebut menjadi milik PKS sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Termohon Pemohon
No Partai
Suara Perolehan Keterangan Suara Perolehan Keterangan
Kursi kursi
1. PKS 5.138 1 Kursi Mendapatkan 5.139 2 Kursi Mendapatkan
Kursi 2 Kursi, 1
Pertama Bagi kursi bagi 1, 1
1 kursi bagi 3
(5139:3=1.713
suara)
PKB 1.713 1 Kursi Mendapatkan 1.712 0 Kursi Kalah 1 suara
2.
1 kursi bagi dari Partai
1 PKS Jumlah
suara 1.713
suara PKS
11) Bahwa terjadi pengurangan perolehan suara Pemohon di TPS 8 Kelurahan Ganjar
Asri Kecamatan Metro Barat sebanyak 1 suara dikarenakan adanya pembukaan
kotak suara dan perhitungan Surat Suara ulang. Dalam hal ini terlihat perbandingan
C1 pemohon (bukti P-7) dengan DAA1 Termohon (bukti P-8) sebagai berikut :
Perolehan Suara
No. PARPOL Selisih
Termohon Pemohon
(DAA1) (C1)
1 PKS 43 44 1
12) Bahwa selain itu terdapat permasalahan dengan ditemukannya 1 pemilih DPTb di
TPS 8 Kelurahan Ganjar Asri Kecamatan Metro Barat yang memilih surat suara :
a. Presiden ditunjukan dengan formulir Model C1-PPWP (vide bukti P-9)
d. DPRD ditunjukan dengan formulir Model C1-DPRD Provinsi (vide bukti P-12)
e. DPRD Kota ditunjukan dengan formulir Model C1-DPRD Kab./Kota (vide bukti
P-17)
13) Bahwa terhadap bukti sebagaimana tersebut pada angka 12 terdapat 2 jeni
pelanggaran prosedur yang sangat substansial yaitu
a. Pemilih yang menggunakan DPTb tidak mungkin mencoblos kelima jenis surat
suara.
b. Adanya pengjilangan jumlah suara DPTb dalam formulir DAA1 (vide bukti P-8)
Hal ini terlihat dalam Formulir DA1 (Bukti P-13) dan DB 1 (Bukti P-14) ternyata
jumlah suara DPTb menjadi nol (kosong)
14) Bahwa jumlah suara DPTb ntara formulir C1 (vide bukti P-7) dengan formulir
DAA1 (vide bukti P-8) seharusnya berjumlah sama yaitu 1 suara
Jumlah Rekapitulasi
Model C1
Pengguna Hak Pilih di
TPS 08 Kel. Ganjar Asri
PPWB DPR DPD DPRD DPRD DAA1 DA1 DB
RI RI Prov Kota
DPTb. 1 1 1 1 1 0 0 0
15) Bahwa penghilanhan suara DPTb tersebut bertentagan dengan ketentuan Pasal 505
UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang pada pokoknya menegaskan
penyelenggara yang karena kelalainnya mengakibatkan hilang atau berubahnya
berita acara rekapitulasi hasil perhitungan suara atau sertifikat rekapitulasi
perolehan suara dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun.
16) Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas maka terhadap TPS tersebut harus
dilakukan pemungutan suara ulang sesuai dengan ketentuan Pasal 65 ayat 2 huruf d
PKPU No. 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas PKPU No. 3 Tahun 2019 tentang
pemungutan dan perhitungan suara dalam Pemilihan Umum.
17) Bahwa hal tersebut juga telah diakui oleh saksi PKB dan ketua PPK Kecamatan
Metro Barat pada Rekapitulasi tingkat kota Metro dengan pernyataan ketua PPK
“…setelah pengecekan dari C1 plano saksi dari partai kebangkitan bangsa masih
mengajukan keberatan terhadap hasil pembetulan kepada PPK setelah pencocokan
dengan C1 Plano Suara partai politik dan caleg partai PKB serta adanya dugaan
pemilihan DPTB ikut memberikan suara kepada pemilihan Kota seketika itu PPK
meminta pendapat dan Rekomedasi Panwaslu kecamatan yang hadir. Pernyataan
dibuktikan dengan rekaman Video pada menit 2 detik ke 3 s.d. menit 2 detik 44
(bukti P-15).
18) Bahwa pemohon mengajukan kembali di Rapat pleno Rekapitulasi tingkat Provinsi
Lampung dan terhadap semua kejadian tersebut pemohon melaporkan kejadian
tersebut ke Bawaslu Kota Metro (bukti P-16) serta k Bawaslu Provinsi Lampung
(bukti P-17) untuk dapat ditindak lanjuti sebagaimana aturan yang berlaku.
5. Petitum
1) Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya