Anda di halaman 1dari 6

Nama : DICKY MULYADI

Nim : 2110300001
Jurusan : Hukum Tata Negara
Mata Kuliah : Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

SURAT PERMOHONAN SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

No. 1234/SHA.II/2020
Jakarta, 8 April 2020
Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta
Pusat
Hal : Permohonan Untuk Memutus Sengketa Kewenangan antar Lembaga Negara
Dengan hormat,
Kami, Advokat- Advokat, berkantor di Shachilles & Associates, beralamat di Jl. Tebet Barat
dalam VI C No. 3, Jakarta Selatan, yaitu sebagai berikut:
1. Dr. Budi Gunawan, S.H, M.H.
2. Dr. Tari Indriani, S.H., M.H.
3. Sophie Turner, S.H., M.H.
4. Joe Black, S.H., M.H.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No.897/SK.IV/2020 tertanggal 4 Maret 2020, dengan ini
bertindak untuk dan atas nama:
1. Presiden Republik Indonesia, beralamat di Jl. Ir. H. Juanda, RT.04/RW.01, Paledang,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, 16122, selanjutnya disebut sebagai
Pemohon.
Dengan ini mengajukan permohonan untuk Memutus Sengketa Kewenangan antar Lembaga
Negara terhadap:
1. Dewan Perwakilan Rakyat, beralamat di Jl. Gatot Subroto No.1, RT.1/RW.3, Senayan,
Tanahabang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 10270, selanjutnya
disebut sebagai Termohon.
A. DASAR PERMOHONAN
1. Pasal 24 C ayat (1) amandemen Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat Pertama dan Terakhir yang
putusannya bersifat Final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar, Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran Partai Politik, dan memutus hasil
perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.
2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Nomor 24 Tahun 2003
menyatakan bahwa “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar negara RI Tahun
1945, Memutus pembubaran Partai Politik, dan memutus hasil perselisihan tentang hasil
pemilihan umum”.
B. PIHAK YANG BERSENGKETA MERUPAKAN LEMBAGA NEGARA
1. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
08/PMK/2006 tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional
Lembaga Negara, dinyatakan sebagai berikut:
1) Lembaga negara yang dapat menjadi pemohon atau termohon dalam perkara
sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara adalah:
a. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
b. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
c. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
d. Presiden;
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
f. Pemerintahan Daerah (Pemda); atau
g. Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
2) Kewenangan yang dipersengketakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah kewenangan yang diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945.
2. Para Pemohon dan Para Termohon termasuk Lembaga Negara lain yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-undang Dasar sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf d dan
a PMK Nomor 08/PMK/2006 tersebut di atas, sehingga apabila kewenangan yang
dimiliki oleh Para Pemohon diambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan, dan/atau dirugikan
oleh lembaga negara yang lain, merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa dan mengadili sebagaimana diatur dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945.

Pemohon I dan Termohon I adalah Lembaga Negara yang Memiliki Kewenangan


yang Diberikan oleh UUD 1945 dan UU

3. Berdasarkan Pasal 4 UUD 1945 dikatakan bahwa, “Presiden Republik Indonesia


memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar, dalam melakukan
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”.
4. Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa, “Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain”.
5. Mengenai pengangkatan duta atau konsul, berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dan (2) UUD
1945 disebutkan bahwa, “Presiden mengangkat duta dan konsul” dan “Dalam hal
mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.
6. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat , dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang- undang”.
7. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang
Hubungan Luar Negeri disebutkan bahwa, “Kewenangan penyelenggaraan Hubungan
Luar Negeri dan pelaksanaan Politik Luar Negeri Pemerintah Republik Indonesia berada
di tangan Presiden. Sedangkan dalam hal menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain diperlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”.

C. FAKTA-FAKTA
1. Bahwa pada tanggal 22 Januari 2020, Presiden (Pemohon) memiliki beberapa
pertimbangan nama untuk diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Negara
Zimbabwe dan mengajukan nama-nama tersebut kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (Termohon).
2. Dewan Perwakilan Rakyat (Termohon) menindak lanjuti pengajuan tersebut
dengan melakukan fit and proper test kepada calon Duta Besar Indonesia untuk
Negara Zimbabwe yang diajukan oleh Presiden.
D. KEWENANGAN KONSTITUSIONAL YANG DILANGGAR
1. Berdasarkan Pasal 61 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi, menyatakan ”Pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya
diberikan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan”.
2. Bahwa sesuai Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08/PMK/2006, maka Para
Pemohon dalam hal ini merupakan pihak yang menganggap kewenangan
konstitusionalnya diambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan, dan/atau dirugikan
oleh Para Termohon, sedangkan Para Termohon adalah merupakan pihak yang
dianggap telah mengambil, mengurangi, menghalangi, mengabaikan, dan/atau
merugikan Para Pemohon.
3. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, mengenai pengangkatan duta atau
konsul, berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dan (2) UUD 1945, “Presiden mengangkat
duta dan konsul” dan “Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.
4. Pengangkatan Duta Besar oleh Presiden (Pemohon) sebagaimana disebutkan
dalam pasal diatas merupakan kewenangan Presiden dengan mempertimbangkan
masukan dari Dewan Perwakilan Rakyat (Termohon) dan dikarenakan bukan
merupakan suatu bentuk perjanjian dengan negara lain maka tidak membutuhkan
persetujuan Termohon.
5. Pemohon mengajukan beberapa nama calon Duta Besar sebelum melakukan
pemilihan dan mengangkat salah satu calon tersebut kepada Termohon sebagai
bentuk menjalankan ketentuan pada Pasal 13 ayat (2) UUD 1945 bahwa dalam
pengangkatan seorang Duta Besar, Pemohon memperhatikan pertimbangan dari
Termohon.
6. Sebagai tindak lanjut dari pengajuan tersebut, Termohon melakukan fit and
proper test kepada calon Duta Besar yang diajukan oleh Pemohon dengan alasan
bahwa dilakukannya fit and proper test ini adalah sebagai bagian dari perumusan
pertimbangan yang akan diberikan kepada Pemohon.
7. Dilakukannya fit and proper test oleh Termohon menurut Pemohon telah melebihi
kewenangan awal dari Termohon, yaitu memberi “pertimbangan”. Dalam
dilakukannya fit and proper test ini Termohon menjadi seperti melakukan
“persetujuan”, “penilaian”, atau bahkan “pemilihan” terhadap calon-calon yang
diajukan padahal kewenangan konstitusional akan siapa yang akhirnya paling
tepat untuk diangkat menjadi Duta Besar adalah sepenuhnya kewenangan dari
Pemohon.
8. Dilakukannya fit and proper test oleh Termohon membuat Termohon memiliki
andil untuk menentukan calon Duta Besar yang dinilai pantas dan sesuai
berdasarkan penilaian dari Termohon.
9. Pemohon menilai perbuatan Termohon ini telah melampaui kewenangannya,
sehingga menjadikan kewenangan kosntitusional Pemohon sebagai salah satu
lembaga negara dikurangi atau bahkan diambil oleh Termohon.
Bahwa dalam penjelasan umum UU No. 24 tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi dinyatakan salah satu substansi penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
negara yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan, dalam rangka
menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak
rakyat dan cita-cita demokrasi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk menjaga
terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil. Mahkamah Konstitusi kemudian juga
memiliki kewenangan konstitusional untuk melaksanakan prinsip checks and balances yang
menempatkan semua lembaga negara dalam kedudukan setara sehingga terdapat
keseimbangan dalam penyelenggaraan negara dan dapat mengoreksi apabila terdapat
permasalahan kinerja antar lembaga negara. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
maka tindakan Termohon dalam melakukan fit and proper test kepada calon Duta Besar
Indonesia untuk Zimbabwe telah mengambil dan/atau mengurangi kewenangan konstitusional
dari Pemohon, merupakan suatu tindakan inkonstitusional, sehingga Mahkamah Konstitusi
sebagai lembaga yang bertugas dan berwenang dalam menjaga dan menegakkan konstitusi
patut mengoreksi tindakan yang dilakukan oleh Termohon tersebut. Dengan begitu, Pemohon
memohon kepada Majelis Hakim Konstitusi untuk memutus sebagai berikut:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan kewenangan melakukan fit and proper test kepada calon Duta Besar
bukanlah merupakan kewenangan Termohon;
3. Memerintahkan Termohon untuk tidak menggunakan hasil fit and proper test yang
dilakukan kepada calon Duta Besar sebagai dasar penilaian bagi calon-calon tersebut;
4. Memerintahkan Termohon untuk menyatakan perbuatannya telah melebihi
kewenangannya yang ditetapkan dalam UUD 1945;
5. Melarang Termohon untuk melakukan fit and proper test kepada calon-calon Duta
Besar lainnya yang akan diajukan oleh Pemohon kepada Termohon di kemudian hari.
Hormat Kami,
Dr. Budi Gunawan, S.H, M.H. Dr. Tari Indriani,
S.H., M.H.

Sophie Turner, S.H., M.H. Joe Black, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai