Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FIVIEN AMRISYAH

NIM : 12020723107
KELAS : ILMU HUKUM F/SEMESTER 4
TUGAS RESUME NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

KEWENANGAN PERADILAN TATA NEGARA (MK) DAN PERADILAN


DI BAWAH MAHKAMAH AGUNG DALAM MELAKUKAN JUDICIAL
REVIEW TERHADAP PRODUK HUKUM YANG TELAH DIBENTUK
DAN DINYATAKAN SAH MENURUT HUKUM

A. Konseptualisasi Pengujian Peraturan Perundang-Undangan


Pengujian peraturan perundang-undangan dapat diartikan sebagai proses untuk
menguji peraturan tertulis baik yang dibentuk oleh lembaga negara maupun pejabat
yang berwenang yang memiliki kekuatan mengikat secara umum. Pengujian
peraturan perundang-undangan yang diartikan sebagai suatu proses untuk menguji,
akan berkaitan dengan 'siapa' (subjek) dan 'apa' (objek) dalam proses pengujian
peraturan perundang-undangan tersebut. 1

 Pengertian Toetsingsrecht dan Judicial Review dalam Perspektif Subjek dan


Objek
Toetsingsrecht merupakan suatu proses untuk melakukan pengujian atau menguji
dan secara harfiah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk menguji. Konsep
toetsingsrecht dalam arti judicial review selanjutnya akan disebut judicial review
merupakan bagian dari prinsip kontrol secara judicial atas produk peraturan
perundang-undangan agar tidak bertentangan dengan norma hukum secara hierarkis
Kewenangan untuk melaksanakan "'judicial review adalah kewenangan badan
kekuasaan kehakiman yang diberi kewenanyan khusus untuk itu oleh undang-undang
dasar dan/atau undang-undang,untuk menguji tingkat konstitusionalitas atau
keabsahan suatu peraturan perundang-undangan terhadap peraturan perundang-
undangan yang secara hierarkis derajatnya lebih tinggi.
 Objek Pengujian Peraturan Perundang-Undangan
Objek pengujian peraturan perundang-undangan adalah peraturan perundang-
undangan yang bersifat mengatur (regeling), yaitu peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenan, dan mengikat secara umum.
Pendapat Hamid Attamimi maupun Jimly Asshiddiqie, maka Undang-Undang Dasar
dalam hal ini UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak termasuk peraturan
perundang-undangan melainkan sebagai Aturan Dasar atau Aturan Pokok Negara
atau Peraturan Dasar. Oleh karena itu, objek pengujian peraturan perundangan-

1
Zainal Arifin H., JUDICIAL REVIEW DI MAHKAMAH AGUNG RI:Tiga Dekade Pengujian
Peraturan Perundang-Undangan, (Jakarta:Rajawali Press,2013),hlm. 37
undangan dalam arti judicial review adalah segala bentuk peraturan perundang-
undangan yang bersifat mengatur (regeling) dan mengikat secara umum. 2

a) Objek Pengujian: Undang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar


Undang-undang adalah suatu ketentuan tertulis yang dibuat oleh badan yang
diberikan kewenangan oleh undang-undang dasar. Dalam konteks UUD Negara RI
Tahun 1945, maka undang-undang dibuat oleh DPR-RI dan presiden, sehingga
setiap rancangan undang-undang dibahas dan mendapat persetujuan bersama dari
kedua lembaga tersebut
b) Objek Pengujian: Peraturan Perundang-Undangan di Bawah Undang-Undang
Terhadap Undang-Undang
Pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undanng terhadap
undang-undang merupakan bentuk pengujian yang objeknya adalah seluruh peraturan
yang bersifat mengatur, abstrak, dan mengikat secara umum yang derajatnya di
bawah undang-undang. Bentuk dan tata urutannya sesuai yang ditentukan olch
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 atau secara periodisasi sesuai dengan
ketentuan Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/2/1966, dan Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000. Oleh karena itu objek yang diuji adalah segala peraturan di bawah
undang-undang dan yang dijadikan took ukur pengujiannya adalah undang-undang,
maka oleh Jimly disebut legal review atau judicial review on the legality of
regulation.

B. Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia


Mahkamah konstitusi merupakan lembaga yang berwenang untuk menangani
perkara yang berhubungan dengan konstitusi dan permasalahan-permasalahan
ketatanegaraan. Mahkamah konstitusi adalah quasi judicial sehingga dalam
menyelenggarakan fungsi dan kewenangannya tidak secara murni menganut asas-asas
yang berlaku dalam peradilan biasa. 3
Kewenangan dan Kewajiban Mahkamah Konstitusi :
Sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, MK mempunyai empat
kewenangan dan satu kewajiban yang diberikan oleh UUD 1945,4 Kewenangan dan
kewajiban MK tersebut ditegaskan kembali dalam Pasal 10 UU MK" yang
selengkapnya sebagai berikut.
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

2
Ibid,hal 43-50
3
Saldi Isra, Pengujian Undang-Undang : Perkembangan Permohonan Perlindungan Hak Konstitusional Warga
Negara Dalam Praktik, (Depok : Rajawali Pers, 2020), hlm. 33
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik; dan
d. memutus perselisihan tentang hail pemilihan umum.

2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa


Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:


a. pengkhianatan terhadap negara adalah tindak pidana terhadap
keamanan negara sebagaimana diatur dalam undang-undang.
b. korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
c. tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
d. perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
adalah syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembentukan MK selalu dikaitkan dengan kewenangan untuk melakukan


judicial review. Semua fraksi yang ada dalam PAH I bersepakat bahwa MK yang
akan dibentuk mempunyai kewenangan untuk melakukan PUU terhadap UUD.
Menyangkut rang linkup pengujian undang-undang oleh MK, perdebatannya adalah
peraturan apa saja yang akan diuji oleh MK dan bagaimana mekanismenya Ada yang
mengusulkan agar MK bukan hanya menguji undang-undang terhadap UUD, tetapi
juga dapat menguji peraturan di bawah undang-undang terhadap UUD dan ada pula
yang menghendaki agar MK hanya menguji undang-undang terhadap UUD.
Sedangkan peraturan di bawah undang-undang tetap menjadi kewenangan MA.
Selain itu, ada juga yang menghendaki agar MK selain dapat menguji undang-undang
terhadap UUD, juga menguji pertentangan antar undang-undang.4

4
Ibid.hlm.42-44

Anda mungkin juga menyukai