HUKUM TANAH
DISUSUN OLEH :
DAHLIA (12020723353)
PIH-F/SEMESTER 5
Dahlia
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang
disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksudkan di sini bukan mengatur
tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya,
yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian
dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu "Atas dasar hak
menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan
adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang orang lain serta badan-badan hukum".
Hukum Tanah ada yang beraspek publik dan beraspek privat Hak
bangsa Indonesia atas tanah beraspek publik dan privat, hak menguasai dari
negara atas tanah beraspek publik, hak ulayat masyarakat hukum adat beraspek
publik dan privat, dan hak-hak perseorangan atas tanah beraspek privat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait pembahasan makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian Hukum Tanah ?
2. Apa saja Sumber Hukum Tanah ?
3. Bagaimana Pengaturan Hak Atas Tanah Di Indonesia ?
4. Apa itu Hukum Tanah Adat ?
1
2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini diantaranya :
1. Untuk Mengetahui Hukum Tanah.
2. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Tanah.
3. Untuk Mengetahui Pengaturan Hak Atas Tanah Di Indonesia.
4. Untuk Mengetahui Hukum Tanah Adat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Tanah
Dalam ruang lingkup agraria, Tanah merupakan bagian dari bumi,
yang disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksudkan di sini bukan
mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu
aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah
sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu
"Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang orang lain serta badan-badan
hukum".1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) tanah adalah:
1. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali.
2. keadaan bumi di suatu tempat.
3. permukaan bumi yang diberi batas.
4. bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas,
napal, dan sebagainya).
Kata tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi,
sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu atas permukaan
bumi yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang kali lebar yang
diatur oleh hukum tanah. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
orang dengan hak yang disediakan oleh UUPA adalah untuk digunakan dan
dimanfaatkan.
Dalam Hukum Kebiasaan Inggris, pengertian tanah adalah per
mukaan bumi, bebatuan yang berada di bawah tanah atau di atas permukaan,
di dalamnya termasuk tumbuhan dan bangunan yang ada di atasnya.
1
Urip santoso, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, (Jakarta:Kencana,2010), hlm.10-11
2
Selanjutnya definisi tanah dalam Statuta 205 (1) (ix) Law of Pro perty
Act (Undang-Undang Perumahan). Tanah meliputi lahan umum dan areal
pertambangan dan mineral, bangunan atau bagian dari bangunan dan tanah
hak bersama yang turun-temurun juga yang disewakan, dan fasilitas lain yang
diwarisi dan kemudahan memperoleh hak, hak pribadi atau sesuatu yang
menguntungkan yang dihasil dari tanah.
Dalam definisi ini, tanah dilihat dari aspek penguasaannya. Tanah dari
aspek penguasaannya dibagi dua macam, yaitu : tanah yang dikuasai di
bawah hak adat (hukum adat) dan Pengertian tanah dalam konsep ini.
meliputi konsep tanah dari aspek fisik dan aspek pemanfaatannya. Tanah dari
aspek fisiknya merupakan tanah, baik terdapat di dalam permukaan bumi
maupun yang terdapat di atasnya. Tanah dari aspek pemanfaatannya
merupakan tanah yang dapat digunakan dan dinikmati oleh pemiliknya atau
orang lain, baik terhadap hak-hak yang terdapat di bawah maupun di atas
tanah tersebut.
Pengertian lain tentang tanah dikemukakan oleh Maria R. Ruwiastuti.
Tanah adalah: "Suatu wilayah berpotensi ekonomi yang mampu menghidupi
kelompok manusia (bisa berupa hutan, sungai sungai, gunung, sumber-
sumber mineral maupun lahan-lahan pertanian) dan dihayati sebagai
perpangkalan budaya dari komunitas yang bersangkutan".
Konstruksi tanah dalam pengertian ini adalah sama dengan. wilayah
(area). Wilayah secara terminologis, yaitu daerah (kekuasaan, pemerintahan,
pengawasan) atau lingkungan daerah (provinsi, kabupaten). Pengertian tanah
dalam konstruksi ini seolah-olah tanah erat kaitannya dengan wilayah
administratif. Memang tanah itu ada yang berada di wilayah pedesaan atau
perkotaan.Menurut Maria R. Ruwiastuti mengemukakan ada dua fungsi
tanah, yaitu:
1. potensi ekonomis.
2. potensi budaya.
Potensi ekonomis merupakan potensi yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat yang berada di atas tanah tersebut. Tanah itu dapat
2
Dalam konstruksi ini, konsep tanah hanya dilihat pada lapisan atas
bumi, dan tidak termasuk bahan-bahan galian yang terkandung di dalamnya.
Karena bahan galian atau bahan tambang atau mineral. itu telah diatur dalam
act atau undang-undang tersendiri. Penguasaan tanah oleh negara dimaknakan
sebagai kewenangan negara untuk mengatur peruntukan dan penggunaan dari
tanah tersebut, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan masyarakat banyak. Penguasaan tanah oleh masyarakat
hukum adal dimaknakan sebagai kekuasaan atau kewenangan untuk
menempati dan menggunakan tanah yang berasal dari hak-hak adat.
Sementara itu, penguasaan tanah oleh individu atau badan hukum adalah erat
kaitannya dengan pemberian hak atau kewenangan kepada orang atau badan
untuk memanfaatkan dan menggunakan tanah tersebut untuk kepentingannya.
Tanah itu dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk pembangunan
perumahan, pertanian dan peternakan, dan usaha-usaha produktif lainnya.2
Dengan demikian, jelaslah bahwa tanah dalam pengertian yuridis
adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran
panjang dan lebar. Sedangkan ruang dalam pengertian yuridis, yang berbatas,
berdimensi tiga yaitu panjang, lebat, dan tinggi, yang dipelajari dalam Hukum
Penataan Ruang.
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
pemegang haknya untuk memper gunakan atau mengambil manfaat dari tanah
2
Arba, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,2015), hlm 7-10
2
atas tanah yang dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan
pihak yang membangun atau menanamnya.
Perbuatan hukum mengenai tanah dengan sendirinya karena hukum
juga bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.
2. Asas Horizontale Scheiding atau Asas Pemisahan
Horizontal Dalam asas ini, bangunan dan tanaman yang ada di atas
tanah bukan merupakan bagian dari tanah. Hak atas tanah tidak
dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang
ada di atasnya.
4. Perbuatan hukum mengenai tanah tidak dengan sendirinya meliputi
bangunan dan tanaman milik yang punya tanah yang ada di atasnya.
Jika perbuatan hukumnya dimaksudkan meliputi juga bangunan dan
tanamannya, maka hal ini secara tegas harus dinyatakan dalam akta
yang membuktikan dilakukannya perbuatan hukum yang
bersangkutan.3
B. Sumber Hukum Tanah
Sumber Hukum Tanah Indonesia, yang lebih identik dikenal pada
saat ini yaitu status tanah dan riwayat tanah. Status tanah atau riwayat
tanah merupakan kronologis masalah kepemilikan dan penguasaan tanah
baik pada masa lampau, masa kini maupun masa yang akan datang. Status
tanah atau riwayat tanah, pada saat ini dikenal dengan Surat Keterangan
Pendaftaran Tanah (SKPT) untuk tanah-tanah bekas hak-hak barat dan
hak-hak lainnya. Adapun riwayat tanah dari PBB atau surat keterangan
riwayat tanah dari kelurahan setempat adalah riwayat yang menjelaskan
pencatatan, dan peralihan tanah girik milik adat dan sejenisnya pada masa
lampau dan saat ini.4
3
0pcit. hlm.11-13
4
B. F. Sihombing, Evolusi Kebijakan Pertanahan Dalam Hukum Tanah Indonesia,
(Jakarta:Gunung Agung, 2004), hlm. 55
2
c. Panitia Soewahjo
Panitia Soewahjo dibentuk setelah Indonesia selesai
melakukan pemilihan umum pada tahun 1955, bertepatan
dengan terbentuknya kabinet baru hasil pemilihan umum
tersebut. Kemudian Panitia Jakarta diganti dengan panitia yang
diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo. Mandat utama yang
diemban oleh panitia ini adalah menyusun secara konkret
Rancangan Undang-Undang (RUU) Agraria Nasional, setelah
sebelumnya terdapat berbagai masukan dari panitia
sebelumnya. Dasar acuannya adalah Pasal 26, 37, dan 38 dari
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS 1950). Namun pada
tahun 1957, panitia ini berhasil menyusun RUU, yang memuat
antara lain butir-butir penting berikut ini: (a) asas domein
dihapuskan diganti dengan asas "hak menguasai oleh negara",
sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (3) UUDS, (b) asas
bahwa tanah pertanian dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh
2
5
Supriadi, M. Hum, Hukum Agraria, (Jakarta:Sinar Grafika, 2015), hlm. 42-47
2
1) Rumah.
2) Tumbuh-tumbuhan.
2
3) Ternak.
4) Benda-benda lainnya.
Pada prinsipnya, setiap warga dalam suatu masyarakat adat tertentu
dapat mempunyai hak milik atas rumah, tumbuh tumbuhan, ternak dan
benda-benda lainnya. Mengenai rumah berlaku asas bahwa hak milik
atas rumah terpisah dengan hak milik atas tanah di mana rumah berada.
Asas tersebut hidup di beberapa daerah di Indonesia, kecuali rumah-
rumah batu yang dianggap bersifat permanen.
6
Erwin Owan H.S, dkk, Buku Hajar Hukum Adat, (Malang:Madza Media, 2021), hlm. 119-133
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi.
Tanah yang dimaksudkan di sini bukan mengatur tanah dalam segala
aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah
dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian dari
bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu Atas dasar hak
menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan
adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah,
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang orang lain serta badan-badan hukum.
Sumber Hukum Tanah Indonesia, yang lebih identik dikenal pada
saat ini yaitu status tanah dan riwayat tanah. Status tanah atau riwayat
tanah merupakan kronologis masalah kepemilikan dan penguasaan tanah
baik pada masa lampau, masa kini maupun masa yang akan datang. Status
tanah atau riwayat tanah, pada saat ini dikenal dengan Surat Keterangan
Pendaftaran Tanah (SKPT) untuk tanah-tanah bekas hak-hak barat dan
hak-hak lainnya. Adapun riwayat tanah dari PBB atau surat keterangan
riwayat tanah dari kelurahan setempat adalah riwayat yang menjelaskan
pencatatan, dan peralihan tanah girik milik adat dan sejenisnya pada masa
lampau dan saat ini.
B. Saran
Demikianlah makalah ini dipaparkan, semoga para pembaca dapat
menambah ilmu pengetahuan dan mengerti dengan mata kuliah Hukum Agraria
tentang Sejarah Penyusunan Hukum Agraria Nasional. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah ini agar menjadi
makalah yang benar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
H.S. Erwin. Owan, (2021)dkk, Buku Hajar Hukum Adat, Malang:Madza Media
Santoso. Urip, (2010), Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta:Kencana