Anda di halaman 1dari 31

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Makalah Hukum Agraria Asril,S.HI.,S.H.,M.H.

PENDAFTARAN TANAH

DISUSUN OLEH :

SISKA ARIANIS (12020723166)

PIH-F/SEMESTER 5

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat

dan karunia-Nya yang tiada terkira. Semoga kita insan yang dhoif ini bisa selalu

istiqomah terhadap apa yang telah digariskan-Nya. Semoga kita selalu dalam

ridha-Nya. Shalawat beriring salam setulus hati kepada baginda Nabi Muhammad

dan ahlul baitnya (Shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam), sang reformis agung

peradaban dunia yang menjadi inspiring leader dan inspiring human bagi umat di

seluruh belahan dunia. Semoga syafa’atnya kelak menaungi kita di hari

perhitungan kelak. Penulis dapat sampai pada tahap ini dan dapat menyelesaikan

Makalah dengan judul “PENDAFTARAN TANAH”. Penulis menyadari Makalah

ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis, oleh karena itu kritik dan

saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi makalah yang lebih baik dan

dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. 

Pekanbaru, Oktober 2022

Siska Arianis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Pendaftaran Tanah.......................................................................3


B. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah.................................................................4
C. Sejarah Pendaftaran Tanah Indonesia...........................................................6
D. Asas-Asas Pendaftaran Tanah.......................................................................9
E. Tujuan Pendaftaran Tanah..........................................................................11
F. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah..........................................................12
G. Sistem Pendaftaran Tanah...........................................................................14
H. Objek Pendaftaran Tanah............................................................................19
I. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah..................................................................21
J. Penerbitan Sertifikat Tanah.........................................................................25
BAB III PENUTUP..............................................................................................27

A. Kesimpulan..............................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris,
sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyat
Indonesia senantiasa membutuhkan dan melibatkan soal tanah. Bahkan
pada sebagian masyarakat, tanah dianggap sebagai sesuatu yang sakral,
karena di sana terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Negara Indonesia saat ini
diharapkan pada masalah penyediaan tanah.

Tanah dibutuhkan oleh banyak orang sedangkan jumlahnya tidak


bertambah atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat terutama kebutuhan akan
tanah untuk membangun perumahan sebagai tempat tinggal, untuk
pertanian, serta untuk membangun berbagai fasilitas umum dalam rangka
memenuhi tuntutan terhadap kemajuan di berbagai bidang kehidupan.

Mengingat arti pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup


masyarakat maka diperlukan pengaturan yang lengkap dalam hal
penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan pembuatan hukum yang
berkaitan dengan hal tersebut. Semua ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya persengketaan 1 2 tanah baik yang menyangkut pemilikan
maupun perbuatan – perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya.
Untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian akan hak atas tanah
Undang-Undang Agraria No. 5 Tahun 1960 telah meletakkan kewajiban
kepada Pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di
seluruh Indonesia, disamping bagi pemegang hak untuk mendaftarkan hak
atas tanah yang ada padanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jaminan kepastian hukum ini tercantum dalaam ketentuan Pasal 19


ayat (1) Undang – Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, yang
berbunyi sebagai berikut : ” Untuk menjamin kepastian hukum hak dan
tanah oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah ”Ketetapan diatas mengandung pengertian bahwa hal – hal
yang menyangkut kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan tanah harus
diikuti dengan kegiatan pendaftaran tanah baik yang dimiliki oleh
masyarakat maupun oleh Badan Hukum ke Kantor Pertanahan guna

1
mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasainya atau yang
dimilikinya

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait pembahasan makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah?
2. Apa dasar hukum pendaftaran tanah?
3. Bagaimana sejarah pendaftaran tanah diindonesia?
4. Apa saja asas-asas pendaftaran tanah?
5. Apa tujuan pendaftaran tanah?
6. Bagaimana penyelenggara pendaftaran tanah?
7. Apa saja sistem pendaftaran tanah?
8. Apa saja pendaftaran tanah?
9. Bagaiaman pelaksanaan pendaftaran tanah?
10. Apa penerbitan sertifikat pengganti?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah?
2. Untuk mengetahui dasar hukum pendaftaran tanah?
3. Untuk mengetahui sejarah pendaftaran tanah diindonesia?
4. Untuk mengetahui apa saja asas-asas pendaftaran tanah?
5. Untuk mengetahui apa tujuan pendaftaran tanah?
6. Untuk mengetahui penyelenggara pendaftaran tanah?
7. Untuk mengetahui apa saja sistem pendaftaran tanah?
8. Untuk mengetahui apa saja pendaftaran tanah?
9. Untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan pendaftaran tanah?
10. Untuk mengetahui apa penerbitan sertifikat pengganti

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pengertian Pendaftaran Tanah menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 pp
No, 24 Tahun 1997 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya
dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.

Pendaftaran tanah dilakukan dalam bentuk peta dan daftar. Demikian


pula dapat kita ketahui bahwa salah rangkaian kegiatan pendaftaran tanah
adalah pemeliharaan data fisik dan data yuridis yang juga dilakukan dalam
bentuk peta dan daftar yang memuat data fisik dan data yuridis dari
bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun.1

1. Data Fisik
Data fisik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 6 PP No.
24 Tahun 1997 adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas 148
Hukum Agraria Indonesia yang bidang tanah dan satuan rumah susun yang
didaftar, termasuk ingan mengenai adanya bangunai. atau bagian bangunan
di Masnya. Dari definisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa yang na
abjek-abjeknya adalah bidang tanah dan satuan rumalt an dan keterangan
yang diperlukan terhadap objek tersebut adalah ecgenai letak, batas, luas
serta bangunan yang ada di atasnya.

2. Data Yuridis

1
Arba, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,2015), hlm 148-149

3
Data yuridis yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 6 PP. No.
Tahun 1997 adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain
serta beban-beban lain yang membebaninya.

Dalam Ketentuan Penutup Pasal 65 dan 66 ditentukan, bahwa PP yang bar


itu mulai berlaku 3 bulan sejak tanggal diundangkan dan bahwa sejak
tanggal tersebut PP 10/1961 dinyatakan tidak berlaku lagi.

PP 24/1997 dengan demikian mulai berlaku tanggal 8Oktober 1997 (Boedi


Harsono, ibid. I 1 dan 2) (Dalam BAB ini pasal-pasal yang disebut tapa
disertai penyebutan peraturannya,adalah pasal-pasal PP 24/1997, kecuali
apabila dari hubungan uraiannya yang dimaksudkan Praturan lain).
Ketentuan pelaksanaan PP 24/1997 mendapat pengaturan secaralengkap
dan rinci dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3
Tahun 1997 (selanjutnya akan disebut Peraturan Menteri 3/1997), sebagai
yang telah dibicarakan dalam BAB XI. Dengan Peraturan tersebut, yang
mulai berlaku juga pada tanggal 8 Oktober 1997, dicabut berbagai
Peraturan dan Keputusan Menteri, karena sudah mendapat pengaturan di
dalamnya.2

B. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah


Yang menjadi dasar hukum pendaftaran tanah di Indonesia adalah

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA), Pasal 19, 23, 32. dan 38.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah,
yang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.

1. Pendaftaran Tanah Menurut Ketentuan UUPA

Pasal 19 ayat (1) UUPA menentukan bahwa untuk menjamin


kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
2
Boedi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaannya,
(Jakarta:Djambatan,1970), hlm 469-470

4
wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 19 ayat (2) menentukan Pendaftaran
tanah tersebut meliputi:

a. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah:


b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.3

Pasal 23 ayat (1) UUPA menentukan bahwa hak milik, demikian


pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak hak lain
harus didaftarkan menurut ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Pasal
23 ayat (2) menentukan bahwa Pendaftaran tersebut alat pembuktian yang
kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan
hak tersebut.Pasal 32 ayat (1) UUPA menentukan bahwa hak guna usaha,
termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan
hapusnya hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan ketentuan
yang dimaksud dalam Pasal 19.

Pasal 32 ayat (2) menentukan bahwa Pendaftaran tanah yang


dimaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai
peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hal hak itu hapus
karena jangka waktunya berakhir.4

Pasal 38 ayat (1) UUPA menentukan bahwa hak guna bangunan,


termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan
hapusnya hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan ketentuan
yang dimaksud dalam Pasal 19. Pasal 38 ayat (2) Pendaftaran tanah yang
dimaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai
hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali
dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.
3
Arba, Op Cit, hlm 149-150

4
Ibid, hlm 151

5
2. Pendaftaran Tanah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 19 UUPA tentang
Pendaftaran Tanah pengganti Peraturan Pemerintal Nomor 10 Tahun 1961
tentang pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 in diatur hal-hal sebagai berikut.

a) Asas dan tujuan pendaftaran tanah


b) Penyelenggara dan pelaksana pendaftaran tanah
c) Objek pendaftaran tanah.
d) Satuan wilayah tata usaha pendaftaran tanah
e) Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk petama kali.
f) Pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis.
g) Pembuktian hak dan pembukuannya.
h) Penerbitan sertifikat.
i) Penyajian data fisik dan data yuridis.
j) Penyimpanan daftar mum dan dokumen
k) Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak
l) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
m)Penerbitan sertifikat pengganti.
n) Biaya pendaftaran tanah.
o) Sanksi hukum.
p) Ketentuan peralihan
q) Ketentuan penutup

C. Sejarah Pendaftaran Tanah Indonesia


Hukum yang berlaku di Indonsia pada zaman penjajahan Belanda
bersifat dualisme, bahkan menurut Supomo bersifat pluralisme. Dualise
tersebut menyangkut pula hukum agraria yang membagi hak-hak atas
tanah dalam dua golongan, yaitu hak-hak barat dan hak-hak adat.

6
a) Hak-hak barat tunduk pada hukum yang berlaku bagi golongan
Eropa yang disebut hukum Eropa. Sebagai contoh hak-hak atas
tanah barat adalah hak eigendom, hak erfpacht dan hak opstal.
Tanah-tanah barat dikenal dengan tanah-tanah Eropa;
b) Hak-hak adat tunduk pada hukum yang berlaku bagi golongan
Indonesia yang disebut hukum adat. Sebagai contoh hak-hak atas
tanah adat adalah hak milik, hak yasan, hak andarbeni yang lebih
dikenal dengan tanah- tanah Indonesia.

Dualisme hukum agraria baru dapat hapus pada tahun 1960 dengan
lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (selanjutnya disebut UUPA).

Pendaftaran tanah yang diselenggarakan oleh Pemerintah pada


zaman penjajahan itu hanya mengenai tanah-tanah Eropa saja, yang jumlah
serta luasnya jauh lebih kecil dari pada jumlah dan luas tanah Indonesia.
Salah satu sebab utama pemerintah saat itu tidak menyelenggarakan
pendaftaran tanah bagi tanah-tanah Indonesia adalah besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk penyelenggaraan kadasternya. Usaha
menyelenggarakan kadaster bagi tanah-tanah Indonesia selalu gagal karena
persoalan biaya. Persoalan penyelenggaraan kadaster Indonesia (tanah-
tanah Indonesia) yang oleh Rudolf Hermanses dikenal sebagai suatu
“Millioenen kwestie”/persoalan yang memerlukan biaya jutaan.5

Di samping pendaftaran tanah-tanah Eropa yang diselenggarakan


oleh Pemerintah di seluruh Indonesia, di berbagai daerah diselenggarakan
pula pendaftaran tanah mengenai tanah-tanah Indonesia berdasarkan
hukum adat setempat atau peraturan yang dibuat penguasa setempat,
misalnya:

5
Fx.Sumarja,Hukum Pendaftaran Tanah,(Bandar Lampung:Universitas Lampung,2010),halm.1-10

7
a) Pendaftaran tanah mengenai tanah-tanah Subak di Bali yang
diselenggarakan oleh pengurus subak berdasarkan hukum adat
setempat
b) Pendaftaran tanah yang diselenggarakan di kepulauan Lingga
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan Soleiman
(Pendaftaran tanah ini dihapuskan Pemerintah tahun 1913)
c) Pendaftaran tanah mengenai tanah-tanah hak grant di Medan
berdasarkan peraturan Gemeente (Kotapraja) Medan
d) Pendaftaran tanah di Yogyakarta berdasarkan peraturan yang
dikeluarkan Sultan Yogyakarta (diumumkan dalam Rijksblad
Kasultanan tahun 1926 No. 13)
e) Pendaftaran tanah di Surakarta berdasarkan peraturan yang
dikeluarkan Sunan Surakarta (diumumkan dalam Rijksblad
Kasunanan tahun 1938 No 14).

Pada zaman pendudukan tentara Jepang pendaftaran tanah tetap


diselenggarakan seperti halnya pada pendudukan Belanda. Sehingga pada
saat Indonesia merdeka pendaftaran tanah pada pokoknya hanya mengenai
tanah-tanah Eropa. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia c.q. Menteri
Agraria mengeluarkan peraturan mengenai pendaftaran tanah bagi tanah
Indonesia, yaitu:

a) Peraturan mengenai tatakerja tentang Pendaftaran hak atas tanah


(PMA No 9 Tahun 1959)
b) Peraturan tentang tanda-tanda batas tanah milik (PMA No. 10
Tahun 1959)
c) Peraturan tentang tata kerja mengenai pengukuran dan pembuatan
peta- peta pendaftaran ( PMA No. 13 Tahun 1959)
d) Peraturan tentang pembukuan tanah (PMA No. 14 Tahun 1959).

Peraturan-peraturan tersebut ternyata belum dapat menyelesaikan


persoalan penyelenggaraan pendaftaran tanah bagi tanah-tanah Indonesia.6
6
Ibid, hlm.1-16

8
D. Asas-Asas Pendaftaran Tanah
Mengenai pengaturan terhadap asas-asas pendaftaran tanah tertuang
dalam UUPA dan juga PP No. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.
Dalam UUPA terdapat dua asas pendaftaran tanah, yakni:7

a. Asas Specialiteit Menurut asas specialiteit, pelaksanaan pendaftaran


tanah didasarkan pada peraturan perUndang-Undangan tertentu, secara
teknis terkait dengan masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran
peralihannya. Dengan adanya pendaftaran tanah diharapkan dapat
memberikan kepastian hukum mengenai hak atas tanah yakni
memberikan data-data fisik tentang hak atas tanah, seperti luas dan letak
tanah.
b. Asas Openbaarheid/asas publisitas/asas keterbukaan Menurut asas
openbaarheid pendaftaran tanah memberikan data-data yuridis mengenai
hak atas tanah, seperti siapa yang menjadi hak atas tanah, apa nama dari
hak atas tanah yang diberikan. Selain diatur dalam UUPA, asas-asas
pendaftaran tanah juga diatur dalam PP No 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997, pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan beberapa asas,
antara lain asas sederhana.8

Adapun Asas-asas penyelenggaraan Pendaftaran Tanah sebagaimana


diatur dalam Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut.

1. Asas sederhana, bahwa dalam pendaftaran tanah dimaksudkan


agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedurnya mudah
dapat dipahami oleh pihak- pihak yang berkepentingan terutama
para pemegang hak atas tanah.
2. Asas aman, bahwa dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar
diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat

7
Urip santoso, Hukum Agraria Kajian Komperhensif, (Jakarta:Kencana,2010), hlm.290-291
8
Ibid, hlm.291

9
memberikan kepastian hukum sesuai dengan tujuan pendaftaran
tanah itu sendiri.
3. Asas Terjangkau, bahwa dulam pendaftaran tanah agar terjangkau
bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan
memper.hatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi
lemahPelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak
yangmemerlukan.
4. Asas Mutakhir; bahwa dalam pelaksanaan pendaftaran tanah
adanya kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia
harus menunjukkan keadaar yang mutakhir. Untuk itu perlu
diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan
yangterjadi di kemudian hari. Asas in menuntut dipeliharanya
datapendaftaran tanah secara terus-menerus dan
berkesinambungan,sehingga data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, dan
masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang
bear setiap saat.
5. Asas Terbuka; bahwa dalam pendaftaran tanah hendaknya selalu
bersifat terbuka bagi semua pihak, sehingga bagi yang
membutuhkan informasi tentang suatu tanah akan mudah untuk
memperoleh keterangan keterangan yang diperlukan.9

9
Arba, Op Cit, hlm.151

10
E. Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum


kepadapemegang hak atas sebidang tanah, satuan rumah susun, dan
hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikandirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan,
untuk itu kepada pemegang hak diberikan sertifkat.
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak- pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintal agar dengan mudal dapai
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar. Untuk melaksanakan fungsi informsi
tersebut, data fisik dan yuridis dan sebidang tanah dan satuan
rumah susun yang terdaftar terbuka untuk umum.
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan Dengan
demikian, maka tujuan pendaftaran tanah adalah menjamin
kepastian hukum hak-hak atas tanah. Jaminan kepastian hukum
hak-hak atas tanah tersebut meliputi:
a. Kepastian hukum atas objek bidang tannhnya, yaitu letak
bidang tanah, letak batas-batas dan luasnya (ob)ek hak);
b. Kepastian hukum atas subjek haknya, yaitu siapa yang,
menadi pemiliknya (subjek hak) dan
c. Kepastian hukum atas jenis hak atas tanahnya

Kepastian objek dan subjek hak sangat diperlukan dalam lalu atas
hukum mengenai hak-hak atas tanah, sehingga oleh pemerintah
dikebanyakan negara diselenggarakan suatu sistem keterbukaan/
pengumuman mengenai hak atas tanah atau sistem publisitas. Publisitas
berarti prinsip di mana setiap orang dapat mengetahui semua hak-hak atas
tanah dan semua perbuatan hukum mengenai tanah.Sistem publisitas

11
bahwa dalam pengumumannya menganut asas spesialitas yaitu suatu cara
penetapan batas, sehingga identitas sebidang tanah menjadi jelas lokasi
batas serta luasnya. Dengan sistem publisitas itu diselenggarakan suatu
daftar mum berupa peta dan daftar tanah,daftar surat ukur, daftar nama,
dan daftar buku tanah.Guna menjamin kepastian hukum hak-hak atas
tanah, maka pendataran tanah harus meliputi dua kegiatan yaitu:

a. Kadaster hak, yaitu kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-


bidang tanah hak dan pendaftaran bidang-bidang tanah tersebut
dalam daftar-daftar tantal. Bidang-bidang tanah hak adalah
bidang-bidang tanah yang dimiliki orang atau badan hukum
dengan sesuatu hak:
b. Pendaftaran hak, vaitu kegiatan pendaftaran hak-hak dalam daftar
attar buku tanah atas pemegang haknya.10

F. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah


1. Penyelenggara Pendaftaran Tanah
Pasal 19 UUPA menentukan bahwa pendaftaran tanah diselenggaraka
oleh pemerintah. Selanjutnya dalam PP No. I0 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah, penyelenggaraan Pendaftaran Tanah dilaksanakan
oleh Jawatan Pendaftaran Tanah (Pasal I). Sedangkan dengan
berlakunya PP No. 24 Tahun 1997, Pasal 5 menentukan bahwa
pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Kemudian dengan terbentuknya PP No., 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional, maka tugas penyelenggaraan pendaftaran tanah
dilakukan oleh Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah.

Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah secara garis bear meliput,kegiatan


pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan dat.pendaftaran
tanah. Kedua hal tersebut sama-sama pentingnya, karen.jika salah
satunya kurang diperhatikan maka menimbulkan hal-hal yang tidak
diharapkan dikemudian hari.
10
Ibid, hlm.152-154

12
2. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Berdasarkan ketentuan Pusal 6 PP No. 24 Tahun 1997 bahwa
pelaksannan pendaftaran tanah dill.ukan oleh Kepala Kantor
Pendaftaran Tanah dengan dibantu oleh Pejabat Pembuat Aka Tanah
dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.

Dalam hal pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistimatik, Kepala


Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 8 ayat (1)). Penunjukan
Panitia Ajudikasi untuk membantu tugas Kepala Kantor Pertanahan
dalam Pendaftaran Tanah Sistematik dimaksud agar tugas-tugas rutin
para kepala Kantor pertanahan tidak terganggu, mengingat kegiatan
Pendattaran Tanah secara sistimatik pada umumnya bersifat massal.11

Susunan Panitia Ajudikasi yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)terdiri


atas (Pasal 8 ayat (2):

a. Seorang Ketua Panitia, merangkap anggota yang dijabat oleh


seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional
b. Beberapa orang anggota yang terdiri dari:
1) Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang
mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang
pendaftaran tanah;
2) Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang
mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang hak-hak
atas tanah
3) Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan Atau seorang
Pamong Desa/Kelurahan yang ditunjuk;
4) Dapat ditambah dengan secrang anggota yang sangat
diperlukan dalam penilaian kepastian data yuridis

11
Ibid, hlm.159-161

13
mengenai bidang bidang tanah di wilayah Desa/Kelurahan
yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan tugasnya Panitia Ajudikasi dibantu oleh satuan


tugas pengukuran dan pemetaan, satuan tugas pengumpul data yuridis
satuan tugas administrasi oleh Menteri

G. Sistem Pendaftaran Tanah


Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah merupakan salah satu hal
yang sangat menentukan kekuatan hukum bukti hak atas tanah yang
dihasilkannya, Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah perlu
diperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah yang
dilayani, terutama mengenai biaya yang wajib dibayar dalam perolehan
sertifikat yang dimintanya. Dalam hubungan ini, perlu diperhatikan juga
bahwa sistem publikasi dalam pendaftaran tanah menurut UUPA bukan
sistem publikasi positif yang menghasilkan surat tanda bukti hak yang
dijamin kebenarannya oleh negara, sehingga mempunyaikekuatan bukti
mutlak. Sistem publikasi yang digunakan adalah "sistem publikasi
negatif", artinya walaupun mengandung unsur-unsur positif,surat tada
bukti berupa sertifikat atau sertifikat sementara hanya dinyatakan sebagai
pembuktian yang kuat, retapi mash dapat disanggah kebenarannya dengan
bukti lain (Pasal 19 UUPA).12

Dalam pendaftaran tanah terdapat beberapa sistem pendaftaran tanah


yang dianut oleh banyak negara yang telah menyelenggarakan pendaftaran
tanah. Adapun sistem pendaftaran tanah tersebut sebagai berikut:

1. Sistem Torrens
Sistem in lebih dikenal dengan nama The Real Property Art atau
Torren act, yang mulai berlaku di Australia selatan tahun 1858.
Sesuai dengan namanya, sistem ini diciptakan oleh scorang bernama
12
Ibid, hlm.154-155

14
Sir Robert Torrens. Sistem ini kemudian diatur oleh banyak negara
lain, dan sudah disesuaikan dengan hukum material masing-masing
negara tetapi tata dasarnya mash sama.

Menurut sistem Torrens, sertifikat tanah merupakan alat bukti


pemegang hak atas tanah yang paling lengkap dan tidak dapat
diganggu gugat. Ganti Kerugian kepada pemilik sejati diberikan
melalui dana asuransi. Pengubahan buku tanah tidak diperkenankan,
kecuali jika sertifikat hak atas tanah itu diperoleh dengan cara
pemalsuan atau penipuan. Sistem Torrens ini diterapkan di Kanada,
Amerika Serikal.Brazilia, Alajazair, Spanyol, Denmark, Norwegia,
Malaysia.

a. Kelebihan sistem Torrens menurut penciptanya Sir Robert


Rorrens adalah sebagai berikut. Ketidakpastian diganti dengan
kepastian.
b. Biaya peralihan berkurang dari pound menjadi shilling, waktu
dari bulan menjadi hari. Ketidakjelasan dan berbelit-belit uraian
menjadi jelas dan singkat.
c. Persetujuan disederhanakan sedemikian rupa, sehingga setiap
orang dapat mengurus sendiri kepentingannya.
d. Penipuan sangat dihalangi.
e. Banyak hak milk atas tanah yang berkurang nilainya
karenaketidakpastian hak atas tanah dikembalikan kepada nilai
yang sebenarnya.
f. Proses disederhanakan dengan meniadakan beberapa hal.

2. Sistem Positif
Sistem posistif dalam pendaftaran tanah menyatakan bahma apa
yang tercantum dalam buku tanah dan surat bukti hak yang dikeinai

15
merupakan alat bukti mutlak. jika pihak ketiga bertindak berdasarkan
bukti-bukti tersebut, maka dia mendapat perlindungan mutlak
walapun kemudian hari ternyata bahwa keterangan yang tercantum
dalamnya tidak benar. Oleh karena itu, pelaksana pendaftaran tanah
berperan aktif menyelidiki dengan teliti apakah hak atas tanah dapat
didaftar untuk nama sescorang atau tidak.13

Seperti halnya sistem Torrens, sistem positif juga mempunyai


beberapa kelebihan seperta berkut ini

a. kepastian buku tanah bersifat mutlak


b. pelaksanan pendaftaran tanah bertindak aktif dan teliti;
c. mekanisme kerja penerbit hak atas tanah mudah dipahami oleh
orang awam.

Akan tetapi sistem in juga mempunyai kelemahan-kelemahan,Yaitu:

a. akibat pelaksanaam pendaftaran tanah bertindak aktif dan


teliti,maka waktu yang digunakan sangat lama;
b. pemilik hak atas tanah yang sebenarnya, akan kehilangan hal;
c. wewenang pengadilan dimasukkan ke dalam wewenang
administrasi karena penerbitan sertifikat tidak dapat diganggu
gugat.Sistem positif ini diterapkan di Jerman dan Swiss,

3. Sistem Negatif
Menurut sistem negatif, sertifikat hak atas tanah yang dikeluarkan
merupakan tanda bukti hak yang kuat. Artinya semua keterangan
yang terdapat dalam sertifikat mempunyai kekuatan hukum dan
harus diterima olch hakim sebagai keterangan yang benar, selama
tidak dibuktikan sebaliknya dengan alat bakti lain. bila kemudian
hari ternyata keterangan dalam sertifikal Inu ticlak benar, maka
berdasarkan Keputusan Pengadilan Neger yang sudah memperoleh

13
Ibid, hlm.155-156

16
kekuatan hukum tetap, sertifkat tersebut dapat diadakan perubahan
seperiunya.14

Menurut sistem negatif, peralihan hak atas tanah berdasarkam asas


mem plus iuris, yakni melindungi pemegang hak yang sebenarnya
dari tindakan orang lain yang mengalihkan haknya tampa diketahui
oleh pémegang hak yang sebenarnya. Ciri pokok sistem negatif
adalah bahwa pendaftaran hak atas tanah tidak menjamin bahwa
nama yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah jika
nama yang terdaftar bukan pemilik sebenarnya. Ciri pokok lainnya
adalah pejabat baik nama tanah.berperan pasif, artinya tidak
berkewajiban untuk menyelidiki kebenaransurat-surat yang
diserahkan kepadanya.

Kebaikan dari sistem negatif adalah perlindangan hukum diberikan


kepada pemegang hak yang sejati (sebenarnya).Sedangkan
kelemahan dari sistem in adalah sebagai berikut

a. peran pasif pejabat balik nama tanah menyebabkan tumpang


tindih sertifikat tanah;
b. mekanisme kerja penerbitan hak atas tanah kurang dipahami oleh
masyarakat awam.

UUPA tidak menyatakan secara tegas bahwa sistem pendaftaran


yang mana dianut dari tiga sistem yang telah diuraikan. Tetapi
apabila didasarkan pada ketentuan Pasal 19 ayat (2) UUPA, yaitu
kegiatan pendaftaran tanah yang berakhir adalah pemberian tanda
bukti hak yang berlaku sebagai "alat pembuktian yang kuat", jelas
bahwa UUPA menganut sistem negatif dalam hal penuaftaran tanah.
Pasal 32 ayat (2) UUPA menganut sistem negatif dengan
pertimbangan bahwa penyelenggaraan pendaftaran tanah

14
Ibid, hlm.156-159

17
menggunakan waktu relatif singkat Namun tidak berarti bahwa
berdasarkan sistem negatif pelaksanaan.15

pendaftaran tanah kurang atau tidak teliti. Terhadap sistem


pendataran tanah yang dianut UUPA, beberapa ahli hukum
memberikan tanggapan sebagai diuraikan berikut ini

Berkenaan dengan sistem pendaftaran tanah yang dianut oleh UUPA,


ada beberapa pendapat di kalangan para ahli hukum, antara lain:

a. Boedi Harsono berpendapat bahwa pendaftaran tanah di


dalam UUPA tidak menganut sistem negatif murni tetapi
sistem negatin bertendensi positif Pengertian bertendens
positif jalah adanya peran aktif pelaksana pendaftaran tanah.
Peran aktif itu misalnva
1) menyelidiki asal tanah dengan sangat teliti (Pasal 3 ayat
(2) PpNo. 10 Tahun 1961;
2) pengumuman selama 3 (tiga) bulan untuk pendaftaran
tanah pertama kali (Pasal 6 ayat (1) PP No. 10 Tahun 1961

Ciri-ciri sistem pendaltaran tanah negatif bertendens positif


sebagaimana yang dianut oleh VUPA adalah sebagai
berikut.16

1) Nama pemilik tanah yang tercantum dalam daftar buku


tanah adalah pemilik tanah yang bear dan dilindungi
hukum, dan merupakan tanda bukti hak yang tertinggi
2) Setiap peristiwa balik nama melalui penelitian seksama,
syarat-syarat dan prosedur berdasarkan asas keterbukaan
(open baar hedssbeginsen)
3) Setiap bidang tanals (persil) batas-batasanya diukur dan
digambar dalan, peta pendaftaran dengan skala 1 : 1.000.

15
Fadhil Yazid, Pengantar Hukum Agraria, (Medan:Undhar Press,2020),hlm.113
16
Ibid, hlm-113

18
Ukuran tersebut memungkinkan untuk meneliti kembali
batas-batas persil bila kemudian har terjadi sengketa batas.
4) Pemilik tanah yang tercantum dalam buku tanah dan
sertifikat masih dapat diganggu-gugat melalui Pengadilan
Neger oleh Badan Pertanahan Nasional.
5) Pemerintah tidak mengediakan dana untuk permbayaran
pgnti keraugian kepada masyarakat Karen kesalahan
adminisiran pendaftaran tanah. Masyarakat yang dirupikan
dapat menuntut melalui Pengadilan Neger untuk
mendapatkan haknya
b. Sunaryati Hartono dan Bachtiar Effendi berpendapat, bahwa
UUPA sudah tiba waktunya untuk beralih dari sistem negatif
ke sistem positif dalam pendaftaran tanah, schingga sertifkat
hak atas tanal merupakan satu-satunya alat bukti hak.
c. Mariam Darus Badruszaman dan Abdurrahman
Sistem pendaftaran tanah yang dianut oleh UUPA adalah
sistem campuran antarsistem positif dan sistem negatif.
Alasannya adalah bahwa pemilik yang sebenarnya mendapat
perlindungan hukum,sedangkan sistem positif ternyata
dengan adanya campur tangan pemerintah, yaitu PAT dan
Bagian Pendaftaran Tanah meneliti kebenaran setiap
peralihan hak dan tanah.

H. Objek Pendaftaran Tanah


Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tidak konsisten mengenai
objek pendaftaran tanah. Dalam Pasal 9-nya ditetapkan bahwa Hak Sewa
Untuk Bangunan (HSUB) tidak termasuk objek pendaftaran tanah. Namun
demikian, dalam Pasal 44 ayat (1)-nya dinyatakan bahwa “Pembebanan
Hak Tanggungan pada hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun, pembebanan Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Sewa
Untuk Bangunan (garis bawah penulis) atas Hak Milik, dan pembebanan

19
lain pada hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
ditentukan dengan peraturan perundang- undangan, dapat didaftar jika
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.” Atas dasar ketentuan Pasal 44 ayat (1) ini menunjukkan bahwa
Hak Sewa Untuk Bangun- an yang diatur dalam Pasal 44 dan Pasal 45
UUPA termasuk objek pendaftaran tanah, sehingga harus didaftar ke
Kantor Pertanahan Ka- bupaten/Kota.17

Objek pendaftaran tanah sebelum berlakunya Peraturan Pemerin- tah


No. 24 Tahun 1997 tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, kemudian disatukan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997.

Adapun objek pendaftaran tanah menurut ketentuan Pasal 9 PP No.


24 tahun 1997 objek pendaftaran tanah meliputi:

1) Bidang-bidang tanah yang dipunyat dengan Hak Milk. Hak Guna


Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakar,
2) Tanah Hak Pengelolaan;
3) Tanah Wakaf,
4) Hak Milk atas Satuan Rumah Susan;
5) Hak Tanggungan;
6) Tanah Negara.

Khusus Tanah Negara sebagai objek Pendaftaran Tanah,


pendaftarannya dilakukan hanya dengan cara membukukan bidang tanah
Negara dalam daftar tanah (Pasal 9 ayat (2).18

Adapun satuan wilayah Tata Usaha Pendaltaran Tanah adalah desa


atau kelurahan. Sedangkan khusus pendaftaran tanah hak guna usaha,hak

17
Urip santoso, Op Cit, hlm.304
18
Arba, Op Cit, hlm.161

20
pengelolaan, hak tanggungan dan tanah Negara satuan wilayah tata nya
adalah Kabupaten/Kotamadya.

I. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah


Pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia
didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Pelaksanaan pendaftaran tanah diselenggarakan olch Badan Pertanahan
Nasional Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah
(Pasal11).

Pendaftaran tanah untuk pertama kali (Pasal 13) dilakukan


melalu,dua cara, yaitu:

1. Secara sistematik, didasarkan pada suatu rencana kerja dan


dilaksanakan di wilayah- wilayah yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Secara sporadik, pendaftaran tanah dilaksanakan atas permintaan
pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 13 pelaksanaan pendaftaran tanah


untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara
sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara
sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di
wilayah- wilayah yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Apabila suatu kelurahan/desa belum ditetapkan sebagai wilayah
pendaftaran tanah secara sistimatik, maka pendaftaran tanahnya
dilaksanakan melalur pendaftaran tanah secara sporadik,yang dilakukan
atas permanitaan pihak yang berkepentingan.19

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (Pasa 12) meliputi:

1. pengumpulan dan pengolahan data fisik


2. pembuktian hak dan pembukuannya

19
Ibid, hlm.162-163

21
3. penerbitan sertifikat
4. penyajian data fisik dan data yuridis,
5. penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Sedangkan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi:

1. pendaftaran peralihan dan pembebasan hak


2. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya

1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Fisik


pengumpulan dan Pengolahan data fisik adalah keterangan mengenal
letak dan luas bidang tanah dan stuan rumah susan yang terdaftar,
termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan
di atasnya. Dalam rangka pengumpulan dan pengolahaan data fisik,
dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan pengukuran
dan pemetaan (Pasal 14) meliputi:

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran


b. Penetapan batas-batas bidang tanah
c. Pengukuran dan pemetaan bidang-lanah dan pembuatan peta
pendaftaran
d. Pembuatan daftar tanah
e. Pembuatan surat ukur

2. Pembuktian Hak dan Pembukuannya


Dalam hal ini kegiatan meliputi :

a. Pembuktian hak baru


b. Pembuktian hak lama
c. Pembukuan hak.

3. Penerbitan Sertifikat Tanah

22
Menurut PP No. 24 Tahun 1997, sertifikat adalah Surat Tanda Bukti
Hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA
untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah
dibukukan dalam Buku Tanah yang bersangkutan. Menurut PP No, 10
Tahun 1961 yang disebut sertifikat adalah salinan Bukr Tanah dan
Surat Ukur yang dijahit menjadi Satu bersama-sama dengan suatu
kertas sampul yang bentuknya ditctapkan oleh mentert agraria. Dengan
demikian Sertifikat Tanah terdiri atas:20

a. Salian Buku Tanah


b. Salian Surat Ukur
c. Kertas Sampul.

4. Penyajian Data Fisik dan Data Yuridis


Penyajian data fisik dan data yuridis merupakan kegiatan tata usaha
pendaltaran tanah. Penyajian data fisik dan data yuridis oleh Kantor
Pertanahan terdiri dari :

a. Peta Pendaftaran Tanah, yaitu peta yang menggambarkan


bidang tau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan.
b. Daftar Tanah, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.
c. Surat Ukur, yaitu dokumen yang memuat data fisik suatu bidang
tanah dalam bentuk peta dan uraian.
d. Buku Tanah, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang
sudah ada haknya.
e. Daftar Nama, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
Keterangan mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas
tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik

20
Ibid, hlm.163-164

23
atas satuan rumah susun oleh orang perorangan atau badan
hukum.

Sebelum melakukan perbustan hukum mengenai bidang tanah tertentu,


para pihak yang berkepentingan dapat mengetahui data mengenal
bidang tanah tersebut. Sehubungan dengan sifat terbuka,oleh karenanya
disebut daftar umum, data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam
peta pendaftaran, daftar tanah, buku tanah dan suraldiletahui olch setiap
orang yang berkepentingan untuk mengetahui data yang tersimpan
tersebut. Adapan data yang tersimpan dalam daftar nama hanya terbuka
bagi instansi pemerintah tertentu,bagi pelaksanaan tugasnya (Pasal 34
PP No 24 Tahun 1997).21

5. Penyimpanan Daftar Umum dan Dokumen


Dokumen- dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah
digunakan sebagai dasar pendaftaran (warkah). diberi tanda pengenal
dan disimpan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau di tempat
lain yang ditetapkan oleh Menteri/ Kepala Badan Pertanahan.

peta pendaltaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama dan
dokumen-dokumen di atas harus tetap berada di Kantor Pertanahan atau
ditempat lain yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Badan Pertanahan
nasional. Untuk mencegah hilangnya dokumen tersebut, maka apabila
ada instansi yang menganggap perl untul: memicriksanya, permeriksaan
wajib dilakukan di Kantor Pertanahan.

kegiatan pemeliharaan data pendaltaran tanah meliputi Pendaftaran


Peralihan dan Pembebanan Hak dan Pendaftaran Perubahan Data
pendaftaran Tanah (Pasal 36 s. d. S7 PP No. 24 Tahun 1997).
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi
perubahan pada data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah
yang telah didaftar perubahan data fisik dimaksud adalah pemisahan,

21
Ibid, hlm.164-165

24
pemecahan atau Penggabungan bidang-bidang tanah yang sudah
terdaftar. Perubahan data yuridis terjadi apabila ada pembebanan atau
pemindahan hak atas tanah yang sudah didaftar. Perubahan yang terjadi
olch pemegang hak atas tanah wajib didaftarkan pada Kantor
Pertanahan.

J. Penerbitan Sertifikat Tanah


Penerbitan sertifikat pengganti atas dasar permohonan pemegang hak
dapat diterbitkan sertifikat baru sebagai pengganti karena sertifikat rusak,
atau hilang diatur dalam ketentuan Pasal 57 sampai dengan Pasal 50 PP
No. 24 Tahun 1997.

Pasal 57 menentukan bahwa atas permohonan pemegang hak


diterbitkan sertifikat bar sebagai pengganti sertifikat yang rusak,hilang,
masih menggunakan blanko sertifkat yang tidak digunakan lagi atau yang
tidak diserahkan kepada pembeli lelang dl;am suatu eksekusi. Permohonan
sertifikat pengganti dimaksud hanya diapat dijukan oleh pihak yang
namanya tercantum sebagai peregang hak dalam buko tanah yang
bersangkutan atau pihak lain yang merupakan penerima hak berdasarkan
aka PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 dan Pasal 41 atau akat sebagaimana dimaksud Pasal 53, atau kuasanya.
Dalam hal pemegang,hak atau penerima hak sudah meninggal dunia,
permohonan sertifkat pengganti dapat diajukan olch ahli warisnya dengan
menyerahkan surat tanda bukti sebagai ahli wars. Penggantian sertifikat
tersebut harus dicatat dalam buku tanah yang bersangkutan. Pasal 58
menentukan bahwa dalam hal penggantian sertifikat karena rusak atau
pembaruan blanko sertifikat, sertifikat yang ditahan dan dimusnahkan.
Pasal 59 menentukan bahwa permohonan sertifikat pengganti yang hilang
harus disertai pernyataan di bawah sumpah dari yang bersangkutan di
hadapan Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk mengenai
hilangnya sertifikat hak yang bersangkutan.

25
Penerbitan sertifikat pengganti dimaksud didahulun dengan
pengumuman 1 (satu) kali dalam salah satu surat kabar harian setempat
atas biaya pemohon. jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dihitung
sejak hari pengumuman tidak ada yang mengajukan keberatan mengenai
akan diterbitkan sertifikat pengganti tersebut atau ada yang mengajukan
keberatan akan tetapi menurut pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan
keberatan tersebut tidak beralasan, diterbitkan sertifikat baru. Jika
keberatan itu beralasan, maka Kepala Kantor Pendaftaran Tanah akan
menolak menerbitkan sertifikat pengganti.Baik diterbitkan sertifikat
pengganti maupun ditolak untuk diterbitkan harus dicatat dalam berita
acara oleh Kepala Kantor Pertanahan.22

Sertifikat pengganti tersebut diserahkan kepada pemohon atau kuasa


untuk menerimanya. Penggantian sertifikat hak atas tanah atau hak milk
atas satuan rumah susun yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang
dalam lelang eksekusi didasarkan atas surat keterangan dari Kepala Kantor
Pendaftaran Lelang yang bersangkutan yang memuat alasan tidak dapal
diserahkannya sertifikat tersebut kepada pemenang lelang. Selanjutnya
kepala Kantor Pertanahan mengumumkan telah diterbitkan sertifikat
pengganti untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun dan
tidak berlakunya lagi sertifikat yang lama dalam salah satu surat kabar
harian setempat atas biaya pemohon (Pasal 60).23

22
Ibid, hlm.169-171
23
Ibid, hlm.171

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari


bumi, yang disebut permukaan bumi.Tanah yang dimaksud di sini bukan
mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah
satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak.
Dengan demikian Pengertian Pendaftaran Tanah menurut ketentuan Pasal
1 angka 1 pp No, 24 Tahun 1997 adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan
teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan
daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-
hak tertentu yang membebaninya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini dipaparkan, semoga para pembaca dapat


menambah ilmu pengetahuan dan mengerti dengan mata kuliah Hukum
Agraria tentang Sejarah Penyusunan Hukum Agraria Nasional. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini agar menjadi makalah yang benar dan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arba,Haji. (2015). Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Harsono,Boedi. (1970). Undang-Undang Pokok Agraria,Seluruh Penyusunan,isi


dan Pelaksanannya. Jakarta: Djambatan.

Santoso,Urip. (2012). Hukum Agraria Kajian Komprehensif. Jakarta: Kencana

Sumarja,FX. (2010). Hukum Pendaftaran Tanah. Bandar Lampung: Universitas

Yazid,Fadhil. (2020). Pengantar Hukum Agraria. Medan: Undhar Press

28

Anda mungkin juga menyukai