Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas
yang dibebankan oleh Dosen kami, yaitu Dosen Pendaftaran Tanah dan Rumah Susun di
Universitas Tama Jagakarsa Jakarta Selatan. Di samping itu, kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Makalah ini berisi tentang “PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI” Di


mana disini akan dijabarkan pembahasan seputar Hukum Pendaftaran tanah dan tata
cara pendaftaran tanah. Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah kami sebutkan di
atas adalah untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pendaftaran Tanah dan Rumah
Susun. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna mendapatkan
wawasan dan pengetahuan.

Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
makalah ini, karena kami tau makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap kritikan, saran dan masukan yang membangun dari
pembaca guna penyempurnaannya ke depan. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih
dan semoga makalah ini bermanfaat sesuai dengan fungsinya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................................6

A. Pengertian Pendaftaran Tanah.......................................................................................6

B. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah.................................................................................11

C. Objek Pendaftaran Tanah.............................................................................................12

D. Sistem Pendaftaran Tanah............................................................................................13

E. Alat Bukti Kepemilikan Tanah........................................................................................16

BAB III ...............................................................................................................................18

PENUTUP ..........................................................................................................................18

A. Kesimpulan ...................................................................................................................18

B. Saran ............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan elemen yang penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena
itu kepastian kepemilikan tanah sangat diperlukan untuk kepastian hukum. Sehingga
kepemilikan tanah perlu di daftarkan. Untuk tercapainya kepastian pendaftaran tanah
tersebut maka Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 (selanjutnya akan disebut sebagai PP 10/1961) yang telah berlaku
sejak tahun 1961 dipandang memiliki substansi yang sudah tidak dapat lagi memenuhi
tuntutan zaman untuk memberikan kepastian atas pendaftaran tanah tersebut.

Oleh karenanya pada tanggal 8 Juli 1997 pemerintah menetapkan dan


mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (selanjutnya akan disebut sebagai PP 24/1997) untuk menggantikan PP 10/1961
tersebut. PP ini berlaku tiga bulan sejak tanggal diundangkannya (Pasal 66) yang berarti
secara resmi mulai berlaku diseluruh wilayah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober 1997
dengan Peraturan Pelaksananya adalah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
Nomor 3 Tahun 1997 (selanjutnya akan disebut sebagai PerMen 3/1997). Sementara
semua peraturan perundang-undangan sebagai pelaksana dari PP 10/1961 yang telah
ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diubah atau diganti
berdasarkan PP 24/1997 ini (Pasal 64 ayat (1) ).

PP 24/1997 yang menggantikan PP 10/1961 ini merupakan peraturan pelaksana


dari amanat yang ditetapkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (yang selanjutnya akan disebut UUPA)
yang mengatur:"Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah".
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah ini adalah:

1. Apa dasar hukum pendaftaran tanah untuk pertama kali?

2. Apa objek pendaftaran tanah di Indonesia?

3. Bagaimana tata cara pendaftaran tanah di Indonesia?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendaftaran Tanah

Sesuai pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran


Tanah. Pendaftaran Tanah adalah Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan
pengolahan pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis
dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya. Artinya Pendaftaran tanah menentukan hubungan hukum antara
seseorang dengan tanah sebagai benda tetap.

Data fisik yang dimaksud adalah, mengenai letak, batas, luas bidang tanah dan
satuanrumah susun yang didaftar, termasuk mengenai adanya bangunan atau bagian
bangunan di atasnya. Data Yuridis adalah mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun.

Tujuan Pendaftaran Tanah menurut Pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997 yaitu ada 3 (tiga) :

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak

suatu bidang tanah, rumah susun atau hak lain yg terdaftar. Agar mudah membuktikan

dirinya sebagai pemegang hak.

2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk

Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam

mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan


rumah susun yang sudah terdaftar;

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.


Selain tujuan diatas, menurut Maria S.W.Sumardjono bahwa manfaat dari pendaftaran

tanah dapat dipetik oleh 3 pihak yaitu :

1. Pemegang hak atas tanah itu sendiri, sebagai pembuktian atas haknya.

2. Pihak yang berkepentingan, misalnya calon pembeli tanah, atau kreditur untuk

memperoleh keterangan atas tanah yang menjadi objek perbuatan hukumnya.

3. Bagi Pemerintah yaitu dalam rangka mendukung kebijaksanaan pertanahannya.

Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali :

Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
(initial registration) dan pemeliharaan data pendaftaran tanah (maintenance).
Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan
terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan PP No. 10 Tahun
1961 dan PP No. 24 Tahun 1997. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis
dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat
dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.

Dalam Pasal 13 ayat (1) PP. No. 24 Tahun 1997 dikenal 2 (dua) macam bentuk
Pendaftaran tanah untuk pertama kali yaitu :

1. Pendaftaran tanah secara sistematik

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang
belum terdaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan yang
diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka
panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Agraria atau Kepala BPN.
2. Pendaftaran tanah secara sporadic

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian
wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal yang dilaksanakan atas
permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran
tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Adapun syarat-syarat untuk mengajukan
permohonan pendaftaran secara sporadic :

a) Surat Permohonan dari pemilik tanah untuk melakukan pensertifikatan tanah


miliknya
b) Surat kuasa (apabila pengurusannya dikuasakan kepada orang lain)
c) Identitas diri pemilik tanah (pemohon), yang dilegalisir oleh pejabat umum yang

berwenang (biasanya Notaris) dan atau kuasanya

Bukti hak atas tanah yang dimohonkan, yaitu berupa:

1) surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan


Swapraja yang bersangkutan; atau
2) sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri
Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau
3) surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut di dalamnya; atau
4) petuk Pajak Bumi atau Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding
Indonesia sebelum berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961; atau
5) akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
6) akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan; atau
7) akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai
dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977; atau
8) surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; atau
9) risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan; atau

10)surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan; atau

11) lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuanketentuan Konversi UUPA; atau

12) Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum
diberlakukannya UUPA(dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang dalam hal ini
biasanya Lurah setempat)

e) Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan, yaitu berupa: Surat
Pernyataan Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus menerus dan surat
keterangan Kepala desa/Lurah disaksikan oleh 2 orang tetua adat / penduduk setempat
f) Surat pernyataan telah memasang tanda batas;

g) Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan;

h) Fotocopy SK Ijin Lokasi dan surat keterangan lokasi (apabila pemohon adalah Badan
Hukum.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali diperinci dalam hal:

1. Pengumpulan dan pengolahan data fisik

2. Pembuktian hak dan pembukuannya

3. Penerbitan sertifikat

4. Penyajian data fisik dan data yuridis

5. Penyimpanan data umum dokumen.


Sertifikat dalam Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 merupakan surat tanda bukti
hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan.

Asas pendaftaran tanah dapat dilihat dalam pasal 12 PP No. 24 Tahun 1997 meliputi :4

1. Sederhana, yaitu asas dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok dan tatacaranya


mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama hak atas tanah.

2. Aman, yaitu suatu asas yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran
tanah diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga dapat memberikan jaminan
kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3. Terjangkau, asas yg dimaksudkan bahwa keterjangkauan bagi pihak-pihak yg


memerlukan, dengan memperhatikan golongan ekonomi lemah.

4. Mutakhir, adanya kelengkapan data yg memadai dalam pelaksanaannya dan

keseimbangan dalam pemeliharaan datanya, sehingga data pendaftaran tanah harus

dipelihara. Data disimpan dalam bentuk buku tanah di kantor pertanahan dan harus

selalu diperbaharui jika ada perubahan.

5. Terbuka, masyarakat dapat memperoleh keterangan tentang data yang benar setiap

saat.

Fairuz Syifa Arifin, Pembaruan Agraria Nasional (PAN) Dengan Progam Sertipikasi Tanah
Melalui Prona Guna Menyukseskan Tertib Administrasi Pertanahan Di Kabupaten
Pemalang, Tesis, Progam Pasca Sarjana, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008)

B. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

Menurut Pasal 19 (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokokpokok Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa ;

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah


diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

a) pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;

b) pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c) pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan


masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan


pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang
tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

Disamping kewajiban pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah, masyarakat juga


diwajibkan untuk melakukan pendaftaran tanah sesuai pasal 23, pasal 32, dan pasal 38
UUPA,

sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

1. Pasal 23 UUPA, Ayat 1 : Hak milik demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan
pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan ketentuan
yang dimaksud dalam Pasal 19 Ayat 2 : Pendaftaran termasuk dalam ayat 2 merupakan
alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan
pembebanan hak tersebut.

2. Pasal 32 UUPA, Ayat 1 : Hak guna usaha, termasuk syarat-syarat pemberiannya,


demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan
menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Ayat 2 : Pendaftaran
termasuk dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai peralihan serta
hapusnya
hak guna usaha, kecuali dalam hak-hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.

3. Pasal 38 UUPA, Ayat 1 : Hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya,

demikian juga setiap peralihan dan hapusnya dak tersebut harus didaftarkan menurut

ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Ayat 2 : Pendaftaran termaksud

dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna

bangunan serta sahnya peralihan tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena
jangka waktunya berakhirnya.

Sebagai implementasi dari Pasal 19 UUPA No. 5 Tahun 1960, maka diterbitkanlah
beberapa peraturan-peraturan diantaranya :

1. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan ini

diangap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan akan kepastian

hukum Hak Atas Tanah, sehingga diperbaharui dengan

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah tertanggal 8

Oktober 1997

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan NAsional No. 3 Tahun


1997. Walaupun Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 sudah tidak berlaku lagi,
namun peraturan pelaksanaan yang menyertainya tetap dinyatakan berlaku sepanjang
tidak bertentangan, diubah atau diganti dalam PP 24 Tahun 1997.

C. Objek Pendaftaran Tanah

Objek pendaftaran tanah terdapat dalam pasal 9 PP No. 24 Tahun 1997 meliputi :

1. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai;

2. tanah hak pengelolaan;

3. tanah wakaf;

4. hak milik atas satuan rumah susun;


5. hak tanggungan;

6. tanah Negara.

Dari objek-objek pendaftaran tanah tersebut diatas, yang wajib dilakukan pendaftaran
meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan,
tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan. Objek pendaftaran
tanah dalam Pasal 9 PP No. 24 Tahun 1997 tersebut dibukukan dalam Buku Tanah dan
diterbitkan sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya kecuali tanah negara yang tidak
perlu diterbitkan sertipikat.

D. Sistem Pendaftaran Tanah

Ada 2 macam sistem pendaftaran tanah yaitu :5

1. Sistem pendaftaran akta atau registration of deeds. Dalam sistem pendaftaran akta,
yang didaftar oleh Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT) adalah akta. Dalam sistem
pendaftaran akta, PPT bersikap pasif. Ia tidak melakukan pengujian kebenaran data yang
disebut dalam akta yang didaftar. Sistem pendaftaran akta melakukan pendaftaran
terhadap dokumen-dokumen yang membuktikan diciptakannya hak yang bersangkutan
dan dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum

mengenai hak tersebut kemudian (Urip Santoso, 2011 : 32).

2. Sistem pendaftaran hak atau registration of titles, titles dalam arti hak yang lebih
dikenal

dengan sistem Torrens.

Dengan lahirnya UUPA pada tanggal 24 september 1960 maka sistem pendaftaran tanah

berupa sistem pendaftaran hak (registration of title) dimana hal tersebut ditetapkan

dalam Pasal 19 UUPA yang antara lain berbunyi:

5 R. Hermanses, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Jakarta, Direktorat Jenderal Agraria,


1981, hlm. 6.
14

a) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah

di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

b) Pendaftaran tanah meliputi:

1) Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah

2) Pendafataran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

Sistem pendaftaran yang digunakan adalah sistem pendaftaran hak atau registration of

title, hal ini tampak dengan adanya buku tanah sebagai dokumen yang memuat data

yuridis dan data fisik yang terhimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertipikat
sebagai

surat tanda bukti hak yang di daftar.

Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun

didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah, yang memuat data juridis dan data

fisik bidang tanah yang bersangkutan dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada

surat ukur tersebut. Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur

secara hukum telah didaftar menurut PP 24 Tahun 1997. Sertifikat diterbitkan sesuai

dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftar dalam

buku tanah untuk kepentingan pemegang hak.

Menurut Boedi Harsono, menyatakan bahwa sistem publikasi dalam pendaftaran tanah

digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu:6


1. Sistem Positif

Sistem ini menunjukkan bahwa sertipikat tanah yang diberikan adalah berlaku sebagai

tanda bukti hak yang bersifat mutlak (absolute) serta sertipikat merupakan bentuk satu-
satunya

tanda bukti hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang. Sistem publikasi positif selalu

6 Boedi Harsono, (Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-undang


Pokok Agraria, Isi dan

Pelaksanaannya), Edisi Revisi, Cetakan ke-8, Djambatan, Jakarta, 1999, hlm. 11

15

menggunakan sistem pendaftaran hak, maka meski ada register atau buku tanah sebagai
bentuk

penyimpanan dan penyajian data yuridis dan sertifikasi sebagai surat tanda bukti hak.
Pencatatan

dan pendaftaran nama seseorang dalam register sebagai pemegang haklah yang
menjadi

pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, bukan perbuatan hukum pemindahan hak
yang

dilakukan (title by registration, the register is everything). Apa yang tercantum dalam
buku

pendaftaran tanah dan surat tanda bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat
pembuktian yang

mutlak. Negara menjamin kebenaran data yang disajikan. Perolehan tanah dengan
etikad baik

melalui cara sebagaimana diatur dalam undang-undang, memberikan kepada pihak yang
memperolehnya suatu hak yang “indefeasible” yang tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun,

juga oleh pihak yang sebenarnya berhak sekalipun.

2. Sistem Negatif

Dalam sistem publikasi negatif, bukan pendaftaran tetapi sahnya perbuatan hukum yang

dilakukan yang menentukan berpindahnya hak kepada pembeli. Pendaftaran tidak


membuat

orang yang memperoleh tanah dari pihak yang tidak berhak, menjadi pemegang haknya
yang

baru. Sistem publikasi negatif, menunjukkan ciri bahwa apa yg tercantum didalam
sertipikat

tanah adalah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya
(tidak

benar) dimuka pengadilan. Surat tanda bukti hak berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat,

yang berarti pula bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di dalamnya


mempunyai

kekuatan hukum danharus diterima (oleh hakim) sebagai keterangan yang benar,
sepanjang tidak

ada alat pembuktian lain yang membuktikan sebaliknya.

Sistem publikasi menurut UUPA No. 5 Tahun 1960 adalah sistem publikasi

negatif bertendensi positif. Artinya sistem negatif yang mengandung unsur positif
karena akan

menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat, seprti
yang dinyatakan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c, pasal 23 ayat 2, pasal 32 ayat2 dan pasal
38 ayat

2 UUPA. Sistem Publikasi yang dianut adalah bukan sistem negatif murni, karena pejabat

pendaftaran tanah dalam rangka pengumpulan data bersikap passif dan pada umumnya

16

menggunakan sistem pendaftaran akta yang memuat data itulah yang didaftar. Dalam
akta

tersebut oleh pejabat pendaftaran dibubuhkan catatan bahwa telah dilakukan


pendaftarannya.

Akta itulah yang merupakan tanda bukti hak.

Bahwa pendaftaran tanah yang diselenggarakan atas perintah Pasal 19 UUPA,

menghasilkan alat pembuktian yang kuat (bukan mutlak = positif), menurut para pejabat

pendaftaran tanah dalam mengumpulkan data fisik dan data yuridis, sejauh mungkin
berusaha

memperoleh data yang benar. Data pada pendaftaran tanah meliputi: Data fisik,
kegiatan

pengumpulan data fisik meliputi penetapan batas, pengukuran dan pemetaan tanah
yang

bersangkutan (diatur dalam pasal 17,18,19 dan 20 PP 24/1997). Pengumpulan data


yuridis diatur

dalam pasal 23,24 dan 25 PP 24/1997. Dibedakan antara hak baru dan hak lama.

E. Alat Bukti Kepemilikan Tanah

Pengumpulan data yuridis hak-hak lama diatur dalam pasal 24 ayat (1), yaitu hak-hak
atas
tanah yang data yuridisnya bersumber pada alat-alat bukti pemilikan tanahnya. Sedang
yang

diatur dalam pasal 24 ayat (2) yaitu hak-hak atas tanah yang bukti-bukti yuridisnya
bersumber

pada alat-alat bukti penguasaan atas tanah.

Alat bukti pemilikan tanah menurut pasal 24 ayat (1) bisa berupa alat-alat tertulis,
keterangan

saksi dan atau pernyataan yangbersangkutan yang kadar kebenarannya dianggap cukup
untuk

mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya. Ada 3 (tiga)

kemungkinan alat pembuktiannya :

1. Bukti tertulisnya lengkap, tidak memerlukan bukti lain.

2. Bukti tertulisnya sebagian tidak ada lagi, diperkuat keterangan saksi dan/atau
pernyataan

yang bersangkutan

3. Bukti tertulisnya semuanya tidak ada lagi, diganti keterangan saksi dan/atau
pernyataan

yang bersangkutan.

17

Untuk hak atas tanah-tanah baru dibuktikan dengan :

1. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang apabila hak tersebut dari
tanah

negara atau hak pengelolaan

2. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak oleh pemegang hak milik kepada
penerima
hak bangunan atau hak pakai atas tanah.

3. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh


pejabat

yang berwenang.

4. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf.

5. Hak milik atas satuan umah susun, dibuktikan dengan akta pemisahan.

6. Pemberian hak tanggungan, dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.

Anda mungkin juga menyukai