Anda di halaman 1dari 31

PENDAFTARAN TANAH PASCA UU NO.

11 TAHUN 2020 JO PP NO. 18 TAHUN 2021

OLEH : ALWESIUS, S.H., M.KN

WEBINAR, 13 MARET 2021


DASAR HUKUM PENDAFTARAN TANAH

 Dasar Hukum :

• Pasal 19 UUPA
• PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, diundangkan tanggal 8 Juli 1997,
mulai berlaku 8 Oktober 1997
• PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997.
 
 PENDAFTARAN TANAH MENURUT PASAL 19 UUPA MERUPAKAN SUATU
RECHT KADASTER.
 
Karena diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan.
 
 Bunyi pasal 19 ayat 1 UUPA.
 
“ Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.”
 
PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH

• PENDAFTARAN TANAH adalah rangkaian kegiatan


yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang-bidang tanah dan SRS, termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya dan HMSRS serta hak-hak
tertentu yang membebaninya. 
ASAS-ASAS PENDAFTARAN TANAH
 
 ASAS SEDERHANA : ketentuan pokok dan prosedurnya mudah dipahami.

 ASAS AMAN : PT perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga


hasilnya dapat mempberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan PT.

 ASAS TERJANGKAU: terjangkau oleh pihak-pihak yang membutuhkan,


khususnya golongan ekonomi lemah.

 ASAS MUTAKHIR : kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan


kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus
menunjukkan keadaan yang mutakhir dan karenanya jika terjadi perubahan
data wajib didaftar.

 ASAS TERBUKA : data yang tersedia harus terbuka untuk umum.


TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
 TUJUAN PENDAFTARAN TANAH.
 
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
ybs.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan temasuk
Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan SRS yang sudah
terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. (Pasal 3 UUPT)
 
 CARA MENCAPAI TUJUAN TERSEBUT :
 
• Ad.a. Kepada pemegang hak diberikan SERTIPIKAT.
• Ad.b. Data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan SRS yang sudah terdaftar
Terbuka Untuk Umum.
• Ad.c. Setiap bidang tanah dan SRS termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya
hak atas tanah dan HM a SRS wajib didaftar.
SISTEM PENDAFTARAN TANAH YG KITA KENAL

I. Sistem Pendaftaran Akta (Registrations of Deeds)


• Dalam sistem ini yang di daftar adalah Deeds-nya (Aktanya) , akta yang
membuktikan adanya peristiwa atau perbuatan hukum tertentu.
• Sarana pengumpulan data, penyimpanan data dan penyajian data berupa
Akta, demikian juga tanda bukti yg dihasilkan berupa Akta yang sudah
dibubuhi tanda pendaftaran.

II. Sistem Pendaftaran Hak (Registration of Titles)


• Dalam system ini yang didaftar adalah Titles-nya, hubungan hokum
antara Subyek dengan Tanahnya, yang didaftar dalam Buku
Register/Buku Tanah
• Sarana pengumpulan datanya berupa juga berupa akta, tapi yang
didaftaran bukan akta ybd, penyimpanan data dilakukan dalam Buku
Register/Buku Tanah, demikian juga dengan penyajiab datanya.
• Sebagai tanda bukti haknya akan diterbitkan Certificate of Titles
(Sertipikat hak atas tanah)
SISTEM YG DIANUT PP NO. 24 TAHUN 1997

 SISTEM YANG DIANUT OLEH PP 24/1997 (JUGA OLEH PP


10/1961) ADALAH SISTEM PENDAFTARAN HAK
(REGISTRATION OF TITLES.
 
Hal tersebut dapat diketahui dari adanya Buku Tanah (Register)
sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang
dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertipikat (“Certificate of
Title”) sebagai tanda bukti hak yang didaftar.
 
 SISTEM YANG DIANUT OLEH ORDONANTIE BALIK NAMA
(S. 1834 : 27)
 
Sistem Pendaftaran Akta, karena yang didaftar adalah Aktanya, akta
yang membuktikan perbuatan hukum penyerahan haknya, didaftar
dalam Register Akta dan tanda buktinya adalah Grosse Acte.
SISTEM PUBLIKASI YG KITA KENAL

 SISTEM PUBLIKASI YANG KITA KENAL.


I. Sistem Publikasi Yang Negatif
• Dalam sistem ini pemerintah tidak menjamin kebenaran data yang
disajikan.
• Perlindungan hukum diberikan kepada Pemegang Hak yang
sebenarnya, bukan kepada pemegang hak yang terdaftar, berdasarkan
asas Nemo Plus Iuris
• Pendaftaran maupun tanda bukti yang dihasilkan tidak bersifat
mutlak. Jika ada kesalahan dalam pendaftaran maka akan dilakukan
perbaikan.
II. Sistem Publikasi Yang Positif
• Dalam system ini pemerintah menjamin kebenaran data yang disajikan.
• Perlindungan hokum diberikan kepada pemegang yang terdaftar,
berdasarkan “itikad baik”.
• Pendaftaran akan menghasil tanda bukti hak yang bersifat mutlak. Jika
ada kesalahan tidak dapat diperbaiki. Pemegang hak yang sebenarnya
akan mendapat ganti rugi dari Negara atau Asuransi.
KELEMAHAN SISTEM NEGATIF DAN LEMBAGA YANG
DIGUNAKAN UNTUK MENGATASINYA..
 
Pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak
dalam daftar Kadaster selalku menghadapi kemungkinan
gugatan dari pihak lain yang merasa mempunyai tanah itu.
 
Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan Lembaga
Acquisitieve Verjaring, yaitu dengan lewatnya waktu
tertentu seseorang akan memperoleh hak yang tidak
dapat diganggu gugat.
 
 
SISTEM PUBLIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM PP 24/1997.
 
PP 24/1997 menganut Sistem Negatif, tetapi bukan sistem negatif yang murni, melainkan
sistem negatif dengan unsur-unsur positif.
 
Sistem kita (yang dianut oleh UUPA dan PP 24/1997) adalah sistem negatif yang
mengandung unsur Positif. Sistemnya bukan negatif murni, karena dinyatakan dalam pasal
19 ayat 2 huruf c UUPA, bahwa pendaftaran menghasilkan surat-surat tanda bukti hak, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Demikian juga dinyatakan dalam dalam pasal
23 ayat 2, 32 ayat 2 dan 38 ayat 2 UUPA dan pasal 32 UUPA dan penjelasannya.
 
Sistem publikasi yang negatif murni tidak akan menggunakan sistem pendaftaran hak.
Juga tidak akan ada pernyataan seperti dalam pasal-pasal UUPA tersebut. Pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa Pemerintah sebagai penyelenggara pendaftaran tanah
harus berusaha agar sejauh mungkin dapat disajikan data yang benar dalam buku tanah dan
peta pendaftaran. Hingga selama tidak dibuktikan sebaliknya , data yang disajikan dalam
buku tanah dan peta pendaftaran harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam
perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam berperkara di pengadilan. Demikian juga data
yang dimuat dalam sertipikat hak, sepanjang data tersebut sesuai dengan Buku Tanah dan
peta Pendaftaran.
 
Tetapi biarpun demikian sistemnya juga bukan positif. Dalam sistem postif data yang
disajikan dijamin kebenarannya dan mempunyai daya pembuktian yang mutlak, bukan hanya
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
 
LEMBAGA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGATASI
KELEMAHAN SISTEM PUBLIKASI KITA.
 
Lembaga Rechtverwerking. (Pasal 32 ayat 2 PP
24/1997).
 
Kelemahan sistem publikasi kita tidak dapat diatasi
dengan lembaga Acquisitieve Verjaring. Apa sebabnya ?
 
Karena hukum tanah kita yang berdasarkan hukum adat
tidak mengenal lembaga Acquisitieve Verjaring atau
daluwarsa untuk memperoleh hak atas tanah.
(Putusan Hoog Gerechts Hof tanggal 25 Oktober 1934)
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH.
 
Meliputi :
 
PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI.
 
Kegiatan PT yang dilakukan terhadap obyek PT yang belum didaftar berdasarkan PP-10/1961 atau PP-24/1997.
 
Meliputi :
 
1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
2) Pembuktian hak dan pebukuannya.
3) Penerbitan sertipikat.
4) Penyajian data fisik dan data yuridis.
5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
(pasal 12 ayat 1 PP 24/1997)
 
KEGIATAN PEMELIHARAN DATA PEMDAFTARAN TANAH.
 
Pendaftaran yang dilakukan karena terjadi perubahan data yuridis dan/atau data fisik terhadap tanah yang sudah terdaftar.
 
Meliputi :
 
6) Pendaftaran peraliahn dan pembebanan hak;
7) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
(Pasal 12 ayat 2 PP 24/1997)
 
CARA PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI MENURUT
PP-24/1997.
 
Ada 2 (dua) cara, yaitu :
 
1. PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK :
 
yaitu kegiatan PT untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua
obyek PT yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
 
Pelaksanaannya didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah
yang ditetapkan Menteri (Ka.BPN) dan pelaksanaan pendaftarannya dilaksanakan oleh Ketua
PANITIA AJUDIKASI.
 
2. PENDAFTARAN TANAH SECARA SPORADIK.
 
Yaitu kegiatan PT untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek PT dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pelaksanaan pendaftarannya dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan


(pemegang hak) dan dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
OBYEK PENDAFTARAN TANAH.
 
Meliputi :
 
1) bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan HM,
HGU, HGB dan Hak Pakai;
2) tanah Hak Pengelolaan;
3) Tanah Wakaf;
4) Hak Milik atas SRS;
5) Hak Tanggungan; dan
6) Tanah Negara.
(pasal 9 PP 24/1997)
SATUAN WILAYAH TATA USAHA PENDAFTARAN
TANAH.
 
Satuan Wilayah Tata Usaha PT adalah desa atau
kelurahan.

Khusus untuk pendaftaran tanah HGU, Hak


Pengelolaan, Hak Tanggungan dan Tanah Negara
satuan wilayah tata usaha pendaftarannya adalah
Kabupaten/Kota. (pasal 10 PP 24/1997)
PENETAPAN BATAS SECARA DELIMITATIE CONTRADICTOIR.
 
 Penetapan batas-batas bidang tanah yang dilakukan secara
musyawarah diantara para pemilik tanah yang saling
berbatasan. (ps. 17 ayat 2 jo 18 ayat 1 PP-24/1997)

 Jika para pemilik tanah yang berbatasan tidak hadir atau tidak
tercapai kesepakatan mengenai batas-batas bidang tanah
yang bersangkutan, maka pengukuran bidang tanahnya
diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan batas-
batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas
bidang-bidang tanah ybs dan dalam GAMBAR UKUR
dibubuhkan catatan atau tanda yang menunjukan bahwa
batas-batas bidang tanah tersebut baru merupakan BATAS-
BATAS SEMENTARA.(Pasal 19 ayat 1 dan ayat 4 pp-24/1997)
HAK BARU DAN HAK LAMA MENURUT PP 24/1997.
 
 HAK BARU.
 
Hak Baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak berlakunya PP 24/1997, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 PP 24/1997, yang meliputi :
 
Pemberian hak atas tanah dan HPL dibuktikan dengan SKPH dari Pejabat yang berwenang.
Pemberian HGB/Hak Pakai di atas Hak Milik dibuktikan dengan Akta Pemberian Hak yang dibuat oleh PPAT..
Tanah Wakaf, yang dibuktikan dengan Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
HMSRS, yang dibuktikan dengan Akta Pemisahan.
Pemberian Hak Tanggungan, yang dibuktikan dengan APHT.
 
Hak baru didaftar dalam Buku Tanah berdasarkan bukti hak ybs dan selanjutnya diterbitkan Sertipikatnya
oleh Kantor Pertanahan.
.
 HAK LAMA.
 
Hak lama adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 PP 24/1997, yaitu hak-hak yang berasal dari
konversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP
10/1961.
PENDAFTARAN UNTUK PERTAMA KALI ATAS
HAK LAMA
 DENGAN MENGGUNAKAN BUKTI TULISAN
(Pasal 24 AYAT 1 PP 24/1997 dan
penjelasannya)

 DENGAN MENGGUNAKAN BUKTI PENGUSAAN


FISIK TANAHNYA (Pasal 24 ayat 2 PP 24/1997)
AN.

an, yaitu bukti sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 dan Penjelasannya, yang men

pemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA da
emudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembuku
bukti tertulis yang dimaksudkan dapat berupa:

osse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27), yan
tatan, bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik; atau
osse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27) seja
UPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah
rsangkutan; atau
rat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; atau
rtipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau
rat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA
sertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di
ta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelu
buat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
ta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan; atau
ta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor
au
alah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan; atau
rat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daera
tuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlaku PeraturanPem
hun 1961; atau
rat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; atau
n-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI da
 Dalam hal bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi,
pembuktian pemilikan itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau
pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya menurut
pendapat Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik.

 Yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang cakap memberi kesaksian dan
mengetahui kepemilikan tersebut.

 Dalam hal bukti tulisan tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi, pembuktian
kepemilikannya dapat dilakukan dengan BUKTI LAIN yang dilengkapi dengan
PERNYATAAN YANG BERSANGKUTAN dan KETERANGAN YANG DAPAT
DIPERCAYA DARI SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) ORANG SAKSI dari
lingkungan masyarakat setempat, yang tidak mempunyai hubungan keluarga
dengan ybs sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal maupun
horizontal, YANG MENYATAKAN BAHWA YBS ADALAH BENAR PEMILIK BIDANG
TANAH TERSEBUT. (pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 jo pasal 76 ayat 2 Permen
3/1997) 
 
 BUKTI PENGUASAAN FISIK.
 
 Jika bukti tulisan sebagaimana dimaksud dalam huruf A tidak
ada maka pembuktian dilakukan berdasarkan kenyataan
penguasaan fisik bidang tanah ybs selam 20 (duapuluh)
tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat :
1) penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan
secara terbuka oleh ybs sebagai yang berhak atas
tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat
dipercaya;
2) penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama
pengumuman tidak dipermasalahkan oleh masyarakat
hukum adat atau desa/kelurahan ybs ataupun pihak
lainnya. (pasal 24 ayat 2 PP-24/1997) 
SERTIPIKAT SEBAGAI TANDA BUKTI HAK.
 
 KEKUATAN BUKTI SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH.
 Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.

 APA ARTINYA SERTIPIKAT MERUPAKAN ALAT BUKTI YANG KUAT ?


 
Artinya bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang
tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, baik didalam melakukan
perbuatan hukum sehari-hari maupun didalam proses berperkara di muka pengadilan.
 
 PENERBITAN SERTIPIKAT.

– Sertipikat diterbitkan atas nama Pemegang hak ybs sesuai dengan data fisik dan data
yuridis yang terdaftar dalam Buku Tanah, jika :
 
– Dalam Buku Tanah tidak terdapat catatan mengenai data yuridis yang belum lengkap atau
tidak terdapat catatan mengenai data fisik dan data yuridis yang disengketakan;
– Dalam Buku Tanah terdapat catatan sebagaimana disebut dalam angka 1, tetapi catatan
tersebut telah dihapus.
(pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 PP-24/1997)
 
 PENERBITAN SERTIPIKAT ATAS NAMA BEBERAPA ORANG.

Diterbitkan satu Sertipikat atas nama bersama dan diberikan kepada salah
seorang pemegang hak bersama atas PENUNJUKAN TERTULIS PARA
PEMEGANG HAK BERSAMA.
(pasal 31 ayat 4 PP-24/1997)
 
 APAKAH DAPAT DITERBITKAN LEBIH DARI SATU SERTIPIKAT ?
 
Dapat, yaitu diterbitkan sertipikat sebanyak jumlah pemegang hak bersama
untuk diberikan kepada tiap pemegang hak bersama ybs, yang memuat nama
serta besarnya bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
(pasal 31 ayat 5 PP-24/1997)
 
– Tujuannya, agar masing-masing pemegang hak dapat dengan mudah
melakukan perbuatan hukum mengeani bagian haknya ybs tanpa perlu
mengadakan perubahan pada surat tanda bukti hak para pemegang hak
bersama ybs.
KEGIATAN PEMELIHARAN DATA PENDAFTARAN
TANAH.
 
Kegiatan Pemeliharan Data Pendaftaran
Tanah dilakukan jika terjadi perubahan data
yuridis atau data fisik obyek pendaftaran
tanah yang telah terdaftar.
PENOLAKAN PENDAFTARAN OLEH KEPALA KANTOR PERTANAHAN
 
 Pasal 45 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997 menentukan bahwa Kepala Kantor
Pertanahan menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan
hak, jika salah satu syarat di bawah ini tidak dipenuhi:
 
a) sertipikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak sesuai lagi
dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan;
b) perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 ( jual beli dll) tidak
dibuktikan dengan akta PPAT atau kutipan risalah lelang, kecuali dalam keadaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2 PP No. 24 tahun 1997.
c) Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang
bersangkutan tidak lengkap;
d) Tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan;
e) Tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di pengadilan;
f) Perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau dibatalkan oleh
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
g) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 (jual beli dll) dibatalkan
oleh para pihak sebelum didaftar oleh Kantor Pertanahan.
HAK MILIK UNTUK RUKO DAN RUKAN

 Pasal 94 PP NO. 18 TAHUN 2021


HGB dan hak pakai yang dimiliki oleh
WNI, yang digunakan dan dimanfaatkan
untuk rumah tinggal termasuk rumah toko
dan rumah kantor, dapat diberikan hak
milik atas permohonan pemegang hak.
BUKTI HAK LAMA
TANAH HAK BARAT
 Pasal 95
(1) Alat bukti tertulis Tanah bekas hak barat dinyatakan tidak berlaku dan
statusnya menjadi Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara.
(2) Pendaftaran Tanah bekas hak barat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mendasarkan pada surat pernyataan penguasaan fisik yang
diketahui 2 (dua) orang saksi dan bertanggung jawab secara perdata
dan pidana, yang menguraikan:
a. Tanah tersebut adalah benar milik yang bersangkutan bukan milik
orang lain dan statusnya adalah Tanah yang Dikuasai Langsung
oleh Negara bukan Tanah bekas milik adat;
b. Tanah secara fisik dikuasai;
c. penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan secara
terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas Tanah;
danpenguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh pihak lain.
TANAH BEKAS MILIK ADAT
 Pasal 96
(1)Alat bukti tertulis Tanah bekas milik adat yang
dimiliki oleh perorangan WAjib didaftarkan
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
(2)Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berakhir maka alat bukti tertulis
Tanah bekas milik adat dinyatakan tidak
berlaku dan tidak dapat digunakan sebagai
alat pembuktian Hak Atas Tanah dan hanya
sebagai petunjuk dalam rangka Pendaftaran
Tanah.
SURAT KETERANGAN TANAH
 Pasal 97
Surat keterangan tanah, surat keterangan ganti
rugi, surat keterangan desa, dan lainnya yang
sejenis yang dimaksudkan sebagai keterangan
atas penguasaan dan pemilikan Tanah yang
dikeluarkan oleh kepala desa/lurah camat
hanya dapat digunakan sebagai petunjuk
dalam rangka Pendaftaran Tanah.
TANAH SWAPRAJA/BEKAS SWAPRAJA
 Pasal 98
(1) Tanah swapraja atau bekas swapraja merupakan Tanah yang
Dikuasai Langsung oleh Negara.
(2) Tanah swapraja atau bekas swapraja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan kepada bekas pemegang Tanah swapraja
atau bekas Swapraja,apabila memenuhi syarat dan mengusahakan
atau menggarap sendiri Tanah untuk kepentingan swapraja.
(3) Tanah swapraja atau bekas swapraja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dikuasai oleh pihak lain, diberikan kepada pihak yang
mengusahakan atau menggarap Tanah dengan iktikad baik.
(4) Konsesi atau sewa atas Tanah bekas swapraja Lrapus dan menjadi
Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, ayat (3),
dan ayat (4) tidak berlaku untuk Tanah swapraja atau bekas
swapraja yang diatur menurut Undang-Undang.
TANAH SWAPRAJA/BEKAS SWAPRAJA
 Pasal 98
(1) Tanah swapraja atau bekas swapraja merupakan Tanah yang
Dikuasai Langsung oleh Negara.
(2) Tanah swapraja atau bekas swapraja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan kepada bekas pemegang Tanah swapraja
atau bekas Swapraja,apabila memenuhi syarat dan mengusahakan
atau menggarap sendiri Tanah untuk kepentingan swapraja.
(3) Tanah swapraja atau bekas swapraja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dikuasai oleh pihak lain, diberikan kepada pihak yang
mengusahakan atau menggarap Tanah dengan iktikad baik.
(4) Konsesi atau sewa atas Tanah bekas swapraja Lrapus dan menjadi
Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, ayat (3),
dan ayat (4) tidak berlaku untuk Tanah swapraja atau bekas
swapraja yang diatur menurut Undang-Undang.

Anda mungkin juga menyukai