Dasar Hukum :
• Pasal 19 UUPA
• PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, diundangkan tanggal 8 Juli 1997,
mulai berlaku 8 Oktober 1997
• PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997.
PENDAFTARAN TANAH MENURUT PASAL 19 UUPA MERUPAKAN SUATU
RECHT KADASTER.
Karena diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan.
Bunyi pasal 19 ayat 1 UUPA.
“ Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.”
PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH
Jika para pemilik tanah yang berbatasan tidak hadir atau tidak
tercapai kesepakatan mengenai batas-batas bidang tanah
yang bersangkutan, maka pengukuran bidang tanahnya
diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan batas-
batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas
bidang-bidang tanah ybs dan dalam GAMBAR UKUR
dibubuhkan catatan atau tanda yang menunjukan bahwa
batas-batas bidang tanah tersebut baru merupakan BATAS-
BATAS SEMENTARA.(Pasal 19 ayat 1 dan ayat 4 pp-24/1997)
HAK BARU DAN HAK LAMA MENURUT PP 24/1997.
HAK BARU.
Hak Baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak berlakunya PP 24/1997, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 PP 24/1997, yang meliputi :
Pemberian hak atas tanah dan HPL dibuktikan dengan SKPH dari Pejabat yang berwenang.
Pemberian HGB/Hak Pakai di atas Hak Milik dibuktikan dengan Akta Pemberian Hak yang dibuat oleh PPAT..
Tanah Wakaf, yang dibuktikan dengan Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
HMSRS, yang dibuktikan dengan Akta Pemisahan.
Pemberian Hak Tanggungan, yang dibuktikan dengan APHT.
Hak baru didaftar dalam Buku Tanah berdasarkan bukti hak ybs dan selanjutnya diterbitkan Sertipikatnya
oleh Kantor Pertanahan.
.
HAK LAMA.
Hak lama adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 PP 24/1997, yaitu hak-hak yang berasal dari
konversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP
10/1961.
PENDAFTARAN UNTUK PERTAMA KALI ATAS
HAK LAMA
DENGAN MENGGUNAKAN BUKTI TULISAN
(Pasal 24 AYAT 1 PP 24/1997 dan
penjelasannya)
an, yaitu bukti sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 dan Penjelasannya, yang men
pemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA da
emudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembuku
bukti tertulis yang dimaksudkan dapat berupa:
osse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27), yan
tatan, bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik; atau
osse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27) seja
UPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah
rsangkutan; atau
rat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; atau
rtipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau
rat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA
sertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di
ta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelu
buat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
ta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan; atau
ta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor
au
alah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan; atau
rat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daera
tuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlaku PeraturanPem
hun 1961; atau
rat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; atau
n-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI da
Dalam hal bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi,
pembuktian pemilikan itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau
pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya menurut
pendapat Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik.
Yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang cakap memberi kesaksian dan
mengetahui kepemilikan tersebut.
Dalam hal bukti tulisan tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi, pembuktian
kepemilikannya dapat dilakukan dengan BUKTI LAIN yang dilengkapi dengan
PERNYATAAN YANG BERSANGKUTAN dan KETERANGAN YANG DAPAT
DIPERCAYA DARI SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) ORANG SAKSI dari
lingkungan masyarakat setempat, yang tidak mempunyai hubungan keluarga
dengan ybs sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal maupun
horizontal, YANG MENYATAKAN BAHWA YBS ADALAH BENAR PEMILIK BIDANG
TANAH TERSEBUT. (pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 jo pasal 76 ayat 2 Permen
3/1997)
BUKTI PENGUASAAN FISIK.
Jika bukti tulisan sebagaimana dimaksud dalam huruf A tidak
ada maka pembuktian dilakukan berdasarkan kenyataan
penguasaan fisik bidang tanah ybs selam 20 (duapuluh)
tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat :
1) penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan
secara terbuka oleh ybs sebagai yang berhak atas
tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat
dipercaya;
2) penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama
pengumuman tidak dipermasalahkan oleh masyarakat
hukum adat atau desa/kelurahan ybs ataupun pihak
lainnya. (pasal 24 ayat 2 PP-24/1997)
SERTIPIKAT SEBAGAI TANDA BUKTI HAK.
KEKUATAN BUKTI SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH.
Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
– Sertipikat diterbitkan atas nama Pemegang hak ybs sesuai dengan data fisik dan data
yuridis yang terdaftar dalam Buku Tanah, jika :
– Dalam Buku Tanah tidak terdapat catatan mengenai data yuridis yang belum lengkap atau
tidak terdapat catatan mengenai data fisik dan data yuridis yang disengketakan;
– Dalam Buku Tanah terdapat catatan sebagaimana disebut dalam angka 1, tetapi catatan
tersebut telah dihapus.
(pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 PP-24/1997)
PENERBITAN SERTIPIKAT ATAS NAMA BEBERAPA ORANG.
Diterbitkan satu Sertipikat atas nama bersama dan diberikan kepada salah
seorang pemegang hak bersama atas PENUNJUKAN TERTULIS PARA
PEMEGANG HAK BERSAMA.
(pasal 31 ayat 4 PP-24/1997)
APAKAH DAPAT DITERBITKAN LEBIH DARI SATU SERTIPIKAT ?
Dapat, yaitu diterbitkan sertipikat sebanyak jumlah pemegang hak bersama
untuk diberikan kepada tiap pemegang hak bersama ybs, yang memuat nama
serta besarnya bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
(pasal 31 ayat 5 PP-24/1997)
– Tujuannya, agar masing-masing pemegang hak dapat dengan mudah
melakukan perbuatan hukum mengeani bagian haknya ybs tanpa perlu
mengadakan perubahan pada surat tanda bukti hak para pemegang hak
bersama ybs.
KEGIATAN PEMELIHARAN DATA PENDAFTARAN
TANAH.
Kegiatan Pemeliharan Data Pendaftaran
Tanah dilakukan jika terjadi perubahan data
yuridis atau data fisik obyek pendaftaran
tanah yang telah terdaftar.
PENOLAKAN PENDAFTARAN OLEH KEPALA KANTOR PERTANAHAN
Pasal 45 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997 menentukan bahwa Kepala Kantor
Pertanahan menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan
hak, jika salah satu syarat di bawah ini tidak dipenuhi:
a) sertipikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak sesuai lagi
dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan;
b) perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 ( jual beli dll) tidak
dibuktikan dengan akta PPAT atau kutipan risalah lelang, kecuali dalam keadaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2 PP No. 24 tahun 1997.
c) Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang
bersangkutan tidak lengkap;
d) Tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan;
e) Tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di pengadilan;
f) Perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau dibatalkan oleh
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
g) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 (jual beli dll) dibatalkan
oleh para pihak sebelum didaftar oleh Kantor Pertanahan.
HAK MILIK UNTUK RUKO DAN RUKAN