ANTROPOLOGI HUKUM
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
EDY RAHMAN
NIM : 213120601355
ROMBEL : MAHASISWA JALUR KERJASAMA 2021
Pendahuluan
Antropologi merupakan ilmu yang sangat tua yang membahas tentang manusia.
Dahulu antropologi diartikan sebagai ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia. Hal yang tidak
berbeda dari perkembangan ilmu antropologi yaitu objek penelitiannya. Sejak dahulu hingga
saat ini objek penelitian antropologi tertuju pada masyarakat dan suku bangsanya.
Antropologi membahas tentang manusia, mulai dari evolusi ciri biologis, kepribadian,
suatu kebudayaan berdasarkan hasil pemikiran dan aktivitas mereka. Kebudayaan sendiri
juga berbeda-beda berdasarkan latar belakang suku bangsa, daerah dan ras dari masing-
Dalam disiplin ilmu sosial-humaniora, siapa yang tak pernah mendengar nama Prof.
dan hasil pikiran beliau hingga sekarang masing lazim digunakan dalam ilmu sosial. Dalam
kariernya, beliau menulis beberapa buku. Salah satu buku yang paling fenomenal adalah
buku Pengantar Ilmu Antropologi. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1979 dan
sudah mencapai cetakan ke-9 pada tahun 2013. Berikut merupakan sinopsis singkat dari
Bab I
Fase perkembangan
Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Afrika, Asia, dan Amerika. Mulai terkumpul tulisan-
tulisan mengenai deskripsi tentang adat, susunan masyarakat, dan ciri fisik dari beragam
luar Eropa Barat dianggap sebagai contoh dari masyarakat berkebudayaan rendah.
tujuan akademikal, yaitu mencapai pengertian tentang manusia pada umumnya dengan
mempelajari bentuk fiisk, masyarakat, dan kebudayaannya, serta memiliki tujuan praktis,
yaitu mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun
1. Antropologi fisik
3. Antropologi fisik (sejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari ciri-ciri tubuhnya)
4. Antropologi budaya
7. Etnologi (asas kebudayaan manusia dalam masyarakat dari semua suku bangsa)
Selain membahas mengenai fase perkembangan ilmu antropologi dan ilmu bagian
antropologi, pada bab pertama dalam buku ini, Koentjaraningrat juga membahas seputar
spesiaslisasi antropologi, hubungan ilmu antropologi dan disiplin ilmu lain. Beliau
menyisipkan satu bagan yang sangat jelas mengenai ilmu-ilmu bagian dalam antropologi
secara singkat dan jelas. Ada pula bahasan panjang mengenai metode ilmiah, tokoh-tokoh,
sosiologi. Beliau menyebutkan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan antara dua disiplin
ilmu tersebut. Ditinjau secara umum ilmu antropologi dan sosiologi memiliki tujuan yang tak
jauh berbeda yaitu untuk mencapai pengertian tentang asas hidup masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya. Namun jika ditinjau lebih khusus, ada beberapa
perbedaan mendasar antara kedua ilmu tersebut, seperti yang dipaparkan oleh
Koentjaraningrat:
Makhluk Manusia
kelas mamalia, suku primata, subsuku anthropoid, infrasuku hominoid, keluarga hominidae,
jenis homo sapiens. Manusia homo sapiens zaman sekarang terdiri dari ras australoid,
yang baru (anak) bisa memiliki ciri-ciri berbeda dengan organisme lama (orangtua). Evolusi
ciri fisik ini terjadi karena adanya pembelahan sel (mitosis). Satu teori yang terkenal
mengenai pewarisan ciri-ciri dan sifat organisme adalah hukum Mendel yang sempat
disinggung Koentjaraningrat. Beliau juga menjelaskan apa itu ciri-ciri fenotipe dan ciri-
ciri genotipe yang bisa menjelaskan bagaimana organisme baru bisa memiliki ciri-ciri yang
bentuk-bentuk manusia tertua, manusia dari kala pleistosen muda, manusia homo
sapiens. Tentu saja, dalam penjelasannya, beliau menyisipkan pula bagan-bagan yang
membantu pembaca untuk memahami penjelasan mengenai sejarah panjang ini. Cabang ilmu
antropologi yang mempelajari evolusi manusia seperti yang telah dipaparkan dalam buku ini
Australoid, Mongoloid, Caucasoid, Negroid, dan ras-ras khusus, seperti Bushman, Ainu, dll.
Bab III
Kepribadian
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki pola kelakuan yang berbeda-beda
tiap individu. Dalam bab ini, Koentjaraningrat mendefinisikan ‘kepribadian’ sebagai ciri-ciri
watak individu yang konsisten. Karena bersifat konsisten dan berbeda-beda, maka
kepribadian menjadi suatu ciri khas seseorang. Karena hal-hal mengenai ‘individu’
seseorang lebih dalam dan lebih lanjut dipelajari oleh ilmu psikologi, maka dalam bab ini,
Macam-macam kepribadian
2. Kepribadian umum
Ada persamaan kebudayaan dalam masyarakat yang nantinya akan membentuk sebuah
prelogis, ramah, dan gotong royong. Meski demikian, hal yang selain perkara
dengan mengaitkan konsep kepribadian oleh L.K. Hsu yang digambarkan lewat bagan
psikososiogram manusia.
Bab IV
Masyarakat
saling berinteraksi. Secara khusus didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Hidup berkelompok merupakan kodrat dan kebutuhan manusia
sebagai makhluk hidup. Sama halnya dengan binatang. Faktor utama yang membedakan pola
hidup berkelompok antara manusia dan binatang adalah akal yang dimiliki oleh manusia, dan
tidak pada hewan. Akal ini kemudian menjadikan manusia hidup berkelompok dengan cara
Unsur-unsur masyarakat:
3. Memiliki adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan yang mengatur pola tingkah laku.
4. Memiliki pola tingkah laku khas yang bersifat mantap dan kontinu.
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, dan terikat oleh identitas komunitas.
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau
kompleks ciri objektif. Misalnya kategori warga di atas 18 tahun dan di bawah 18 tahun
untuk mengetahui warga negara yang sudah memiliki hak pilih. Golongan sosial adalah
kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau kompleks ciri objektif yang
memiliki ikatan identitas sosial, norma, dan kontinuitas. Misalnya, golongan pemuda, petani,
dan pengusaha. Kedua kesatuan manusia tersebut bukan termasuk masyarakat karena
Kelompok dan perkumpulan merupakan kesatuan manusia yang menekankan pada aspek
organisasi dan pimpinan. Mengenai dua hal tersebut, Koentjaraningrat memberikan tabel
perbedaan antara keduanya yang didasarkan pada pendapat-pendapat para pakar sosiologi dan
antropologi. Meskipun kelompok dan perkumpulan memiliki empat syarat pengikat dasar
Pranata sosial adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat dan
norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapan guna memenuhi berbagai
(institution) berbeda dengan lembaga (institute). Pranata adalah sistem norma yang mengatur
aktivitas masyarakat, sedangkan lembaga adalah badan yang melaksanakan aktivitas tersebut.
Ada beberapa perbedaan antara pranata dan lembaga yang kemudian Koentjaraningrat
Pranata dalam masyarakat, terdiri dari kompleks tindakan berinteraksi yang diatur
oleh norma-norma tertentu oleh Koentjaraningrat dihubungkan dengan status dan peran
sosial. Status dan peran sosial menentukan kondisi sosial tertentu dimana norma
diberlakukan. Status merupakan kedudukan, sedangkan peran sosial (social role) adalah
Struktur sosial oleh Radcliffe Brown, seorang tokoh antropologi yang pertama kali
merumuskan konsep struktur sosial, struktur sosial diartikan sebagai perumusan dari berbagai
Bab V
Kebudayaan
Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Wujud
Sistem nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai suatu yang ada dalam alam pikiran
sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, penting, dalam hidup
sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan
Lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang terkandung pada sistem nilai
Pandangan hidup adalah sistem pedoman yang dianut oleh golongan atau individu di dalam
masyarakat. Ideologi merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita-cita yang ingin diraih
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
6. Sistem religi
7. Kesenian
Bab VI
3. Sosialisasi (proses individu belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial)
4. Enkulturasi (proses individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat, sistem norma, dan peraturan hidup yang ada dalam kebudayaannya)
5. Proses evolusi sosial yaitu proses perkembangan budaya umat manusia pada umumnya
6. Proses difusi yaitu proses penyebaran kebudayaan secara geografi oleh kelompok
7. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan asing tersebut lambat laum diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri
kebudayaan yang berbeda saling bergaul untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan
Bab VII
Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas
akan kesatuan kebudayaan. Suku bangsa memiliki kebudayaan dengan corak yang khas.
2. Kebudayaan peternak
3. Kebudayaan peladang
4. Kebudayaan nelayan
6. Kebudayaan perkotaan
Daerah kebudayaan adalah suatu penggolongan dari suku bangasa yang beragam
kebudayaannya, tapi memiliki beberapa unsur dan ciri yang sama. Dalam bab ini,
lengkap dengan peta. Koentjaraningrat juga menyertakan klasifikasi suku bangsa di Indonesia
Etnografi
Etnografi merupakan suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa atau
3. Bahasa
4. Sistem teknologi (alat produksi, alat membuat api, senjata, wadah, makanan, pakaian,
5. Sistem mata pencaharian (berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang,
7. Sistem pengetahuan
9. Sistem religi (unsur; sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, umat penganut).
Kelebihan Buku
Saat membaca buku pengantar ilmu antropologi dari Prof. Koentjaraningrat, saya
merasa sedang membaca kamus lengkap berisi berbagai direktori yang akan memandu saya
untuk nantinya dapat mendalami ilmu antropologi lebih lanjut. Di dalamnya berisi banyak
pengetahuan umum seputar ilmu antropologi yang benar-benar berguna bagi pemula.
Terdapat pula pertanyaan-pertanyaan kritis dari Prof. Koentjaraningrat itu sendiri yang juga
telah diulas di dalam bukunya. Rasanya saat membaca, Prof. Koentjaraningrat mendikte
secara terperinci kepada saya untuk memahami betul sebelum benar-benar terjun ke dalam
dunia Antropologi.
Buku Pengantar Ilmu Antropologi ini merupakan buah pena yang sangat
fenomenal, masterpiece dari Prof. Dr. Koentjaraningrat. yang saya suka ketika membaca
buku Pengantar Ilmu Antropologi ini adalah penggunaan kosa kata yang bukan termasuk
kosakata tinggi (seperti bahasa-bahasa serapan yang tak lazim terdengar di telinga), sehingga
setiap lini masyarakat bisa cukup mudah memahami apa yang ingin disampaikan
Koentjaraningrat dalam buku ini. Selain itu, dalam menjelaskan suatu hal, Koentjaraningrat
seringkali membahas secara deduktif, jadi membahas dari lingkup umum, kemudian
dikhususkan. Penggunaan metode penulisan deduktif yang menggambarkan hal yang umum
dulu ini juga bagi saya memudahkan pembaca untuk memahami mau dibawa kemana tuisan
ini. Namun memang, seringkali penjelasan yang beliau berikan menggunakan bahasa yang
berbelit, dan tidak to the point, seperti dalam pembahasan mengenai perbedaan antara hukum
dan hukum adat. Penjelasan yang berbelit ini terkadang menjadikan pembaca merasa jenuh
Kemudahan pembacaan dari buku ini juga didapatkan dari banyaknya contoh-contoh
kasus yang dipaparkan oleh Koentjaraningrat dalam menjelaskan sesuatu, misalnya dalam
menjelaskan konsep sosialisasi. Penyertaan contoh-contoh ini terang saja akan memudahkan
pembaca dalam mehamami konsep yang diberikan oleh penulis. Selain dari banyaknya
contoh yang diberikan, bagan-bagan dan peta yang disisipkan dalam setiap pembahasan
sangat membantu pembaca dalam mengotak-kotakkan dan meringkas apa yang telah dibaca.
Pun sama halnya dengan adanya bagian lampiran dan indeks pada buku yang juga menjadi
sarana untuk memudahkan pembaca dalam mengambil informasi dari buku ini.
Tak diragukan jika buku ini menjadi pegangan ‘sepanjang masa’ orang-orang
antropologi karena buku ini tersusun dari berbagai intisari buku-buku sosial lain. Lebih dari
120 buku yang dijadikan referensi oleh Koentjaraningrat untuk menyusun hanya sekitar 300
halaman buku. Hal ini menunjukkan begitu luar biasanya telaah studi pustaka yang dilakukan
oleh Koentjaraningrat. Selain itu banyak pula footnote yang disisipkan pada beberapa
halaman buku. Terkadang pada footnote buku ini, bukan hanya keterangan sumber saja yang
diberikan, tapi Koentjaraningrat juga mencantumkan istilah bahasa inggris yang digunakan
oleh penulis asli, sehingga memudahkan pembaca untuk menerjemahkan menurut pribadinya.
ini untuk dijadikan bahan ajar, karena memang buku ini sudah tua umurnya, ada beberapa
pernyataan dari Koentjaraningrat yang tak lagi berlaku di era sekarang ini, misalnya pada
komunitas merupakan kelompok manusia yang memiliki ciri khas adanya kesamaan wilayah.
Hal ini jelas sudah tidak berlaku lagi di zanan modern seperti sekarang. Mengingat
Keukurangan Buku
Berhubungan dengan tampilan fisik buku, seperti khasnya buku pegangan ‘tua’, cover
yang digunakan pada buku Pengantar Ilmu Antropologi edisi revisi 2013 ini kurang menarik,
terutama untuk kawula muda. Cover buku juga menurut saya bermasalah karena pada sampul
depan, tertulis edisi revisi 2009, sedangkan pada halaman identitas buku di awal, tertulis buku
ini merupakan revisi 2013. Selain itu, di dalam buku, tidak dicantumkan kata pengantar
penulis (entah karena pada edisi aslinya memang tidak ada), dan kapan cetakan-cetakan
sangat baik dan cocok untuk dijadikan pegangan oleh pengajar maupun mahasiswa karena
Kesimpulan
Penjelasan dari Prof. Koentjaraningrat dipertegas dengan bagan, gambar, peta, dan
tabel, yang justru memudahkan saya dalam memahami konten buku tersebut. Dan ditambah
pula dengan berbagai argumen dan teori dari berbagai para ahli antropologi dunia. Dari apa
yang telah saya baca, saya dapat menarik kesimpulan bahwa ilmu antropologi memiliki
kompleksitas tersendiri sebagai bagian dari rumpun ilmu humaniora. Para sarjana antropologi
masih terbagi pada spesialisasi dalam sub-bagian ilmu antropologi dalam memecahkan
persoalan-persoalan kemanusiaan dengan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait. Dan
karena ilmu antropologi memiliki cakupan yang luas dari konteks dasar "manusia" dan
Pendahuluan
Antropologi hukum itu adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang manusia (antropos)
yang bersangkutan dengan hukum. Manusia yang dimaksud adalah manusia yang hidup
bermasyarakat, bergaul antara yang satu dan yang lain, baik masyarakat yang masih
sederhana budayanya (primitif) maupun yang sudah modern (maju) budayanya. Budaya yang
dimaksud adalah budaya hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yang
Masalah hukum yang dimaksud ialah bukan saja hukum dalam arti dan bentuk
perilaku sebagai kebiasaan yang berulang- ulang terjadi, sebagaimana dalam hukum adat;
atau hukum dalam arti dan bentuk kaidah peraturan dan bentuk kaidah peraturan
perundangan; jika demikian hukum dengan pendekatan yang normatif. Tetapi juga masalah
hukum yang dilihat dari segi-segi kecendikiawan (intelektual), filsafat, ilmu jiwa dan lainnya
yang melatar belakangi hukum itu serta cara-cara menyelesaikan sesuatu perselisihan yang
budayanya, tidaklah sebaliknya sebagaimana dalam ilmu yang lain. Dikarenakan perbedaan
tempat dan lingkungan, perbedaan sejarah dan asal-usulnya, perbedaan semangat dan
jiwanya, perbedaan akal dan cara berpikirnya, perbedaan budaya dan agama yang
mempengaruhinya, maka perilaku budaya manusia itu berbeda-beda antara yang satu dan
yang lain. Jadi tidak ada suatu sistem pola perilaku manusia yang seragam, dan oleh
karenanya tidak ada pula sistem pola kepribadian manusia itu yang sama.
Isi Resensi
antropologi hukum adalah tidak bersifat etnosentris, bersifat empiris, yang artinya adalah
teorinya harus dibuktikan oleh fakta yang relevan atau setidak tidaknya terwakili secara
representatif dari fakta yang relevan, berbeda dari cabang ilmu sosial yang lsin karena ilmu
ini memepelajari masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang utuh dimana bagian-bagiannya
saling bertautan, antropologi hukum yang modern tidak lagi memusatkan perhatian
hanya pada kekuatan-kekuatan sosial dan hat-hal yang superorganis, lalu memperkecil
dipandang secara dinamis, sehingga peranan sosial dari hukum tidak terbatas
Adapun dalam buku ini dibahas tentang ruang lingkup dari antropologi hukum adalah
apakah dalam setiap masyarakat terdapat hukum, dan bagaimana karakteristik hukum yang
universal, hubungan antara hukum dengan aspek kebudayaan dan organisasi sosial,
terbatas, apakah tipologi hukum itu berguna untuk menelaah hubungan antara hukum dan
aspek kebudayaan dan organisasi sosial mengapa pula hukum itu berubah, dan bagaimana
cara mendeskripsi sistem-sistem, apakah akibat jika sistem hukum dan subsistem hukum
antara masyarakat dan kebudayaan yang saling berhubungan, dan bagaimana kemungkinan
untuk membandingkan sistem hukum yang satu dan yang lain. Dijelaskan juga dalam buku
ini bahwa Antropologi Hukum dalam penelitiannya menggunakan metode penddekatan yaitu
metode historis, metode normatif-eksploratif, metode deskriptif dan metode studi kasus.
Dalam buku ini dijelaskan hubungan serta perbedaan antropologi hukum dengan imu
lainnya. Meskipun ia telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, tidak berarti bahwa antropologi
hukum tidak ada hubungannya dengan ilmu yang lain, diantaranya adalah antropologi hukum
dan hukum adat, antropologi hukum dan etnologi, antropologi dan sosiologi, antropologi
hukum dan psikologi sosial dan antropologi hukum dan religi. Selain itu juga buku
antropologi hukum ini juga membahas tentang manfaat dari antropologi hukum, sebagai
berikut manfaat bagi teoritisi, manfaat bagi praktisi hukum, manfaat bagi praktisi politik dan
sederhana. Konsep-konsep hukum masyarakat sederhana ini disertakan dengan pendapat para
ahli. Selain itu juga didalamnya membahas tentang ciri-ciri hukum yang tunggal dan lengkap,
ciri-ciri dari kekuasaan beserta dalil, kepemimpinan, jenis kepemimpinan dan kekuasaan,
bertujuan untuk menjadikan buku ini sebagai literatur tambahan untuk bahan belajar
mengajar pada Antropologi Hukum. Buku ini terdiri dari delapan bab yaitu, Bab I
(Pendahuluan), Bab II (Apakah Antropologi Hukum Itu), Bab III (Antropologi Hukum
Indonesia).
Kelebihan Buku
Kelebihan buku ini adalah memberikan penjelasan secara terperinci mengapa kita
perlu mempelajari antropologi hukum. Antropologi hukum adalah imu yang membuka
pandangan kita secara luas tentang bagaimana budaya hukum berlaku dalam kehidupan yang
ada diluar maupun didalam negara indonesia, bagaimana hukum menjelma sebagai suatu
aturan yang mengatur masyarakat itu agar taat dan tertib dan harus menjalankan aturan
tersebut, apa saja manfaat dari antropologi hukum itu terkhususnya untuk saya sendiri
sebagai mahasiswa hukum yang mempelajari ilmu hukum, bagi mahasiswa hukum buku ini
mengajarkan tentang berbagai perilaku manusia dan budaya hukumnya. Bukan saja perilaku
budaya sesuai tugas dan perannya sebagai pejabat tetapi juga perilaku, budaya, sifat, watak
Selain itu juga buku ini bagus dibaca karena didalamnya banyak terdapat pendapat
para ahli dan konsep-konsep dari antropologi hukum itu yang mudah dimengerti dan tidak
berbelit-belit. Buku ini juga bisa dijadikan literatu bagi mahasiswa untuk lebih mengenal
Antropologi Hukum.
Keukurangan Buku
Yang menjadi kekurangan dalam isi buku ini adalah untuk tampilan buku yang
covernya sangat sederhana dan tidak banyak menggunakan gambar, pada tulisan terlalu
kecil sehingga untuk membacanya kita harus ekstra fokus dan buku ini tidak ada
Buku ini berisi tentang ilmu-ilmu tentang Antropologi Hukum yang sangat bagus
sekali. Buku “Pengantar Antropologi Hukum” ini sangat bagus sekali untuk dipelajari
karena didalamnya banyak sekali mengandung pendapat-pendapat para ahli serta konsep-
konsep yang dapat membuka pikiran kita bagaimana antropologi hukum itu, memang pada
dasarnya antropologi hukum adalah ilmu yang berbeda dari ilmu sosial yang lainnya
tetapi Antropolgi Hukum tidak terlepas dari ilmu-ilmu lainnya. Dan diharapkan dengan
membaca buku ini akan muncul ahli-ahli dalam bidang Antropologi Hukum yang handal
dan dapat mengembangkan lagi Antropologi Hukum ke arah yang lebih baik.
Judul : Antropologi Hukum
Pendahuluan
Antropologi hukum pada dasarnya adalah sub disiplin ilmu hukum empiris yang
empiris kehidupan hukum dalam masyarakat secara luas, dikenal sebagai Antropologi
seperti hukum berfungsi dalam kehidupan masyarakat, atau bagaimana hukum bekerja
sebagai alat pengendalian sosial (social control) atau sarana untuk menjaga keteraturan sosial
(social order) dalam masyarakat. Dengan kata lain, studi-studi antropologi mengenai hukum
memberi perhatian pada segi-segi kebudayaan manusia yang berkaitan dengan fenomena
hukum dalam fungsinya sebagai sarana menjaga keteraturan sosial atau alat pengendalian
sosial. Karena itu, studi antropologi mengenai hukum secara khusus mempelajari proses-
proses sosial dimana pengaturan mengenai hak dan kewajiban warga masyarakat diciptakan,
norma, moralitas sosial, petunjuk, rencana dan sgtrategi yang terdiri atas model kognitif yang
dimiliki manusia, dan menjadi alat utama untuk menghadapi lingkungannya dalam wujud
pola pikir dan pola tingkah laku. Pada dasarnya hukum berasal dari kebudayaan, yaitu
berakar dari pola pikir dan pola hidup manusia. Dengan demikian antropologi hukum
mengkaji kehidupan manusia secara genetik dan biologis, yaitu hukum-hukum yang
berkaitan dengan keturunan manusia dan proses enkulturasi yang terjadi antar manusia.
manusia hingga membentuk norma dan nilai-nilai yang harus ditaati manusia.
Buku Antropologi Hukum ini sangat penting dijadikan literatur seputar antropologi
misalnya perkawinan. Pranata tersebut merupakan bagian dari hukum perjanjian atau akad.
Dari perkawinan ini timbul hukum baru, yaitu adanya hak dan kewajiban suami istri, adanya
ikatan darah yang menimbulkan hak waris-mewarisi, hak perwalian, harta bersama dan
lainnya. Secara antropologis perkembangan hukum salah satunya disebabkan oleh adanya
perikatan antara suami istri yang membangun hukum kekerabatan dan pewaris genetis.
Satu bagian yang sangat penting dalam hukum kekeluargaan adalah hukum
perkawinan, yang kemudian dibagi dua, yaitu hukum perkawinan dan hukum kekayaan
keseluruhan peraturan yang berhubungan dengan harta kekayaan suami istri dalam
perkawinan. Perkawinan adalah suatu hal yang mempunyai akibat yang luas dalam
hubungan hukum antara suami dan istri. Dengan perkawinan, timbul suatu ikatan yang berisi
Adapula uraian tentang hubungan kebudayaan antar manusia yang berprinsip pada
konsep Zoon Politicon, menimbulkan hukum interaktif dan transaksional, misalnya hukum
perikatan dalam perniagaan, jual beli, utang piutang, kerja sama, perburuhan dan lainnya.
Kemudian proses terjadinya sistem sosial normatif yang dibangun melalui tradisi masyarakat
keterikatan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kepercayaan dan agama-agama, yang
dipandang sebagai sistem sosial budaya yang bervolusi dan membentuk pandangan manusia
tentang masa depan kehidupan yang transenden. Untuk itu diutarakan tentang beberapa
agama yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini, termasuk perkembangan pemberlakuan
hukum (sanksi) yang berlaku dalam hidup manusia sejak zaman primitif hingga modern.
Kelebihan Buku
Teknik penulisan pada buku ini lumayan mudah untuk dipahami karena penggunaan
bahasa yang tidak terlalu sulit, meskipun banyak menggunakan bahasa ilmiha akan tetapi
terdapat penjelasan akan hal itu. Buku ini juga banyak membahas tentang budaya
pembelajaran tentang Antropologi Hukum ini. Agar pembaca dapat mengkaji uraian-uraian
tersebut dalam perspektif antropologi hukum, bukan hanya ilmu hukum, penulispun
menguraikan pengertian tindak pidana, saksi pidana, pemidanaan, dan lainnya serta
menguraikan hukum perdata dan hukum adat. Buku ini cukup bagus yang bisa dijadikan
Keukurangan Buku
Buku ini susah didapat di perpustakaan dan bahkan di toko buku disini, jadi kalau
Kesimpulan
Buku ini menguraikan kebudayaan hukum tentang asal mula kehidupan manusia,
pewarisan genetis, dan pembentukan norma sosial yang berangkat dari kebudayaan. Pada
buku ini membahas budaya kekerabatan dalam kehidupan masyarakat, yang intinya
membahas perkawinan dan keluarga, serta hukum-hukum yang muncul akibat perkawinan,
hukum perikatan dalam perniagaan, jual beli, utang piutang, kerja sama, perburuhan dan
lainnya. Kemudian proses terjadinya sistem sosial normatif yang dibangun melalui tradisi
masyarakat keterikatan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kepercayaan dan agama-
agama, yang dipandang sebagai sistem sosial budaya yang bervolusi dan membentuk