PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk holistik yang tidak bisa berpisah dengan
individu lain dan interaksi dengan dunia luar selama menjalani kehidupannya.
Manusia mememiliki beberapa karakteristik yang sulit untuk dijelaskan dengan
menggunakan kata-kata menjadi sebuah kalimat dan kemudian menjadi narasi
yang begitu panjang, meskipun begitu manusia memiliki sudut pandang tersendiri
dalam setiap permasalahan dan penyelesaiannya. Maka dari itu terdapat sebuah
cabang penelitian atau pembelajaran yang mempelajari dan membahas manusia
itu sendiri, dimana manusia akan mempelajari manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang holistik. Adapun cabang ilmu yang mempelajari manusia itu adalah
Antropologi.
Para ahli antropologi kini menghadapi situasi untuk memperhatikan topik
yang lebih luas lagi bersangkutan dengan cabang ilmu antropologi. Menentukan
bidang-bidangnya, menguraikan tentang sejarahnya, menunjukkan hubungan
antara faktor-faktor biologis dan sosial-budaya dalam kesehatan dan penyakit, dan
memperhatikan tingkah laku kesehatan manusia, baik dalam dunia tradisional
maupun dalam dunia kontemporer. Cabang-cabang ilmu antropologi itupun
memiliki bagian-bagian sendiri untuk membahas manusia dalam sudut pandang
yang saling berbeda satu sama lain, memiliki perbedaan dan kesamaan yang
menjadi suatu ajang bagi para ahli antropologi untuk terus mengkaji dan
memperdalam lagi ilmu tersebut.
Maka dari itu, dalam pembahasan ini pun kami akan mengambil salah satu
cabang dari ilmu antropologi tersebut, yaitu antropologi prehistori.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antropologi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia
baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya.
Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos
dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.
5. R. Benedict
Menjelaskan
antropologi
sebagai
ilmu
pengetahuan
yang
Praaksara atau
Antropologi
Pertama,
menetapkan
tahaptahap
perkembangan
kebudayaan
peninggalkan
banda-benda
budaya
yang
ditemukan
dalam
masyarakat
Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan
aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah masa
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan
istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan.
Jadi zaman praaksara adalah zaman ketika suatu bangsa belum mengenal tulisan.
Praaksara merupakan istilah dulu yang sering dipakai untuk menggambarkan
perkembangan kehidupan dan budaya manusia sebelum mengenal tulisan. Namun
dewasa ini penggunaan istilah tersebut dirasa kurang tepat. Demikian karena dari
segi bahasa saja pengertian praaksara sudah tidak relevan. Pra berarti sebelum dan
sejarah adalah sejarah sehingga praaksara berarti sebelum ada sejarah. Sebelum
ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam
kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan
manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh
karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah
praaksara.
Untuk membedakannya diperlukan sebuah batas antara zaman sejarah dan
zaman praaksara. Batas antara zaman praaksara dengan zaman sejarah adalah
mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa praaksara
adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman
setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman praaksara atau dimulainya zaman
sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa
tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir
10
anggapan dari kalangan para ahli bahwa lukisan-lukisan itu juga mengandung
maksud sebagai upacara penghormatan terhadap nenek moyang, upacara
kesuburan, untuk meminta hujan dan sebagainya.
Kecuali lukisan-lukisan pada dinding-dinding karang, alam kepercayaan
pada masa itu terlihat juga dalam upacara penguburan mayat. Bukti-bukti tentang
penguburan ditemukan di gua Lawa (Sampung), di gua Sodong dan di bukit
kerang di Sumatera Utara. Di antara mayat-mayat itu ada yang ditaburi dengan
cat-cat merah yang berupa butiran. Diduga bahwa cat-cat merah ini berhubungan
dengan suatu upacara penguburan, dengan maksud memberikan kehidupan baru di
alam baka.
11
12
dan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap
dijantungnya. Kebanyakan bentuk lukisan di goa-goa di Sulawesi Selatan ini
berupa cap-cap tangan, baik dengan jari lengkap maupun tidak, dan babi rusa.
Sementara itu, di goa-goa di Pulau Muna, daerah Sulawesi Tengah, bentuk lukisan
yang ditemukan beraneka ragam, misalnya ada manusia menunggang kuda,
memegang tombak atau pedang, kuda, rusa, anjing, buaya, matahari, dan perahu
layar. Warna lukisannya didominasi warna cokelat. Di Maluku juga ditemukan
lukisan-lukisan di dinding goa dan batu karang, berwarna merah dan putih
wujudnya cap tangan, kadal, manusia dengan membawa perisai berwarna merah,
lukisan burung, dan perahu berwarna putih. Selain itu, dijumpai pula lukisan
manusia sedang menari dan berkelahi, manusia bertopeng, atau lukisan wajah. Di
Irian Jaya ada lukisan di dinding goa dan karang. Pada umunya lukisan- lukisan
yang ditemukan di Irian Jaya mirip dengan lukisan-lukisan yang ditemukan di
Pulau Kei daerah Maluku. Bentuknya juga beraneka ragam, seperti cap tangan,
orang, ikan, perahu, binatang melata, dan cap kaki. Selain itu, terdapat juga
lukisan abstrak seperti garis-garis lengkung atau garis-garis lingkaran.
Seni relief ditemukan pada dinding kubur megalitik, seperti sarkofagus
atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yangn memiliki relief ditemukan di
Tegal Ampel di Bondowoso, Jawa Timur, dan Tegalang-Bali.
Objek lukisan relief tersebut berbentuk manusia, binatang, dan pola-pola
geometris. Di antara ketiga obyek itu agaknya obyek manusia yang paling banyak
dilukiskan. Contohnya relief yang terdapat di sarkofagus yang ditemukan di
Bondowoso dan di Bali. Relief yang terdapat di Bondowoso terdiri dari lima
13
manusia dan binatang. Selain daripada itu, objek lukisan berupa manusia juga
terdapat pada tutup dolmen yang ditemukan di desa Tlogosari, Bondowoso.
Seni patung baik patung dari batu maupun patung dari perunggu umumnya
berupa figur manusia dan binatang. Patung batu pada masa itu dibuat dengan
teknik pahat sederhana yang pahatannya dilakukan pada bagian- bagian tertentu
saja, yaitu muka atau tangan. Kesederhanaan itu juga tampak pada
penggarapannya yang agak kasar dan terkesan kaku. Hal ini dapat dipahami
karena latar belakang pembuatan patung pada masa itu, adalah untuk pemujaan
nenek moyang dan patungnya sendiri ditempatkan di dekat kubur.
Patung-patung manusia ini ditemukan di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Patung yang ditemukan di Cirebon, Gunung Kidul, dan patung yang ditemukan di
Bada, Sulawesi Tengah, berupa batu besar yang bagian atasnya dipahat sehingga
berbentuk muka manusia. Patung-patung batu dengan obyek sederhana, hanya
bagian atas yang mengalami pengerjaan, sedangkan bagian bawah dibiarkan polos
atau bagian kaki sengaja tidak dipahat. Bagian bawah patung yang berbentuk
meruncing itu, dimaksudkan untuk mempermudah ditancapkan ke dalam tanah.
3. Pada Masa Perundagian
14
15
Dentero Melayu atau Melayu Muda dan sebelumnya bangsa proto Melayu atau
Melayu tua zaman Neolithikum.
Benda-benda perunggu itu ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya
persamaan dengan penemuan di Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam
hiasnya. Dari kesamaan tersebut kemudian menimbulkan dugaan, bahwa dalam
hal pengembangan budaya perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di
Dongson (Vietnam). Hal ini didukung oleh pendapat bahwa kebudayaan perunggu
berasal dari daratan Asia yang disebut kebudayaan Dongson. Pada masa ini seni
kerajinan muncul dalam bentuk perhiasan, benda-benda upacara, dan benda-benda
keperluan sehari-hari. Bahan yang digunakan untuk kerajinan itu adalah batu,
kulit, kerang, tanah liat, perunggu, besi, emas, dan kaca. Dari bahan-bahan yang
berbeda itu, menunjukkan adanya perbedaan tingkat teknologi pembuatannya dan
tingkat keterampilan pembuatannya. Semula teknologi pembuatan alat-alat
keperluan sehari-hari tersebut dilakukan dengan cara pengurangan. Kemudian
berkembang dengan teknologi penambahan dan percampuran, misalnya dalam
pembuatan gerabah dan teknik tuang logam.
Jenis perhiasan yang dikenal pada masa itu adalah gelang, bandul kalung,
dan manik-manik. Adapun benda-benda upacara berupa nekara, kapak perunggu,
senjata besi, dan gerabah. Tentu saja benda-benda itu tidak hanya mempunyai
fungsi estetis dan religius saja. Akan tetapi, juga dapat berfungsi praktis, seperti
untuk alat tukar dan alat bantu kegiatan manusia sehari-hari.
Nekara sebagai hasil dari seni kerajinan, mempunyai bentuk unik dengan
pola hias yang kompleks. Bentuk nekara umumnya tersusun dalam tiga bagian.
16
Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan.
Bagian tengah merupakan merupakan silinder dan bagian bawah berbentuk
melebar. Pola hias yang terdapat di nekara ini pada umumnya berbentuk pola
hiasgeometrik dengan beberapa variasinya, misalnya pola hias tersusun, pola hias
lilin, dan pola hias topeng. Nekara perunggu yang berukuran kecil dan ramping
disebut moko atau mako.
Benda-benda perunggu lainnya yang termasuk dalam seni kerajinan adalah
kapak perunggu. Bentuk kapak ini bermcam-macam, seperti jenis ekor burung
seriti, jenis pahat bertangkai, dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Selayar, Bali, flores,
Maluku, Timor-Timur sampai Irian Jaya. Di antara semua temuan kapak itu
terdapat kapak yang mempunyai pola hias yang sangat indah. Pola hias yang
terdapat dalam kapak yang ditemukan di Pulau Roti, berbentuk topeng dengan
tutup kepala yang menyerupai kipas. Begitu juga kapak jenis candrasa yang
ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki pola hias
geometrik pilin, garis-garis, dan pola tangga. Benda-benda perunggu itu
ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya persamaan dengan penemuan di
Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya. Dari kesamaan tersebut
kemudian menimbulkan dugaan, bahwa dalam hal pengembangan budaya
perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam). Hal ini
didukung oleh pendapat bahwa kebudayaan perunggu berasal dari daratan Asia
yang disebut kebudayaan Dongson.
Pada masa perundagian telah banyak hasil-hasil kebudayaan yang bernilai
tinggi. Hasil-hasil kebudayaan yang terdapat pada masa ini berwujud ide atau
17
18
19
perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru hara, gerakan
sosial, protes yang revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan
psikologi dari motivasi, sikap, dan tindakan kolektif (Kartodjirjo 1993 : 139).
Dalan hal tersebut psikologi berperan untuk mengungkap beberapa faktor
tersembunyi sebagai bagian proses mental.
2. Hubungan dengan Ilmu Paleontologi
Tentu sangat penting bagi ilmu antropologi khususnya cabang paleoantropologi dan prehistori untuk mengerti tentang umur dari fosil-fosil kera dan
manusia serta berbagai artefak bekas kebudayaan yang telah digali, dengan
mengetahui umur relatif dari fosil-fosil yang terdapat didekat artefak maupun fosil
tadi.
3. Hubungan dengan Ilmu Anatomi
Ilmu antropologi juga memiliki keterkaitan dengan ilmu anatomi.
Khususnya cabang antropologi yaitu antropologi fisik yang mengkaji tentang fisik
manusia serta meneliti ciri-ciri dari berbagai macam ras yang ada didunia.
sehingga peran ilmu anatomi sangatlah membantu karena kajian ilmu anatomi
yang secara detail mengkaji tentang fisik manusia. Sehingga merupakan kekuatan
tersendiri bagi antropologi-fisik yang banyak mempelajari ciri-ciri dari kerangka
manusia,bagian tubuh manusia hingga bagian tengkorak manusia, yang memiliki
tujuan untuk mendapati tentang asal mula dan penyebaran manusia hingga
hubungan-hubungan dari berbagai ras yang ada di dunia.
4. Hubungan dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan. Antropologi prehistori adalah
sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat yang
tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek yang berupa
benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Dimana Antropologi Preshistori memiliki kesinambungan dengan ilmu
kesehatan, merupakan kekuatan tersendiri bagi antropologi-fisik yang banyak
mempelajari ciri-ciri dari kerangka manusia,bagian tubuh manusia hingga bagian
tengkorak manusia, yang memiliki tujuan untuk mendapati tentang asal mula dan
penyebaran manusia hingga hubungan-hubungan dari berbagai ras yang ada di
dunia, untuk mengerti tentang umur dari fosil-fosil kera dan manusia serta
berbagai artefak bekas kebudayaan yang telah digali, dengan mengetahui umur
relatif dari fosil-fosil yang terdapat didekat artefak maupun fosil tadi. Dalam
cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik
sebagai individu maupun kelompok. Dapat membantu dengan memberi
pengarahan kepada para dokter maupun petugas medis yang berkerja maupun
tinggal di berbagai daerah yang memiliki keragaman budaya, sehingga mereka
dapat menyesuaikan dengan budaya yang ada.
22
B. Saran
Sebagai manusia, terkadang kita membutuhkan pembelajaran tersendiri
tentang apa itu manusia, dalam ilmu antropologi tidak hanya secara individu tetapi
dalam jumlah yang lebih massa lagi dapat dijelaskan tentang apa itu manusia. Tak
lepas dari sejarah manusia itu sendiri tentunya, antropologi prehistori merupakan
cabang ilmu antropologi yang membahas mengenai sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan, merekonstruksi sejarah
masyarakat yang tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek
yang berupa benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Maka
dari itu, pelajarilah sejarah manusia terlebih dahulu untuk mengetahui apa itu
manusia, karena manusia yang hebat itu adalah mereka yang tidak meninggalkan
sejarah. {Ir. Soekarno: Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah)}.
23
LAMPIRAN
Soal pilihan ganda dan jawabannya:
1. Studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya,
perilaku, keanekaragaman disebut.......
a. Biologi
b. Fisiologi
c. Antropologi
d. Deontologi
e. Metodelogi
2. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan. Pernyataan diatas dikemukakan oleh.......
a. David Hunter
b. William A. Haviland
c. Koentjaraningrat
d. E. A. Hoebel
e. R. Benedict
3. Yang tidak termasuk cabang ilmu antropologi budaya adalah.......
a. Prehistori
b. Etnolinguistik
c. Paleoantrologi
d. Etnologi
e. Etnopsikologi
4. Pertama, menetapkan tahaptahap perkembangan kebudayaan (bagaimana
caracara hidup berubah) diberbagai belahan dunia. Kedua, memahami
apa sebabnya perubahanperubahan tertentu terjadi, kapan dan dimana itu
terjadi. Kedua hal penting itu dipusatkan oleh cabang ilmu.......
a. Psikologi
b. Paleoantrologi
c. Arkeolog
d. Etnologi
e. Etnolinguistik
5. Yang tidak termasuk dalam beberapa batuan bertulis (prasasti) penting
yang kemudian dapat mengungkapkan sejarah perkembangan bahasa
Melayu adalah.......
24
25
26