Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk holistik yang tidak bisa berpisah dengan
individu lain dan interaksi dengan dunia luar selama menjalani kehidupannya.
Manusia mememiliki beberapa karakteristik yang sulit untuk dijelaskan dengan
menggunakan kata-kata menjadi sebuah kalimat dan kemudian menjadi narasi
yang begitu panjang, meskipun begitu manusia memiliki sudut pandang tersendiri
dalam setiap permasalahan dan penyelesaiannya. Maka dari itu terdapat sebuah
cabang penelitian atau pembelajaran yang mempelajari dan membahas manusia
itu sendiri, dimana manusia akan mempelajari manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang holistik. Adapun cabang ilmu yang mempelajari manusia itu adalah
Antropologi.
Para ahli antropologi kini menghadapi situasi untuk memperhatikan topik
yang lebih luas lagi bersangkutan dengan cabang ilmu antropologi. Menentukan
bidang-bidangnya, menguraikan tentang sejarahnya, menunjukkan hubungan
antara faktor-faktor biologis dan sosial-budaya dalam kesehatan dan penyakit, dan
memperhatikan tingkah laku kesehatan manusia, baik dalam dunia tradisional
maupun dalam dunia kontemporer. Cabang-cabang ilmu antropologi itupun
memiliki bagian-bagian sendiri untuk membahas manusia dalam sudut pandang
yang saling berbeda satu sama lain, memiliki perbedaan dan kesamaan yang

menjadi suatu ajang bagi para ahli antropologi untuk terus mengkaji dan
memperdalam lagi ilmu tersebut.
Maka dari itu, dalam pembahasan ini pun kami akan mengambil salah satu
cabang dari ilmu antropologi tersebut, yaitu antropologi prehistori.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Bagaimanakah cabang ilmu antropologi itu?


Bagaimanakah cabang antropologi prehistori itu?
Bagaimanakah Indonesia saat masa praaksara?
Bagaimanakah kaitan antropologi prehistori dengan ilmu kesehatan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Antropologi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia
baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya.
Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos
dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.

5. R. Benedict
Menjelaskan

antropologi

sebagai

ilmu

pengetahuan

yang

mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat.


Macam-Macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Anak Turunan Antropologi:
1. Antropologi Fisik
a. Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul
manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
b. Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras
manusia dengna mengamati ciri-ciri fisik.
2. Antropologi Budaya
a. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran
dan perkembangan budaya manusia mengenal tulisan. Adalah
sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah
masyarakat yang tak punya sejarah tertulis dengan cara
menggali artifact (objek yang berupa benda buatan manusia)
dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
b. Etnolinguistik antrologi adalah ilmu yang mempelajari sukusuku bangsa yang ada di dunia atau bumi.
c. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan
manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di
seluruh dunia.
d. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian
bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses
perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang
pada konsep psikologi.
B. Antropologi Prehistori
Secara harfiah antropologi adalah ilmu (logos) tentang manusia (antropos).
Definisi demikian tentu kurang jelas, karena dengan definisi seperti itu

antropologi mencakup banyak disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi, ilmu


polotik, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, biologi manusia dan bahkan humaniora,
filsafat dan sastra yang semuanya mempelajari atau berkenaan dengan manusia.
Sudah tentu hal ini tidak benar, palagi disiplin-disiplin ilmu lain tersebut justru
sudah berkembang jauh lebih tua dari pada antropologi.
Oleh karena itu pasti ada sesuatu yang khusus tentang manusia yang
menjadi pusat perhatian antropologi. Sayang bidang permasalahan yang khusus
dipelajari oleh antropologi tidak jelas batasnya, karena terlalu cepatnya pemisahan
ilmu-ilmu cabang antropologi yang sangat berlainan bidang permasalahan yang
dipelajari. Akibatnya tidak ada satupun definisi umum yang dapat disepakati oleh
semua ilmuwan antropologi. Salah satu karakteristik yang paling banyak
mendapat perhatian dalam antropologi adalah hubungan antara kebudayaan dan
ciri-ciri biologis manusia.
Masa ketergantungan manusia pada pengangkutan jalan kaki, ukuran otak
yang besar, dan kemampuan menggunakan simbol-simbol adalah contoh beberapa
ciri biologis yang memungkinkan mereka menciptakan dan mendapatkan
kebudayaan. Untuk membantu mahasiswa dalam pelajaran awal, dapat
dipergunakan rangkuman sebagai berikut: antropologi adalah ilmu yang
mempelajari karakteristik hidup manusia dengan naberorientasi pada kebudayaan
yang dihubungkan dengan ciri-ciri sosio-psikologi atau ciri-ciri biologis, melalui
pendekatan yang holistik yaitu pendekatan dengan cara melihat atau memandang
sesuatu sebagai suatu kebulatan yang utuh atau holistik.

Praaksara atau

prehistori merupakan salah satu cabang

Antropologi

budaya yang mempelajari kehidupan masyarakat praaksara. Istilah praaksara


dikenakan pada tahap kehidupan masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Kegiatan tidak hanya merekonstruksi cara hidup dari masyarakat praaksara, tetapi
juga menelusuri perubahan kebudayaan dan sebabsebab terjadinya perubahan.
Menurut Ember (dalam Ihromi. 2000: 8) arkeolog memusatkan diri pada dua hal
penting.

Pertama,

menetapkan

tahaptahap

perkembangan

kebudayaan

(bagaimana caracara hidup berubah) diberbagai belahan dunia. Kedua,


memahami apa sebabnya perubahanperubahan tertentu terjadi, kapan dan dimana
itu terjadi.
Bahan kajian Praaksara atau Prehistori adalah semua artefak atau material
culture atau bendabenda sejarah yang ditemukan pada lapisan tanah atau di atas
tanah. Bendabenda tersebut biasa berupa batu kapak, tulang yang diruncingkan
atau dipipihkan, wadah dari tembikar, benda keramik, alat-alat dari tembaga,
batuan bertulis, dan sebagainya. Sebagai contoh penemuan batuan bertulis dapat
mengungkapkan persebaran sebuah bahasa (kapan, dimana, budaya apa yang
mempegaruhi). Beberapa batuan bertulis (prasasti) penting yang kemudian dapat
mengungkapkan sejarah perkembangan bahasa Melayu, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.

Batu bertulis Kedukan Bukit di Palembang 605 Tahun Saka (683 M)


Batu bertulis Talang Tuwo di Palembang 606 Tahun Saka (684 M)
Batu Bertulis Kota Kapur di Bangka 608 Tahun Saka (686 M)
Batu bertulis Karang Brahi di Jambi 614 Tahun Saka (692 M ).

Arkeologi sebagai ilmu yang mengkaji tentang sejarah perkembangan dan


penyebaran kebudayaan masyarakat sebelum meninggalkan kebudayaan yang
tertulis. Hal ini banyak membantu memberi penafsiran makna terhadap

peninggalkan

banda-benda

budaya

yang

ditemukan

dalam

masyarakat

(Koentjaraningrat, 1985: 34-35). Sedangkan, Coleman dan Watson (2005: 10)


menjelaskan para peneliti meneliti berbagai bentuk organisasi sosial dan budaya
yang berbeda yang menjadi ciri khas manusia dari waktu ke waktu. Mereka
memperoleh data dengan cara menggali situs-situs dari pemukiman manusia masa
lampau dan dengan cermat mencatat obyek-obyek, pola-pola pemukiman dan
jasad manusia (fosil) yang hidupnya sedang mereka coba pahami.
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan. Antropologi prehistori adalah
sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat yang
tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek yang berupa
benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
C. Indonesia Zaman Praaksara
Manusia awal Indonesia hidup secara bertahap. Marwati Djoened
Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto menggambarkan kehidupan manusia
awal Indonesia ke dalam empat tahapan, yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat awal, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjutan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Tahapan-tahapan ini
merupakan suatu kesinambungan. Untuk melakukan perubahan dalam setiap
tahapannya memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini mampu memberikan
warna yang berbeda untuk setiap tahapnya pada semua aspek kehidupan.Sebelum
membahas lebih lanjut ada baiknya kita mengenal sedikit tentang zaman
praaksara.

Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan
aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah masa
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan
istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan.
Jadi zaman praaksara adalah zaman ketika suatu bangsa belum mengenal tulisan.
Praaksara merupakan istilah dulu yang sering dipakai untuk menggambarkan
perkembangan kehidupan dan budaya manusia sebelum mengenal tulisan. Namun
dewasa ini penggunaan istilah tersebut dirasa kurang tepat. Demikian karena dari
segi bahasa saja pengertian praaksara sudah tidak relevan. Pra berarti sebelum dan
sejarah adalah sejarah sehingga praaksara berarti sebelum ada sejarah. Sebelum
ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam
kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan
manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh
karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah
praaksara.
Untuk membedakannya diperlukan sebuah batas antara zaman sejarah dan
zaman praaksara. Batas antara zaman praaksara dengan zaman sejarah adalah
mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa praaksara
adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman
setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman praaksara atau dimulainya zaman
sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa
tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir

sudah memasuki zaman sejarah. Zaman praaksara di Indonesia diperkirakan


berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan
dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.Karena tidak terdapat
peninggalan catatan tertulis dari zaman praaksara, keterangan mengenai zaman ini
diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi,
antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari
artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs praaksara. Pembahasan
mengenai kehidupan kebudayaan manusia Indonesia pada zaman praaksara adalah
sebagai berikut:

1. Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan ternyata telah


menghasilkan budaya yang belum ada pada masa sebelumnya, seperti lukisanlukisan di dinding di gua-gua tempat tinggal mereka atau di dinding karang. Di
luar Indonesia, seni lukis yang berupa lukisan-lukisan di dinding- dinding karang

atau gua-gua ditemukan di Eropa, misalnya di negara Prancis, Afrika, Australia.


Di tempat-tempat tersebut seni lukis berasal dari masa yang lebih tua daripada
yang ditemukan di Indonesia. Di Indonesia seni lukis adalah suatu hasil budaya
yang baru dicapai pada masa berburu tingkat lanjut dan ditemukan tersebar di
daerah Sulawesi selatan, kepulauan Maluku dan Irian. Penemuan lukisan dinding
gua di daerah Sulawesi selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M.
Heren-Palm dalam tahun 1950. Di dalam gua tersebut ditemukan cap-cap tangan
dengan jari-jarinya direntangkan dengan ditaburi cat merah. Di gua tersebut Van
Heekeren juga menemukan lukisan seekor babi rusa yang sedang melompat
dengan panah di bagian jantungnya. Barangkali lukisan tersebut dimaksudkan
sebagai suatu harapan agar mereka berhasil dalam berburu di hutan. Babi rusa tadi
digambarkan dengan garis-garis warna merah.
Di tempat-tempat lain lukisan pada dinding-dinding karang atau gua-gua
juga menggunakan cat warna merah, hitam atau putih. Sumber inspirasi dari
lukisan-lukisan tersebut adalah cara hidup mereka pada masa itu yang tergantung
pada alam sekelilingnya, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan. Dengan
demikian, lukisan tersebut menggambarkan kehidupan sosial ekonomik dalam
kepercayaan masyarakat waktu itu. Di dalam lukisan-lukisan praaksara pada
dinding- dinding gua itu mengandung nilai-nilai estetika dan magis yang bertalian
dengan totem dan upacara-upacara yang belum diketahui dengan jelas.Cap-cap
tangan dengan dasar warna merah, mungkin mengandung arti kekuatan atau
simbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Adapun cap tangan
dengan jari yang tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat berkabung. Ada

10

anggapan dari kalangan para ahli bahwa lukisan-lukisan itu juga mengandung
maksud sebagai upacara penghormatan terhadap nenek moyang, upacara
kesuburan, untuk meminta hujan dan sebagainya.
Kecuali lukisan-lukisan pada dinding-dinding karang, alam kepercayaan
pada masa itu terlihat juga dalam upacara penguburan mayat. Bukti-bukti tentang
penguburan ditemukan di gua Lawa (Sampung), di gua Sodong dan di bukit
kerang di Sumatera Utara. Di antara mayat-mayat itu ada yang ditaburi dengan
cat-cat merah yang berupa butiran. Diduga bahwa cat-cat merah ini berhubungan
dengan suatu upacara penguburan, dengan maksud memberikan kehidupan baru di
alam baka.

2. Pada Masa Bercocok Tanam

Masyarakat masa bercocok tanam sudah memperhatikan tentang kesenian


misalnya ditemukannya kulit kerang yang digunakan sebagai kalung, gelanggelang dari batu indah dan manik-manik. Di dalam gua-gua yang menjadi tempat
tinggal mereka ditemukan lukisan-lukisan dengan beberapa warna. Hasrat untuk

11

mengekspresikan keindahan muncul ketika manusia mulai menetap sementara di


goa-goa. Ekspresi keindahan itu dituangkan dalam bentuk seni lukis dengan
media dinding-dinding goa atau permukaan batu. Ketika manusia sudah mulai
hidup menetap, ekspresi keindahan bertambah variasinya. Seiring dengan
perkembangan teknik tuang logam dan pembuatan gerabah, dalam aspek seni
muncul seni lukis dalam bentuk relief dan seni patung.
Relief sebenarnya merupakan penegasan dari seni lukis dengan media
permukaan batu, seni patung diwujudkan dalam bentuk patung menhir atau
patung-patung megalitik (batu besar) lainnya. Aspek lain yang terkandung dalam
seni rupa itu adalah nilai-nilai magis-religius. Oleh karena itu, gaya penampilan
seninya juga dipengaruhi oleh latar belakang kepercayaan senimannya. Hal itu
terlihat jelas pada seni rupa masa proto- sejarah yang kurang memperhatikan segi
anatomis dan proporsi. Seni pada waktu itu lebih ditekankan pada segi
simbolisnya. Untuk memperoleh gambaran mengenai seni rupa pada masa protosejarah, berikut ini diuraikan hasil-hasil seni rupa seperti seni lukis, seni patung,
dan seni kerajinan. Kegiatan seni melukis berupa lukisan di dinding-dinding goa
atau dinding-dinding karang sudah dilakukan oleh manusia sejak masa berburu
dan meramu. Hal itu terbukti dari temuan-temuan di Prancis, Afrika, India,
Thailand, dan Australia. Kegiatan seni lukis di Indonesia diperkirakan sudah ada
sejak masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Bukti mengenai hal itu ditemukan
di Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan di Irian Jaya.
Di Leang Pattae, di Sulawesi Selatan juga ditemukan lukisan di dinding
goa. Bentuk lukisannya berupa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah

12

dan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap
dijantungnya. Kebanyakan bentuk lukisan di goa-goa di Sulawesi Selatan ini
berupa cap-cap tangan, baik dengan jari lengkap maupun tidak, dan babi rusa.
Sementara itu, di goa-goa di Pulau Muna, daerah Sulawesi Tengah, bentuk lukisan
yang ditemukan beraneka ragam, misalnya ada manusia menunggang kuda,
memegang tombak atau pedang, kuda, rusa, anjing, buaya, matahari, dan perahu
layar. Warna lukisannya didominasi warna cokelat. Di Maluku juga ditemukan
lukisan-lukisan di dinding goa dan batu karang, berwarna merah dan putih
wujudnya cap tangan, kadal, manusia dengan membawa perisai berwarna merah,
lukisan burung, dan perahu berwarna putih. Selain itu, dijumpai pula lukisan
manusia sedang menari dan berkelahi, manusia bertopeng, atau lukisan wajah. Di
Irian Jaya ada lukisan di dinding goa dan karang. Pada umunya lukisan- lukisan
yang ditemukan di Irian Jaya mirip dengan lukisan-lukisan yang ditemukan di
Pulau Kei daerah Maluku. Bentuknya juga beraneka ragam, seperti cap tangan,
orang, ikan, perahu, binatang melata, dan cap kaki. Selain itu, terdapat juga
lukisan abstrak seperti garis-garis lengkung atau garis-garis lingkaran.
Seni relief ditemukan pada dinding kubur megalitik, seperti sarkofagus
atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yangn memiliki relief ditemukan di
Tegal Ampel di Bondowoso, Jawa Timur, dan Tegalang-Bali.
Objek lukisan relief tersebut berbentuk manusia, binatang, dan pola-pola
geometris. Di antara ketiga obyek itu agaknya obyek manusia yang paling banyak
dilukiskan. Contohnya relief yang terdapat di sarkofagus yang ditemukan di
Bondowoso dan di Bali. Relief yang terdapat di Bondowoso terdiri dari lima

13

manusia dan binatang. Selain daripada itu, objek lukisan berupa manusia juga
terdapat pada tutup dolmen yang ditemukan di desa Tlogosari, Bondowoso.
Seni patung baik patung dari batu maupun patung dari perunggu umumnya
berupa figur manusia dan binatang. Patung batu pada masa itu dibuat dengan
teknik pahat sederhana yang pahatannya dilakukan pada bagian- bagian tertentu
saja, yaitu muka atau tangan. Kesederhanaan itu juga tampak pada
penggarapannya yang agak kasar dan terkesan kaku. Hal ini dapat dipahami
karena latar belakang pembuatan patung pada masa itu, adalah untuk pemujaan
nenek moyang dan patungnya sendiri ditempatkan di dekat kubur.
Patung-patung manusia ini ditemukan di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Patung yang ditemukan di Cirebon, Gunung Kidul, dan patung yang ditemukan di
Bada, Sulawesi Tengah, berupa batu besar yang bagian atasnya dipahat sehingga
berbentuk muka manusia. Patung-patung batu dengan obyek sederhana, hanya
bagian atas yang mengalami pengerjaan, sedangkan bagian bawah dibiarkan polos
atau bagian kaki sengaja tidak dipahat. Bagian bawah patung yang berbentuk
meruncing itu, dimaksudkan untuk mempermudah ditancapkan ke dalam tanah.
3. Pada Masa Perundagian

14

Masa perundagian merupakan masa perubahan besar dalam hasil-hasil


kebudayaan. Pada masa perundagian ini, manusia Indonesia telah banyak
menciptakan hasil-hasil kebudayaan, terutama yang berwujud benda atau alat- alat
dengan teknologi tinggi. Pada masa perundagian ini, orang-orang Indonesia
mengembangkan teknologi yang tinggi dalam mengolah sumber daya alam.
Masa perundagian yang dibagi ke dalam tiga zaman yaitu zaman tembaga,
zaman perunggu dan zaman besi. Tetapi telah kita ketahui bahwa di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga. Hal ini
dibuktikan dengan tidak ditemukannya artefak-artefak yang dibuat dari tembaga.
Masa perundagian dibagi menjadi zaman perunggu dan zaman besi. Pada zaman
perunggu, orang-orang Indonesia banyak menghasilkan benda atau alat-alat yang
menggunakan teknologi tinggi. Berkembangnya teknologi pada zaman perunggu
ini karena ditemukannnya penemuan-penemuan baru berupa teknik peleburan,
pencampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam.
Di Indonesia zaman logam tersebut dikenal dengan zaman perunggu.
Kepandaian untuk menggunakan barang-barang logam harus dikuti dengan
kepandaian teknis tentang cara-cara pengerjaan bahan-bahan logam tersebut.
Perkembangan kebudayaan perunggu di Indonesia agak kemudian. Hal ini
terbukti dengan adanya hasil penelitian arkeologis, bahwa penggunaan logam itu
baru berkembang pada beberapa abad sebelum masehi. Menurut Von Heine
Gudern pendukung kebudayaan perunggu datang ke Indonesia kurang lebih 500
tahun Sebelum Masehi. Sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang disebut

15

Dentero Melayu atau Melayu Muda dan sebelumnya bangsa proto Melayu atau
Melayu tua zaman Neolithikum.
Benda-benda perunggu itu ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya
persamaan dengan penemuan di Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam
hiasnya. Dari kesamaan tersebut kemudian menimbulkan dugaan, bahwa dalam
hal pengembangan budaya perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di
Dongson (Vietnam). Hal ini didukung oleh pendapat bahwa kebudayaan perunggu
berasal dari daratan Asia yang disebut kebudayaan Dongson. Pada masa ini seni
kerajinan muncul dalam bentuk perhiasan, benda-benda upacara, dan benda-benda
keperluan sehari-hari. Bahan yang digunakan untuk kerajinan itu adalah batu,
kulit, kerang, tanah liat, perunggu, besi, emas, dan kaca. Dari bahan-bahan yang
berbeda itu, menunjukkan adanya perbedaan tingkat teknologi pembuatannya dan
tingkat keterampilan pembuatannya. Semula teknologi pembuatan alat-alat
keperluan sehari-hari tersebut dilakukan dengan cara pengurangan. Kemudian
berkembang dengan teknologi penambahan dan percampuran, misalnya dalam
pembuatan gerabah dan teknik tuang logam.
Jenis perhiasan yang dikenal pada masa itu adalah gelang, bandul kalung,
dan manik-manik. Adapun benda-benda upacara berupa nekara, kapak perunggu,
senjata besi, dan gerabah. Tentu saja benda-benda itu tidak hanya mempunyai
fungsi estetis dan religius saja. Akan tetapi, juga dapat berfungsi praktis, seperti
untuk alat tukar dan alat bantu kegiatan manusia sehari-hari.
Nekara sebagai hasil dari seni kerajinan, mempunyai bentuk unik dengan
pola hias yang kompleks. Bentuk nekara umumnya tersusun dalam tiga bagian.

16

Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan.
Bagian tengah merupakan merupakan silinder dan bagian bawah berbentuk
melebar. Pola hias yang terdapat di nekara ini pada umumnya berbentuk pola
hiasgeometrik dengan beberapa variasinya, misalnya pola hias tersusun, pola hias
lilin, dan pola hias topeng. Nekara perunggu yang berukuran kecil dan ramping
disebut moko atau mako.
Benda-benda perunggu lainnya yang termasuk dalam seni kerajinan adalah
kapak perunggu. Bentuk kapak ini bermcam-macam, seperti jenis ekor burung
seriti, jenis pahat bertangkai, dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Selayar, Bali, flores,
Maluku, Timor-Timur sampai Irian Jaya. Di antara semua temuan kapak itu
terdapat kapak yang mempunyai pola hias yang sangat indah. Pola hias yang
terdapat dalam kapak yang ditemukan di Pulau Roti, berbentuk topeng dengan
tutup kepala yang menyerupai kipas. Begitu juga kapak jenis candrasa yang
ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki pola hias
geometrik pilin, garis-garis, dan pola tangga. Benda-benda perunggu itu
ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya persamaan dengan penemuan di
Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya. Dari kesamaan tersebut
kemudian menimbulkan dugaan, bahwa dalam hal pengembangan budaya
perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam). Hal ini
didukung oleh pendapat bahwa kebudayaan perunggu berasal dari daratan Asia
yang disebut kebudayaan Dongson.
Pada masa perundagian telah banyak hasil-hasil kebudayaan yang bernilai
tinggi. Hasil-hasil kebudayaan yang terdapat pada masa ini berwujud ide atau

17

gagasan, norma-norma atau peraturan, dan aktivitas sosial maupun wujud


kebendaan. Berbagai hasil-hasil kebudayaan yang diwujudkan ke dalam tiga
bentuk tersebut dapat kita temukan. Dari keseluruhan hasil-hasil kebudayaan
pada masa perundagian, sebagaian besar hasil-hasil tersebut berwujud bendabenda berupa alat-alat. Sedikit sekali hasil kebudayaan pada masa ini yang
berwujud norma dan peraturan.
Banyaknya hasil-hasil kebudayaan masyarakat pada masa perundagian
berwujud benda yang terdiri dari berbagai macam alat-alat disebabkan karena
pada masa perundagian ini manusia telah mengenal teknologi yang lebih bersifat
modern dan memiliki keahlian untuk membuat alat-alat tersebut. Pada masa
perundagian kemahiran membuat alat-alat semakin berkembang sebagai akibat
terjadinya golongan-golongan dalam masyarakat yang bertugas secara khusus
membuat alat-alat. Pada masa perundagian, teknologi pembuatan benda-benda
makin meningkat, terutama setelah ditemukannya campuran antara timah dan
tembaga yang mengahasilkan logam perunggu.
Di Indonesia penggunaan logam perunggu mulai digunakan beberapa abad
sebelum masehi. Berdasarkan temuan-temuan arkeologik, Indonesia hanya
mengenal alat-alat yang dibuat dari perunggu dan besi. Benda-benda perunggu
yang ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan-temuan di
Dongson (Vietnam), baik bentuk maupun pola hiasannya. Hal ini menimbulkan
dugaan tentang adanya hubungan budaya yang berkembang di Dongson dengan di
Indonesia.

18

Suatu kemahiran baru pada masa perundagian adalah kepandaian


menuangkan logam. Teknik melebur logam merupakan teknik yang tinggi, karena
pengetahuan semacam itu belum dikenal dalam masa sebelumnya. Logam harus
dipanaskan sehingga mencapai titik lebur, kemudian baru dicetak menajadi
bermacam-macam jenis pekakas atau benda lain yang diperlukan. Teknik
pembuatan benda-benda perunggu ada dua macam, yaitu dengan cetakan
setangkup (bivalve) dan cetak lilin (a cire perdue). Cetakan setangkup, yaitu cara
menuangkan dengan membuat cetakan dari batu. Teknik ini dilakukan untuk
benda-benda yang tidak mempunyai bagian-bagian yang menonjol.

D. Hubungan Antara Antropologi Prehistori dan Ilmu Kesehatan


Adapun hubungan Antropologi Preshistori dengan ilmu kesehatan adalah
sebagai berikut:

1. Hubungan dengan Psikologi


Dalam cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang
tajam, baik sebagai individu maupun kelompok. Sebagai individu, tidak lepas dari
peranan faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, seperti motivasi, minat,
konsep diri dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-fakor eksternal
yang bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya,
dan sebagainya.
Begitu pula dalam pelaku yang bersifat kelompok menunjuk sifat kolektif,
yaitu gejala yang menjadi obyek khusus psikologi sosial. Dalam peristiwa sejarah,

19

perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru hara, gerakan
sosial, protes yang revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan
psikologi dari motivasi, sikap, dan tindakan kolektif (Kartodjirjo 1993 : 139).
Dalan hal tersebut psikologi berperan untuk mengungkap beberapa faktor
tersembunyi sebagai bagian proses mental.
2. Hubungan dengan Ilmu Paleontologi
Tentu sangat penting bagi ilmu antropologi khususnya cabang paleoantropologi dan prehistori untuk mengerti tentang umur dari fosil-fosil kera dan
manusia serta berbagai artefak bekas kebudayaan yang telah digali, dengan
mengetahui umur relatif dari fosil-fosil yang terdapat didekat artefak maupun fosil
tadi.
3. Hubungan dengan Ilmu Anatomi
Ilmu antropologi juga memiliki keterkaitan dengan ilmu anatomi.
Khususnya cabang antropologi yaitu antropologi fisik yang mengkaji tentang fisik
manusia serta meneliti ciri-ciri dari berbagai macam ras yang ada didunia.
sehingga peran ilmu anatomi sangatlah membantu karena kajian ilmu anatomi
yang secara detail mengkaji tentang fisik manusia. Sehingga merupakan kekuatan
tersendiri bagi antropologi-fisik yang banyak mempelajari ciri-ciri dari kerangka
manusia,bagian tubuh manusia hingga bagian tengkorak manusia, yang memiliki
tujuan untuk mendapati tentang asal mula dan penyebaran manusia hingga
hubungan-hubungan dari berbagai ras yang ada di dunia.
4. Hubungan dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat

20

Pentingnya kesehatan bagi setiap orang harus dapat direalisasikan dengan


benar. Menurut Koentjaranngrat dalam bukunya pengantar ilmu antropologi
menjelaskan bahwa ilmu kesehatan masyarakat membahas data konsepsi dan
sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap
obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan dan pantangan dan sebagainya. Dari
berbagai bahasan ilmu kesehatan masyarakat diatas maka ilmu antropologi dapat
membantu dengan memberi pengarahan kepada para dokter maupun petugas
medis yang berkerja maupun tinggal di berbagai daerah yang memiliki keragaman
budaya, sehingga mereka dapat menyesuaikan dengan budaya yang ada.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan. Antropologi prehistori adalah
sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat yang
tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek yang berupa
benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Dimana Antropologi Preshistori memiliki kesinambungan dengan ilmu
kesehatan, merupakan kekuatan tersendiri bagi antropologi-fisik yang banyak
mempelajari ciri-ciri dari kerangka manusia,bagian tubuh manusia hingga bagian
tengkorak manusia, yang memiliki tujuan untuk mendapati tentang asal mula dan
penyebaran manusia hingga hubungan-hubungan dari berbagai ras yang ada di
dunia, untuk mengerti tentang umur dari fosil-fosil kera dan manusia serta
berbagai artefak bekas kebudayaan yang telah digali, dengan mengetahui umur
relatif dari fosil-fosil yang terdapat didekat artefak maupun fosil tadi. Dalam
cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik
sebagai individu maupun kelompok. Dapat membantu dengan memberi
pengarahan kepada para dokter maupun petugas medis yang berkerja maupun
tinggal di berbagai daerah yang memiliki keragaman budaya, sehingga mereka
dapat menyesuaikan dengan budaya yang ada.

22

B. Saran
Sebagai manusia, terkadang kita membutuhkan pembelajaran tersendiri
tentang apa itu manusia, dalam ilmu antropologi tidak hanya secara individu tetapi
dalam jumlah yang lebih massa lagi dapat dijelaskan tentang apa itu manusia. Tak
lepas dari sejarah manusia itu sendiri tentunya, antropologi prehistori merupakan
cabang ilmu antropologi yang membahas mengenai sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan, merekonstruksi sejarah
masyarakat yang tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek
yang berupa benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Maka
dari itu, pelajarilah sejarah manusia terlebih dahulu untuk mengetahui apa itu
manusia, karena manusia yang hebat itu adalah mereka yang tidak meninggalkan
sejarah. {Ir. Soekarno: Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah)}.

23

LAMPIRAN
Soal pilihan ganda dan jawabannya:
1. Studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya,
perilaku, keanekaragaman disebut.......
a. Biologi
b. Fisiologi
c. Antropologi
d. Deontologi
e. Metodelogi
2. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan. Pernyataan diatas dikemukakan oleh.......
a. David Hunter
b. William A. Haviland
c. Koentjaraningrat
d. E. A. Hoebel
e. R. Benedict
3. Yang tidak termasuk cabang ilmu antropologi budaya adalah.......
a. Prehistori
b. Etnolinguistik
c. Paleoantrologi
d. Etnologi
e. Etnopsikologi
4. Pertama, menetapkan tahaptahap perkembangan kebudayaan (bagaimana
caracara hidup berubah) diberbagai belahan dunia. Kedua, memahami
apa sebabnya perubahanperubahan tertentu terjadi, kapan dan dimana itu
terjadi. Kedua hal penting itu dipusatkan oleh cabang ilmu.......
a. Psikologi
b. Paleoantrologi
c. Arkeolog
d. Etnologi
e. Etnolinguistik
5. Yang tidak termasuk dalam beberapa batuan bertulis (prasasti) penting
yang kemudian dapat mengungkapkan sejarah perkembangan bahasa
Melayu adalah.......
24

a. Batu bertulis Kedukan Bukit di Palembang 605 Tahun Saka (683 M)


b. Batu bertulis Talang Tuwo di Palembang 606 Tahun Saka (684 M)
c. Batu bertulis Talang Tuwo di Palembang 607 Tahun Saka (684 M)
d. Batu bertulis Kota Kapur di Bangka 608 Tahun Saka (686 M)
e. Batu bertulis Karang Brahi di Jambi 614 Tahun Saka (692 M )
6. Sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat
yang tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali artifact (objek
yang berupa benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya
merupakan pengertian dari cabang ilmu antropologi.......
a. Antropologi Etnologi
b. Antropologi Fisik
c. Antropologi Prehistori
d. Antropologi Budaya
e. Paleoantropologi
7. Zaman dimana kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan disebut.......
a. Prasejarah
b. Prazaman
c. Praaksara
d. Praktis
e. Primitif
8. Penemuan lukisan dinding gua di daerah Sulawesi selatan oleh C.H.M.
Heren-Palm dalam tahun 1950. Dimana ditemukan cap-cap tangan dengan
jari-jarinya direntangkan dengan ditaburi cat merah, lukisan seekor babi
rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya
merupakan bagian dari praaksara zaman.......
a. Zaman bercocok tanam
b. Zaman perundagian
c. Zaman berburu dan mengumpulkan makanan
d. Zaman perunggu
e. Zaman logam
9. Suatu kemahiran baru pada masa perundagian adalah.......
a. Menggunakan senjata untuk berburu
b. Memiliki alat berdagang
c. Kepandaian menuangkan logam
d. Relief patung
e. Kepercayaan akan alam baka
10. Membantu dengan memberi pengarahan kepada para dokter maupun
petugas medis yang berkerja maupun tinggal di berbagai daerah yang

25

memiliki keragaman budaya, sehingga mereka dapat menyesuaikan


dengan budaya yang ada merupakan hubungan antropologi prehistori
dengan.......
a. Ilmu psikologi
b. Ilmu paleontologi
c. Ilmu kesehatan masyarakat
d. Ilmu anatomi
e. Ilmu etika

26

Anda mungkin juga menyukai