Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak ilmu yang mengkaji tentang manusia, masing – masing dengan sudut
pandang dan analisisnya. Salah satu ilmu yng mempelajari manusia dari sudut
cara berfikir dan pola berprilaku adalah antropologi (sering disebut antrologi
sosial dan budaya).

Manusia cenderung bergabung dalam suatu kesatuan, baik kesatuan kecil


maupun kesatuan besar, seperti bangsa ataupun suku bangsa. Dengan demikian,
tidaklah mengherankan kalau kemudian muncul penyebutan antropologi sebagai
“ilmu bangsa – bangsa”

Dari kekhususan pola yang dikaji, yaitu aspek tingkah laku dan cara
berfikirnya, sesungguhnya ilmu antropologi sangat luas bidang kajiannya. Ia
mempelajari pola tingkah laku dan cara berfikir manusia yang senantiasa
mengalami tingkat kemajuan dari cara berpikir yang sangat sederhana sampai ke
tingkat modern, dari manusia dahulu hingga manusia sekarang. Perubahan pola
pikir ini mungkin saja membawa dampak yang positif bagi perkembangan dirinya,
juga dapat menimbulkan dampak yang negative.

Kesatuan hidup manusia senantiasa berkembang, baik dalam pola maupun


sistem kesatuan hidupnya. Oleh karena itu, dapatlah kita maklumi bahwa konsep
kesatuan hidup manusia dengan perkembangan sistem sosialnya yang heterogen
menghasilkan pola yang beraneka ragam. Dengan demikian, tidaklah berlebihan
apa yang diungkapkan oleh seorang filsuf wanita Grace de Laguna pada tahun
1941 (William A. Haviland; 1988) di hadapan American Philosophical
Association Easterns Divicion bahwa:

“Dari semua ilmu, antropogi adalah yang paling luas cakrawalanya.


Antropologi tidak hanya membongkar anggapan yang keliru mengenai
superioritas ras dan kebudayaannya, tetapi juga ketekunannya dalam mempelajari

1
semua bangsa, tanpa memperdulikan dimana dan bilamana mereka hidup telah
memberikan lebih banyak kejelasan tentang sifat manusia daripada semua
pemikiran para filsuf atau studi para ilmuan di laboratorium”

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian antropologi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan antropologi itu ?
3. Apa konsep dasar dari kajian evolusi ?
4. Bagaimana evolusi primata manusia ?
5. Apa pengertian budaya ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi persyaratan lulus di mata kuliah antropologi
2. Untuk mengetahui pengertian dari antropologi
3. Agar dapat mengetahui dan mengenal sejarah perkembangan
antropologi
4. Agar dapat mengetahui konsep dasar dari kajian evolusi
5. Agar dapat mengetahui dan mempelajari apa itu evolusi primata
manusia, dan
6. Dapat mengetahui pengertian dari kebudayaan
1.4 MANFAAT
Manfaat dari makalah ini yaitu:
a) Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk
menambah pengetahuan mereka tentang antropologi budaya.
b) Para pembaca dapat mengetahui antropologi budaya serta kaidah-kaidah
yang ada di dalamnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANTROPOLOGI

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari


tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul
berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.

Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan


masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah
yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia"


atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar",
"berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial.

Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap
waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan Antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun
begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode
Antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.1

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia sebagai


makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan pada sifat khusus
badani dan cara produksi, tradisi, dan nilai – nilai yang membuat pergaulan hidup
yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi

3
Memang terdapat banyak ilmu yang membahas tentang manusia, seperti
biologi, anatomi, psikologi, dan sebagainya. Namun, antropologi secara lebih
khusus mengkaji manusia dari sudut keanekawarnaannya, yaitu aneka warna fisik
(ragawi/tubuh) dan tingkah laku serta cara berfikirnya. Antropologi bahkan
melihat persoalan manusia biologi dan manusia sebagai makhluk sosian tidak
secara terpisah, tetapi secara keseluruhan (holistic dan integral).2

Antropologi budaya yang merupakan cabang dari antropologi menyelidiki


kebudayaan pada umumnya dan berbagai kebudayaan pada bangsa di muka bumi,
menyelidiki bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan
kebudayaannya sepanjang zaman. Telaahnya menyangkut bagaimana manusia
dengan akal dan struktur fisiknya yang unik berhasil mengubah lingkungan yang
bukan ditentukan oleh pola naluriahnya semata – mata, melainkan juga
pengalaman dan pengajaran dalam arti yang seluas – luasnya. Sebagaimana
terbesar kajiannya dilakukan secara perbandingan dengan pengamatan, penulisan,
dan pemahaman kebudayaan dalam masyarakat manusia termasuk di dalamnya
perilaku hukum.3

Antropologi dalam perkembangannya terbagi dalam beberapa


cabang. Cabang-cabang Antropologi tersebut antara lain sebagai berikut:

 Antropologi Fisik: Cabang Antropologi ini mengkaji hubungan antara


kebudayaan dan manusia secara biologis. Di masa lalu, kajian Antropologi
fisik lebih ditekankan pada usaha untuk membandingkan manusia dengan
primata lain, seperti simpanse, gorilla, dan orang utan. Antropologi fisik
juga mencari hubungan antara manusia modern (Homo Sapiens) dengan
nenek moyang kita seperti Homo Erectus.
 Antropologi Budaya: Cabang ini adalah yang terbesar dalam ilmu
Antropologi. Antropologi budaya meliputi keanekaragaman kebudayaan,
upaya mencari unsur-unsur kebudayaan universal, mengungkapkan

2
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 3
3
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 5

4
hubungan antara struktur sosial masyarakat dengan kebudayaannya,
bahkan juga membahas mengenai interpretasi simbolik.
 Antropologi Linguistik: Cabang Antropologi yang mengkaji tentang
keanekaragaman bahasa. Namun, ruang lingkupnya jauh lebih kecil dari
ilmu linguistik. Antropologi linguistik melihat bahasa dalam konteks latar
belakang kebudayaan masyarakat penuturnya.
 Arkeologi: Cabang ini seringkali dianggap sebagai ilmu tersendiri yang
terpisah dari Antropologi. Namun, menurut sebagaian besar ahli
Antropologi, Arkeologi sebenarnya adalah sebuah cabang ilmu dari
Antropologi. Tugas Arkeologi adalah menunjukkan hubungan antara
manusia masa lampau dengan habitat hidupnya beserta struktur sosial dan
kebudayaan masyarakatnya.
 Etnologi: Cabang Antropologi yang secara khusus mempelajari sejarah
perkembangan kebudayaan manusia.4

2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Antropologi adalah salah satu bidang disiplin ilmu yang jenis keilmuannya
murni dan juga praktis. Sejarah munculnya keilmuan ini, berawal dari bangsa
Yunani dan Romawi. Bapak sejarah Herodotus menulis 50 bahasa, seni, macam
adat perkawinan serta menganggap masyarakat saat itu melakukan perbandingan
diantara budaya-budaya masyarakat. Mereka memilki sikap dan pandangan
meremehkan pada masyarakat dan budaya-budaya lain. Diabad 1 M Tacitus
menulis tentang suku-suku di Jerman. Fase perkembangan Antropologi terbagi
menjadi empat bagian:

1. Fase pertama (sebelum 1800)

Selama empat abad berselang. Dimulai sejak abad 15 hingga permulaan


abad ke 16, bangsa Eropa menularkan pengaruh besar terhadap berbagai suku,

4
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-antropologi-dan-cabang.html

5
bangsa, masyarakat hingga budaya setempat. Mereka melakukan penjajahan di
tiga benua, afrika, asia dan amerika. Ketika bangsa Eropa menemukan suatu hal
yang aneh, suatu hal-hal yang baru di tempat jajahannya. Mereka mencurahkan
pengalaman-pengalaman yang mereka dapat ke sebuah tulisan. Kumpulan-
kumpulan tulisan itu disebut Etnographi. Terdapat beberapa pendapat dalam segi
sudut pandang seseorang dalam memaknainya. Mulai dari beranggapan mereka
(bangsa yang dijajah) adalah makhluk liar hingga sebutan-cebutan keturunan iblis
dilontarkan. Ada juga yang mencoba mengumpulkan barang-barang antik lalu
mengumpulkannya untuk diperlihatkan ke semua orang.

2. Fase kedua (sekitar abad ke 19)

Pada pertengahan abad ke 19 ini, antropologi lebih condong digunakan


untuk mengklasifikasikan tingkat-tingkat budaya dengan meneliti sejarah
penyebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi. Orang Eropa menganggap
kebudayaan bangsa-bangsa diluar Eropa adalah bangsa yang kuno. Dengan
mempelajarinya sama halnya mereka mencari tahu sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.

Karangan-karangan etnografi berdasarkan cara berfikir evolusi


masyarakat. Maknanya masyarakat dan kebudayaan manusia berevolusi dengan
sangat lambat hingga memerlukan waktu yang sangat lama.5

3. Fase ketiga (permualaan abad ke 20)

Perkembangan pada fase ini sangat erat kaitannya dengan eksitensi


kolonialose-imperialisme negara – negara Eropa dan Amerika Serikat (walaupun
negara ini bukan negara kolonia, mereka berkuasa atas negara - negara bagian).
Karena itu, apabila ingin engenal suatu daerah, hanya ada satu cara, yakni
memahami dan mengenali tabiat serta sikap watak yang khas dari suatu wilayah

5
http://sosbud.kompasiana.com/2014/03/24/fase-fase-perkembangan-antropologi-
641171.html

6
dan suku bangsa yang bersangkutan. Gambaran bagaimanakah hubungan antara
antropologi dan koloialisme dikemukakan oleh Viollet/Liaison Agency: The
modern stuy of antrhropology had its origins in the European colonization of
lands in the Pasific, Asia, Africs, and the Americas. European contacts with vastly
different peoples sparked an interest in understanding and explaining human
diversity, the goals of anthropology”.

Pada fase ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dengan tujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku – suku bangsa di luar eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.6

4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)

Fase keempat sering di sebut sebagai fas ilmiah antropologi, tetapi ada
pula yang menyebutnya sebagai era embaharuan dan penumuan ilmu
antropologisesungguhnya. Pada fase ini perkembangan ilmu antropologi demikian
pesatnya. Beberapa hal yang menjadi sebab ilmu ini berkembang sangat pesar,
diantaranya:

a. Bertambahnya koleksi bahan pengetahuan akibat dilakukan dengan cara


yang jauh lebih teliti.
b. Ketajaman metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian.
c. Timbul rasa antipasti terhadap koloialisme khususnya sesudah Perang
Dunia II usai.
d. Hilangnya bangsa – bangsa primitive (dalam arti bangsa – bangsa asli dan
terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika).
Suku bangsa demikian ini sejak sekitar tahun 1930 mulai hilang dan
sesudah Perang Dunia II bahkan hamper tidak ada lagi di muka bumi ini.
Dengan kondisi demikan seolah – olah hilangnya objek kajian antropologi.

6
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 10

7
Selanjutnya, melalui suatu Simposium Internasional Antropologi di
Amerika Serikat pada tahun 1951 sebanyak enam puluh orang ahli antropologi
mengadakan kajian ulang tentang tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi.
Salah satu rumusannya adalah bahwa secara akademik ilmu ini ingin mencapai
pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna fisik, masyarakat, serta kebudayaannya, dan secara praktis ingin
mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa itu sendiri.7

2.3 KONSEP DASAR KAJIAN EVOLUSI

Sepanjang sejarah umat manusia, ia selalu bertanya tentang siapa dirinya,


dari mana ia dating, dan dikaitkan dengan kecenderungan prilakunya, maka
sejumlah pertanyaan tersisa, misalnya, mengapa pada akhirnya ia ber[rilaku
seperti itu.

Hingga saat ini asal usul manusia masih merupakan misteri. Memang
sejak beberapa waktu lalu keberadaan makhluk manusia melalui suatu proses
panjamg evolisonya tidak diragukan lagi. Rangkaian proses ini diperkirakan mulai
dari suatu bentuk kehidupan sederhana dan melalui proses evolusi akhirnya
menghasilkan manusia modern. Persoalan mendasar adalah apa serta bagaimana
wujud sesungguhnya perkembangan makhluk manusa itu secara biologis?

Kajian tetang evolusi primate dan makhluk manusia khususnya di awali


dari konsep berfikir evolusi masyarakat pada masa fase ke-2 dalam perkembangan
ilmu antropologi. Menurut Koentjaraningrat (1997), garis besar teori ini
menyatakan bahwa : “masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi
dengan sangat lambat dalam 1 jangka waktu beribu – ribu tahun lamanya, dari
tingkat – tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, samai ke tingkat
– tingkat tertinggi.”8

7
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 11
8
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 35

8
Pada masa itu antropologi menjadi ilmu yang bersifat akademik, yaitu:
“Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk
mendapat suatu pengertian tentang tingkat – tingkat konu dakan sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran kebudayaan manuia.”

Proses evolusi sebagaimana dikemukakan Ariyono Suyono (1985) adalah:


“ Suatu proses perkembangan yang berjalan secara lambat dari bentuk atau
wujud yang sederhana menjadi lebih sempurna atau rumit.”9

Inti uraian teorinya bahwa bentuk hidup tertua di muka bumi


sesungguhnya terdiri atas makhluk – makhluk satu sel yang sangat sederhana,
seperti protozoa. Melalui rentang waktu ratusan juta tahun lamanya kemudian
timbul, berkembang dan berketurunan yang memunculkan jenis makhluk –
makhluk baru yang semakin kompleks. Salah satu makhluk tersebut sekarang
telah berkembang melalui suatu rangkaian proses evolusi berupa makhluk
primata, seperti kera dan manusia.

Secara sistematis, makluk manusia diantara berbagai makhluk lain dapat di


gambarkan sebagai berikut. Atas dasar kesamaan bahwa manusia menyusui
terhadap anak keturunannya, maka iya di golongkan ke dalam kelompok makhluk
hidup mamalia. Dalam kelompok mamalia manausia dikelompokkan dalam satu
suku, yaitu Primata. Dalam kelompok primate ini, manusia tergolongsatu suku
dengan kera Tarsier dan Gorila. Primate dikelompokkan dalam sub suku prosimii
dan anthropoid .10

2.4 EVOLUSI PRIMATA MANUSIA

Ilmu yang secara khusus mempelajari proses evolusi mkhluk manusia


adalah subilmu antropobiologi, yaitu ilmu paleoantropologi. Bahan dasar
penelitiannya adalah bekas – bekas tubuh manusia, hewan, dan tumbuh –
tumbuhan yang telah menjadi batu atau membatu (fosil).

9
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 35-36
10
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 37-38

9
2.4.1 Bentuk – Bentuk Manusia Tertua

Para ahli antropologi khususnya paleoantropologi dan ahli biologi sepakat


mengawali kajian tentang nenek moyang manusia akan dapat ditemukan dengan
terlebih dahulua menjawab makhluk sejenis yang telah kandas atau setidak –
tidaknya apabila di sepakati, melalui pola evolusi terhadap makhluk yang spesies
nya memiliki kedekatan.

Paleoantropologi adalah ilmu bagian dari antropologi yang mempelajari


tentang sejarah asal mula terjadinya makhluk/manusia yang hidup di muka bumi
dengan mempergunakan alat bantu bahan penelitian berupa bekas – bekas tubuh
manusia yang berupa fosil yang terkandung dalam lapisan perut bumi. Dalam arti
lebih luas fosil juga diartikan sebagai setiap jejak atau cetakan organisme atau sisa
organisme (tulang, gigi, kulit, tanduk) dari zaman geologi masa lampau yang
tersimpan dalam perut bumi.

Dari kerangka berpikir demikian maka akan muncul suatu pertanyaan


siapakan sebenarnya makhluk primate pendahulu manusia? Untuk menganalisis
siapakah sebetulnya makhluk pendahulu/nenek moyang manusia, sebetulnya yang
harus ditemukan terlebih dahulu adalah sejenis makhluk yang telah kandas, yang
menjadi makhluk penghubung yang menjembatani manusia dan makhluk sejenis
yang sebelumnya ada. Dalam konsep antropologi makhluk demikian disebut
missing link. Ada sekurang – kurangnya dua aliran yang mempertentang
keberadaab missing link ini, yaitu:

a. Konsep lama

Konsep lama mengenai missing link adalah anggapan seolah – olah


bahwa missing link berada di antara kera dan manusia

b. Konsep baru

Konsep baru yang menganggap bukan lagi makhluk prantara yang


hilang, melainkan ia merupakan suatu mata rantai percabangan dengan asal
mula makhluk induk yang sejenis.

10
Meskipun demikian, dibawah ini akan dikemukakan beberapa fosil yang
sempat ditemukan dalam berbagai ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog.

 Eoantropus Dawsoni

Pada tahun 1910 di lingkunga tambang batu di Piltdown, Sussex, Inggris,


ditemukan bagian – bagian dari tempurung dan rahang bawah manusia yang
hamper lengkap. Bagian rahan fosil ini sangat mirip dengan kera. Sesuai dengan
nama penemunya, yaitu Charles Dawson, makhluk ini dinamai Eoantropus
Dawsoni (manusia fajar)

 Australopithecus Africanus

Tahun 1924 Profesor Raymond Dart dari Universitas Witwatersrand di


Johanesburg menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang berbeda
dengan beberapa desain fosil yang selama ini ditemukan. Bentuk fosil ini adalah
campuran antara ciri – ciri kera dan hominidae. Temuan ini diberi nama
Australopithecus Africanus atau kera Afrika Selatan dan dipastikan telah berjalan
secara tegak diatas dua kaki.

 Sinanthropus Pekinensis

Davidson Black, seorang ahli anatomi dari Kanada yang mengajar di


Union Medical College, di Peking, tahun 927 dan 1936 dalam suatu gua yang
dikenal Bukit Tulang Naga dekat Choukoutien di sebelah selatan barat Peking
menemukan beberapa buah fosil. Fosil tersebut diberi nama Sinanthropus
Pekinensis yang berarti Orang Cina Peking. Penerus Black, yaitu Franz
Wedenreich, seorang Yahudi pelarian dari Nazi jerman, berhasil meneumukan 14
tulang tengkorak dan 147 gigi, dari dugaan 32 individu makhluk manusia purba.
Selain itu, ditemukan juga beberapa bekas alat – alat batu, tulang, serta berkas –
berkas api.

11
 Homo Heidelberg

Dr. Otto Schoetensach ahli ilmu geologi Universitas Heidelberg dalam


penggaliannya pada tahun 1907 menemukan sebuah tulang geraham di dekat kota
kecil Mauer. Meskipun rahangnya relative lebih besar, berdasarkan anatomi
rahang yang dimilikinya, giginy mirip gigi manusia.

 Homo Neanderthalensis

Prof. Sollas dari Universitas Oxford didaerah Gibraltar pada tahun 1848
menumukan sebuah tengkorak, takni tulang tengkorak atas, tulang lengan, dan
tulang kaki sejenis yang ditemukan disebuah gua dekat Dusseldorf di lembah
Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya, temuan ini diberi nama Homo
Neanderthalensis dan makhluk ini diduga memiliki proses evolusi yang sangat
dekat dengan keluarga manusia modern (Homo Sapiens).11

2.5 PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu buddhayah, bentuk


jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan
adalah “hal – hal yang bersangkutan dengan akal”. Dalam bahasa Latin makna ini
sama dengan colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama menyangkut
tanah.

Banyak penegasan yang dikemukakan dalam bentuk definisi tentang


apakah sebenarnya kebudayaan itu. Berukit definisi kebudayaan menurut
beberapa para ahli.

1. E.B Tylor (1871)

Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya


terkandung ilmu pengetahuan, kepercayan, kesenian, moral, hokum, adat istiasat,

11
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 43-48

12
dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.

2. R. Linton (1947)

Kebudayaan adalah konfigurasu tingkah laku yang dipelajari dan hasil


tingkah laku, yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.

3. W.H. Kelly dan C. Kluckhohn (1952)

Kebudayaan adalah pola hidup yang diciptakan dalam sejarah yang


eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang terdapat pada setiap
waktu sebagai pedoman yang potensi bagi tingkah laku manusia.

4. Ariyono Suyono (1985)

Kebudayaan adalah keseluruhan hasil daya budhi cipta, karya, dan karsa
manusia yang dipergunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya
agar menjadi pedoman bagi tingkah lakunya, sesuai dengan unsur – unsur
universal di dalamnya.

5. Encarta Encyclopedia (1996)

Cuture, the beliefs, behavior, language, and entire way if life of a particular
time or group of people. Culture includes customs, ceremonies, work of art,
inventions, technology, and traditions. The term also may have a more specific
aesthetic definition and can describe the intellectual and artistic achievements of a
society.

Meskipun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa kebudayaan


adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Melalui peningkatan aktivitas otak dan akalnya tidaklah mengherankan


bahwa sejak lama manusia diberikan penyebutan sebagai:

13
1. Homo Sapiens, makhluk yang dapat berpikir secara bijak.
2. Homo Loquens, makhluk yang pandai berbicara dan berkomunikasi.
3. Homo Sosialis, makhluk yang dapat bermasyarakat.
4. Homo Economicus, makhluk yang mampu megorganisasikan segenap
usahanya guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Homo delegans, makhluk yang mampu menyerahkan tugas kepada orang
lain, termasuk alat bantu.
6. Homo legatus, makhluk yang mewariskan kebudayaannya kepada generasi
berikutnya.
7. Homo faber, makhluk yang pandai mempergunakan alat.12

12
I Gede A. B. Wiranata, Antropologi Budaya (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011) hlmn 94-97

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkasi umat manusia


sebagai makhluk masyarakat. Perhatiannya terutama ditujukan pada sifat khas
ragawi, cara produksi, tradisi, dan nilai – nilai yang membuat pergaulan hidup
yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.dengan demikian, dari sudut
pandang ilmu antropologi, manusia dipandang dari sisi manusia sebagai makhluk
primata (biologi) dan manusia sebagai makhluk sosal budaya.

Manusia adalah salah satu dari makhluk yang ada berkembang di muka
bumi. Perkembangan manusia dan makhluk lain yang telah berlangsung sangat
lama itu menarik bagi para ahli karena ternyata dalam rentang waktu yang sekian
lama itu manusia dan primata lainpun secara fisik melalui suatu proses evolusi.
Secara umum proses evolusi ini dibedakan atas tiga golongan besar yaitu proses
mutasi, seleksi dan adaptasi.

Aneka karakteristik kepribadian manusia memengaruhi penggunaan


keterampilan otak dan legitimasi budaya nya. Keseluruhannya nanti akan
membiasakan individu itu untuk semakin memperkembangkan system nilai. Nilai
pada akhirnya menciptakan tatanan – tatanan baru sehingga mempengaruhi
pengembangan kerangka sistem nilai budaya dalam hidupnya.

3.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
makalah ini adalah:
a) Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan
makalah mengenai antropologi budaya ini.
b) Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan ilmu pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA
 http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
 Wiranata, I Gede A.B. 2011. Antropologi Budaya. PT Citra Aditya Bakti:
Bandung
 http://sosbud.kompasiana.com/2014/03/24/fase-fase-perkembangan-
antropologi-641171.html

16

Anda mungkin juga menyukai