Anda di halaman 1dari 20

PERAN ORANG TUA BAGI ANAK SEBAGAI MADRASAH

PERTAMA DALAM PENDIDIKAN AGAMA DI DESA


SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK

PROPOSAL
Diajukan untuk persetujuan dalam penyusunan Skripsi

OLEH

RISKI DAMERIA
201501.067

Jurusan Pendidikan Agama Islam

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PADANG


LAWAS (STIT-PL) GUNUNG TUA
PADANG LAWAS UTARA
SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbil aalamiin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat, nikmat, dan kesehatan sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan proposal ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa sayyidina
Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad.
Shalawat serta salam tidak lupa saya kirimkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, yang kita harapkan syafaatnya dikemudian hari.
Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda
Napal Siregar dan Ibunda Yusriani Nasution, atas segala dukungan dan kasih
sayang yang tercurahkan, dan telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, dan
makna kehidupan.
Dalam proses penyusunan proposal dan belajar di Fakultas Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Padang Lawas Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka
dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Makmun Arrasid Siregar, selaku Ketua STIT-PL Gunung Tua
2. Hendrawansyah Harahap, M.Ag selaku Ketua Prdosen Pembimbing Mata
Kuliah Bimbingan Skripsi
3. Shanty Marliana Dewi dan Agustina Fera Wati Siregar, Saudara yang telah
memberikan saya dukungan dan motivasi
4. Nurbaiti Hasibuan & Rini Mulyani Rekan dan teman yang telah memberikan
saya masukan dan motivasi

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mudah


mudahan segala bimbingan, bantuan, dan doa yang telah diberikan mendapat
Imbalan dari Allah SWT. Semoga Proposal ini selain dapat diterima sebagai
syarat penyusunan Skripsi juga dapat menambah pengetahuan penulis dan seluruh
pembaca.

Gunung Tua, Juli 2019

Riski Dameria

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................1
DAFTAR ISI .........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................3
B. Fokus Penelitian ..............................................................................................................5
C. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................7
A. Peran Orang Tua Sebagai Madrasah Pertama .................................................................7
1. Pengertian Peran.........................................................................................................8
2. Pengertian Orang Tua ................................................................................................9
3. Orang Tua sebagai Pendidik ( Lembaga Non Formal ) .............................................9
B. Penelitian yang Relevan..................................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................16
A. Rancangan Penelitian ......................................................................................................16
B. Sumber Data dan Penelitian ............................................................................................17
C. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data Penelitian ................................................17
1. Observasi ....................................................................................................................17
2. Wawancara .................................................................................................................17
3. Dokumentasi ..............................................................................................................18
D. Analisis Data ...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman
dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya dulu.

Perkembangan Individu terhadap agama menurut Zakiah Darajat:

Tahap Usia Penjelasan

Pendidikan agama pada umur ini mulai semua


pengalaman anak, baik melalui ucapan yang
Tahap I Kanak-kanak 0-6 Tahun
didengarnya, tindakan, perbuatan, dan sikap yang
dilihatnya, maupun perlakuan yang dilakukannya.
Ketika anak masuk sekolah dasar, dalam jiwanya ia
telah membawa bekal rasa agama yang terdapat dalam
Tahap II Pra Remaja 7-12 Tahun
kepribadiannya, dari orang tuanya dan dari gurunya di
taman kanak-kanak.
Perasaan kepada Tuhan tergantung kepada perubahan
emosi yang sedang dialami. Kadang-kadang ia sangat
Tahap III Remaja 13-16 Tahun
membutuhkan tuhan, kadang-kadang ia kurang
membutuhkan tuhan.
Kecerdasan remaja telah sampai kepada menuntut
agar ajaran agama yang ia terima masuk akal, dapat
Tahap IV Remaja
17-21 Tahun dipahami dan dijelaskan secara ilmiah dan rasional,
Akhir
namun perasaan masih memegang peran penting
dalam sikap dan tindakan agama remaja.

Anak-anak mengenal Tuhan melalui bahasa. Dari kata-kata orang yang


ada pada lingkungannya yang pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh
saja.
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak
melalui beberapa fase ( tingkatan ). Dalam bukunya yang berjudul The
Depelopment of Religion on Children, ia mengatakan bahwa perkembangan
agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu :

3
 The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkat ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tingkat ini konsep
mengenal Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat
perkembangan ini anak menghayati konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya.
 The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar. Pada masa ini, ide
ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang mendasar kepada
kenyataan (realita).
 The Individual Stage (Tingkat Individual)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosional yang paling
tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.1
Pendidikan menjadi tanggung jawab semua kalangan yang memerlukan
kerja sama antara individu dan lembaga terkait. Jika semua kalangan
melaksanakan kewajibannya, maka terciptanya lahan yang kondusif untuk
berlangsungnya pendidikan bagi individu dan program pendidikan akan bergerak
maju. Keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikan
sesungguhnya tidak hanya memperhatikan mutu dari institusi pendidikan saja,
tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak
persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani. Orang tua tentu saja sangat
peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orang tua bercita-cita agar
anaknya mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya. Tidaklah heran jika para
orang tua mencari lembaga pendidikan yang tentunya di anggap baik untuk putra-
putrinya. Orang tua mungkin lupa bahwa lembaga pendidikan yang menjadikan
anaknya menjadi manusia yang manusiawi adalah keluarga.
Setiap anak itu terlahir ke dalam dunia ini dalam kondisi fitrah diatas
Islam. Maka bapak dan ibunyalah yang nantinya akan menjaga fitrah anaknya itu,
atau mereka yang menjadikan anak-anaknya jadi Yahudi, atau Nasrani atau
Majusi.
Orang tua mempunyai peran yang besar terhadap kesuksesan anaknya.
Kesuksesan disini tidak semata-mata sukses di dunia. Akan tetapi harus difahami
sukses yang hakiki yaitu mereka terjauhkan dari neraka dan mereka dimasukkan
kedalam surga.

1 Istarani, Psikologi Agama Islam (Medan : Larispa Indonesia, 2017) Hal.42

4
Dalam teori ilmu pendidikan Islam. Lingkungan pendidikan Islam itu ada
empat; Pertama, lingkungan keluarga. Kedua, lingkungan sekolah. Ketiga,
lingkungan masyarakat. Keempat, lingkungan masjid.
Seorang ibu merupakan pendidik pertama sebelum anak-anak mengenal
lingkungan pendidikan yang lainnya. Seorang ibu itu juga ibarat seperti tiang
negara kalau negara itu baik maka akan baik negara itu, demikian kalau ibu itu
rusak maka akan rusak pula keluarga itu. Itu ruang lingkup yang besar baiknya
negara tergantung dengan wanitanya. Apalagi keluarga seorang ibu mempunyai
peran yang besar terhadap kesholihan anak-anaknya. Ia merupakan panutan bagi
anak-anaknya.2
Dewasa ini kita bisa perhatikan minat anak-anak remaja terhadap
pendidikan dan pengetahuan tentang agama dinilai sangat kurang, hal ini bisa kita
lihat dari survey yang dilakukan saudara Nodie dan di upload diakun chanel
youtubenya noodietukangfoto https://www.youtube.com/watch?v=aaxh9sHxWOc
pada tanggal 31 Janauri. Di video ini kita bisa lihat beberapa pelajar yang ditanya
tidak bisa menjawab ketika diberikan pertanyaan mengenai rukun Islam yang
mana seharunya kita sebagai umat Islam rukun Islam sesuatu yang sangat melekat
dalam diri kita. Sementara itu, lingkungan Sekolah yang diharapkan orang tua
mampu memberikan pendidikan agama malah tidak mampu secara maksimal. Hal
ini dikarenakan, jam Pelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
sendiri hanya 1x pertemuan dalam 1 minggu. Hal ini jelas membuat para remaja /
pelajar tidak mendapatkan pendidikan agama yang seharusnya. Oleh karena itu,
peran orang tua disini sangat diharapkan sebagai madrasah pertama bagi anak-
anak dalam menanamkan pendidikan agama.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengambil judul “Peran Orang
Tua Bagi Anak sebagai Madrasah Pertama dalam pendidikan Agama di desa
Sigama Kecamatan Padang Bolak”

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Peran Orang Tua bagi anak sebagai
Madrasah pertama dalam pendidikan Agama.termasuk dalam tanggung jawab
mendidik, dan mengayomi anak.
C. Rumusan Masalah

2 https://www.an-najah.net/madrasah-anak-dalam-keluarga/ diakses pada tgl 1 Agustus 2019

5
1. Bagaimanakah Peran Orang Tua bagi anak sebagai madrasah pertama
dalam pendidikan Agama di Desa Sigama .?
2. Apa Upaya yang dilakukan Orang Tua di Desa Sigama dalam
memberikan pendidikan agama pada anak di Desa Sigama ?
D. Tujuan Penelitian
Sebagaimana judul Penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran dan upaya orang tua sebagai madrasah
pertama bagi anak dalam pendidikan Agama di Desa Sigama kecamatan
Padang Bolak.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Peran Orang Tua bagi anak Sebagai Madrasah Pertama
dalam Pendidikan Agama
2. Sebagai bahan evaluasi bagi orang tua tentang pentingnya peran Orang
Tua sebagai Madrasah pertama bagi anak
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
pentingnya peran Orang Tua bagi pendidikan anak dalam menanamkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang budiman.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Orang Tua Sebagai Madrasah Pertama


1. Pengertian Peran

Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbaraperan adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran
menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau
politik.
Peran adalah kombinasi posisi dan pengaruh seseorang melaksanakan
hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran. kita selalu menulis
kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan definisi peran tersebut. Peran
biasa juga disandingkan dengan fungsi. Peran dan status tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu pula tidak
ada status tanpa peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran
yang dijalankan dalam pergaulan hidupnya di masyarakat. Peran menentukan
apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat. Peran juga menentukan
kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran
diatur oleh norma-norma yang berlaku.
Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai
sebuah proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara
lain..

 Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang


di dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan yang
membimbing seseorang dalam masyarakat.
 Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.
 Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.

7
a. Persepsi Peran
Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak dalam
situasi tertentu adalah persepsi peran (role perception). Berdasarkan pada
sebuah iterprestasi atas apa yang kita yakini mengenai bagaimana seharusnya
kita berperilaku, kita terlibat dalam jenis-jenis perilaku tertentu.
b. Ekspektasi Peran
Ekspektasi peran (role expectation) didefinisikan sebagai apa yang
diyakini orang lain mengenai bagaimana anda harus bertindak dalam suatu
situasi. Bagaimana anda berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran
yang didefinisikan dalam konteks dimana anda bertindak.
c. Konflik Peran
Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi peran yang
berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict). Konflik ini muncul
ketika seorang individu menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu peran
dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain.
Teori Peran Menurut Para Ahli

 Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis


kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu
peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
 Sedangkan menurut Merton (dalam Raho 2007 : 67) mengatakan bahwa
peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan
masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran
disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat
peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran
yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus.
 Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer
2003: 55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam
studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu

8
“melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau
tindakan” (h. 143).3

2. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat
penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan
untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang
yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena
adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis
anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.Jika menurut Hurlock,
orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama
dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan
anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan
yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing
orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang
berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang
lain.4
3. Orang tua sebagai pendidik di rumah ( Lembaga Pendidikan In-
formal (Keluarga)).

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan


membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal - hal yang
terdapat di dunia dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak
dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak
adalah dari orang tuanya.
Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak juga sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan

3 https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.html, diakses
pada tgl 20 agustus 2019
4 https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua, diakses pd tgl 20 agustus 2019

9
pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang
tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orang tua atau ibu dan bapak
memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-
anak.
Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh
karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta
kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh
kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula - mula dikenal anak dan
menjadi temannya dan yang pertama untuk dipercayainya.
Adapun penjelasan sedikit tentang Tanggung jawab orang tua terhadap
anak adalah sebagai berikut:
1) Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan,
minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang
dapat membahayakan dirinya.
3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang
berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa, ia mampu
berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan
kekhalifahannya.
4) Membahagiakan anak untuk dunia akhirat dengan memberinya pendidikan
agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus
menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, mereka juga perlu
dibekali teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan
zaman.
Dengan demikian tingkat dan kualitas materi pendidikan yang diberikan
dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila
hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua, maka generasi mendatang
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Untuk dapat berbuat demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu
dan ketrampilannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental
si anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi
pekerti anak itu tergantung kepada budi pekerti orang tuanya.
Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah membawa
fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan sumber untuk
mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak dimasa depan.

10
Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua yang
kuat untuk menentukan subur atau tidaknya arah pendidikan terhadap anak.
Orang tua membimbing anaknya karena kewajaran, kodratnya dan juga
karena cinta. Tujuan orang tua membimbing anaknya itu menjadi anak yang
shaleh. Anak yang shaleh, berprestasi dalam belajar dapat mengangkat nama
baik orang tuanya yang telah membimbing anaknya dengan penuh kasih
sayang.5
Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai-nilai
kehidupan, baik nilai agama maupun nilai sosial budaya yang diberikan
kepada anak merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat dan produktif.
Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan
bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut cenderung positif dan sehat. Sedangkan anak yang dikembangkan
dalam lingkungan keluarga yang berantakan, tidak harmonis, keras terhadap
anak dan tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan
kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya.
Apabila fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern menekankan
pendidikannya kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa cinta, kasih
sayang dan ketenteraman, justru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh sebelum itu
telah menekankan perkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-ulama
Muslim dahulu kala menekankan pentingnya peranan pendidikan keluarga itu
pada tahun-tahun pertama usia anak-anak yang berdasar kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Di samping itu, nash-nash al-Qur’an dan as-
Sunnah banyak yang menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga, di
antaranya: Rasulullah bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani atau Majusi
(H.R.Tabrani dan Baihaqi). Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah
menjelaskan: “Awasilah anak-anakmu dan perbaikilah adabnya” (H.R.Ibnu
Majah).

5 http://news.rakyatku.com/read/47833/2017/05/06/pengertian-orang-tua-serta-tanggung-
jawabnya-terhadap-anak, diakses pd tgl 20 aguustus 2019

11
Dari bukti-bukti yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa
mendidik anak dalam keluarga kewajiban paling utama. Kewajiban ini tidak
dapat ditinggalkan kecuali karena udzur, dan juga tidak akan membebaskan ia
dari tanggungjawab ini dengan adanya institusi-institusi pendidikan yang
didirikan khusus untuk anak-anak dan generasi muda. Sebab, institusi itu tidak
akan sanggup menggantikan keluarga dalam menanamkan rasa cinta dan kasih
sayang kepada anak-anak.
Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, pertama karena
keluarga merupakan lingkungan awal sebelum anak itu mengenal luar dan
utama karena keluarga menjadi lingkungan sosial dan emosional dimana hal
itu sangat memberikan kualitas pengalaman sehingga menjadi faktor
determinan untuk pembentukan kepribadian seorang anak.
Menurut M.I. Sulaeman (1994: 84), fungsi keluarga itu ada delapan
jenis, yaitu: (1) fungsi edukasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi proteksi, (4)
fungsi afeksi, (5) fungsi religius, (6) fungsi ekonomi, (7) fungsi rekreasi, (8)
fungsi biologis.
Berdasarkan kepada beberapa fungsi keluarga di atas terlihat bahwa
salah satu fungsi keluarga ialah fungsi pendidikan. Hal ini berarti bahwa
orangtua sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai kewajiban dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya termasuk pendidikan nilai
moral.
Salah satu kesalahan dari para orang tua dalam dunia pendidikan
sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolah saja yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua
menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah.
Meskipun disadari bahwa berapa lama waktu yang tersedia dalam setiap
harinya bagi anak di sekolah.
Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung
di dalam keluarga adalah bersifat asasi. Karena itulah orang tua merupakan
pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan
pengaruh dan warna kepribadian seorang anak.
Para ahli sependapat akan pentingnya pendidikan dalam keluarga. Segala
sesuatu yang terjadi dalam pendidikan tersebut akan membawa pengaruh
terhadap kehidupan anak didik, demikian pula terhadap pendidikan yang
dialaminya di sekolah dan di masyarakat.

12
Orang tua yang secara sadar mendidik anak-anaknya, akan selalu
dituntun oleh tujuan pendidikan, yaitu kearah anak dapat mandiri, kearah satu
kepribadian yang utama. Dengan demikian pengaruh pendidikan yang pertama
ini adalah sangat besar.
Tindakan dan sikap orang tua seperti menerima anak, mencintai anak,
mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama agar anak
memiliki nilai hidup jasmani, nilai estetis, nilai kebenaran, nilai moral dan
nilai religius ( keagamaan ) serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut
merupakan perwujudan dari peran mereka sebagai pendidik (Barnadib, 1986:
120; Marimba, 1987: 58-59; suwarno, 1985: 67-68).6
Dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, dan nasb. Sejalan
dengan pengertian di atas, keluarga juga dapat diperoleh lewat persusuan dan
pemerdekaan. Pentingnya serta keutamaan keluraga sebagai lembaga
pendidikan Islam disyaratkan dalam Al-Qur’an:
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka ”. ( QS. Al-Tahrim:6 )
Hal ini juga dipraktekkan Nabi dalam sunnahnya. Diantara orang yang
dahulu beriman dan masuk Islam adalah anggota keluarga, yaitu: Khadijah,
Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Harisah.
Keluarga merupakan orang pertama, dimana sifat kepribadian akan
tumbuh dan terbentuk. Seorang akan menjadi warga masyarakat yang baik,
bergantung pada sifatnya yang tumbuh dalam kehidupan keluarga, dimana
anak dibesarkan.
Melihat Peran yang dapat dimainkan oleh lembaga pendidikan keluarga
maka tidsak berlebihan bila Sidi Ghazalba mengkategorikannya pada jenis
lembaga pendidikan primer, utamanya untuk masa bayi dan masa kanak-kanak
sampai usia sekolah. Dalam lembaga ini orang tua selain sebagai Pendidik,
juga sebagai penanggung jawab.7

B. Penelitian yang Relevan


1. Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak (Studi Empiris Pada
Komunitas Pedagang Kaki Lima Di Alun-Alun Kaliwungu Kecamatan

6 Dr.Hj.Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2009


7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Muiia, 2014

13
Kaliwungu Kabupaten Kendal), oleh Muhammad Ari Akbar dengan
menggunakan metode Kualitatif menunjukkan bahwa :
 Peran pada orang tua yang bekerja sebagai pedagang kaki lima di
Alun-Alun Kaliwungu Kendal ditunjukan dari keterlibatan orang tua
dalam memberikan dukungan terhadap pendidikan anaknya yakni
berupa pemberian perhatian belajar, pemenuhan fasilitas belajar anak
dan peran dalam menentukan jenis pendidikan anak. Namun rata-rata
pedagang kaki lima tersebut memiliki peran yang kurang aktif
terhadap pendidikan anaknya.
 Dampak dari peran orang tua sebagai pedagang kaki lima yang kurang
aktif terhadap pendidikan anak ditunjukkan dari tingkat keberhasilan
pendidikan anak yakni berupa prestasi belajar anak yang cukup
rendah. Anak kurang berprestasi di sekolahnya, bahkan ada pula yang
tidak tamat sekolah.
2. Peran Orang Tua dalam mendidik anak perempuan perspektif pendidikan
Islam, oleh Tri Widayati dengan menggunakan metode Analisis Isi
menunjukkan bahwa dalam mendidik anak perempuan adalah salah satu
tugas yang mulia untuk sebuah keluarga dan merupakan suau bentuk
ibadah dan upacara syukur kepada allah SWT atas segala nikmat-nya
bagi kita, sebaik-baik pendidikan adalah mengajarkan bagaimana
bertakwa kepada Allah SWT. Peran orang tua baik ibu maupun ayah
mempunyai peran penting dalam mendidik anak perempuan, ibu
merupakan madrasah bagi anak-anaknya, sedangkan ayah merupakan
kepala dalam madrasah yang dibangunnya. Ketercapaian orang tua dalam
mendidik anak perempuan bisa dilihat dari akidah, moral, ketakwaan,
keimanan, apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau belum itu
semua tergantung dari Pendidik, dalam mendidik anak perempuannya.
3. Peranan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 02 Pekanbaru, oleh Nurkamila Sihotang
dengan menggunakan metode Kuantitatif menunjukkan bahwa :
 Peranan orang tua terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 02 Pekanbaru ditinjau dari aspek
memberikan dorongan (motivasi belajar) yang menyatakan sering
sebesar 44.2% kadang-kadang sebesar 40% dan tidak pernah
sebesar 15.8%.

14
 Peranan orang tua terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 02 Pekanbaru ditinjau dari aspek
membimbing belajar anak yang menyatakan sering sebesar
56.7%, kadang-kadang sebesar 37.5% dan tidak pernah sebesar
5.8%.
 Peranan orang tua terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 02 Pekanbaru ditinjau dari aspek
memberi teladan yang baik yang menyatakan sering sebesar
28.3%, kadang-kadang sebesar 52.5% dan tidak pernah sebesar
19.2%.
 Peranan peranan orang tua terhadap prestasi belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 02 Pekanbaru ditinjau
dari aspek komunikasi yang lancar dengan anak yang menyatakan
sering sebesar 36.6%, kadang-kadang sebesar 49.2% dan tidak
pernah sebesar 14.2%.
4. Peran Ibu Sebagai Pendidik Anak Dalam Keluarga Menurut Syekh
Sofiudin Bin Fadli Zain, oleh Imam Muhammad Syahid dengan
menggunakan metode Kualitatif Literer menunjukkan bahwa peran ibu
sebagai pendidik anak dalam keluarga menurut Syekh Sofiudin bin Fadli
Zain yaitu ibu berperan sebagai pendidik ketauhidan, ibu berperan
sebagai teladan, ibu berperan sebagai pengawas.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipilih adalah metode kualitatif. Adapun
alasannya adalah karena peneliti ingin menggali secara maksimal dan
mendalam data tentang Peran Orang Tua bagi anak sebagai Madrasah
pertama dalam pendidikan agama di Desa Sigama Kecamatan Padang Bolak,
melalui instrument observasi langsung dan wawancara. Hal ini dilakukan
agar peneliti bisa mengetahui kehidupan, perilaku, dan juga latar belakang
informan, termasuk dalam hal ini adalah kesadaran orang tua tentang
perannya bagi anak mengenai pendidikan Agama di Desa Sigama.
Didalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus berperan sebagai
instrument penelitian. Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti
benar-benar diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek (masyarakat) yang
dijadikan sasaran penelitian. Dengan arti kata, peneliti menggunakan
pendekatan alamiah dan peka terhadap gejala-gejala yang dilihat, didengar,
dirasakan serta dipikirkan.
Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data lapangan, maka
ketetapan, ketelitian, rincian, kelengkapan, keluwesan pencatatan informasi
yang diamati di lapangan amat penting, artimya pencatatan data di lapangan
yang tidak cermat akan merugikan peneliti sendiri dan akan menyulitkan
dalam analisis untuk penarikan kesimpulan. Dengan penggunaan metode ini
penulis lebih mudah mencari informasi dan menentukan materi apa yang
diberikan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Sehingga data yang
ditemukan penulis benar-benar akurat dan teruji kebenarannya. Karena itu,
penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Mengacu kepada Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007)
mendefenisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun Ciri-Ciri Penelitian
Kualitatif adalah sebagai berikut :
 Peneliti terlibat secara langsung dengan setting sosial penelitian
 Bersifat Deskriptif

16
 Menekankan makna proses dari pada hasil penelitian
 Menggunakan pendekatan analisis induktif
 Peneliti merupakan instrument utama. 8
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah SDN Sidikkat Aek
Sigama yang berlokasi di Desa Bukit Martajam, Kecamatan Padang Bolak
Kabupaten Padang Lawas Utara. Waktu Pelaksanaan Penelitian diperkirakan
4 bulan terhitung mulai dari bulan Agustus sampai Bulan Desember 2019.

B. Sumber Data dan Penelitian


Sebagai informasi data penelitian ini, peneliti mengambil beberapa
Informan data :
1. Para Orang Tua di Desa Sigama
2. Anak-Anak & Remaja di Desa Sigama

C. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data


Instrument pengumpulan data penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan


secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan
hal-hal yang lain diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti
mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin.9

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan


gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan
mengenai Peran Orang Tua bagi anak sebagai madrasah pertama dalam
pendidikan Agama di Desa Sigama.

2. Wawancara

8 . Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Jambi: Gaung Persada Press)


9 . Ibid., Hal.123

17
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif
dengan menggunakan instrument yaitu pedoman wawancara. Wawancara
dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas.10

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada


responden atau subyek penelitian mengenai rumusan masalah dalam
penelitianya yaitu peran orang tua bagi anak sebagai madrasah pertama
dalam pendidikan Agama di Desa Sigama Kecamatan Padang Bolak.

3. Dokumentasi

Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang


berhubungan dengan focus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen
yang dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, referensi-
referensi, foto-foto, rekaman kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti
untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus
permasalahan penelitian. Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi,
peneliti dapat mencari dan mengumpulkan data-data teks atau foto.

D. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan memfokuskan mengabstraksikan,
mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan
jawaban terhadap permasalahan. Istilah analisis, sintesis, induksi, dan deduksi
harus dipahami. Analisis adalah menguraikan suatu objek menjadi bagian-bagian
lalu kita cermati. Bila berbagai unsur yang kita uraikan tersebut ditemukan
kesamaan esensinya dan kita satukan, maka disebut sintesis. Bila kita cari
abstraksi, maka kita sering menyebutnya sebagai berpikir induktif, yaitu dari
banyak kasus kita cari sifat umumnya. Analisis data dilakukan tiga tahap, yaitu :
(1) Reduksi Data, (2) Sajian Data, (3) Menyimpulkan data. Reduksi data adalah
proses memfokuskan dan mengabstrasikan data mentah menjadi informasi yang
bermakna.11

10 . Ibid., Hal.129
11 Prof.Dr.Suryana, Metodologi Penelitian

18
DAFTAR PUSTAKA

- Istarani,Psikologi Agama Islam ( Medan, Larispa Indonesia, 2017 )


- https://www.an-najah.net/madrasah-anak-dalam-keluarga/
- https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/06/pengertian-peran-secara-
umum.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua
- http://news.rakyatku.com/read/47833/2017/05/06/pengertian-orang-tua-
serta-tanggung-jawabnya-terhadap-anak
- Dr.Hj.Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2009
- Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Muiia, 2014
- Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Jambi: Gaung Persada
Press)
- Prof.Dr.Suryana, Metodologi Penelitian

19

Anda mungkin juga menyukai