Anda di halaman 1dari 5

Adat Istiadat pernikahan suku Tialo "Popene'e"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suku Tomini, adalah suatu kelompok masyarakat yang mendiami daerah sekitar teluk
Tomini yang berada di pantai timur Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.

Suku Tomini memiliki bahasa yang agak berbeda dengan bahasa Poso (Bare'e) dan

bahasa Ledo. Suku Tomini sendiri memiliki 2 sub-suku, yaitu suku Tialo dan suku Lauje.

Istilah Tomini sendiri lebih merujuk kepada kelompok masyarakat yang berada di sekitar

teluk Tomini. Sedangkan di teluk Tomini dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat, seperti

suku Lauje, Tialo, Bajau, Togian dan lain-lain. Tapi yang mengklaim diri sebagai penduduk

asli daerah Teluk Tomini adalah suku Lauje dan suku Tialo, sehingga kedua suku inilah yang
lebih sering disebut sebagai orang Tomini.

Pada masyarakat suku Tomini ini ada suatu cerita tentang asal mula kejadian hidup ini

ialah di suatu tempat di atas Pegunungan Palasa bernama Lembo Dayoan. Menurut cerita

karena pertemuan langit dan bumi dan karena banyaknya kelompok etnis yang mendiami

daerah Sulawesi Tengah, maka terjadi pulalah percampuran budaya dan bahasa di antara etnis

tersebut. Kelompok yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur
dengan suku Bugis dari Sulawesi Selatan dan suku Gorontalo. Sedangkan di bagian timur

pulau Sulawesi, juga terjadi percampuran dengan suku Gorontalo dan suku Minahasa. Hal ini

terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo. Dari
percampuran-percampuran inilah maka terjadi banyaknya ragam etnis di Sulawesi Tengah.

Pada zaman dahulu, wilayah Tomini pernah memiliki kesultanan. Setiap suku dikepalai
oleh seorang pemimpin secara turun temurun beserta dengan para pembantunya. Pada waktu
itu ada 4 golongan masyarakat Tomini, yaitu kelompok raja, kaum bangsawan, rakyat dan
budak.

Permukiman suku Tomini berbentuk rumah panggung. Suku Tomini yang tinggal di

daerah pesisir membangun rumah di sepanjang garis pantai teluk Tomini. Sedangkan yang

lebih ke pedalaman dan dataran yang lebih tinggi membangun rumah di atas bukit dan lereng-
lereng bukit.

Orang Tomini adalah mayoritas penganut agama Islam Sunni. Suatu aliran agama Islam

yang berpegang pada tradisi ortodoks yang kuat dan fanatik, tapi dalam dalam praktik

keseharian mereka adalah orang-orang yang terbuka dan ramah, serta bisa menerima
kehadiran siapa saja dengan terbuka.

Masyarakat suku Tomini sebagian hidup dengan menanam cengkeh dan kopra.

Beberapa di antara mereka mencari nafkah sebagai pedagang dan juga ikut dalam kegiatan
penebangan kayu di hutan-hutan sekitar permukiman mereka.

Beberapa yang lain melakukan kegiatan sebagai nelayan atau mengumpulkan hasil laut

seperti rumput laut. Sedangkan bagi orang Tomini yang tinggal di daerah pegunungan pada

umumnya hidup sebagai petani, mereka menanam padi di sawah atau ladang, dan juga

membuka lahan kebun untuk tanaman jagung. Di luar kegiatan perladangan mereka juga
memanfaatkan hasil hutan seperti mengumpulkan rotan.

Sistem adat perkawinan suku Tomini adalah, seorang perantara merundingkan mas

kawin untuk mempelai perempuan yang tergantung dari status sosial perempuan tersebut.

Pernikahan antar sepupu bisa diterima; dan poligami diizinkan walau tidak banyak dilakukan.

Setelah menikah, pasangan pengantin biasanya tinggal dengan keluarga besar mereka, sampai
anak pertama lahir.
Salah satu adat dalam perkawinan suku Tialo yang sampai saat ini masih dipegang erat

dan selalu dilaksanakan pada adat pernikahan adalah adat popene’e yang akan dibahas pada
makalah ini.

Top of FormBottom of Form

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian Popene’e?

Bagaimana pelaksanaan adat perkawinan suku Tialo?

Apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan Popene’e?

Berapa lama pelaksanaan adat Popene’e?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Popene’e merupakan salah satu adat pada suku Tialo yang sampai saat ini masih

dipegang erat dalam kalangan suku Tialo pada saat adat pernikahan. Popene’e secara bahasa
berarti “menaikkan”, secara istilah adalah bermertua.

Jadi, secara harfiah adat Popene’e dalam kalangan suku Tialo adalah proses adat
naiknya pengantin kerumah mertua atau yang sering disebut dengan bermertua.

2.2 Waktu Pelaksanaan dan Proses Adat

Adapun waktu pelaksanaan adat ini adalah sehari setelah pelaksanaan proses
pernikahan di Rumah pengantin perempuan. Sehari setelah pesta pernikahan di rumah
pengantin perempuan, kedua pasangan pengantin baru tersebut diboyong pergi kerumah
orang tua dari pengantin pria dengan mengenakan pakaian adat.

Setelah berada dirumah orang tua dari pengantin pria atau di rumah mertua pengantin

perempuan, kedua pasangan pengantin baru tersebut diperkenankan untuk melaksanakan


aktifitas atau kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga.

Adapun yang sering dilakukan dalam proses adat Popene’e tersebut adalah sang suami

menebang pohon pisang yang telah dipersiapkan untuk diambil buah dan daunnya, kemudian

membelah kayu bakar. Setelah itu, sang istri akan membelah 2 daun pisang dan merebus buah

pisang tersebut dengan kayu bakar yang dibelah oleh sang suami. Setelah pisang yang direbus

oleh sang istri masak, pisang rebus tersebut akan dimakan dicampurkan dengan kelapa parut

dan gula merah atau gula jawa. Pisang rebus bersama kelapa parut dan gula merah atau gula

jawa tersebut, akan dimakan atau disantap bersama-sama oleh kedua pengantin tersebut dan
juga keluarga maupun undangan yang hadir pada proses adat tersebut.

Setelah proses adat di rumah pengantin pria selesai, kedua pengantin baru tersebut akan

kembali kerumah orang tua pengantin perempuan dan tinggal selama tiga hari. Setelah tiga

hari berlalu pasangan suami istri tersebut akan kembali lagi kerumah orang tua laki-laki tanpa

memakai pakaian adat lagi atau hanya memakai pakai seperti biasanya saja. Setelah itu

pasangan baru tersebut bebas untuk memilih apakah akan tinggal di rumah orang tua

perempuan atau rumah orang tua laki-laki ataupun tinggal dirumah milik mereka sendiri
kalau sudah mempunyai.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses adat popene’e pada kalangan masyarakat suku Tialo tidak lain adalah

menggambarkan aktifitas ataupun kegiatan sehari-hari apa yang akan dilakukan oleh kedua

pasangan pengantin baru dalam kehidupan berumah tangga dan berkeluarga. Adat ini

dilakukan sudah sejak lama dalam kalangan masyarakat suku Tialo yang berada di kabupaten
Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah secara turun-temurun.

Proses adat popene’e merupakan suatu tradisi dalam suku Tialo yang dipegang erat dan

tetap dipertahankan eksistensinya sampai saat ini yang disebut-sebut sebagai era modern
sebagai salah satu identitas dan jati diri dari suku Tialo.

3.2 Rekomendasi

Pemerintah harus memperhatikan dan membantu masyarakat suku Tialo agar tetap

mempertahankan dan melestarikan adat istidat Popene’e sebagai salah satu khas budaya yang

berasal dari kabupaten Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah ini, karena hal yang

ditakutkan adalah terkikisnya budaya ini atau bahkan terhapuskan oleh semakin maju dan

berkembangnya zaman. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi pembaca. Amiiin..

REFERENSI

Fatimah Mayah, Masyarakat suku Tialo

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tomini

Anda mungkin juga menyukai