Anda di halaman 1dari 7

ACARA VII

SIFAT POROSITAS BATUAN

EKO NUGROHO SUANER


G81119085

JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

PALU, 2020
ACARA VII

SIFAT POROSITAS BATUAN

1. LATAR BELAKANG
Porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam
batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya
dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menetukan
kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat
dinyatakan sebagai :

dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan

Porositas adalah perbandingan antara volume ruang yang kosong (pori-pori)


terhadap volume total batuan (Satiawati, dkk, 2015). Dalam reservoir minyak,
porositas menggambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati
oleh suatu cairan atau gas.

Porositas berdasarkan proses geologinya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu


porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer merupakan porositas
yang terjadi bersamaan atau segera setelah proses pengendapan batuan. Jenis
batuan sedimen yang mempunyai porositas primer adalah batuan konglomerat, batu
pasir dan karbonat. Porositas sekunder adalah porositas yang terjadi setelah proses
pengendapan batuan (batuan sedimen terbentuk), antara lain akibat aksi pelarutan
air tanah atau akibat rekahan.
Porositas batuan reservoar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu porositas
absolut dan porositas efektif. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume
pori total terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen (Loversen,
1954). Porositas efektif adalah perbandingan antara volume
pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume)
yang dinyatakan dalam persen (Labo, 1987). 
Log porositas sangat jarang didapatkan langsung dari hasil well logging. Log
porositas dihitung oleh ahli petrofisika dengan menggunakan berbagai cara sesuai
dengan keadaan reservoir. Cara menghitung log porositas adalah sebagai berikut
(Hearst & Nelson, 1985) : menentukan porositas yaitu log neutron, log densitas
(semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang kompak dan
batuan shaly), dan log sonic (dalam batuan keras dan consolidated atau kompak).

2. TUJUAN DAN MANFAAT


2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari acara 1 ini adalah Untuk tingkat porositas pada batuan
2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari acara ini adalah Untuk mengetahui
tingkat porositas pada batuan

3. TINJAUAN PUSTAKA
Porositas adalah nilai kemampatan dari suatu benda. Semakin mampat benda
tersebut, maka akan memiliki nilai porositas yang kecil. Porositas adalah ukuran
dari ruang kosong di antara material dan merupakan fraksi dari volume ruang
kosong terhadap total volume. Rentang nilai porositas ada pada nilai antara 0 dan 1
atau sebagai persentase antara 0-100%. Porositas bergantung pada jenis bahan,
ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik, dan komposisinya.
Menentukan porositas benda dapat dengan menyelupkan kedalam suatu fluida cair.
Adapun persamaan berdasarkan hal tersebut dapat ditulis pada persamaan

Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’, yang berarti volum yang
dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam kaki (feet).

Selain itu dikenal juga istilah porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga –
rongga di dalam batuan berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif
biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total yang biasanya berkisar dari 10
sampai 15 persen.

3.1 Besaran Porositas

Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun
biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar
hanya dari 10 sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut
porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat non komersiil,
kecuali jika dikompensasikan oleh adanya beberapa factor  lain. Secara
teoritis porositas tidak bisa lebih besar dari 47,6 persen. Hal ini disebabkan
karena keadaan sebagai terlihat pada Gambar 4.4, yang berlaku untuk
porositas jenis intergranuler. Dalam gambar tersebut dapat dilihat suatu
kubus yang terdiri dari 8 seperdelapan bola, sebagaimana dapat dilihat pada
butir – butir oolit. Porositas maximum yang didapatkan adalah dalam
susunan kubus dan secara teoritis nilai yang didapatkan adalah sebagai
berikut.

Jelaslah, bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar butir.
Jika kita subtitusikan r untuk angka berapa saja maka kita akan tetap
mendapatkan angka 47,6 tersebut.

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu;

1) Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle :


gas digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori
tersebut.

2) Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif

3) Dari log kecepatan pemboran

4) Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis

5) Dari hilangnya inti pemboran

3.2 Skala Visul Pemerian Porositas


Di lapangan bila kita dapatkan perkiraan secara visual dengan menggunakan
peraga visual. Penentuan ini bersifat semi – kuantitatif dan dipergunakan suatu
skala sebagai berikut :

0 – 5% dapat di abaikan (negligible)

5 – 10 % buruk (poor)

10 – 15% cukup (fair)

15 – 20 % baik (good)

20 – 25% sangat baik (very good)

25% istimewa (excellent)

Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan


secara kualitatif. Antara lain ialah jenis :

1) Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang didapat di
antara butir – butir.

2) Antar Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara kristal –


kristal.

3) Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah – celah.

4) Bintik – bintik jarum (point – point porosity), berarti bahwa pori – pori
merupakan bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan bersambungan.

5) Ketat (thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak sehingga pori
– pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.

6) Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hamper tidak ada
porositas.
7) Growing (vugular), yang berarti rongga – rongga besar berdiameter beberapa
mili dan kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak beraturan, sehingga
porositas besar.

8) Bergua – gua (cavernous), yang berarti rongga – rongga besar sekali malahan
berupa gua – gua, sehingga porositas sangat besar.

4. METODE
4.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan pada senin, 14 desember 2020, di
laboratorium fisika dasar fmipa untad.

4.2 Alat dan Bahan


Adapun Alat dan Bahan yang digunakan adalah :
1. Timbangan neraca, di gunakan untuk mengetahui masa dari batuan
2. Air, untuk membasahi sampel batuan
3. Lima sampel batuan yang berbeda-beda

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.3 Hasil
Adapun hasil pengukuran yang didapatkan adalah :

Sampel batuan Berat kering (gr) Berat basah (gr)


1 113,3 114,8
2 167,21 305,15
3 108,6 110,2
4 186,70 221,90
5 56,00 57,00

5.4 Pembahasan
Sampel batuan Porositas (Ф)
1 114,8−113,3
Ф= 100 %=1,3239188 %
113,3
2 305,15−162,21
Ф= 100 %=82,4950660846 %
167,21
3 110,2−108,6
Ф= 100 %=1,47329650092 %
108,6
4 221,90−186,70
Ф= 100 %=18,8537761114 %
186,70
5 57,00−56,00
Ф= 100 %=1,78571428571 %
56,00

Dari data di atas dapat kita ketahui batuan yang memiliki porositas tertinggi dan
terendah. pada sampel ke dua dengan nilai porositas tertinggi 82,4950660846%
dan pada sampel pertama memiliki porositas terendah dengan nilai 1,3239188%

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan 
Porositas batuan diartikan sebagai perbandingan antara volum rongga-rongga
pori terhadap volum total batuan. Bagaimana suatu porositas terbentuk sangat
dipengaruhi oleh proses-proses yang dilalui oleh batuan selama masa
pembentukannya.

3.2 Saran
Adapun saran pada acara ini yaitu memperhatikan alat yang di gunakan agar
hasil data yang di ambil baik dan benar.

4. DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/338911461_Densitas_dan_Porositas_Bat
uan

https://geounhas06.wordpress.com/minyak-dan-gas-bumi/porositas-dan-
permeabilitas/

Satiawati, L., Rosyidan, C., dan Satiyawira, B. 2015. Analisa Fisika Minyak
(Petrophysics) dari Data Log Konvensional Untuk Menghitung Sw Berbagai Metode.
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015. Vol  IV. ISSN: 2339-0654.

 Loverson, A. I. 1954. Geology of Petroleum. W.H Freeman & Company. San Fransisco.

8. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai