Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENGUKURAN POROSITAS BATUAN DENGAN LIQUID


SATURATION

1.1 Tujuan Percobaan

1. Memahami prinsip kerja metode liquid saturation

2. Menentukan porositas suatu batuan sampel dengan metode liquid


saturation

3. Mengetahui metode-metode pengukuran porositas

1.2 Teori Dasar

Porositas merupakan kemampuan batuan untuk menampung fluida di


dalamnya. Porositas suatu batuan didefinisikan sebagai perbandingan volume
pori batuan terhadap volume total (volume bulk) batuan tersebut. Secara
sistematis didefinisikan sebagai

Dimana :

𝑣𝑝 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 = (𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑘 − 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛)

𝑣𝑏 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑘 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

Porositas merupakan salah satu sifat petrofisik yang sangat penting


untuk diketahui. Salah satu tujuannya adalah untuk menentukan cadangan
minyak atau gas yang ada dalam suatu reservoir.

Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengukuran besarnya porositas


dengan menggunakan iquid saturation. Sebelum dilakukan proses
penjenuhan, udara dalam sampel core harus dihampakan terlebih dahulu agar
fluida gas keluar dari pori-pori sample core.

𝑊
Volume pori core dicari dengan menggunakan persamaan : 𝑣𝑝 = 𝛒

1
(𝑊𝑤𝑒𝑡 − 𝑊𝑑𝑟𝑦)
ρ

Vp = Volume core

Wt = Berat cairan penjenuh

Wwet = Berat core setelah dijenuhkan

W = Berat core kering

𝛒 = Densitas fluida penjenuh

Sedangkan volume bulk sampel core dicari berdasarkan :

1. Regular shaped core, diukur dimensinya secara langsung dengan jangka


sorong

2. Irregular shaped core, didasarkan pada prinsip Archimedes dimana Gaya


Buoyancy pada suatu benda terhadap fluida, setara dengan berat fluida
yang didesak. Misalnya dengan gravimetric (melapisi core sample
dengan paraffin/Vaseline dan ditenggelamkan dalam liquid) maupun
electric Hg picnometer (pendesakn dengan merkuri)

1.3.1 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat :

1). Filter flask yang dilengkapi dengan sumbat karet dan funnel di
atasnya

2). Pompa vakum

3). Penjepit

4). Jangka sorong/ penjepit

5). Picnometer

6). Timbangan digital

7). Selang

2
Gambar 1.1 Filter Flask Gambar 1.3 Penjepit

Gambar 1.2 Pompa Vakum Gambar 1.4 Jangka Sorong

Gambar 1.5 Timbangan Digital

1.3.2 Bahan :

1). Sample dry core

2). Vaseline

3). Air

4). Kertas

3
Gambar 1.7 Sample Dry Core Gambar 1.8 Air (akuades)

1.4 Prosedur Percobaan

1. Timbangan berat core kering & masukkan ke dalam filter flask dengan
penjepit

2. Pasang sumbat karet dengan funnelnya dan tutup keran lalu isi dengan air
(secukupnya untuk merendam core)

3. Hubungkan filter flask dengan selang ke pompa vakum. Tutup celah yang
ada dengan Vaseline yang telah disediakan. Usahakan tidak ada
kebocoran.

4. Nyalakan pompa vakum selama kurang lebih satu jam. (Bila ada alat
pengukur tekanan akan lebih baik)

5. Buka kran funnel untuk menjenuhi core sampai tinggi cairan dalam lubang
lebih tinggi dari core. Usahakan tidak ada udara luar yang masuk dengan
mengalirkan air secara kontinu. (Penjenuhan dilakukan sampai tidak ada
lagi gelombang udara yang keluar dari core)

6. Ambil core, digulingkan pada kertas dan timbang beratnya (core jenuh)

7. Ukur densitas fluida penjenuh

8. Mengukur bulk volume

i. Ukur dimensi dari core dengan jangka sorong

ii. Electric Hg Picnometer

4
- Kalibrasi Hg Picnometer dengan menggunakan bola-bola besi

- Ukur diameter bola-bola besi yang digunakan dalam jangka sorong

- Masukkan ke dalam dan ukur simpangan yang dihasilkan untuk


masing-masing bola tersebut. Plot dalam kertas grafik kartesian
simpangan vs bola besi.

- Masukkan sample core dan ukur simpangannya untuk masing-


masing core.

iii. Coating dengan Vaseline

- Hitung densitas Vaseline

- Lapisi dry core dengan vaselin & hitung massanya

- Siapkan gelas ukur berisi fluida dan ukur level ketinggian fluidanya

- Masukkan sample core yang terlapisi kedalam gelas ukur dan ukur
level simpangannya untuk masing-masing core.

1.5 Data Percobaan

Tabel 1.1 Data Percobaan

Data Hasil
Tinggi core (h) 2,8 cm
Diameter (d) 3,06 cm
Jari-jari (r) 1,53 cm
W dry 50,91 cm
W wet 54,12 cm
Ρ 1 gr/cc

1.6 Perhitungan

 𝑉𝑏 = 𝜋𝑟 2 ℎ
= 3,14 𝑥 (1,53)2 𝑥 2,8

5
= 20,58 𝑐𝑐
𝑊
 𝑉𝑏 = ρ
𝑊𝑤𝑒𝑡−𝑊𝑑𝑟𝑦
= ρ
54,12−50,91
= 1

= 3,21 𝑐𝑐
𝑉𝑝
 𝜙 = 𝑉𝑏 𝑥 100%
3,21
= 20,58 𝑥 100%

= 15,60%

1.7 Pembahasan

Pada percobaan pengukuran porositas batuan dengan liquid saturation


alat yang digunakan adalah timbangan digital, jangka sorong, electric heater,
filter flask yang dilengkapi dengan sumbat karet dan funnel diatasnya, pompa
vakum, dan selang. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sample dry core
dan air akuades.

Hal yang pertama dilakukan pada percobaan ini adalah mengukur dry core
tersebut menggunakan timbangan digital. Kemudian dry core tersebut
dimasukkan ke dalam filter flask lalu diisi air untuk merendam core. Core
yang terendam itu didiamkan selama 1 hari untuk membuka pori-pori atau
rongga dari core tersebut. Dan catat core yang terendam sebagai core jenuh.

Seperti yang kita ketahui bahwa porositas merupakan kemampuan


batuan untuk menampung fluida di dalamnya. Sehingga batuan yang
memiliki porous atau berongga. Rongga tersebut akan diisi oleh fluida, entah
itu minyak, gas atau air. Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya ukuran butir, sortasi atau derajat pemilahan, derajat
pembundaran, kemas dan lingkungan pengendapannya. Porositas akan
dikatakan baik apabila ukuran butirnya sama, keseragaman butirnya baik,
derajat pembundarannya membulat sempurna dan kemasnya tertutup.

6
Porositas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

-0%-5% = porositas sangat buruk

-5%-10% = porositas buruk

-10%-15% = porositas cukup

-15%-20% = porositas baik

-20%-25% = porositas baik sekali

->25% = porositas istimewa

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh harga porositas sebesar


15,60%. Sehingga dapat dikatakan bahwa batuan tersebut memiliki porositas
yang baik.

Kegunaan dari diketahuinya atau pengukuran porositas diantaranya adalah


untuk menentukan cadangan minyak atau gas yang ada di dalam suatu
reservoir. Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbabagi cara
diantaranya :

1. Dilaboratorium dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle

2. Dari logging

3. Coring

4. Well test

1.8 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, praktikan dapat menarik


kesimpulan sebagai berikut :

 Porositas yang diperoleh sebesar 15,60% sehingga sample core tersebut


batuannya memiliki porositas yang baik.
 Pengukuran harga porositas yang digunakan untuk menentukan cadangan
minyak atau gas dalam suatu reservoir.

7
 Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
ukuran butir, sortasi, derajat pembundaran, kemas dan lingkungan
pengendapannya.
 Besarnya porositas dapat ditentukan dengan coring, logging.

1.9 Pertanyaan

1. Apa saja kemungkinan kesalahan pengukuran porositas dalam praktikum


ini?

Kemungkinan kesalah pengukuran porositas dalam praktikum ini


seperti kesalahan dalam pembacaan skala saat mengukur core. Karena
kesalahan pembacaan menyebabkan data kurang valid atau tidak akurat.

2. Dalam modul ini, jelaskan porositas yang diukur? Absolut atau efektif?

Jenis porositas yang diukur adalah porositas efektif, dimana


porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
berhubungan terhadap volume batuan total dan dinyatakan dalam fraksi.
Karena dalam volume pori yang efektif dapat ditentukan dengan metode
saturation :

Berat air dalam ruang pori-pori = berat sample yang dijenuhi – berat
sample kering diudara (Wwet-Wdry)

Volume air dalam ruang pori-pori = volume pori yang efektif

Kesimpulannya adalah jenis porositas yang digunakan adalah


porositas efektif arena jika yang digunakan adalah porositas absolut
maka untuk mencari harga porositas nya adalah

Dimana vg adalah volume batuan, sedangkan pada percobaan volume


batuan tidak diukur atau diketahui.

3. Bagaimana prinsip perhitungan porositas dengan gas porosimeter


(Helium porosimeter)?

8
Helium Porosimeter direncanakan berdasarkan hukum Boyle yang
terdiri dari dua cel yang dihubungkan dan di supply dengan sumber gas
helium, dengan anggapan bahwa pengembangan berlangsung secara
proses isothermal. Maka dalam pengukuran didapatkan grain volume
dari batuan berdasarkan kesetimbangan gas pada kondisi I dan ke II. Alat
yang dipakai dalam mengukur porositas efektif adalah HELIUM
POROSIMETER. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan
menginjeksikan gas helium dalam batuan dengan diberi tekanan.

Helium Porosimeter direncanakan berdasarkan hukum Boyle yang


terdiri dari dua cel yang dihubungkan dan di supply dengan sumber gas
helium, dengan anggapan bahwa pengembangan berlangsung secara
proses isothermal. Maka dalam pengukuran didapatkan grain volume
dari batuan berdasarkan kesetimbangan gas pada kondisi I dan ke II.

Gas yang digunakan adalah gas helium karena,

1. Gas helium adalah gas yang memiliki nilai kompresibilitas


mendekati satu.

2. Gas Helium merupakan gas mulia. Gas mulia adalah unsur-unsur


yang terdapat dalam golongan VIIIA.

3. Gas Helium memiliki kestabilan yang sangat tinggi

4. Berharga paling murah diantarasemua gas mulia.

5. Helium adalah gas mulia yang paling ringan

6. Jari-jari atom terkecil diantara semua gas mulia.

7. Tidak bereaksi dengan batuan.

Anda mungkin juga menyukai