Anda di halaman 1dari 24

3

BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK
PADA LUMPUR BOR

2.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
5. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor
(emulsi).

2.2. DASAR TEORI


2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya
suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat – sifat dari lumpur
tersebut, seperti densitas, viscositas, gel strenght, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas satu sifatnya saja, yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena peranannya berhubugan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (loss circulation), sedangkan jika terlalu
kecil dapat menyebabkan “kick” (masuknya fluida ke lubang sumur). Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor
dalam psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).
4

Asumsi – asumsi :
1. Volume setiap material adalah merupakan additive :
Vs + Vml = Vmb……………………………………………………..(2.1)
2. Jumlah berat adalah merupakan additive :
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb …………………………………. (2.2)
Dimana :
Vs : Volume solid, bbl
Vml : Volume lumpur lama, bbl
Vmb : Volume lumpur baru
ds : berat jenis solid, ppg
dml : berat jenis lumpur lama, ppg
dmb : berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh :
(d mb  d ml )
Vs = xVml ………………………………………….... (2.3)
(d s  d mb )

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :


Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan ke dalam persaman (2.3)
(d mb  d ml )
Ws = x(d s xVml ) ………………………………………..(2.4)
(d s  d mb )

% volume solid :
Vs (d  d ml )
x100%  mb x100% …………………………………..(2.5)
Vmb (d s  d mb )

% berat solid :
d s xVs d (d  d ml )
x100%  s mb x100% …………………………. (2.6)
d mb xVmb d ml (d s  d mb )

Maka bila yang digunakan adalah barit dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
( d mb  d ml )
Ws = 684 x …………………………………………...(2.7)
(35.8  d mb )
5

Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan :
( d mb  d ml )
Ws = 398 x …………………………………………...(2.8)
(20.8  d mb )

Dimana Ws = kg benonite/bbl lumpur lama


2.2.2. Sand Content
Tercampurnya serpihan – serpihan formasi (cutting) ke dalam pemboran
akan membawa pengaruh kepada operasi pemboran. Serpihan – serpihan
pemboran yang biasanya berupa pasir akan menyebabkan abrasif dan dapat
mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan
menambah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya
densitas lumpur yang tersikulasi ke permukaan akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami
proses pembersihan terutama menghilangkan partikel – partikel yang masuk ke
dalam lumpur selama sirkulasi. Alat – alat ini, yang biasanya disebut
“Conditioning Equipment”, adalah :
 Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan – serpihan atau cutting yang
berukuran besar.
 Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran.
 Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel – partikel padatan yang
berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
 Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel – partikel yang berukuran lebih kecil.
6

Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan


prosen volume dari partikel – partikel yang diameternya lebih besar dari 74
mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi
rumus untuk menentukan kandungan pasir atau sand content pada lumpur
pemboran adalah :
Vs
n= x100%
Vm

dimana :
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume Lumpur

2.2.3. Oil Content


Lumpur yang memiliki kandungan minyak didalamnya mempunyai
indikasi penting dalam sistem sirkulasi dalam lumpur pemboran. Dengan adanya
minyak didalam lumpur menandakan bahwa pemboran yang dilakukan sudah
mencapai formasi produktif. Minyak yang terkandung didalam lumpur dapat
membantu menentukan kedalaman dan pressure di kedalaman tersebut.
Kandungan minyak didalam lumpur bisa ditentukan dengan menghitung
API (American Petrolium Institute) sehingga dapat diketahui jenis minyak yang
terkandung didalamnya. Pada prinsipnya Oil content sebagai indikasi untuk
menentukan berapa persen kandungan air dengan persen kandungan minyak
dalam suatu reservoir. Pengukuran yang dilakukan dapat dilakukan dengan
penggunaan rumus :

Vs
% Oil = x100%
Vm

Dimana :
% oil = Kandungan minyak
Voil = Volume minyak dalam lumpur
Vtot = Vol minyak+Vol air+Vol padatan
7

2.3. PERALATAN DAN BAHAN


2.3.1. Alat
 Mud Balance
 Retort Kit
 Multi Mixer
 Sand Content Set
 Gelas Ukur 500 cc
2.3.2. Bahan
 Bentonite
 Barite
 Aquadest
 Wetting Agent
 Oil
8

2.3.3. Gambar Alat

1 2 3 4 5

Keterangan
1. Lid
2. Cup
3. Reader
4. Arm Balance
5. Calibrator

Gambar 2.1. Mud Balance


Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Teknik Perminyakan UPN ‘V’ Yogyakarta
9

11 21 31

Keterangan:
1. Sieve (Saringan – Ukuran : 200)
2. Funnel
3. Tube

Gambar 2.2. Sand Content Set


Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Teknik Perminyakan UPN ‘V’ Yogyakarta
10

11 31 41
21

Keterangan:
1. Kondensator
2. Gelas Ukur
3. Insulator Block
4. Wetting Agent

Gambar 2.3. Retort Kit


Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Teknik Perminyakan UPN ‘V’ Yogyakarta
11

1
2

Keterangan:
1. Mixer
2. Mixer Hanging

Gambar 2.4. Multi Mixer


Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Teknik Perminyakan UPN ‘V’ Yogyakarta
12

2.4. PROSEDUR PERCOBAAN


2.4.1. Prosedur Operasi Standar
2.4.1.1. Mud Balance
a. Mengambil alat Mud Balance dari box.
b. Mencuci cup pada wastafel, kemudian di lap dengan kanebo.
c. Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur densitas air, caranya dengan
mengisi air ke dalam cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada air
yang tumpah dilap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
d. Meletakkan Mud Balance pada box (posisi knife berada di atas fulcrum),
kemudian mengukur densitas air yang sudah diketahui harganya (p =
8,33 ppg pada 70o F), caranya dengan menggeser rider ke angka 8,33 ppg
(pada skala bagian atas) atau ke angka 1 gr/cc (pada skala bagian bawah),
jika kalibrasi berhasil gelembung udara pada level glass akan berada di
tengah-tengah atau menyentuh garis tengah, jika masih belum tepat, takar
ulang lah pasir yang ada pada ujung balance arm sampai kalibrasi
berhasil. Setelah itu air dibuang lalu cup dibersihkan kembali.
e. Mengukur densitas lumpur yang akan diuji dengan cara memasukkan
lumpur pada cup sampai penuh kemudian di tutup (apabila ada lumpur
yang tumpah di lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
f. Meletakkan Mud Balance pada box kemudian mengukur densitas lumpur
dengan cara menggeser rider, sampai gelembung udara pada level glass
berada di tengah-tengah.
g. Setelah harga densitas diketahui, lumpur dibuang, lalu cup dibersihkan
lalu Mud Balance ditaruh kembali ke dalam box.
2.4.1.2. Multimixer
a. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
b. Mengisi cup lumpur dengan air.
c. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas
dan meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar
d. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.
13

e. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan


cup, kemudian tarik ke bawah.
f. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih.
2.4.1.3. Sand Content Set
a. Mengambil alat dari box kemudian membersihkan Sieve, Funnel, dan
Tube dengan air.
b. Mengisi Tube dengan lumpur yang akan di uji sampai batas “mud to
here” kemudian tambahkan air sampai batas “water to here”.
c. Kocok Tube dengan menutup mulut tube sampai campuran lumpur dan
air menyatu.
d. Menyaring campuran tersebut dengan cara menuangkannya ke dalam
Sieve sehingga endapan pasir akan terpisah diatas mesh.
e. Membilas Sieve dengan air dengan cara menggabungkan Funnel ke
bagian bawah Sieve dan mulut Tube sehingga endapan pasir akan
terendapkan di bagian bawah Tube.
f. Apabila masih ada endapan pasir di dalam mesh, bilas dengan air.
g. Dengan menggunakan skala yang ada pada Tube, kita dapat membaca
volume pasir yang terkandung dalam lumpur.
h. Setelah itu alat-alat dibersihkan kembali, kemudian diletakkan ke dalam
box.
2.4.1.4. Retort Kit
a. Menyiapkan lumpur yang akan diuji (sebelumnya sudah disaring oleh
Marsh Funnel untuk melepaskan LCM dan pasir).
b. Mengisi Upper Chamber dengan steel wall.
c. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur, lalu tutup dengan Lid, bersihkan
jika ada lumpur yang tumpah dengan kanebo.
d. Pasangkan Mud Chamber dengan Upper Chamber kemudian tempatkan
kembali ke Insulator Block.
e. Menambahkan beberapa tetes (umumnya 3 tetes) Wetting Agent pada
gelas ukur dan tempatkan di bawah Kondensator.
14

f. Menancapkan kabel Insulator Block agar pemanasan lumpur bisa


dimulai. Menunggu sampai tak terjadi kondensasi lagi yang ditandai
dengan matinya lampu indikator pada Insulator Block.
g. Setelah diperoleh data hasil percobaan bersihkan Mud Chamber dan
ambil sabut baja dari Upper Chamber. Bersihkan kembali alat-alatnya
kemudian letakkan kembali ke dalam box.
2.4.2. Prosedur Percobaan
2.4.2.1. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut :
 Membersihkan peralatan Mud Balance.
 Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. menegeringkannya dengan kertas tissue.
 Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukan semula.
 Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
 Mengecek pada Level Glass, bila tidak seimbang, mengatur
Calibration Screw sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite.
Caranya memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada
Multimixer dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah mixer
dijalankan, selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil bejana
dan menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup Mud Balance.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding
bagian luar dan penutup cup sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.
6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan asisten.
15

2.4.2.2. Sand Content


1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
mengocoknya dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke dalam saringan. Bairkan cairan
mengalir keluar melalui saringan. Menambahkan air ke dalam tabung,
mengocok dan menuangkan kembali ke dalam saringan. Mengulangi
hingga tabung menjadi bersih. Mencuci pasir yang tersaring untuk
melepaskan sisa – sisa dari lumpur yang masih melekat.
3. Memasang Funnel tersebut pada sisi atas Sieve. Membalikkan rangkaian
tersebut dengan perlahan – lahan dan memasukkan ujung Funnel ke
dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung dengan
menyemprotkan air melalui saringan hinggga semua pasir tertampung ke
dalam gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada
dalam tabung, membaca persen volume dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat sand content dari lumpur dalam persen volume.
2.4.2.3. Penentuan Kadar Cairan Lapisan
1. Mengambil himpunan retort keluar dari Insulator Block, mengeluarkan
Mud Chamber dari Retort.
2. Mengisi Upper Chamber dengan steel wall.
3. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali
penutupnya lalu membersihkan lelehan lumpur.
4. Menghubungkan Mud Chamber dengan Upper Chamber, kemudian
menempatkan kembali ke dalam Insulator Block.
5. menambahkan setetes Wetting Agent pada gelas ukur dan menempatkan
di bawah Kondensator.
6. Memanaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang ditandai
dengan matinnya lampu indikator.
16

2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


2.5.1. Hasil Percobaan
Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas, % Sand Content, Kandungan minyak
Densi Sand Toluene/ Kadar
Lumpur Dasar Addictive
tas Content solar Minyak
Plug
Air Bentonite Barite Air
(ppg) (%) (ml) (%)
(ml) (gr) (gr) (ml)
Asist
350 22,5 - - 8,5 - - -
en
A 350 22,5 10 8,6 0,5 5 4,5
B 350 22,5 15 - 8,7 0,6 10 4
C 350 22,5 20 - 8,9 0,3 15 4
D 350 22,5 25 - 9,1 1 20 2
E 350 22,5 28 - 9,1 1,2 25 54
F 350 22,5 30 - 9,1 0,3 30 20
G 350 22,5 - 100 8,52 0,1 35 8,16
H 350 22,5 - 125 8,25 0,25 40 6
I 350 22,5 - 150 8,2 0,9 45 8
J 350 22,5 - 175 8,5 0,4 50 10
K 350 22,5 - 200 8,45 0,1 55 50
L 350 22,5 - 250 8,42 0,75 60 10

2.5.2. Perhitungan
1. Pengukuran Densitas
a) Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 gr Bentonite + 125 ml air
b) Densitas lumpur dasar = 8,25 ppg
2. Pengukuran Sand Content
a) Lumpur dasar : 350 ml air + 22.5 gr bentonite + 125 ml air
b) Menghasilkan Sand Content = 0.25 % pasir
3. Pengukuran Kadar Minyak
a) Lumpur dasar = Lumpur Dasar + 40 ml solar
b) Volume minyak = 0,6 ml
c) Volume air = 8 ml
d) % Volume minyak = 0,6 ml x 10
= 6%
e) % Volume air = 8 ml x 10
= 80 %
17

f) % Volume padatan = 100- ( ml minyak – ml air ) x 10


= 100- (0,6 + 8 ) x 10
= 14 %
g) Gram minyak = ml minyak x 0,8
= 0,6 x 0,8
= 0,48 gr
h) Gram lumpur = lb/gal lumpur x 1,2
= 8,25 x 1,2
= 9,9 gr
i) Gram padatan = massa lumpur–(gr minyak + gr air)
= 9,9 – (0,48 + 8)
= 1,42 gr
j) Volume padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
= 10 – (0,6 + 8)
= 1,4 ml
k) SG padatan rata – rata = gr padatan / ml padatan
= 1,42 / 1,4
= 1,014285
l) % Berat padatan = (gr padatan / gr lumpur) x 100 %
= (1,42 / 9,9) x 100 %
= 14,34343 %
18

2.5.3. Grafik Hasil Percobaan


Grafik 2.1. Additive Vs Densitas

18
19

Grafik 2.2. Additive Vs Sand Content

19
20

Grafik 2.3. Volume Solar Vs Kadar Minyak

20
21

2.6. PEMBAHASAN
Pentingnya lumpur pemboran sebagai indikator atau tolak ukur dari
keberhasilan suatu operasi pemboran mengakibatkan lumpur pemboran harus
diperhatikan secara detail. Komposisi lumpur pemboran pada setiap lubang
pemboran tidaklah sama, hal ini dapat terjadi karena setiap formasi memiliki
kondisi yang berbeda-beda. Mengingat perbedaan kondisi pada setiap lubang bor,
lumpur pemboran harus diketahui densitasnya, seberapa besar kandungan pasir
didalam lumpur pemboran, dan kadar minyak dalam lumpur pemboran dimana hal
tersebut merupakan tujuan dari praktikum ini.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya : mud
balance, retort kit, multi mixer, wetting agent, sand content set, dan gelas ukur
500 cc. Bahan yang digunakan adalah barite, bentonite, dan air tawar (aquadest).
Lumpur pemboran dibuat dengan alat multi mixer, dimana tujuan dari penggunaan
alat multi mixer ini untuk mencampur air dan bentonite secara merata. Densitas
dari lumpur diukur menggunakan alat mud balance. Prinsip yang digunakan alat
mud balance adalah prinsip kesetimbangan, dimana pada awalnya harus dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan air lalu disetimbangkan pada
densitas air yaitu 8,33 ppg. Pengukuran kadar pasir dalam lumpur (sand content)
dilakukan dengan menggunakan alat sand content set. Prinsip yang digunakan alat
sand content set adalah hukum gravitasi, dimana densitas pasir yang lebih berat
akan terendapkan dalam dasar tube. Pada pengukuran kandungan minyak dalam
lumpur, alat yang digunakan adalah retort kit. Prinsip yang digunakan alat retort
kit adalah prinsip kondensasi, dimana nantinya uap dari lumpur yang dipanaskan
akan tertampung pada kondensator sehingga akan didinginkan dan volume uap
tertampung pada tube.
Lumpur pemboran dibuat menggunakan alat multi mixer dengan komposisi
350 cc air yang dicampur dengan 22,5 gr bentonite tetapi pada praktikum ini
ditambahkan additive air sebesar 125 cc sehingga volume air total sebesar 475 cc.
Setelah sampel lumpur selesai dibuat dengan alat multi mixer selama 5 menit,
lumpur pemboran diukur menggunakan alat mud balance agar dapat diketahui
besar densitasnya. Setelah alat dikalibrasikan menggunakan air, mud balance
22

dibersihkan kembali dan selanjutnya dituangkan dengan lumpur. Alat mud


balance harus seimbang, apabila belum seimbang geser rider sampai terlihat
bahwa gelembung udara pada level glass berada ditengah-tengah. Pengukuran
kadar pasir dalam lumpur (sand content) dilakukan dengan menggunakan alat
sand content set yang terdiri dari funnel, tube, dan sieve. Selanjutnya, lumpur
dituangkan ke dalam tube sampai batas “mud to here” dan ditambahkan air sampai
batas “water to here”. Mulut dari tube ditutup dengan tangan lalu dikocok sampai
campuran lumpur dan air menyatu. Selanjutnya, campuran dari tube dituangkan
pada sieve sehingga endapan pasir terpisah. Gabungkan funnel ke bagian bawah
sieve dan mulut tube sehingga endapan pasir akan terendapkan di bagian bawah
tube. Tambahkan air ke dalam mesh apabila masih ada pasir yang terendapkan.
Pada pengukuran kadar minyak dalam lumpur, alat yang digunakan adalah retort
kit. Lumpur pemboran dituangkan sebesar 10 ml kedalam mud chamber yang
upper chambernya telah diisi sabut baja (steel wool). Dalam proses ini, digunakan
juga wetting agent sebanyak 2-3 tetes ke dalam gelas ukur. Gelas ukur diletakan di
bawah kondensator sedangkan mud chamber dan upper chamber diletakan di
dalam insulator block. Kemudian, lumpur dipanaskan dengan alat retort kit
dimana nantinya uapnya akan tertampung pada kondensator sehingga akan
didinginkan dan volume uap tertampung pada tube. Volume minyak dan air akan
terlihat pada tube dan batasnya akan terlihat secara jelas karena telah ditetesi
wetting agent dimana tujuan dari penggunaan wetting agent untuk mempertegas
tegangan permukaan.
Setelah dilakukan percobaan, melalui alat mud balance diketahui bahwa
densitas yang diperoleh setelah lumpur ditambahkan additive air sebesar 175 cc
adalah 8,25 ppg. Densitas mengalami penurunan setelah ditambahkan additive air,
hal ini akan berbanding lurus dengan tekanan hidrostatis (P h) sehingga tekanan
hidrostatis (Ph) akan mengalami penurunan juga. Dalam operasi pemboran, agar
tidak terjadi kick atau loss maka tekanan formasi (Pf) harus lebih kecil dari
tekanan hidrostatis (Ph) dan tekanan hidrostatis (Ph) harus lebih kecil dari tekanan
rekah formasi (Prh). Penentuan kadar pasir dalam lumpur bertujuan untuk
mengetahui kadar/jumlah padatan pada lumpur agar dapat dikontrol karena pasir
23

dapat berperan sebagai pemberat dan juga dapat merusak peralatan. Melalui
percobaan menggunakan sand content set, kadar pasir dalam lumpur sebesar
0,25%. Hal tersebut menunjukan bahwa lumpur tersebut kualitasnya baik karena
kadar pasirnya kurang dari 0,25%. Setelah dilakukan percobaan untuk
menentukan kadar minyak dalam lumpur menggunakan alat retort kit, diketahui
bahwa kadar minyak dalam lumpur sebesar 6%.
Dari grafik 2.1 Densitas vs Additive dengan menggunakan barite diketahui
bahwa densitas mengalami kenaikan saat volume barite yang dituangkan juga
bertambah. Artinya, kenaikan densitas akan berbanding lurus dengan pertambahan
berat barite yang dicampurkan. Hal ini sesuai dengan dasar teori, dimana langkah
yang harus dilakukan untuk menaikan densitas adalah menggunakan barite. Pada
saat menggunakan air, densitas awalnya mengalami kenaikan, namun selanjutnya
densitas mengalami penurunan hingga kemudian naik kembali. Seharusnya, grafik
menunjukan bahwa densitas setelah ditambahkan dengan air karena berdasarkan
dasar teori, penambahan air akan mengakibatkan penurunan densitas. Kurangnya
ketelitian dari praktikan ataupun ketidakmampuan alat untuk berfungsi dengan
baik serta kesalahan dalam mengikuti prosedur mengakibatkan hal ini terjadi.
Pada grafik 2.2 Additive vs Sand content, penambahan additive akan berbanding
lurus dengan kadar pasirnya, namun hal berbeda terjadi pada plug c dan f, dimana
kadar pasir menurun. Kurangnya ketelitian dari praktikan ataupun
ketidakmampuan alat untuk berfungsi dengan baik serta kesalahan dalam
mengikuti prosedur mengakibatkan hal ini terjadi. Pada grafik 2.3 Volume Solar
vs Kadar Minyak, volume solar akan berbanding lurus dengan kadar minyak,
dimana semakin banyak volume solar yang diberikan maka semakin banyak kadar
minyak yang dihasilkan. Dasar teori tersebut berbeda dengan hasil praktikum
dimana pada hasil pengukuran beberapa plug terjadi penurunan. Kurangnya
ketelitian dari praktikan ataupun ketidakmampuan alat untuk berfungsi dengan
baik serta kesalahan dalam mengikuti prosedur mengakibatkan hal ini terjadi.
Aplikasi lapangan dari percobaan pengukuran densitas adalah untuk
menentukan besarnya tekanan hidrostatis di dalam lubang bor sehingga dapat
membuat lumpur yang sesuai sehingga dapat menahan formasi. Densitas dan
24

tekanan hidrostatis berbanding lurus besarnya, sehingga apabila densitasnya


berkurang maka dapat mengakibatkan tekanan hidrostatisnya juga berkurang yang
kemudian dapat mengakibatkan kick sedangkan apabila densitasnya bertambah
maka dapat mengakibatkan tekanan hidrostatisnya bertambah yang kemudian
dapat mengakibatkan loss circulation. Apabila saat dilakukan pengeboran Ph > Pf
disebut Overbalance Drilling, sedangkan jika Ph ≤ Pf disebut Underbalance
Drilling. Percobaan untuk pengukuran kadar pasir menggunakan alat sand content
set berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan alat akibat abrasif pasir dan
kerusakan pompa karena pekerjaannya lebih berat yang mengakibatkan umurnya
berkurang. Kandungan pasir maksimal yang diizinkan sebesar 2%-3%, dengan
ukuran screen 200 mesh. Jika kadar pasir melebihi 2%-3% maka akan
menimbulkan masalah-masalah, contohnya bertambahnya densitas lumpur. Oleh
karena itu lumpur tersebut dipermukaan harus dilepaskan kandungan pasirnya
melalui conditioning equipment sehingga nantinya lumpur dapat disirkulasikan
kembali dengan optimal. Aplikasi dari percobaan penentuan kadar minyak dengan
alat retort kit adalah untuk menunjukkan lumpur yang disirkulasikan telah
mencapai formasi produktif.
25

2.7. KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:
a) Besarnya densitas lumpur (LD + Air 125 cc) = 8,25 ppg
b) Besarnya Sand Content = 0,25 %
c) Besarnya % kadar minyak =6%
d) Besarnya % berat padatan = 18,2 %.
2. Penambahan additive pada lumpur dapat memperbesar dan memperkecil
densitas lumpur tergantung jenis additivenya. Penambahan additive barite
pada lumpur akan menaikan densitas lumpur sedangkan penambahan
additive air akan menurunkan densitas lumpur.
3. Penentuan % kadar pasir dalam lumpur dapat dilakukan dengan perhitungan
sand content menggunakan alat sand content set. Kandungan pasir dalam
lumpur yang melebihi 2-3% dapat merusak peralatan pemboran karena
bersifat abrasif atau mengikis peralatan pemboran. Hal lain yang dapat
terjadi adalah peningkatan densitas lumpur yang akan mempersulit proses
pemisahan cutting/serbuk bor.
4. Presentase cairan atau padatan dalam sampel lumpur dapat diketahui dengan
mengukur kadar minyak dalam lumpur menggunakan alat retort kit.
5. Aplikasi lapangan dari percobaan ini :
 Pengukuran densitas bertujuan untuk menentukan besarnya tekanan
hidrostatis (Ph) agar dapat mengimbangi tekanan formasi (Pf) sesuai
dengan lapisan batuan yang ditembus dan membuat lumpur yang
mampu menahan formasi, dimana Pf < Ph < Prf. Densitas dan tekanan
hidrostatis berbanding lurus besarnya, sehingga apabila densitasnya
berkurang maka dapat mengakibatkan tekanan hidrostatisnya juga
berkurang yang kemudian dapat mengakibatkan kick sedangkan
apabila densitasnya bertambah maka dapat mengakibatkan tekanan
hidrostatisnya bertambah yang kemudian dapat mengakibatkan loss
circulation.
 Penentuan kadar pasir dalam lumpur ini bertujuan untuk
menanggulangi terbawanya pasir bersama lumpur sehingga
digunakan seperangkat alat pada conditioning area seperti shale
shaker, degasser, desander, desilter untuk memisahkan lumpur dari
pengotornya.
26

 Pengukuran kadar minyak dalam minyak bertujuan untuk


mengindikasikan bahwa pemboran sudah memasuki zona minyak
sebab semakin banyak kandungan minyak yang diperoleh akan
menunjukkan suatu lapisan zona produktif.

Anda mungkin juga menyukai