Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTIKUM WELL TESTING

Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah


Praktikum Metode Pengangkatan Buatan Pada Semester IV

Oleh :
Kelompok V

1. ANDRE ALMUTTAQIN NPM 1603041


2. ZAQLIA SYAFITRI NPM 1603036
3. FAATHIR XEVINO VIEDIN NPM 1603042
4. ABIZAR MUHARROMI NPM 1603055
5. BIO IMAN SYAHPUTRA NPM 1603052

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam industri perminyakan, uji sumur adalah pelaksanaan serangkaian
kegiatan perolehan data yang direncanakan untuk memperluas pengetahuan dan
pemahaman tentang sifat hidrokarbon dan karakteristik reservoir bawah tanah
dimana hidrokarbon terjebak. Tes ini juga akan memberikan informasi tentang
keadaan sumur tertentu yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tujuan
keseluruhan adalah mengidentifikasi kapasitas waduk untuk menghasilkan
hidrokarbon, seperti minyak, gas alam dan kondensat.
Data yang dikumpulkan selama periode pengujian meliputi laju alir
volumetrik dan tekanan yang diamati pada sumur yang dipilih. Hasil uji sumur,
misalnya data rasio aliran dan data rasio minyak gas, dapat mendukung proses
alokasi sumur untuk fase produksi yang sedang berlangsung.

1.2. Tujuan dan Manfaat


1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain:
1) Mengetahui definisi macam-macam well test
2) Untuk mengetahui peralatan yang digunakan pada beberapa jenis well test.
3) Untuk mengetahui prosedur pengujian pada beberapa jenis well test.
4) Untuk mengetahui cara pengolahan data pada beberapa jenis well test.

1.2.2. Manfaat
Manfaat yang hendak dicapai pada kegiatan pembuatan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui secara generic hingga lebih mendalam tentang
pembahasan yang diambil dalam pembuatan laporan ini dan mampu
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa/i yang bersangkutan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
migas di Indonesia tentang proses dan teknologi yang digunakan serta dapat
digunakan oleh pihak - pihak yang memerlukan.

1.3. Teori Dasar

Suatu pekerjaan yang didahulukan dengan pemboran pada zona produksi


hingga selesai dan telah melalu tahap penyelesaian, maka uji sumur pun dapat
memonitor keadaan sumur tersebut. Pada pengujian sumur ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja dari sumur minyak ataupun gas. Sebelum melakukan
pengujian sumur ini sendiri harus menganalisa informasi sumur seperti informasi ,
gradient statik, tekanan pada perforasi temperatur formasi, temperatur di
permukaan, aliran fluida (gas, minyak atau air), tekanan alir , tekanan alir di
kepala sumur , kedalaman sumur , produktivitas indeks. Yang selanjutnya akan
dilakukan pengujian awal hingga sumur tidak berproduksi lagi. Adapun data yang
akan di dapat dari pengujian ini seperti permeabilitas fluida, tekanan reservoir,
perbaikan formasi atau kerusakan formasi batas reservoir, potensi dan jenis fluida
yang akan di dapatkan di dalam sumur.
Pada data uji sumur ini akan menganalisa kemungkinan ada kerusakan pada
sumur. Dengan pengujian ini , agar kiranya dilakukan secara baik dan benar agar
mendapatkan data yang akurat dan tepat. Oleh karena itu pengujian ini dilakukan
selama 24 jam per sumurnya. Namun dikarenakan sesuatu hal , dan banyaknya
sumur yang akan dilakukan pengujian, maka biasanya dilaksanakan sebanya 4-8
jam. Dalam kegiatannya untuk pengujian sumur umumnya untuk mengukur
perubahan tekanan yang akan di dapatkan hasil uji yang sangat penting seperti
permabilitas formasi , tekanan reservoir , hingga kerusakan atau perbaikan
formasi disekelilingi lubang bor yang diujikan.
Dalam pengujian sumur terdapat data yang harus diketahui sebelum
pengukuran lebih lanjut,yakni dengan mengetahui pengukuran tekanan alir dan
pengukuran tekanan statik, yang dimana dalam pengukuran ini harus ada beberapa
parameter penunjang seperti faktor koreksi, defleksi, modulus element, sehingga
dalam pengukuran dapat melihat kandungan suatu sumur tersebut bisa berupa gas,
minyak bahkan air.
Pada prinsipnya pengujian ini dilakukan sangat sederhana yaitu dengan
memberikan gangguan kesetimbangan tekanan terhadap sumur yang akan di test.
Pengujian dlakukan dengan menggunakan beberapa macam yaitu pada sumur
minyak dengan Pressure test ( Pressure build up dan pressure drow down ), dan
pada sumur gas dengan Back pressure test, Isocronal Test dan Modified
isochronal.
Uji sumur (well test) yang digunakan untuk sumur gas menggunakan uji
deliverabilitas. Deliverability merupakan suatu hubungan antara penurunan laju
produksi dengan tekanan reservoirnya, sebagai akibat dari berlangsungnya proses
depletion dari suatu reservoir gas yang diperlukan dalam perencanaan dan
pengembangan lapangan. Deliveraility sumur adalah kemampuan sumur
(reservoir) untuk mengalirkan fluida (gas). Dari analisa test, nantinya akan
diperoleh hubungan tekanan dengan rate produksi. Terdapat tiga metode untuk uji
deliverabilitas gas yang digunakan yaitu flow after flow (back pressure),
Isochronal, dan Modified Isochronal.

1.3.1. Macam – macam Teknik Pengujian Sumur


1.3.1.1. Pressure Build Up ( PBU )
Pressure Build Test adalah suatu teknik pengujian transient tekanan yang
paling di kenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang di catat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya tekanan dasar sumur). Dari data tekanan yang di dapat,
kemudian dapat ditentukan permeabilitas formasi, daerah pengurasan pada saat
itu, adanya karakterisktik kerusakan atau perbaikan formasi, batas reservoir suatu
formasi, dan skin faktor. Dasar analisa buildup pressure ini diajukan oleh metode
Horner plot,yang pada dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi
waktu. Tetapi sebelum membicarakannya lebih lanjut, perlu kiranya kita
mengetahui suatu prinsip yang mendasari analisa ini yaitu yang terkanal dengan
prinsip superposisi (superposition principle).

1.3.1.2. Modified Isochronal Test (MIT)


Pada pengukuran sumur gas yang digunakan dengan cara MIT (modified
Isochornal Test). Dimana MIT merupakan metode uji sumur yang memakai laju
aliran secara buka tutup sumur. Seperti hal nya pengujian pressure build up pada
modified isochronal test ini melihat kemampuan suatu sumur untuk
memproduksikan ,akan tetapi pada MIT ini ditekan pada sumur yang berupa gas
setelah di identifikasi menggunakan gradient pada sumur yang berupa gas setelah
di identifikasi menggunakan gardient flowing statik dan pressure build up test
(PBU).

1.3.1.3. Pressure Drawdown Test (PDD)


Pressure drawdown testing (PDD test) adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi
tetap selama pengujian berlangsung. Pengujian ini dapat dilakukan pada :
· Sumur baru
· Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir
· Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan build up test, si
empunya sumur akan sangat rugi.

1.3.1.4. Drill Stem Test (DST)


Merupakan suatu prosedur mengenai produktivitas formasi dimana
memisahkan dan menguji dari permeabilitas, tekanan, dan kemampuan produksi
dari formasi geologi selama proses pemboran berlangsung. DST membutuhkan
waktu yang singkat agar dapat diketahui dampak dari fluida pemboran yang
mempengaruhi formasi.
1.3.2. Metode Well Testing
1.3.2.1 Manual Well Testing
Dilakukan oleh operator dengan menggunakan perlengkapan secara
mekanikal. Dilakukan dengan cara mengalirkan produksi sumur ke dalam test
separator atau test tank selama periode tertentu, selanjutnya operator
mengembalikan aliran sumur ke pipa produksi setelah waktu tertentu dan
mengukur liquid dalam tanki (test tank) / membaca indicator lever gauge sebagai
hasil pengujian.

1.3.1.1 Komponen Manual Well Testing


1) Test Header; untuk mengarahkan aliran fluida dari sumur ke fasilitas well
test atau kembali ke production line.
2) Test Line; untuk menyalurkan fluida dari sumur ke fasilitas well test
3) Test Tank; untuk menampung serta media ukur fluida selama proses well
test
4) Test Separator; untuk memisahkan gas dari fluida yang dihasilkan sumur
pada saat well testing

1.3.2.2 Automatic Well Testing


Dilakukan secara otomatis menggunakan sebuah perangkat software yang
terhubung langsung pada alat kontrol pengujian. Software ini mengotomatisasi
pengujian sumur da memberikan hasil dengan baik dan dilaporkan kepada seorang
engineer yang bertanggung jawa untuk menganalisa data sumur, reservoir dll.
Misalnya software SCADA , DCS , maupun kontrol lainnya.

1.3.3. Peralatan Pengujian Sumur


Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan yang disebut dengan
EMR (Electrical Memory Recorde ). Alat tersebut digunakan untuk mengtahui
Gauge dan Temperature Gauge. pada prinsip nya EMR ini disusun menjadi satu
rangkaian dimana rangkaian tersebut dari :
1) EMR ( Electrical Memory Recorder)
Dimana alat ini berfungsi sebagai penyimpanan dan penerimaan data-data
yang ada didalam sumur.

2) Battery Unit
Dimana dalam alat ini digunakan sebagai sumber tenaga yang dipasang
pada rangkaian EMR Merupakan perangkat yang digunakan untuk melakukan
pengujian tekanan sumur yang terdiri dari beberapa peralatan wire yang
digunakan melalui drum unit terhubung sampai kepada sumur.

3) Drum Unit
Merupakan gulungan wire untuk mengangkat peralatan yang akan
digunakan untuk mngukur tekanan sumur.
4) BOP Stack
Merupakan alat pencegah terjadi semburan liar yang ada didalam sumur
saat melakukan pengujian sumur.

5) Lubricator
Merupakan tempat masuk rangkaian EMR untuk dilakukan pengujian
sumur.

6) Bean atau Jepitan


Fungsi bean/jepitan adalah untuk menetukan besarnya laju produksi suatu
sumur dan akibat perubahan diameter bean akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan tekanan tubing (Pt), serta untuk
mengatur laju produksi yang diinginkan (BPD), untuk mencegah masuk nya pasir
kedalam sumur, mencegah terjadinya gas / water coning, memproduksi pada laju
yang optimum.

7) Buffer Tank
BAB II
PBU DENGAN HORNER PLOT

2.1. PBU Metode Horner


Dasar analisa PBU ini diajukan oleh Horner (1951), yang pada dasarnya
adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Prinsip yang mendasari
analisa ini adalah yang dikenal dengan prinsip superposisi. Pada analisa PBU
digunakan persamaan Horner yang berlaku untuk reservoir infinite acting dan
homogen.
Dasar analisa pressure ini diajukan oleh horner, yang pada dasarnya adalah
memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Pada dasarnya sumur
diproduksikan dengan laju tetap (Q) selama waktu (t). Kemudian sumur ditutup
selama waktu (∆t).

Gambar 2.1. Sketsa pressure build test (Lee, J., 1982)

Persamaan diatas memeperlihatkan bahwa Pws shut-in BHP yang dicatat


selama penutupan sumur apabila diplot terhadap log (tp+∆t)/∆t merupakan garis
lurus dengan kemiringan Jelas bahwa permeabilitas (k) dapat ditentukan dari
slope (m) sedangkan apabila garis ini diekstrapolasi keharga “horner time” sama
dengan 1 (ekivalen dengan penutupan sumur yang tak terhingga lamanya), maka
tekanan pada saat ini teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut. Setelah
mendapatkan nilai slopenya maka kita akan menentukan factor skin dengan
persamaan sebagai berikut:

Untuk reservoir bersifat infinite acting, tekanan reservoir rata-rata ini


adalah P*=Pi=Pave yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan segmen
garis lurus pada hornr plot sampai ke harga (tp+∆t)/∆t = 1. Tetapi pada reservoir
yang terbatas hal diatas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa pengaruh dari
batas reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh berada dibawah garis
lurus horner.

2.2. Prosedur kerja PBU Test

1) Berdasarkan data-data PBU test tabulasi yang menghubungkan harga Pws


terhadap horner time (tp+∆t)/∆t.
2) Plot harga-harga Pws vs (tp+∆t)/∆t pada kertas semilog.
3) Buat garis ekstrapolasi berdasarkan plot harga tersebut (langkah 2)
sampai (tp+∆t)/∆t = 1, maka akan didapatkan harga tekanan statis
reservoir (P*)
4) Tentukan harga slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik tersebut.
5) Tentukan besarnya permeabilitas (k).
6) Tentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis ekstrapolasi
7) Tentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi.
8) Tentukan skin factor, dan berdasarkan harga skin tersebut tentukan apa
yang terjadi pada formasi produktif yang diamati.
9) Tentukan produktivitas formasi (PI).
10) Tentukan flow effisiensi (FE).
11) Tentukan besarnya radius of investigasi (ri)
Contoh Tabel Data Tekanan dan Waktu Test PBU

No ∆t, jam Tekanan (Pws,Psi) ∆P, psia (tp+∆t)/∆t

1 0 2538,627 - -

2 0,01 3547,811 9,184 62401

3 0,0186 3555,881 17,254 33549,387

4 0,0291 3564,654 26,027 21444,299

5 0,0469 3581,853 43,226 13305,904

6 0,082 3607,355 68,728 7610,756

7 0,1357 3645,29 106,663 4599,379

8 0,1937 3681,137 142,51 3222,477

9 0,2764 3724,555 185,928 2258,598

10 0,361 3761,139 222,512 1729,532

11 0,4731 3799,697 261,07 1319,96

12 0,5974 3833,473 294,846 1045,526

13 0,78 3869,224 330,597 801

14 1,1132 3908,672 370,045 561,546

15 1,4535 3930,481 391,854 430,309

16 1,7886 3942,82 404,193 349,876

17 2,5525 3957,012 418,385 245,466

18 3,3328 3963,693 425,066 188,23

19 4,8993 3970,802 432,175 128,365

20 7,8719 3977,73 439,103 80,269

21 10,2784 3981,07 442,443 61,71

22 15,5641 3985,566 446,939 41,092


23 20,9334 3988,282 449,655 30,809

24 28,1549 3990,609 451,982 23,163

25 48 3993,833 455,206 14

26 1 3865 326,373 625

2.3. Cara Perhitungan PBU Test

1) Menghiutng nilai ∆P :
Gunakan persamaan diatas untuk mencari nilai ∆P yang seterusnya di table
2) Menghitung nilai (tp+∆t)/∆t :
Gunakan persamaan yang sama untuk mencari nilai (tp+∆t)/∆t yang
lainnya.
3) Mencari nilai permeabilitas (k)
Dari grafik Pws vs Horner Time (tp+∆t)/∆t didapatkan nilai slope (m)
adalah 30. Maka nilai permeabilitas adalah :
4) Nilai P @ 1 jam didapat dari grafik sebesar 3915 psi

5) Nilai factor skin (s) = 6.68

6) ∆Pskin = 0,87 .S .( m )
= 0,87 . 6.68 . 25

= 145.29 psi

7) 0,578 BPD/psi
8) 0,4070228 BPD/psi
9) 0,3481939
10) 4145,5989 ft
2.4. Contoh Horner Plot
BAB III
PBU DENGAN TYPE CURVE MATCHING

3.1 Pressure Build Up


Pressure Build Up adalah suatu teknik pengujian tekanan transient dengan
cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan (flow period) selama
waktu tertentu kemudian sumur ditutup/shut-in period (biasanya dengan menutup
kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan
yang dicatat sebagai fungsi waktu. Tetapi dalam kenyataannya , menjadikan
produksi konstan adalah tidak mungkin dilaksanakan. Untuk mengatasi keadaan
ini pada teknik analisa ulah tekanan bentuk (PBU) digunakan prinsip Superposisi.

Gambar 3.1. Sketsa pressure build test (Lee, J., 1982)

Prinsip dasar pengujian ini adalah dengan memberikan gangguan


keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji. Dengan adanya gangguan,
impuls perubahan tekanan (pressure transient) akan disebar keseluruh reservoir
dan ini dapat diamati dengan cara merekam tekanan lubang bor pada saat
pengujian berlangsung. Perubahan tekanan di plot dengan fungsi waktu dan
dianalisa pola aliran yang terjadi.Pada pengujian ini sumur yang sedang
mengalir(idealnya pada tekanan tetap) lalu ditutup.Analisa matematika terhadap
Pressure Build Up mengasumsikan bahwa sebuah sumur telah diproduksikan
dengan laju alir konstan selama waktu tp dan kemudian sumur ditutup. Lama
waktu tp merupakan lama waktu sumur berproduksi. Sedangkan merupakan
lamanya waktu shut-in.

3.1.1 Cara Kerja Alat Pada Pressure Build-Up Test


Peralatan dalam melakukan Uji tekanan di lapangan antara lain EMR
(Electric Memory Recorder). EMR akan merekam tekanan dan temperature per
kedalaman setiap detik atau jam sesuai yang ditentukan dalam program. Adapun
peralatan yang digunakan pada pengujian sumur ini adalah :
1) Weight Indicator berfungsi untuk mengetahui posisi rangkaian EMR.
Beban normal = 600 lb. Merek yang dipakai adalah Martin Decker.
2) Deep Indicator berfungsi untuk memberikan informasi kedalaman
rangkaian. Merek yang dipakai adalah Veeder-Root.
3) Slickline unit atau biasanya disebut wireline berfungsi sebagai media
untuk mengantarkan rangkaian kedalam well.
4) Measuring Whell Complate adalah alat untuk memutar VeederRoot.
(mengetahui kedalaman).
5) Hay Pully berfungsi supaya rangkaian lubricator tidak banyak bergerak
serta slickline unit tidak cepat aus.
6) Lot Seal adalah alat sebagai fiingsi daripada sistem kerja Weight
Indicator.
7) Stuffing Box adalah katrol yang dilengkapi dengan hand pump hydraulic
dan apabila terjadi kebocoran, rubber akan menahan wire dan hand pump
akan bekeija.
8) Lubricator merupakan tabung pipa yang tahan terhadap tekanan untuk
menempatkan rangkaian alat pengujian sebelum dimasukkan kedalam
sumur dan digunakan pada sumur produksi.Blow Out Preventer Lubricator
untuk menjepit kawat ketika terjadi putusnya wire unit.
3.1.2 Analisa Pressure Build-Up
Untuk menganalisa data—data hasil pengujian di dasarkan pada teori
analisa ulah tekanan bentuk (Pressure Build-Up Curve), yang dikemukakan oleh
Homer, dirnana untuk memberlakukari teori mi digunakan anggapan sebagai
berikut:
1) Sumur berproduksi pada laju aliran tetap dan pusat reservoir tak terbatas
dengan tekanan yang tetap pada batas luar reservoir.
2) Aliran fluida hanya satu fasa.
3) Kompressibilitas dan viscositas fluith konstan pada interval tekanan dan
temperatur yang bervariasi.
4) Sumur ditutup pada muka batupasir dan tidak terjadi aliran after flow
production kethiam lubang sumur.
5) Formasi mempunyai permeabilitas homogen dalam arah aliran.

3.2 Type Curve Matching


Type curve sangat berguna dalam analisa well test terutama jika digunakan
bersama-sama dengan analisa menggunaka semilog plot. Type curve dapat
mengenal model reservoir, mengidentifikasi rejim aliran yang jenis analisis yang
sesuai dan memperkirakan parameterreservoir.

3.2.1 Pengembangan Type Curve


Type curve pada prinsipnya dapat dibuat untuk setiap model reservoir.
Agar type curvedapat digunakan dengan benar, maka batasan atau asumsi yang
digunakan harusdipahami. Asumsi tersebut harus secara teliti memodelkan
kondisi reservoir yang sedangdianalisa. Type curve ditampilkan dalam bentuk
variabel tak berdimensi. Definisi darivariabel tak berdimensi ini tergantung dari
model reservoirnya. Sebagai contoh, model line source atau Ei-function untuk
fluida tidak termampatkan
3.2.2 Aplikasi Type Curve
Untuk fluida yang tidak (atau sedikit) termampatkan dan reservoir yang
homogen, typecurve yang digunakan adalah Gringarten-Bourdet Type Curve. Type
curveini merupakan solusi dari persamaan difusivitas aliran fluida yang tidak
(atau sedikit)termampatkan (slightly compressible liquid) di dalam formasi yang
homogen. Tekananpada kondisi awal dianggap sama dan merata di seluruh daerah
pengurasan sumur.Reservoir dianggap tak terbatas dan sumur diproduksi dengan
laju alir yang tetap(konstan).Type curve ini merupakan plot antara PD =f(tD, S,
CD) yang merupakan fungsi dari tD,faktor skin (S) dan koefisien wellbore storage
tak berdimensi (CD) :

Kurva pada type curve ini adalah fungsi dari parameter CD e2S. Harga CD
e2S menunjukkan apakah sumur mengalami kerusakan formasi, telah dilakukan
acidizingatau telah dilakukan perekahan hidraulik.Dalam menggunakan type
curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes (perbedaan tekanan dan derivative-nya)
dibandingkan dengan type curve. Data tes diplot dalam skala log-log dengan
ukuran log-cycle yang sama dengan type curve. Data hasil tes (perbedaan tekanan
dan derivative-nya) tersebut kemudian secara bersamaan dicocokkan dengan type
curve untuk mendapatkan model yang sesuai. Teori yang mendasari teknik
typecurve matching ini adalah bahwa perbedaan koordinat skala plot dari data dan
type curvemerupakan besaran konstan. Konsep ini diilustrasikan sebagai berikut :

Beberapa hal yangpenting dan perlu diketahui tentang type curve


Gringarten-Bourdet ini adalah :
1) Selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal dari
fluida di dalam wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal.
2) Type curve Gringarten-Bourdet ini dibuat berdasarkan solusi persamaan
yang memodelkan produksi dengan laju alir konstan; akan tetapi type
curve ini dapat digunakan untuk menganalisa uji buildup jika variabelnya
dimodifikasi untuk memasukkan pengaruh perbedaan antara uji alir
(drawdown) dan uji buildup. Untuk uji drawdown, plot yang digunakan
adalah (Pi − Pwf) terhadap t. Sedangkan untuk uji buildup, plot yang
digunakan adalah (Pws − Pwf (Δt = 0)) terhadap waktu ekivalen. Jadi
perbedaan tekanan sebesar ΔP yang terjadi selama waktu penutupan Δt.
3) Selama uji buildup akan terjadi selama waktu alir Δte pada uji alir dengan
laju konstan.Definisi waktu ekivalen ini, Δte, akurat untuk aliran transien
radial dalam formasiyang homogen. Dalam batas-batas tertentu, waktu
ekivalen ini dapat digunakan untuk menganalisa aliran radial yang
terdistorsi oleh wellbore storage dan data tes yang terpengaruh oleh batas
luar reservoir.
4) Setelah didapatkan kurva dalam type curve yang sesuai, sebuah titik
(match point) dapat dipilih untuk digunakan dalam menghitung harga k, S
dan C.

3.2.3 Analisa Uji Sumur Gas Menggunakan Type Curve


Dalam menganalisa uji sumur gas, penggunaan adjusted pressure dan
adjusted time diperlukan. Hal ini disebabkan karena type curve dibuat berdasarkan
solusi persamaan untuk fluida yang tidak (sedikit) termampatkan, sementara gas
adalah fluida yang mudah termampatkan dan sifat-sifat fisiknya sangat tergantung
dapat tekanan sistem. Adjusted pressure dan adjusted pseudotime mengakomodasi
karakteristik dari gas ini, sehingga type curve yang digunakan untuk liquid dapat
digunakan untuk gas.
BAB IV
PBU PADA SUMUR GAS

4.1 Metode P
Metode P berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 4000 psi. Jadi,
apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih besar dari 4000 psi, maka
metode P tepat untuk digunakan.

Gambar 4.1. Sketsa pressure build test (Lee, J., 1982)

4.1.1 Prosedur Pengujian Analisa PBU Metode P


Adapun prosedur Pengujian Analisa PBU Metode P yaitu :
1) Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (μg), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), ̊R
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
h. Porositas (ϕ)
i. Jari-jari lubang bor (rw), ft
Jadi, apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih
besar dari 4000 psia, maka metode P dapat digunakan.
2) Buat tabel Δt (tp+Δt), Pws dan (Pws – Pwf), dimana Pwf adalah tekanan
saat Δt =0
3) Plot (Pws – Pwf) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus
dengan kemiringan 45̊ (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya
pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, kalau ada, tentukan titik awal
penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½log cycle dari titik tersebut untuk
menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
𝑡𝑝 − 𝛥𝑡
4) Plot antara Pwf terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
𝛥𝑡

melalui titik yang bebas dari pengaruh wellborestorage, kemudian


tentukan kemiringan.
𝑡𝑝 − 𝛥𝑡
5) Ekstrapolasikan faris lurus tersebut sampai ke harga = 1 untuk
𝛥𝑡

mendapatkan P*.
6) Hitung harga permeabilitas (k) :
8.176−105 .𝑞𝑠𝑐. 𝜇.𝑍.𝑇
k= 𝑚ℎ𝑃

dimana :
2
𝑃 ∗2 +𝑃𝑤𝑓
P= 2

μ = viskositas gas pada P dan T


Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7) Tentukan harga faktor skin (S) dan ΔPskin :
𝑃1 𝑗𝑎𝑚 ∆𝑃𝑤𝑓 𝑘
S = 1.151 [ ∆ log ∅ 𝑐 2 + 3.23]
𝑚 𝑡 𝜇 𝑟𝑤

ΔPskin = 0.87 m S
8) Tentukan efesiensi aliran (FE) :
𝑃 ∗ ∆𝑃𝑤𝑓 ∆𝑃𝑠
FE = 𝑃 ∗ ∆𝑃𝑤𝑓
4.2 Metode P2
Metode P2 berlaku pada tekanan reservoir lebih kecil dari 2000 psi. Jadi,
apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih kecil dari 2000 psi, maka
metode P2 dapat digunakan.

4.2.1 Prosedur Pengujian Analisa PBU Metode P2


Adapun prosedur pengujian analisa PBU Metode P2 yaitu :
1) Siapkan data pendukung untuk analisa:
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (μg), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)

e. Temperatur reservoir (T),oR


f. Tebal lapisan (h), ft
g. Jari-jari lubang bor (rw), ft
h. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
i . Porositas(ϕ)
𝑡𝑝 + ∆𝑡 2 2 2
2) Buat tabel Δt = Pwf. 𝑃𝑤𝑠 dan (𝑃𝑤𝑠 ∆𝑃𝑤𝑓 ). Dimana Pwfadalah tekanan
∆𝑡

saat Δt = 0
2 2
3) Plot (𝑃𝑤𝑠 − 𝑃𝑤𝑓 ) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus
dengan kemiringan 45̊ (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya
pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan titik awal
penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log-cycle darititik tersebut untuk
menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
2 𝑡𝑝 +∆𝑡
4) Plot 𝑃𝑤𝑠 terhadap log pada kertas semi log. Buat garis lurus
∆𝑡

melalui titik yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian


tentukan kemiriringan.
𝑡𝑝 − 𝛥𝑡
5) Ekstrapolasikan garis lurus sampai harga = 1 untuk
𝛥𝑡

∗2 .
mendapatkan𝑃𝑤𝑠 dan hitung P* =√𝑃𝑤𝑠
6) Hitung harga permeabilitas (k) dengan persamaan :
8.176−105 .𝑞𝑠𝑐. 𝜇.𝑍.𝑇
k= 𝑚ℎ𝑃

dimana :

2
𝑃 ∗2 +𝑃𝑤𝑓
P= 2

μ = viskositas gas pada P dan T


Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7) Tentukan harga faktor skin (S) dan ΔPskin :
𝑃1 𝑗𝑎𝑚 ∆𝑃𝑤𝑓 𝑘
S = 1.151 [ ∆ log ∅ 𝑐 𝜇 𝑟 2 + 3.23]
𝑚 𝑡 𝑤

ΔPskin = 0.87 m S
8) Tentukan efesiensi aliran (FE) :
2
𝑃 ∗2 ∆𝑃 2 𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛
FE = 2
𝑃 ∗2 ∆𝑃𝑤𝑓

4.3 Metode M(P)


Metode m(P) dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir, tetapi
karena pengunaan pada metode m(P) ini lebih sukar, jadi biasanya digunakan
pada tekanan reservoir antara 2000 psi sampai 4000 psi.

4.3.1 Prosedur Pengujian Analisa PBU Metode M(P)


Adapun prosedur pengujian Analisa PBU Metode M(P)
1) Siapkan data pendukung untuk analisa:
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas pada kondisi tekanan awal (μ), cp
c. Kompresibilitas total pada kondisi tekanan awal (ct)
d. Temperatur reservoir (T)
e. Tebal lapisan (h)
f. Jari-jari lubang bor (rw)
2) Buat tabel atau grafik kolerasi P ke m(P)
3) Buat tabel Δt, Pwsm(Pws), {m(Pws) Δ m(Pwf)} dan (tp + Δt)/Δt
4) Plot {m(Pws) Δ m(Pwf)} terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis
lurus dengan kemiringan 45̊ (slope = 1) pada data awal menunjukkan
adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan
titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log cycle dari titik
tersebut untuk menerangkan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh
oleh wellbore storage.
𝑡𝑝 − 𝛥𝑡
5) Plot {m(Pws) terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
𝛥𝑡

melalui titik-titik yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian


tentukan kemiringan (m).
𝑡𝑝 − 𝛥𝑡
6) Ekstrapolasikan garis lurus di atas sampai harga = 1 untuk
𝛥𝑡

mendapatkan harga m(P*). Kemudian tentukan P* melalui kolerasi dari


butir 2.
7) Tentukan harga permeabilitas (k) :
1.637−106 𝑞𝑠𝑐. 𝑇
k= 𝑚ℎ

8) Tentukan harga faktor skin (S) dan m(Pskin)


𝑚(𝑃1 𝑗𝑎𝑚 ) ∆𝑚(𝑃𝑤𝑓 ) 𝑘
S = 1.151 [ ∆ log ∅ 𝑐 𝜇 𝑟 2 + 3.23]
𝑚 𝑡 𝑤

m (Pskin) = 0.87 m S
9) Tentukan harga efisiensi aliran (FE)
𝑚(𝑃 ∗ ) 𝛥 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )∆ 𝑚(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 )
FE = 𝑚(𝑃 ∗ )∆ 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )
BAB V
BACK PRESSURE TEST

5.1. Back Pressure Test


Konvensional Back Pressure atau disebut juga flow after test, metode ini
pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressurre) yang berbeda-beda. Back pressure test adalah suatu metode test sumur
gas untuk menngetahui kemampuan reservoir untuk berproduksi dengan
memberikan tekanan balik yang berbeda-beda (back pressure).

5.2. Prinsip Pengujian


Pelaksanaan dari test konvensional ini dimulai dengan menstabilkan tekanan
reservoir dengan jalan menutup sumur. Laju produksi diubah-ubah dan setiap kali
sumur tersebut dibiarkan produksi sampai tekanan mencapai kondisi kestabilan,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.
Analisa deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Sketsa
dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Sketsa back pressure test (Lee, J., 1982)


5.3. Prosedur Pengujian Back Pressure Test
Prosedur pengujian Back Pressure Test adalah sebagai berikut :
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan kesetimbangan statik, tekanan
terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservor (Pr).
2. Sumur di produksikan dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai
tekanan stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf.
3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil
dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q2 dan Pwf.
4. Ulangi langkah 2 dan 3, umumnya hingga empat kali.
5. Setelah di peroleh sejumlah perubahan laju aliran, sumur kemudian di
tutup.
BAB VI
ISOCHRONAL TEST & MODIFIEND ISOCHRONAL TEST

6.1.Isochronal Test (IT)


Isochronal Test (IT) adalah suatu cara untuk menentukan kapasitas
produksi dari suatu sumur gas setiap tekanan dasar sumur dan tekanan formasi.
Berdasarkan Isochronal Test dapat ditentukan Absolute Open Flow Potential
(AOFP) yaitu kapasitas produksi teoritis apabila tekanan dasar sumur didepan
lubang perforasi diturunkan sampai nol psia.

Gambar 6.1. Sketsa Isochoronal test (Lee, J., 1982)

6.1.1 Prinsip Pengujian IT


Penyelesaian Back pressure test akan membutuhkan waktu yang lama,
bila untuk masing-masing harga laju produksi yang direncanakan membutuhkan
waktu stabil yang lama. Untuk mangatasi hal ini, Cullender (1995) mengusulkan
suatu cara tes berdasarkan anggapan, bahwa jar-jari daerah penyergapan yang
efektif (effeective drainage radius), rd adalah fungsi tD dan tidak dipengaruhi
oleh laju produksi. Ia mengusulkan, bahwa suatu seri test produksi dengan
menggunakan laju yang berbeda, tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log terhadap log qsc yang linier dengan harga eksponen yang
sama, seperti untuk kondisi aliran yang stabil.
Metode Isochronal Test yang diusulkan oleh cullender ini terdiri dari
serangkaian proses penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil (Pst), yang
tertentu selama jangka waktu (t), tanpa menanti kondisi stabil. Setiap perubahan
laju produksi diawali oleh penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil. Test
produksi ini dilakukan sampai mencapai kondisi stabil. Diagram laju produksi dan
tekanan didasar sumur dapat dilihat gambar 6.1.

6.1.2 Prosedur Pengujian IT


Adapun proses pelaksanaan uji Isochronal adalah :
1. Diakukan penutupan sumur sampai tekanan statiknya stabil.
2. Dilakukan pembukaan sumur dengan laju produksi tertentu, selama
interval waktu, tanpa menunggu hingga kondisi aliran stabil.
3. Prosedur 1 dan 2 diatas diulang sebanyak tiga atau sampai empat kali
dengan laju produksi yang berbeda-beda.
4. Satu laju produksi yang terakhir dilaksanakan sampai mencapai kondis i
aliran stabil

6.1.3 Prosedur Analisa Data IT


Prosedur analisa data Isochronal Test adalah :
1) Persiapan data.
2) Plot P2-PWF2 pada kertas log-log.
3) Tarik garis melalui titik-titik isochoronal
 Hitung kemiringan 1/n
 Plot titik stabil.
 Tarik garis deliveribility yang stabil, sejajar garis yang sudah
diplot.
 Tentukan harga “performance factor” C
 Tentukam harga AOFP (Absolute Open Flow Potential)
4) Plot P2-PWF2 vs Qg pada kertas grafik log-log.
5) Tarik garis lurus melalui titik isochoronal.
6) Kemiringan 1/n
7) Plot titik stabil dan tarik garis melalui titik tersebut dan sejajar dengan
garis yang sudah di plot.
8) Hitung harga c=q gas yang stabil/( P2-PWF2)n =8,25MMSCFD

6.2. Modified Isochronal Test (MIT)


Modified Isochronal adalah suatu metode pengujian dimana persyaratan
untuk penutupan sumur tidak perlu stabil. Metoda ini merupakan pengembangan
dari metoda isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu
mencapai kondisi stabil.

Gambar 6.1. Sketsa Modifiend Isochoronal test (Lee, J., 1982)

6.2.1 Prinsip Pengujian MIT


Pada reservoir dengan permeabilitas yang sangat rendah, penggunaan tes
isochronal belum tentu menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai
mencapai keadaan stabil. Oleh karena itu, Katz dkk (1959) telah mengusulkan
suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil test isochronal yang
dikenal sebagai Modified Isochronal Test. Perbedaan metode ini dengan metode
Isochronal terletak pada persyaratan bahwa penutupan dan pembukaan sumur
dilaksanakan pada interval waktu yang sama besar, sedangkan pada metode
ishocronal waktu pembukaan dan penutupan sumur bisa berbeda. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.

6.2.2 Prosedur Pengujian Modified Isochronal Test


Prosedur pelaksanaan dari modified isochronal test adalah sebagai berikut:
1) Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata
reservoir Pwf1 (=Pr). Selama periode penutupan sumur, tekanan statik
sumur akan membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini
akan semakin kecil untuk periode aliran berikutnya.
2) Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan
catat laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1.
3) Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya
sebagai Pwf2.
4) Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan
Pwf2.
5) Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat
titik) dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga
mencapai kondisi extended flow.

Anda mungkin juga menyukai