Anda di halaman 1dari 23

BAB III

ANALISA PRESSURE BUILD UP

3.1. TUJUAN ANALISA


Berdasarkan data-data tekanan yang didapat dari hasil analisa pressure
build up tersebut, maka dapat ditentukan:
1. Permeabilitas formasi (K)
2. Adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (faktor skin)
3. Menetukan produktivitas formasi (PI)
4. Menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (Pave) reservoir

3.2. DASAR TEORI


Pressure Build Up (PBU) adalah suatu teknik pengujian transien tekanan
yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur dipermukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).

Gambar 3.1. Grafik Pressure Build Up Test


Dasar analisa pressure build up test ini diajukan oleh Horner, yang pada
prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan
suatu prinsip yang dikenal dengan superposisi (superposition principle).
Berdasarkan prinsip superposisi tersebut, maka sumur-sumur diproduksi
dengan laju alir tetap selama waktu tp, kemudian sumur ditutup selama waktu
t, sehingga didapat bentuk umum persamaannya adalah:

qB tp t
Pws Pi 162 ,6 log
kh t
................................................(2-1)

Dimana:
Pws : tekanan dasar sumur, psi
Pi : tekanan mula-mula reservoir, psi
Q : laju produksi sebelum sumur ditutup, bbl/day
: viskositas minyak, cp
B : faktor volume formasi, bbl/stb
K : permeabilitas, mD
h : ketebalan formasi, ft
Np
24
q
tp : waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam =
t : waktu penutupan sumur, jam

Dari persamaan (2-1), terlihat bahwa apabila Pws diplot terhadap log
(tp+t/t) akan merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope, m):

qB
m 162,6
kh
...............................................................................(2-2)

Berdasarkan konsep tersebut, maka harga permeabilitas dapat ditentukan


dari slope m, sedangkan apabila garis tersebut diekstrapolasi ke harga horner
time (tp+t/t) sama dengan 1, maka secara secara teoritis harga Pws sama
dengan tekanan awal reservoir.

Gambar 3.2. Horner Time Plot

Sedangkan untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau perbaikan


formasi yang ditandai oleh harga skin faktor (S), maka digunakan persamaan:

P1jam Pws k
S 1,151 log 3.23
m Ctrw 2

......................................(2-3)

Selanjutnya apabila S ini:


1. Berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada umumnya
dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap kedalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor pada
formasi produktif yang kita amati.
2. Berharga negatif berarti menunjukan adanya perbaikan (stimulated), yang
biasanya terjadi setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau suatu
perekahan hidraulic (hydraulic fracturing).
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif
akibat adanya skin efect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan
tekanan, Ps yang ditentukan menggunakan persamaan:
Ps = 0,87 m S , psi ..........................................................................(2-4)

Sehingga besarnya produktivitas formasi (PI) dan atau flow effisiensi (FE)
berdasarkan analisa pressure build up ini dapat menggunakan persamaan:

q
PI , BPD / Psi
P Pws Ps
*

.........................................................(2-5)

dan

P * Pws Ps
FE 100%
P * Pws
.........................................................(2-6)

Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat


ditentukan menggunakan persamaan:

kt
ri 0.03 , ft
Ct
..............................................................................(2-7)

dimana:
Ct : kompresibilitas, psi-1
Tahapan untuk melakukan analisa pressure build up test berdasarkan metoda
Horner adalah:
1. Berdasarkan data-data PBU buat tabulasi yang menghubungkan harga P ws
terhadap Horner time (tp + t/t).
2. Memplot harga-harga Pws vs (tp + t/t) pada grafik semilog.
3. Membuat garis ekstrapolasi berdasarkan plot harga tersebut (langkah 2)
sampai harga (tp + t/t) = 1, maka akan didapatkan harga tekanan statis
reservoir (P*).
4. Menentukan besarnya slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik
tersebut.
5. Menentukan besarnya permeabilitas (K).
6. Menentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi.
7. Menentukan skin faktor, dan berdasarkan harga skin tersebut tentukan apa
yang terjadi pada formasi produktif yang diamati.
8. Menentukan produktifitas formasi (PI).
9. Menentukan flow effisiensi (FE).
10. Menentukan besarnya radius of investigation (ri).

3.2.1. Penentuan Tekanan Rata-rata Reservoir


Seperti diketahui bersama bahwa tekanan rata-rata reservoir merupakan
suatu besaran fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses primary recovery
maupun enchanced recovery, yaitu sangat berguna untuk karakterisasi suatu
reservoir, penentuan cadangan dan peramalan kelakuan reservoir tersebut.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = Pave yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan

tp t
t
segmen garis lurus pada Horner plot sampai ke harga = 1. Tetapi pada
reservoir yang terbatas, hal diatas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan
adanya pengaruh dari batas reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh
berada di bawah garis lurus Horner.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
tekanan rata-rata reservoir ini, yaitu :
a. Metoda Matthews-Brons-Hazebroek (Metoda MBH)
b. Metoda Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)
c. Metoda Dietz
3.2.1.1. Metoda Matthews-Brons-Hazebroek (Metoda MBH)
Metoda ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan kompresibilas
fluida tidak bervariasi sampai sebatas radius pengurasan atau dapat dikatakan
bahwa tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.
Pave P *
m
2,303
PDMBH t p DA
...........................................................(2-8)

dimana: PDMBH atau dikenal sebagai MBH Dimensionless Pressure dibaca pada
grafik MBH Dimenssionless Pressure, tergantung pada bentuk dari
daerah pengurasannya, sedangkan harga absisnya (tpDA) didapat dengan
persamaan :

0,0002637 k tp
t pDA
CtA
..................................................................(2-9)

3.2.1.2. Metoda Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)


Metoda ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata
reservoir pada reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar
dengan sumur produksi pada pusatnya. Salah satu syarat mutlak untuk
menggunakan metoda MDH ini adalah anggapan bahwa sebelum sumur ditutup
(shut in) kondisi telah mencapai pseudo steady state.

Pave P' ws mP DMDH t' DA


...............................................................(2-10)

dimana:

0.0002637 k t'
t' DA
CtA
..................................................................(2-11)

2.2.1.3. Metoda Dietz


Syarat untuk menggunakan metoda ini adalah kondisi pseudo steady state
telah dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui shape factor (CA) dan skin
faktor harus lebih besar dari negatif 3.

tp CtA
t P
av e
C A t p DA 0.0002637C A k
................................................(2-12)
kemudian Pave dibaca pada waktu (t)Pave yang dihitung dari (2-12) pada semilog
straight line.

3.3. PROSEDUR ANALISIS


1. Berdasarkan data yang diberikan, menghitung harga Horner Time

tp t
t
dan mentabulasikan untuk setiap data t yang diberikan (apabila
t dalam menit maka tp juga dalam menit, bila t dalam jam maka tp juga
dalam jam)
PWS PWS
2. Berdasarkan data-data membuat tabulasi untuk setiap data yang
ada
PWS
3. Memplot harga t VS pada grafik log-log untuk menentukan harga

PWS
End Of Wellbore Storage (EOWB) dimana t sebagai sumbu x dan
sebagai sumbu y
0

4. Membuat garis 45 dan disejajarkan dengan hasil plot grafik pada langkah
3 untuk menentukan t EOWB (EOWB ditentukan dari titik pisah antara
0

garis 45 dengan plot grafik pada langkah 3 dan kemudian hasilnya t


ditambahkan 1.5 cycle dan mencatat harganya sebagai t EOWB)
PWS
5. Memplot harga horner time (sumbu x) VS (sumbu y) pada grafik
semilog
6. Membuat grafik ekstrapolasi (dengan menghitung harga

tp t EOWB
t EOWB
pada grafik langkah 5 dan memplot harga tersebut
pada grafik, kemudian menarik trendline pada titik-titik disekitar harga

tp t EOWB
t EOWB
kemudian menentukan persamaan garisnya

tp t 1
t
7. Mengekstrapolasikan garis pada langkah 6 sampai pada harga ,
maka didapatkan harga tekanan statis reservoir (P*)
P P
m 1 2
1 Cycle
8. Menentukan besarnya slope pada bagian garis lurus dari grafik

tp t 0.1
P1 t P2
tersebut (misal = harga P pada ; = harga P pada

tp t 0.01
t
)
9. Menentukan besarnya permeabilitas dengan persamaan:
q B
k 162.6
mh

P1jam
10. Menentukan besarnya harga yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi dengan menghitung harga horner time pada waktu <tp +
1jam>
11. Menentukan harga Faktor Skin dengan persamaan:
P1 jam PWF k
S 1.151 log 3.23
Ct rw
2
m

PS
12. Menentukan harga dengan persamaan:
Ps 0.87 m S

13. Menentukan produktivitas formasi/Productivity Index (PI) dengan


persamaan:
q
PI
P * - PWF Ps

14. Menentukan Flow Efficiency (FE) dengan persamaan:


P * - PWF Ps
FE 100 %
P * - PWF

15. Menentukan besarnya Radius Investigation (ri) dengan persamaan:

ri 0.03 kt
Ct

16. Menentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan reservoir shape


dengan berbagai metode sebagai berikut:
Matthews-Brons-Hazebroek (MBH)
Metode ini digunakan untuk reservoir berbentuk persegi panjang.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Dapatkan harga P* dari Metode Horner (untuk reservoir yang
terbatas, P* ini dikenal sebagai "False Pressure").
b. Dapatkan juga harga kemiringannya (slope, m).
c. Perkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P)
menggunakan persamaan :
Pave P *
m
2,303
PDMBH t p DA

dimana: PDMBH atau dikenal sebagat "MBH Dimensionless Pressure" yang


dibaca pada grafik, tergantung pada bentuk dari daerah
pengurasannya, dengan persamaan :
0,0002637 k tp
t pDA
CtA

Miller-Deys-Hutchinson (MDH)
Digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata reservoir pada
reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar dengan
sumur produksi pada pusatnya. Langkah-langkah pengerjaan metode ini
adalah sebagal berikut :
a. Buat MDH plot yaitu Pws vs log t, kemudian tentukan m dan k.
b, Pilihlah sembarang harga t, asalkan masih terletak pada semi log
straight line (katakanlah t'), kemudian baca harga Pws yang
berhubungan dengan waktu t' tadi.
c. Hitung besarnya tDA, yaitu :
t'DA = 0,0002637 k (t) / Ct A
d. Dari gambar 1.5 bacalah harga PDMDH untuk reservoir yang sesuai
dengan pendekatan lingkaran atau bujur sangkar dan kondisi pada
batasnya (No Flow atau Constant Pressure).
e. Tentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan persamaan :
0.0002637 k t'
t' DA
CtA

Dietz
Syarat untuk menggunakan metode ini adalah kondisi pseudo steady-
state telah dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui shape
factor (CA) dan skin faktor harus lebih besar dari negatif 3.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Buat MDH plot (Pws vs t), kemudian tentukan m dan k.
b. Tentukan besarnya harga (t)p, yaitu pada saat
c. Kemudian P dibaca pada waktu (t)p yang dihitung dari langkah b
pada semi log straight line.
tp CtA
t P
ave
C A t p DA 0.0002637C A k

3.4. DATA DAN PERHITUNGAN


3.4.1. DATA
Diketahui data-data reservoir sumur type 4 sebagai berikut:
- Laju produksi (q) = 200 STB/day
- Tekanan Alir Dasar Sumur (Pwf) = 295.814 psi
- Jari-jari sumur (rw) = 0,372 ft
- Porositas () = 0,25
- Ketebalan formasi produktif (h) = 100 ft
- Viskositas minyak (o) = 2 cp
- Kompresibilitas minyak (Ct) = 0,0003 1/psi
- Faktor volume formasi minyak (Bo) = 1,215 RB/STB
- Sumur diproduksikan (tp) = 465 jam
- Reservoir shape (A) = 150000 ft2

Pencatatan data tekanan dan waktu test sebagai berikut:


Tabel III-1.
Tabulasi Data Tekanan dan Waktu PBU Test

No Dt, Pws, Dp Horner Time


Jam psi Psi (tp+dt)/dt
1 0 295.814 0.000 #DIV/0!
2 0.03 385.053 89.239 15434.33333
3 0.06 468.113 172.299 7717.666667
4 0.09 580.723 284.909 5145.444444
5 0.12 636.21 340.396 3859.333333
6 0.21 690.95 395.136 2205.761905
7 0.301 706.196 410.382 1539.20598
8 0.421 739.794 443.98 1100.76247
9 0.601 769.295 473.481 771.3826955
10 0.751 816.109 520.295 617.5113182
11 1.352 872.061 576.247 343.4556213
12 2.404 891.685 595.871 193.5956739
13 3.005 917.612 621.798 155.0765391
14 3.907 923.662 627.848 119.505247
15 4.207 938.554 642.74 111.0546708
16 5.109 940.446 644.632 91.62438833
17 6.311 953.989 658.175 74.36396768
18 7.213 955.558 659.744 65.18965756
19 8.114 960.323 664.509 58.06186838
20 9.016 968.232 672.418 52.35314996
21 14.425 981.31 685.496 33.09705373
22 13.523 976.908 681.094 35.23796495
23 16.228 989.656 693.842 29.53093419
24 18.031 986.443 690.629 26.677999
25 21.638 998.947 703.133 22.39754136
26 28.85 1017.687 721.873 17.04852686
27 32.456 1023.954 728.14 15.26546709
28 39.669 1037.1 741.286 12.67158234
29 48.684 1048.472 752.658 10.5103114
30 50.488 1050.582 754.768 10.17049596
3.4.2. PERHITUNGAN
Langkah perhitungan analisa pressure build up testing sebagai berikut:
1. Menghitung harga P
P = Pws Pwf (tabel II-1)
Contoh No.2
P = Pws Pwf = 385.053 295.814 = 89.239 psi
tp t
t
2. Menghitung harga Horner Time = (tabel II-1)
tp t 463 0,03
15434.333
t 0,03
Contoh No.2

3. Membuat grafik
1. Memplot data t vs P pada kertas grafik log-log (grafik 2.1)
2. Memplot data Horner Time vs Pws pada kertas grafik semilog (grafik
2.2)
4. Menentukan EOWB dari grafik log-log t vs P
EOWB = 4 jam
tp t
t
5. Memasukkan harga EOWB = 4 ke dalam persamaan sehingga

tp t
t
dEOWB = 116.75 jam, kemudian plot pada grafik vs Pws untuk
mencari slope.
6. Menentukan slope (m) dari grafik Horner Time vs Pws
Dari grafik 2.2. ditemukan persamaan straight line adalah
y = -38.86ln(x) + 1119.7
Tabel II-2
Perhitungan Straight line
x y
1 1119.7
10 1030.221543
100 940.7430866
1000 851.2646299
10000 761.7861731
100000 672.3077164
464 881.1040863
Maka nilai y untuk x = 1 adalah 1119.7 (P1)
Dan nilai y untuk x = 10 adalah 1030.221543 (P2)
P1 - P2
1 cycle
m= =F
1119.7 1030.221543
1 cycle
=
= 89.47845 psi/cycle
7. Menentukan P*
P* diperoleh dengan jalan mengekstrapolasikan segmen garis lurus pada

tp t
t
horner plot sampai ke harga = 1, sehingga didapat harga P* =

tp t
t
1119.7 Psi. Menentukan P1jam dapat ditentukan dari grafik log vs
Pws (Horner plot).
tp t 463 1
t 1
=
= 464 jam
Dengan menarik garis 464 jam ke atas sampai menyinggung straight line
dan ditarik garis ke sumbu y maka P1jam diperoleh sebesar 881.1040863 psi.
8. Menentukan K
162,6 q B
mh
K= = H mD
162,6 200 2 1.215
89.478456 100
=
= 8.8315 mD
10. Menentukan S
P1 jam Pwf k
1,151 log 3,23
m Ct rw 2

S=
881.10408 295.814 8.8315
1,151 log 3,23
89.4748456 0.25 x 2 0,0003 0,327 2
=
= 4.638848795

11. Menentukan Ps
Ps = 0,87 . m . S
= 0,87 . 89.47845671. 4.638848795

= 361.117017psi
12. Menentukan PI
q
P Pwf Ps
*

PI =
200
1119.7 295.814 361.117017
=
= 0.432181082 BPD/psi
13. Menentukan FE
P * Pwf Ps

P * Pwf
FE =
1119.7 295.814 361.117017
1119.7 295.814
=
= 0.561690553
14. Menentukan ri
0,0015 k tp
Ct
ri =
0,0015 8.831578338 463
0.25 x 2 0,0003
=
= 51.72361514 ft
15. Menentukan tekanan rata-rata reservoir
Dengan Metode Matthews-Brons-Hazebroek (MBH) karena bentuk
reservoirnya persegi panjang. Sehingga untuk menghitung Tekanan
rata-rata ini ditentukan dengan:
m = 89.47845671 psi/cycle
k = 8.831578338 mD
P* = 1119.7 psi
0,0002637 k tp
Ct A
tpDH =
0,0002637 8.831578338 463
0.25 x 2 0,0003 150000
= = 0.005 jam
Dari grafik MBH dimensional pressure didapatkan PDMBH = 0,48
m tpda pdmh
ct
ct A
Pavg =
89.47845671 0.005 (0.48)
50.488
1500000
=
= 1051 Psi
3.4
Log Dt vs Log Dp .3.
G
R
A
FI
K

Log Dt vs Log Dp

Grafik 3.1. Log P vs Log t


f(x) = -38.86 ln(x) + 1119.68

Log Horner Time vs Pws EOWB Logarithmic (EOWB) Extrapolasi

Grafik 3.2. Semilog Horner Time Vs Pws


3.5. PEMBAHASAN
Prinsip dari Analisa Pressure Build Up adalah memproduksikan sumur
selama suatu selang waktu tertentu sampai laju alir yang tetap, kemudian menutup
sumur tersebut. Dengan penutupan tersebut maka tekanan sumur akan naik,
kenaikan tekanan ini kemudian dicatat sesuai dengan fungsi waktu.
Hal pertama yang dilakukan dalam analisa PBU adalah mencari Horner time
(tp+t/t). Dengan memplot Pws dengan t maka harga EOWB dapat diperoleh,
yaitu dengan mensejajarkan garis 450 dengan hasil plot grafik t vs Pws. Dengan
menambahkan 10-15 cycle dari titik pemisahan maka diperoleh t EOWB (selang
waktu untuk mencapai akhir dari efek well bore storage) yaitu 4 jam. Dengan
diketahuinya t EOWB maka dapat menghitung P* atau tekanan awal reservoar.
Dengan memplot Pws dengan horner time dan mengetahui nilai t+t
EOWB/EOWB maka dapat digunakan untuk menghitung persamaan dari garis
hasil plot Pws vs Horner time. Dengan mengasumsikan horner time = 1 jam maka
P* dapat dicari. P* yang didapat adalah 1119.7 Psi.
Besarnya m (slope) dapat dihitung dengan menggunakan grafik plot Pws vs
Horner time. Setelah didapat besarnya slope (m) maka permeabiltas (k) dapat
diketahui. Dengan memperoleh harga m, k,dan P1jam maka factor skin dapat dicari.
Dengan mengetahui faktor skin dari sumur maka kita dapat menghitung Ps.
Setelah mengetahui Ps, maka PI (Produktivitas Indeks) dari sumur dapat
diketahui. Ps juga dapat digunakan untuk mencari Flow Efisiensi (FE).
Hal yang paling penting dari analisa PBU adalah Tekanan rata-rata. Dalam
mencari Tekanan rata-rata terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu
MBH, MDH, dan Dietz. Pada Analisa ini, bentuk reservoar kita adalah persegi
panjang dengan letak titik sumur ada di garis no 1, sehingga hanya dapat
menggunakan metode MBH. Pada metode ini hal yang pertama dicari adalah t pDA
(dimensionless production time), tpDA digunakan untuk mencari besarnya P DMBH,
caranya dengan memplot tpDA pada grafik MBH dimensionless Pressure. Besar
tekanan rata-rata dari perhitungan, sebesar 1051 Psi.
Dengan mengetahui besarnya tekanan rata-rata maka kita dapat mengetahui
karakterisasi suatu reservoar, penentuan cadangan, dan peramalan kelakuan
reservoir tersebut. Selain itu pada analisa PBU ini kita dapat mengetahui besarnya
skin faktor (S) yang menggambarkan keadaan permeabilitas dari sumur yang kita
produksi. Apabila nilai S negatif berarti sumur mengalami perbaikan, apabila nilai
S positif maka sumur mengalami kerusakan. Harga skin mempengaruhi besarnya
FE.
Faktor skin disebabkan oleh: filtrat lumpur pemboran yang meresap ke
dalam formasi yang menyebabkan kerusakan pada formasi (salah satunya
swelling); kegiatan perforasi, serbuk pecahan dari kegiatan perforasi yang
menyumbat pori-pori dari formasi; dan faktor-faktor lain seperti turbulensi aliran.
Flow Efficiency (FE) merupakan perbandingan antara Pws nyata dengan
Pws ideal. Nilai FE apabila terjadi damage (skin) akan lebih kecil dari 1 dan nilai
FE akan lebih besar dari 1 apabila pada reservoir terjadi perbaikan. Flow
Efficiency pada reservoir ini sebesar 0.561690553, dimana apabila nilai FE lebih
kecil dari 1 berarti pada formasi terjadi skin. Hal ini terbukti dengan diperoleh
nilai skin yang positif sebesar 4.638848795 jadi sumur sudah mengalami
kerusakan yang mungkin saja disebabkan oleh filtration loss dari lumpur atau
akibat perforasi.
Pada analisa PBU terdapat beberapa kekurangan dan kerugian.
kerugiannya adalah tidak berproduksinya sumur saat dilakukan analisa PBU, hal
ini menyebabkan perusahaan menjadi merugi. Keuntungannya adalah pada sumur
tua tekanan yang semula rendah apabila ditutup maka tekanannya kembali naik
(bertambah).
Aplikasi lapangan dari analisa PBU adalah kita mengetahui lamanya
pengaruh efek wellbore storage serta memperoleh parameter-parameter seperti
permeabilitas, skin, PI, FE, tekanan rata-rata serta radius investigasi. Dari
parameter-parameter tersebut, dapat digunakan untuk perencanaan pengembangan
umur lebih lanjut sesuai keadaan sumur actual yang sedang diuji.
3.6. KESIMPULAN
1. Dari percobaan Pada Sumur PBU 4 didapatkan harga sebagai berikut
m = 89.47845671psi/cycle
k = 8.831578338 mD
S = 4.638848795
PI = 0.432181082 BPD/psi
Ps = 361.117017 psi
FE = 0.561690553
End of Wellbore Storage = 4 jam
ri = 51.72361514 ft
tpDH = 0.005 jam
P* = 1119.7 psi
P rata-rata = 1051 Psi (dengan metode MBH)
2. Pressure Build Up Testing merupakan suatu teknik pengujian transien
tekanan yaitu dengan memproduksikan sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju alir yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut.
3. Analisa Pressure Build Up didasarkan pada prinsip superposisi yang
secara matematis menyatakan bahwa penjumlahan dari solusi-solusi
individu suatu persamaan differensial linear berorde dua adalah juga
merupakan solusi dari persamaan tersebut.
4. Untuk melakukan Pressure Build Up Testing dibutuhkan ketelitian dan
kesabaran, agar diperoleh data sumur yang valid sehingga bisa
menggambarkan performa reservoir yang representatif.
5. Aplikasi lapangan dari analisa PBU adalah kita mengetahui lamanya
pengaruh efek wellbore storage serta memperoleh parameter-parameter
seperti permeabilitas, skin, PI, FE, tekanan rata-rata serta radius
investigasi. Dari parameter-parameter tersebut, dapat digunakan untuk
perencanaan pengembangan umur lebih lanjut sesuai keadaan sumur actual
yang sedang diuji.

Anda mungkin juga menyukai