Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI DAN OPTIMASI SRP MENGGUNAKAN NODAL ANALYSIS

PADA SUMUR X LAPANGAN Y

Ahlun Nazari

Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Corresponding author email : ( ahlunn1997@gmail.com )

ABSTRAK
Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode
yang paling sering digunakan dalam penentuan laju produksi sumur natural flow. Persamaan inflow
performance relationship (IPR) disubstitusikan ke dalam persamaan outflow performance relationship, atau
dalam hal ini dapat disebut sebagai Tubing Performance Relationship (TPR), untuk memperoleh laju
produksi dan tekanan operasi tanpa membuat grafik terlebih dahulu. Persamaan hasil substitusi ini
memerlukan laju alir sebagai input yang juga merupakan output sehingga menyebabkan persamaan ini
harus diselesaikan secara numerik dengan proses iterasi. Laju alir optimum yang dihasilkan kemudian di-
validasi menggunakan program yang sudah ada. Lebih jauh lagi bisa dilakukan sensistivitas dengan
melibatkan performa dari Artificial Lift. Hal ini dilakukan jika kondisi suatu sumur sudah tidak lagi
mengalir secara alami (natural flow), sehingga pengangkatan buatan diperhitungkan dalam Analisa system
nodal. Outflow performance dari suatu Artificial Lift (misal sebuah pompa) dapat dilibatkan kedalam
Inflow Performance reservoir sehingga dapat diperoleh spesifikasi pompa optimum untuk sumur tersebut.

ABSTRACT
In the oil and gas industry, especially in the field of production engineering, nodal system analysis
is one of the most frequently used methods in determining the rate natural flow well production.
Inflow performance relationship (IPR) equation substituted into the outflow performance
relationship equation, or in the case of this can be called a Tubing Performance Relationship
(TPR), to obtain production rate and operating pressure without making a graph first. Equation the
results of this substitution require a flow rate as an input which is also an output thus causing this
equation to be solved numerically with iteration process. The optimum flow rate generated is then
validated using existing program. Furthermore, sensitivity can be done by involving the
performance of Artificial Lift. This is done if the condition of a well is no longer flowing natural
(natural flow), so that artificial uplift is taken into account in the analysis nodal system. Outflow
performance of an Artificial Lift (eg a pump) can be involved in the reservoir Inflow Performance
so that it can be obtained optimum pump specifications for the well.
I. PENDAHULUAN
Teknik produksi secara umum dapat dibagi antara Inflow Performance Relationship
menjadi dua bagian, yaitu produksi secara dengan Tubing Intake, yang dapat digunakan
sembur alam (natural flow) dan produksi untuk menentukan laju produksi optimum
dengan metode pengangkatan buatan yang terjadi dalam suatu sistem produksi.
(artificial lift). Produksi sembur alam Suatu persamaan matematis digunakan untuk
biasanya terjadi pada reservoir minyak yang menggambarkan kemampuan suatu reservoir
baru diproduksikan. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi fluida menuju lubang
reservoir tersebut memiliki tekanan yang sumur dan sistem perpipaan yang
cukup kuat untuk mengangkat fluidanya ke mengalirkan fluida ke separator di
permukaan. Setelah diproduksikan beberapa permukaan. Komponen-komponen lain yang
lama, tekanan yang dimiliki oleh reservoir menyebabkan kehilangan tekanan seperti
akan mengalami penurunan (decline) dan lubang perforasi dan choke juga dapat
kemampuan untuk mengangkat fluidanya diperhitungkan untuk menentukan
pun akan menurun pula. Jika penurunan kehilangan total sistem. Teknik ini kemudian
tekanan yang dialami oleh reservoir sangat digunakan secara luas keperluan desain,
besar, maka reservoir tersebut tidak dapat evaluasi keekonomian, dan penyelesaian
lagi memproduksi minyak ke permukaan. masalah pada sumur minyak dan gas. Pada
Ketika suatu sumur sudah tidak dapat lagi umumnya teknik ini diselesaikan secara
memproduksi minyak secara alami, maka grafik dengan menggunakan plot tekanan
dibutuhkan metode pengangkatan buatan versus laju alir. Persamaan inflow dan
(artificial lift), seperti injeksi gas lift atau outflow berbeda dan berpotongan pada suatu
menggunakan pompa. Usaha untuk titik. Titik perpotongan ini menunjukkan laju
mengoptimalkan produksi tersebut harus alir dan tekanan yang terjadi dalam sistem.
direncanakan dan dihitung dengan cermat, Jika kedua kurva tersebut tidak berpotongan
dan dengan mempertimbangkan komponen berarti sumur tersebut tidak mampu
biaya atau keekonomian. Biaya yang memproduksikan fluida menuju permukaan.
dikeluarkan untuk suatu metode Hal ini bisa diatasi antara lain dengan metode
pengangkatan buatan harus dapat diatasi artificial lift seperti gas lift dan pompa.
dengan jumlah produksi yang diperoleh. Gambar 1 memberi gambaran secara jelas
Pemilihan pompa untuk suatu sumur minyak bagaimana analisa sistem nodal diselesaikan
pada umumnya adalah dengan menentukan secara grafis.
harga laju produksi yang diinginkan,
kemudian dengan menggunakan pump
performance curve akan diperoleh harga head
dan HP pompa untuk suatu harga RPM
tertentu. Tetapi jika P daripompa diketahui,
makas kelakuan

II. ANALISA SISTEM NODAL


Nodal Sistem Analisys (analisa system
nodal) merupakan suatu teknik sederhana
yang digunakan untuk menentukan hubungan
Disini akan dibahas mengenai
penyelesaian analisa sistem nodal secara
numerik. Kedua kurva pada penyelesaian
analisa sistem nodal secara grafis terbentuk
dari dua persamaan yang berbeda tentunya.
Masing-masing mewakili bagian inflow dan
outflow dari titik nodal. Sebagai contoh
adalah analisa sistem nodal dengan titik
nodal di dasar sumur. Bagian inflow diwakili
dengan persamaan IPR dan bagian outflow
diwakili oleh persamaan kehilangan tekanan
dalam pompa. 2.1 Inflow Performance
Gambar 1. Kurva nodal sistem analisys Relationship (IPR) Dalam memproduksi
Gambar 2 memperlihatkan kurva IPR suatu sumur, baik itu sumur minyak ataupun
dan kurva tubing intake tidak berpotongan gas, sangat diperlukan adanya informasi
yang menunjukan bahwa kelakuan dari mengenai kelakuan dari reservoirnya..
reservoir tidak lagi dapat memproduksikan Kelakuan reservoir biasanya ditunjukkan
fluidanya secara alamiah melewati tubing dengan adanya aliran (inflow) dari reservoir
produksi. Jika suatu sumur tidak dapat itu sendiri yang disebabkan adanya tekanan
berproduksi lagi, maka hal tersebut dapat reservoir (Pr). Aliran dari reservoir kedalam
disebabkan oleh banyak faktor, tapi pada lubang sumur tergantung dari drawdown atau
umumnya hal tersebut diakibatkan karena pressure drop dalam reservoir, Pr – Pwf,
tekanan alir dasar sumur sudah mengalami dimana Pwf adalah tekanan alir didasar
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk sumur (bottomhole flowing pressure) Aliran
mengangkat fluida ke permukaan. Pada saat dari reservoir ke lubang sumur tersebut
itulah diperlukan adanya pengangkatan dinamakan inflow performance, dan kurva
buatan (artificial lift) untuk mengangkat sisa yang dihasilkan antara laju produksi dengan
fluida yang masih ada di dalam sumur. tekanan alir dasar sumur disebut inflow
performance relationship, atau lebih dikenal
dengan istilah kurva IPR. Jadi kurva IPR
merupakan kurva yang menunjukkan
kelakuan produksi suatu sumur. Kurva IPR
ini dikembangkan dari persamaan Darcy
yang mampu memprediksikan laju alir fluida,
baik minyak maupun gas, dari reservoir ke
lubang sumur. Secara umum persamaan
Darcy dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar 2. Kurva IPR dan tubing intake pada


sumur mati
Dari skema diatas terlihat bahwa tekanan alir
dasar sumur tidak dapat lagi mengangkat
fluida, sehingga ketika dipasang pompa
sebesar Pp fluida dapat terangkat kembali
ke permukaan. Persamaan differential
Pressure (P)1) pada pompa yang akan
digunakan disini dipengaruhi oleh head
pompa, gradien fluida didalam pompa, dan
jumlah stage yang dimiliki oleh pompa, dapat
dinyatakan sebagai berikut : (tekanan yang
dihasilkan pompa) = (head per stage) x
(gradien fluida) x (jumlah stage) Dengan
menyatakan bahwa P = Pout – Pin, maka
Gambar 3. Contoh kurva IPR pernyataan diatas dapat ditulis dalam bentuk
matematis sebagai berikut : dP h(V)xG
(V)xd(St) = f (3.3) dimana : dP = perbedaaan
2.2 Differential Pressure (P) Dalam Pompa tekanan yang dihasilkan pompa, psi h = head
Pompa dalam artificial lift digunakan per stage, ft/stage Gf = gradien fluida dalam
untuk mengangkat fluida yang sudah tidak pompa, psi/ft d(St) = jumlah stage h dan Gf
dapat dialirkan lagi oleh tekanan didalam merupakan fungsi dari kapasitas, V
sumur ke permukaan. Differential pressure
(P) yang dihasilkan pompa akan digunakan dimana : VF G V fsc f        = 350 0.433
oleh fluida dari dasar sumur untuk naik ke ( ) (3.4) VF = wc + (1 – wc)Bo + GIP{GLR
permukaan. Makin besar P yang dihasilkan – (1 – wc)Rs]Bg (3.5) V = qsc x VF (3.6)
oleh pompa, makin banyak fluida yang akan
terangkat. Pengaruh pompa pada sumur yang
telah mati tersebut dapat dilihat dari skema
seperti pada Gambar 3.4 berikut. III. METODOLOGI
Pengolahan data yang dilakukan dalam
analisa sistem nodal yang melibatkan
artificial lift atau kehilangan didalam pompa
adalah dengan melakukan iterasi tekanan dari
suction pompa. Adapun prosedur
perhitungan untuk menentukan pump intake
dari pompa adalah sebagai berikut : 1.
Membuat kurva IPR dari data sumur yang
tersedia. Kurva ini sangat penting karena
akan menunjukkan karakteristik dan
kelakuan dari reservoir itu sendiri. 2.
Menentukan tipe pompa yang akan
digunakan, berdasarkan kedalaman dari
lubang sumur, yang disesuaikan dengan
kemampuan angkat (lifting capacity) pompa
Gambar 4. Skema pengaruh tekanan pompa 3. Menentukan range (selang data) pada
(Pp) pada sumur mati kurva performa pompa dari tipe pompa yang
telah ditentukan diatas untuk tiap RPM-nya.
Selang data yang diambil adalah harga laju tersebut digabung dengan kurva IPR, maka
alir, q untuk harga head sepanjang kurva perpotongan kedua kurva tersebut
RPM. Untuk mempermudah pengambilan merupakan laju alir pompa pada kondisi
data dari kurva performa pompa, maka sumur
dilakukan interpolasi pada kurva tersebut
untuk setiap RPM. 4. Mensesuaikan selang
data laju alir yang diambil dari kurva 3.1 Studi Kasus
performa pompa dengan selang data dari Data yang digunakan pada tulisan ini adalah
tubing intake pada butir (1) diatas. Untuk data hipotesis, yaitu data sumur dengan
mempermudah perhitungan, maka selang kedalaman 5000 ft.. Data selengkapnya
data yang sesuai dari tubing intake tersebut adalah sebagai berikut :
diinterpolasi. 5. Data tekanan dari tubing
intake dengan laju alir yang sama dengan laju Tabel 3.1 Data sumur
alir dari kurva performa pompa diasumsikan
sebagai tekanan discharge (Pout) dari pompa Parameter Nilai
(diasumsikan bahwa panjang pompa dapat Kedalaman Sumur 1312,4 ft
diabaikan dibandingkan dengan kedalaman Diameter Tubing 2,875 inch
lubang sumur). 6. Dengan menganggap suatu Spesific gravity oil 0,768 gr/cc
harga P pompa (Pass), maka tekanan Spesific gravity water 1,05 gr/cc
suction (Pin) dari pompa akan didapat Water cut 0%
dengan persamaan Pin = Pout - Pass. 7. Mid Perforasi 941,647
Selanjutnya menghitung P pompa dengan Dinamic Fluid Level (DFL) 689,01 ft
persamaan (3.3) diatas. Sifat fisik fluida yang Static Fluid Level (SFL) 219,827 ft
mengalir didalam pompa (Z, Bo, Bg dan Rs)
dihitung menggunakan korelasi dengan
kodisi tekanan rata-rata (Pave) dari pompa, Tabel 3.2 Data Pompa
(Pin + Pout)/2, dan temperatur laju alir di
Keterangan Nilai
dasar sumur. 8. Perbedaan tekanan pompa,
Diameter Plunger 2 inch
P yang didapat dari butir (7) tersebut
Stroke Length 74 inch
dibandingkan dengan Pass pompa pada
Stroke Per Minute 14 SPM
butir (6) diatas. Jika hasilnya berbeda maka
Rod Size 3/4
dilakukan itersi dengan cara memasukkan
c/p 0,33
harga P tersebut kedalam persamaan Pin =
Service Factor 0,12
Pout – P sampai didapat harga P atau Pin
Tensile Strength 90000
yang sama dengan perhitungan sebelumnya.
Pout yang digunakan disini tetap, yaitu
tekanan dari tubing intake. 9. Tekanan
suction pompa (Pin) yang telah didapat
merupakan tekanan alir dasar sumur (Pwf)
dengan asumsi bahwa WFL (working fluid
level) berada diatas sumur sehingga pompa
dipasang tepat didepan reservoir. 10.
Selanjutnya dapat dibuat kurva pump intake
antara Pwf terhadap qsc yang
memperlihatkan kemampuan angkat pompa
pada RPM tertentu. Jika kurva pump intake
IV. PEMBAHASAN bagian atasnya, yaitu traveling valve terbuka
oleh tekanan minyak akibat dari turunnya
Produksi adalah kegiatan mengangkat plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke
hidrocarbon dari reservoir ke permukaan. dalam tubing. Proses ini dilakukan secara
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur berulang-ulang sehingga minyak akan sampai
telah selesai dikomplesi (well completion). ke permukaan dan terus ke separator melalui
Metode produksi yang selama ini dikenal, flow line.
meliputi primary recovery (natural flow dan
artificial lift), secondary recovery (improved oil Sucker rod pump (SRP) secara berkala
recovery dan pressure maintenance) dan perlu dilakukan evaluasi dan optimasi untuk
tertiary recovery (enhanced oil recovery). mengetahui kinerja pompa angguk terpasang
Dalam merencanakan pemasangan metode dan kemungkinan peningkatan laju produksi
pengangkatan buatan (artificial lift), harus sumur dengan melakukan optimasi pompa
mempertimbangkan semua kondisi sumur dan berdasarkan potensi produktivitas sumurnya.
reservoir agar pengangkatan buatan dapat Optimasi pada studi kasus dilakukan dengan
berjalan efisien. Beberapa metode asumsi bahwa kondisi pompa dalam keadaan
pengangkatan buatan yang sangat sering baik (plunger, traveling valve, standing valve,
dipakai dalam Industri perminyakan adalah rangkaian rod, dan tubing dalam keadaan baik
pompa angguk (sucker rod pump), pompa serta tidak ada kebocoran). Untuk melakukan
benam listrik (electrical submersible pump), evaluasi dan optimasi pompa angguk (sucker
dan gas lift. Namun, yang dibahas dalam rod pump) pada sumur “NSR-78” dibutuhkan
Skripsi ini adalah artificial lift dengan data lapangan meliputi data sumur, data
menggunakan pompa angguk (sucker rod reservoir dan data produksi. Data sumur terdiri
pump). dari kedalaman akhir, diameter casing,
diameter tubing, panjang tubing (Lt), mid
Sucker rod pump atau pompa angguk perforasi (H), dynamic fluid lavel (DFL), static
adalah salah satu metode artificial lift yang fluid level (SFL), modulus elastis (E), tipe
paling baik diterapkan pada sumur-sumur pompa terpasang, panjang rod (Lr), diameter
dangkal dan sedikit atau tidak adanya gas yang rod, kedalaman pompa (L), diameter plunger,
terproduksi. Dewasa ini dikenal 3 macam SRP, panjang langkah (S), kecepatan langkah (N),
yaitu tipe conventional, mark II, dan air service factor (SF), crank pitman ratio (C/P),
balance. Komponen sucker rod terdiri dari alat- dan tensile strength minimum. Data sumur
alat permukaan dan alat-alat bawah permukaan. meliputi SG oil, SG water, kadar air (WC),
Alat-alat permukaan meneruskan energi dari produksi total (qt), produksi minyak (qo).
motor dan merubah gerak putar menjadi gerak Dynagraph adalah alat yang diguakan
naik turun ke alat bawah permukaan. Peralatan untuk mencatat beban dari Sucker Rod Pump
di atas permukaan terdiri dari Motor (Prime String dan beban lainnya. Hasil pengukuran
Mover), base, gear reducer, V-belt, brake, dynamometer berupa grafik atau kurva yang
counter weight (counter balance), pitman, disebut (dynamometer graph). Alat ini juga
crank, crankshaft, equalizer, walking beam, dapat digunakan untuk mengetahui adanya
sampson post, center bearing/sadle bearing, kerusakan sistem pompa di dalam sumur, yaitu
horsehead, bridle, carrier bar, polished rod berdasarkan pada penyimpangan terhadap
clamp, polished rod, stuffing box, dan wellhead. beban (lebih besar atau lebih kecil) dari yang
Sedangkan peralatan bawah permukaan terdiri seharusnya diderita oleh polished rod. Data
dari Working barrel, plunger, tubing, valve, gas yang diperoleh dari dynagraph ini selanjutnya
anchor, mud anchor, dan sucker rod string dapat digunakan sebagai acuan mengevalusi
(tangkai pompa). Prinsip kerja sucker rod pump kinerja pompa terpasang untuk selanjutnya
adalah pada saat up-stroke, plunger bergerak ke dilakukan optimasi pompa.
atas, di bawah plunger terjadi penurunan Dari hasil analisa dynamometer card
tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih dapat dievaluasi bahwa pompa pada sumur
besar dari tekanan dalam pompa maka “NSR-78” mengalami slight fluid pound-
akibatnya standing valve terbuka dan minyak fiberglass rods, dimana level cairan dalam
masuk ke dalam pompa. Pada saat down-stroke, sumur rendah sehingga effective plunger stroke
standing valve tertutup karena tekanan dari yang dihasilkan hanya 61.7 % yaitu 45,5 inch
minyak dalam barrel pompa, sedangkan pada dari total panjang langkah pompa yaitu 74 inch.
Dilihat bahwa pada saat upstroke pompa sudah
mengalami fluid pound sampai akhir upstroke
dan saat awal downstroke mengalami fluid
pound juga, pompa terisi sebagian pada saat
Tabel IV.2. Hasil Evaluasi Sucker Rod
pompa menembus fluida, sehingga terjadi
goncangan dan kehilangan tekanan atau Pump (SRP)
penurunan beban pada polished rod. Sumur “NSR-78” Lapangan “D”
(Lanjutan)
Evaluasi dari penggunaan pompa
angguk dikatakan efisien dapat dilihat dari
harga efisiensi volumetris pompanya. PARAMETER HARGA SATUAN
Besarnya efisiensi volumetris pompa
Berat rod (Wr) 1.446,96 lb
terpasang dapat ditentukan dengan
Berat fluida (Wf) 830,11 lb
menghitung besarnya kapasitas pompa
Faktor percepatan
terpasang dan laju produksi aktual. Sumur (α) 0,206
“NSR-78” memiliki spesifikasi pompa
Wmax 2.574,76 lb
diantaranya yaitu panjang langkah (S) 74
Wmin 1.008,15 lb
inch dan kecepatan pompa (N) 14 spm.
Stress maksimum
Hasil evaluasi diperoleh Pump (Smax) 5.825,41 psi
Displacement sebesar 479,43 bpd dengan Stress minimum
produksi total sumur 172,67 bpd sehingga (Smin) 2.280,88 psi
diperoleh efisiensi volumetris pompa Stress allowable
angguk terpasang sebesar 36,02 %. Dengan (SA) 423,96 psi
demikian efisiensi volumetris pompa belum Rod strecth (er) 0,606 inch
memenuhi kriteria sesuai dengan efisiensi Tubing strecth (et) 0,148 inch
menurut teori (minimal 50%), maka perlu (er + et) 0,754 inch
adanya perbaikan atau penggantian Plunger overtravel
instalasi pompa, baik itu dipengaruhi oleh (ep) 0,242 inch
Counter balance
gas atau pasir terhadap instalasi pompa,
efect ideal (Ci) 1.791,45 lb
sehingga perlu dilakukan optimasi untuk Torsi maksimum
meningkatkan efisiensi volumetris pompa. (Tp) 32.296,45 in-lb
Net lift pompa (LN) 677,14 ft
Efektif plunger
Tabel IV.1. Hasil Evaluasi Sucker Rod stroke (Sp) 73,49 inch
Pump (SRP) Pump displacement
Sumur “NSR-78” Lapangan “D” (V) 479,43 bpd
Efisiensi volumetris
(Ev) 36.02 %
PARAMETER HARGA SATUAN
Hidroulic horse
power (Hh) 0,661 Hp
Sg campuran 0,768
Friction horse power
Gradien fluida 0,333 psi/ft (Hf) 0,946 Hp
Tekanan statik (Ps) 240,13 psi Break horse power
Tekanan alir dasar (Hb) 2,410 Hp
sumur (Pwf) 84,04 psi
Produktivity Index
(PI) 1,106 STB/day/psi Inflow Performance Relationship
Luas rod (Ar) 0,442 inch^2 (IPR) merupakan suatu grafik yang
Berat rod per feet menyatakan besarnya kemampuan suatu
(M) 1,63 lb/ft sumur untuk berproduksi. Untuk
Luas tubing (At) 1,812 inch^2 perhitungan kurva IPR digunakan metode
Luas plunger (Ap) 3,142 inch^2 Darcy untuk fluida satu fasa. Perhitungan
Konstanta (K) 0.466 bpd/in/spm laju produksi total (qt) dengan berbagai
harga Pwf asumsi menghasilkan laju Optimasi pompa yang digunakan pada
produksi maksimum (qmax) sumur “NSR- sumur produksi dilakukan dengan nodal
78” sebesar 265,65 bpd. Dengan hasil ini untuk mendapatkan kombinasi yang
dapat dihitung bahwa dari produksi sumur optimum dari kecepatan pompa (N, spm)
pompa terpasang saat ini yaitu 172,67 bpd dan panjang langkah (S, inch) sesuai
masih terdapat selisih 92,83 bpd. Angka dengan IPR (Inflow Performance
selisih inilah yang harus dioptimalkan Relationship). Berdasarkan kurva pump
pengambilannya agar dapat meningkatkan intake perhitungan optimasi pertama
hasil produksi. diperoleh nilai panjang langkah (S) sebesar
37 inch, kecepatan langkah (N) sebesar 15
spm, produksi total (qt) sebesar 229 bfpd,
Tabel VI.3. Nilai q dengan pwf Asumsi
dengan Pwf sebesar 84,04 psi dapat dilihat
Sumur “NSR-78” Lapangan “D” pada Gambar 6.2. di bawah ini dan Tabel
Pwf, psi q,bpd IV.3. pada halaman selanjutnya.

240,13 0,00
216,11 26,56
192,10 53,13
168,09 79,69
144,08 106,26
120,06 132,82
96,05 159,39
84,04 172,67
48,03 212,52
24,01 239,08
0,00 265,65

Tabel IV.4. Hasil Optimasi Pertama


Sucker Rod Pump (SRP)
Berdasarkan hasil perhitungan performance
sumur “NSR - 78” pada Tabel VI.3. di atas, SATUA
maka didapatkan kurva IPR sumur “NSR - PARAMETER HARGA
N
78” seperti pada Gambar 6.1. di bawah ini.
Panjang langkah (S) 37 inch
KURVA IPR SUMUR Kecepatan langkah 15
"NSR - 78" (N) SPM
300
Produksi total (qt) 229 bfpd
250
200 Tekanan statik (Ps) 240,13 psi
Pwf, psi

150 Pwf 84,04 psi


100 IPR
ProduktiIVty Index 1,47
50
(PI)
0
0.00 100.00 200.00 300.00 δ1 0,16
q, bpd
δ2 0,08

Peak polished rod load 2309,93


(PPRL) lb

Minimum polished rod 1244,33


load (MPRL) lb
Stress maksimum 5226,08
(Smax) psi

Stress minimum 2815,22


(Smin) psi

Stress allowable (SA) 460,03 psi


Counter balance efect 1777,13
Tabel IV.5. Hasil Perhitungan Optimasi Kedua
ideal (Ci) lb
Sucker Rod Pump (SRP)
Torsi maksimum (TP) 11500,67 in-lb
Sumur “NSR - 78” Lapangan “D”
Net lift pompa (LN) 677,23 ft
PARAMETER HARGA SATUAN
Beban percepatan (δ) 0,12
Panjang langkah (S) 28 inch
Panjang plunger 0,14
stretch (ep) inch Kecepatan langkah (N) 19 SPM
Panjang tubing stretch 0,15 Produksi total (qt) 213 bfpd
(et) inch
Tekanan statik (Ps) 240,13 psi
Panjang rod stretch 0,61
(er) inch Pwf 84,04 psi

Produktivity Index (PI) 1,36


(et + er) 0,75 inch
δ1 1,86
Efektif plunger stroke 36,38
(SP) inch δ2 -1,58

Pump displecement 254,33 Peak polished rod load 4897,21


(V) bpd (PPRL) lb

Efisiensi Volumetris 90,04 Minimum polished rod load 3754,93


(Ev) % (MPRL) lb

Stress maksimum (Smax) 11079,66 psi


Hydraulic horse power 0,88
(Hh) Hp Stress minimum (Smin) 8495,32 psi
Friction horse power 0,53 Stress allowable (SA) 843,43 psi
(Hf) Hp
Counter balance efect ideal 4326,07
Break horse power 2,11 (Ci) lb
(Hb) Hp
Torsi maksimum (TP) 11024,18 in-lb

Net lift pompa (LN) 677,23 ft


Perhitungan optimasi kedua
diperoleh nilai panjang langkah (S) sebesar Beban percepatan (δ) 0,14
28 inch, kecepatan langkah (N) sebesar 19 Panjang plunger stretch (ep) 0,17 inch
spm, produksi total (qt) sebesar 213 bfpd,
dengan Pwf sebesar 84,04 psi dapat dilihat
pada Gambar 6.3 dan Tabel IV.4. pada
halaman selanjutnya.
Tabel VI.6. Hasil Perhitungan Optimasi Peak polished rod load 3862,03
Kedua Sucker Rod Pump (SRP) (PPRL) lb

Minimum polished rod 2879,01


Sumur “NSR - 78” Lapangan “D” load (MPRL) lb
(Lanjutan)
Stress maksimum (Smax) 8737,62 psi

Stress minimum (Smin) 6513,60 psi


PARAMETER HARGA SATUAN
Stress allowable (SA) 709,67 psi
Panjang tubing stretch (et) 0,15 inch
Counter balance efect 3370,52
Panjang rod stretch (er) 0,61 inch ideal (Ci) lb

(et + er) 0,75 inch Torsi maksimum (TP) 18810,99 in-lb

Efektif plunger stroke (SP) 27,41 inch Net lift pompa (LN) 677,23 ft

Pump displecement (V) 242,73 bpd Beban percepatan (δ) 0,09

Efisiensi Volumetris (Ev) 87,75 % Panjang plunger stretch 0,11


(ep) inch
Hydraulic horse power (Hh) 0,82 Hp
Panjang tubing stretch 0,15
Friction horse power (Hf) 0,51 Hp (et) inch

Break horse power (Hb) 1,99 Hp Panjang rod stretch (er) 0,61 inch

(et + er) 0,75 inch


Perhitungan optimasi ketiga Efektif plunger stroke 56,35
diperoleh nilai panjang langkah (S) sebesar (SP) inch
57 inch, kecepatan langkah (N) sebesar
Pump displecement (V) 278,36 bpd
10,6 spm, produksi total (qt) sebesar 250
bfpd, dengan Pwf sebesar 84,04 psi dapat Efisiensi Volumetris
89,81 %
dilihat pada Gambar 6.4. di bawah ini dan (Ev)
Tabel IV.7. pada halaman selanjutnya. Hydraulic horse power 0,96
(Hh) Hp

Friction horse power (Hf) 0,58 Hp


Tabel IV.7. Hasil Optimasi Ketiga
Break horse power (Hb) 2,30 Hp
Sucker Rod Pump (SRP)
Sumur “NSR-78” Lapangan “D”

PARAMETER HARGA SATUAN


Hasil evaluasi, optimasi pertama,
optimasi kedua dan optimasi ketiga
Panjang langkah (S) 57 inch terangkum dalam Tabel IV.8. pada
Kecepatan langkah (N) 10,6 SPM halaman selanjutnya.

Produksi total (qt) 250 bfpd

Tekanan statik (Ps) 240,13 psi

Pwf 84,04 psi

ProduktiIVty Index (PI) 1,60

δ1 1,18

δ2 -1,00
Tabel IV.8. Hasil Evaluasi dan Optimasi Sucker Rod Pump (SRP)
Sumur “NSR-78” Lapangan “D”
Evaluasi
Optimasi Optimasi Optimasi Satuan
Parameter Pompa
Pompa I Pompa II Pompa III
terpasang
Qt 172,67 229 213 250 bpd
Ps 240,13 240,13 240,13 240,13 psi
Pwf 84,04 84,04 84,04 84,04 psi
PI 1,11 1,47 1,36 1,60 psi
L 929,87 929,87 929,87 929,87 ft
Wr 1446,96 1515,84 1515,84 1515,84 lb
Wf 830,11 971,67 971,67 971,67 lb
α1 - 0,16 1,86 1,18 -
α2 - 0,08 -1,58 -1,00 -
PPRL 2574,76 2309,93 4897,21 3862,03 lb
MPRL 1008,15 1244,33 3754,93 2879,01 lb
Stress max 5825,24 5226,08 11079,66 8737,62 psi
Stress min 2280,88 2815,22 8495,32 6513,60 psi
SA 423,96 460,03 843,43 709,67 psi
Ci 1791,45 1777,13 4326,07 3370,52 lb
TP 32296,45 11500,67 11024,18 18810,99 inch-lb
LN 677,14 677,23 677,23 677,23 ft
Hh 0,661 0,88 0,82 0,96 Hp
Hf 0,946 0,53 0,51 0,58 Hp
Hb 2,410 2,11 1,99 2,30 Hp
N 10,5 15 19 10,6 spm
S 74 37 28 57 inch
α 0,21 0,12 0,14 0,09 -
ep 0,24 0,14 0,17 0,11 inch
et 0,15 0,15 0,15 0,15 inch
er 0,61 0,61 0,61 0,61 inch
(et+er) 0,75 0,75 0,75 0,75 inch
Sp 73,3 36,38 27,41 56,35 inch
V 479,43 254,33 242,73 278,36 bpd
EV 36,02 90,04 87,75 89,81 %
Hasil analisa terhadap sumur “NSR-
78” meliputi data sonolog dan dynamometer,
berdasarkan hasil dynamometer card bahwa
pompa tersebut mengalami fluid pound
dimana pengisian pompa yang sebagian pada
waktu down stoke, ketika pompa menembus
fluida pada waktu down stroke, goncangan
dan kehilangan atau penurunan beban pada
polished rod secara tiba-tiba akan terjadi.
Berdasarkan data evaluasi maka
masalah pompa bisa diatasi dengan cara
memasang pompa berukuran lebih kecil,
kurangi kecepatan pompa (S) dan panjang
langkah (N). Jika semua itu sudah dilakukan
maka pompa dapat bekerja dengan maksimal.
Dimana efisiensi volumetris pompa sumur
“NSR-78” setelah dilakukan optimasi dapat
mencapai 90,04% (optimasi pertama),
87,75% (optimasi kedua), 89,81%
(optimasi ketiga) dimana sebelum dilakukan
optimasi yaitu hanya sebesar 36,021%
(evaluasi).
Optimasi telah dilakukan, maka yang
terbaik adalah optimasi pertama dengan hasil
qt 229 bpd, pump displacement (V) 254,33
bpd dan efisiensi volumetris (EV) sebesar
90,04 % terjadi peningkatan sehingga pompa
dikatakan bekerja dengan efisien.

Anda mungkin juga menyukai