02 Desember 2020
Abstract: In producing oil, it is very important to calculate the maximum flow rate and the optimum flow rate.
Therefore it is necessary to do a nodal system analysis. Analysis of the nodal system is a combination of the IPR Curve
and the Outflow Curve, where the optimum flow rate of the well will be obtained. Nodal system analysis is a method
that can be used to improve well performance. The procedure for determining the pressure loss used is the Hagedorn &
Brown correlation by determining the outflow curve using Pressure Traverse. In this case the nodal point is placed at
the bottom of the well, so the inflow curve will consist of IPR, while the outflow curve will use Pressure Traverse and
with Pwf (pressure at the bottom of the well). For the maximum flow rate at TCS well is 2,881.688 BFPD and the
optimum pump flow rate is 1,500 BFPD. So that this well is very suitable to use an ESP pump.
Keywords: IPR, Optimum Flow Rate, Nodal, Pressure Traverse, Outflow
Abstrak: Dalam memproduksikan minyak sangat penting dalam menghitung laju alir maksimal dan laju alir
optimum. Oleh karena itu perlu dilakukannya analisis sistem nodal. Analisis sistem nodal adalah penggabungan antara
Kurva IPR dengan Kurva Outflow, dimana akan didapat laju alir optimum sumur tersebut. Analisis sistem nodal
merupakan metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja sumur. Prosedur untuk menentukan kehilangan
tekanan yang digunakan adalah korelasi Hagedorn & Brown dengan menentukan kurva outflow menggunakan
Pressure Traverse. Dalam hal ini titik nodal diletakan di dasar sumur, maka pembuatan kurva inflow terdiri dari IPR,
sedangkan pembuatan Kurva outflow akan menggunakan Pressure Traverse dan dengan Pwf (tekanan di dasar sumur).
Untuk laju alir maksimum pada Sumur TCS adalah 2.881,688 BFPD dan laju alir optimum pompa adalah 1.500
BFPD. Sehingga sumur ini sangat cocok menggunakan pompa ESP.
Kata kunci : IPR, Qoptimum, Nodal, Pressure Traverse
33
Volume 11 No. 02 Desember 2020
tertentu. Tetapi jika P dari pompa diketahui, 3. Mengetahui jenis lifting yang bekerja secara
maka kelakuan produksi dari pompa tersebut optimum pada Sumur.
dapat ditentukan dengan menggunakan analisis
sistem nodal (nodal system analysis). 1.4 Manfaat Penelitian
Penentukan laju produksi optimum Manfaat yang ingin dicapai dalam
pada suatu sumur maka kita harus mengetahui pelaksanaan penelitian antara lain :
terlebih dahulu potensi reservoir dengan 1. Dapat mengetahui nilai productivity index
menggunakan perhitungan inflow performance dengan kurva IPR dan laju alir optimum
relationship (IPR), yang merupakan gambaran pada Sumur.
potensi maksimum dari suatu sumur. IPR yang 2. Dapat mengetahui produksi sumur di masa
digunakan tergantung pada fasa fluida akan datang jika terjadi penurunan tekanan
produksinya. (pressure).
Pada saat produksinya ikut 3. Dapat mengetahui jenis lifting yang bekerja
terproduksikan sejumlah gas yang berasal dari secara optimum pada Sumur.
solution gas. Oleh karena itu, dalam
analisisnya digunakan IPR dua fasa 2. TEORI DASAR
menggunakan Metode Vogel. Selain itu, 2.1 Productivity Index (PI)
dipilihnya analisis IPR dua fasa Metode Vogel Productivity index (PI) merupakan
dalam penentuan laju alir optimum karena indeks yang digunakan untuk menyatakan
kondisi reservoir di lapangan dapat kemampuan suatu sumur untuk berproduksi
diasumsikan, bahwa karakteristik reservoir pada kondisi tertentu (Kermitt E. Brown,
bersifat homogen dengan tenaga pendorong 1977). PI juga merupakan perbandingan antara
gas terlarut dan tekanan reservoirnya di bawah laju produksi (Q) terhadap selisih antara
bubble point. Mengingat pentingnya tekanan statik (Ps) sumur dengan tekanan alir
penentuan laju alir optimum, maka Penulis dasar sumur (Pwf), dengan rumus sebagai
melakukan penelitian dengan analisis performa berikut:
sumur dengan IPR Metode Vogel dan PI =
melakukan evaluasi terhadap tubing terpasang
Dimana:
dengan analisis nodal agar sistem produksi
PI = productivity index (BFPD/psia)
terpasang bekerja dengan optimal.
Q = laju produksi fluida (BFPD)
1.2 Batasan Masalah
Ps = tekanan statik sumur (psia)
Dalam penelitian ini Penulis,
Pwf = tekanan alir dasar sumur (psia)
memfokuskan bahasan pada potensi
maksimum produksi sumur dengan IPR
2.2 Inflow Performance Relationship (IPR)
Metode Vogel dan analisis nodal untuk
Inflow performance relationship (IPR)
mengetahui Qoptimum tubing pada Sumur TCS.
adalah suatu parameter yang menunjukan
1.3 Tujuan Penelitian
produktivitas suatu sumur yang ditampilkan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
dalam kurva hubungan antara tekanan alir
pelaksanaan penelitian ini antara lain:
dasar sumur dengan laju produksi (Kermitt E.
1. Mengetahui potensi produksi maksimum
Brown, 1977). Berdasarkan kondisi tekananya,
Sumur dengan menggunakan perhitungan
kelakuan fluida dalam media berpori dapat
inflow performance relationship (IPR)
dibedakan menjadi dua, yaitu: di atas tekanan
Metode Vogel dan evaluasi tubing dengan
bubble point (Pb) dan di bawah bubble point
analisis nodal pada laju alir optimum
(Pb).
sumur.
Pada saat tekanan di atas bubble point
2. Memprediksi laju alir optimum pada masa
pressure, kondisi fluida yang mengalir adalah
mendatang jika terjadi penurunan tekanan
satu fasa minyak. Ada kalanya air juga ikut
(pressure).
terproduksi, akan tetapi dalam jumlah tertentu
masih dapat dianggap satu fasa cairan. Di
34
Volume 11 No. 02 Desember 2020
35
Volume 11 No. 02 Desember 2020
36
Volume 11 No. 02 Desember 2020
perkiraan penurunan tekanan aliran sepanjang gradien tekanan yang dihasilkan atau terhadap
pipa: grafik distribusi tekanan sepanjang pipa.
2.5.1 Metode Hagedorn and Brown
Usaha yang dilakukan oleh Hagedorn 3. METODOLOGI PENELITIAN
dan Brown adalah membuat suatu korelasi 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
perhitungan gradien tekanan yang dapat Penulis mulai melaksanakan penelitian
digunakan pada range laju aliran yang sering pada tanggal 1 s.d. 30 Juni 2020 yang
ditemui dalam praktek, range GLR yang luas, dilaksanakan dengan metode kajian pustaka di
dapat digunakan untuk setiap ukuran tubing Kampus Politeknik Akamigas Palembang.
serta berbagai sifat fisik dari pada fluida yang 3.2 Tahapan Pengolahan Data
mengalir. Setelah data dikumpulkan, maka
2.5.2. Korelasi Faktor Gesekan Dalam Hold dilakukan tahap selanjutnya yaitu pengolahan
Up data. Dalam penelitian ini Penulis melakukan
Baik liquid hold up maupun pola aliran analisis nodal pada sumur yang menggunakan
tidak diukur selama studi Hagedorn dan pompa ESP sebagai berikut:
Brown, meskipun korelasi untuk liquid hold up a. Membuat Kurva IPR dengan Persamaan
disajikan. Korelasi tersebut dikembangkan Vogel
dengan mengasumsikan bahwa faktor gesekan Langkah-langkah dalam pembuatan
1 fasa dapat diperoleh dari diagram Moody kurva IPR sebagai berikut :
yang didasarkan pada Reynolds Number 2 1. Siapkan data sebagai berikut :
fasa. a) Tekanan reservoir (Pr) (psia)
Nilai HL yang diperoleh belum tentu b) Tekanan dasar sumur (Pwf) (psia)
liquid holdup yang sebenarnya, tapi itu adalah c) Test laju produksi (Q) (STB/day)
nilai yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan 2. Hitung nilai Productivity Index (PI),
kehilangan tekanan dan faktor gesekan yang (STB/day/psia)
dipilih. Beberapa bilangan berdimensi yang 3. PI =
digunakan untuk mengkorelasikan HL dan dua
faktor koreksi sekunder. 4. Hitung laju gross produksi maksimum
(Qmax) (STB/day)
2.5.3. Korelasi Gradien Tekanan Aliran
Vertikal dalam Pipa 5. Qmax =
( ) ( )
Ketelitian dari pada korelasi-korelasi
gradien tekanan yang telah dibahas 6. Buat tabel Pwf asumsi versus Q
sebelumnya, cukup baik, sehingga sesuai 7. ( ) ( )
untuk dapat digunakan dalam beberapa hal
Dimana:
berikut ini:
Q = laju produksi fluida (BFPD)
1. Untuk pemilihan ukuran tubing yang tepat.
Qmax = laju produksi fluida maksimum
2. Untuk perencanaan artificial lift.
(BFPD)
3. Untuk penentuan tekanan aliran dasar
Pwf = tekanan alir dasar sumur (psia)
sumur.
Ps = tekanan reservoir (psia)
4. Untuk penentuan productivity index dari
8. Untuk membuat kurva IPR plot-lah data Pwf
pada sumur.
dan Q yang telah didapat pada langkah ke-4
5. Perkiraan laju produksi yang maksimum.
dengan Q pada sumbu X dan Pwf pada
Dalam penggunaan korelasi
sumbu Y.
perhitungan gradien tekanan tersebut,
b. Membuat Kurva Tubing Performance
diperlukan pengertian tentang pengaruh
Curve
beberapa variabel, misalnya diameter pipa,
1. Siapkan data penunjang, yaitu :
laju produksi, perbandingan gas dengan cairan,
a) kedalaman sumur (D),
water cut, densitas dan sebagainya terhadap
b) panjang pipa salur (L),
c) diameter tubing (dt),
37
Volume 11 No. 02 Desember 2020
38
Volume 11 No. 02 Desember 2020
39
Volume 11 No. 02 Desember 2020
40
Volume 11 No. 02 Desember 2020
sesuai adalah ukuran tubing yang mampu yang optimal untuk digunakan pada sumur
mencapai atau mendekati target laju produksi TCS berukuran 3 1/2”OD.
optimal pada sumur migas dengan ukuran 2. Hasil analisis sistem nodal pada Sumur
tubing yang terpilih, yaitu 3 1/2” (OD) dengan TCS dapat diprediksi Qoptimum dimasa yang
laju produksi optimal 1.500 BFPD. akan datang adalah pada tekanan 1.123 psi
didapat Qoptimum sebesar 1.500 BFPD dan
Tabel 4.6 Nilai Laju Produksi Optimal Sumur pada tekanan 1.010,7 psi didapatkan
TCS Qoptimum sebesar 1.200 BFPD.
Ukuran Tubing (OD) (in) Qopt (BFPD) 3. Berdasarkan hasil perhitungan kurva IPR
2 3/8 800 yang dilakukan pada Sumur TCS diketahui
2 7/8 1.200 bahwa laju alir maksimum pada sumur ini
3 1/2 1.500
sebesar 2.881,688 BFPD dengan besaran
produktivitas index (PI) sebesar 4,15
bbl/day/psi, maka sumur ini sangat cocok
menggunakan pompa ESP.
DAFTAR PUSTAKA
41
Volume 11 No. 02 Desember 2020
42