Anda di halaman 1dari 16

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Inflow Performance Relationship (IPR)


Inflow Performance Relationship (IPR) pada suatu sumur minyak adalah
kemampuan sumur mengalirkan fluida dari reservoir atau juga dapat didefinisikan
sebagai hubungan antara laju alir dengan tekanan alir dasar sumur. Besarnya
kemampuan sumur mengalirkan fluida tersebut dipengaruhi beberapa hal antara
lain adalah Reservoir Pressure (𝑝̅ ), Pressure Bubble (Pb), Pressure While
Flowing (Pwf), Jari-jari Pengurasan (Re), Permeabilitas Rata Rata (K), Viscositas
Minyak (μ), Factor Volume Formasi (Bo) IPR merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengevaluasi performa reservoir dalam teknik produksi. IPR
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu single phase , two phase, three-phase.

 IPR Single-Phase Reservoir


IPR single-phase adalah IPR yang dipergunakan untuk undersaturated
oil reservoir, yakni ketika pwf berada diatas bubble-point pressure(Pb). Pada
kondisi tersebut gas masih terlarut didalam minyak maka belum ada free gas yang
terbentuk pada laju alir reservoir. Hal ini menyebabkan pada lajur alir fluida
hanya terdiri dari satu fasa, yaitu minyak.
Kurva IPR untuk single-phase reservoir berupa garis lurus yang
ditarik dari tekanan reservoir ke bubble-point pressure. Jika bubble-point
pressure sama dengan 0 psig, makan absolute open flow (AOF) sama dengan
productivity index (J*) dikalikan dengan tekanan reservoir.
Gambar 1-1. Kurva IPR single-phase
Contoh kurva IPR untuk single-phase dapat dilihat pada Gambar 2-1. Dengan
kondisi diatas didapat persamaan productivity index sebagai berikut:

𝑞
𝐽∗ = … (2)
𝑝𝑖 − 𝑝𝑤𝑓

 IPR Two-Phase Reservoir


Ketika tekanan reservoir berada dibawah bubble point pressure (Pb),
gas terlarut akan keluar dari minyak dan menjadi free gas. Free gas menempati
sebagian ruang dari pori sehingga mengurangi aliran dari minyak dan efek ini
dapat dikuantifikasi dengan berkurangnya permeabilitas relatif. Hal ini juga
mengakibatkan viskositas dari minyak menurun dikarenakan berkurangnya
konsentrasi gas terlarut di dalam minyak.

Kombinasi dari perubahan permeabilitas relatif dan perubahan


viskositas mengakibatkan berkurangnya laju alir minyak pada bottom hole
pressure tersebut. Hal ini mengakibatkan deviasi kurva IPR ketika berada di
bawah bubble-point pressure. Semakin rendah tekanan tersebut maka semakin
besar deviasinya. Jika tekanan reservoir (𝑝̅) berada dibawah initial bubble point
pressure (𝑝𝑏 ) maka pada reservoir tersebut terdapat aliran minyak dan gas
sehingga laju alirpada reservoir disebut sebagai two-phase, karena laju alir terdiri
dari dua fasa, yakni minyak dan gas.
Gambar 1-2. Kurva IPR two-phase

Metoda IPR two-phase yang banyak dipergunakan secara luas di industri salah
satunya adalah metoda Vogel. Metode Vogel merupakan suatu korelasi yang
dapat dituliskan melalui persamaan berikut :

𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
𝑞𝑜 = 𝑞𝑚𝑎𝑥 [1 − 0.2 ( ) − 0.8 ( ) ] … (3)
𝑝̅ 𝑝̅

Dimana qmax disebut juga sebagai AOF yaitu debit maksimum yang dapat
dihasilkan oleh reservoir. Secara teoritis, qmax dapat didekati berdasarkan tekanan
reservoir (𝑝̅ ) dan productivity index (J*) diatas bubble-point pressure(𝑝𝑏 ) dengan
persamaan pseudo-steady-state yang biasa dipergunakan

𝐽∗ 𝑝̅
𝑞𝑚𝑎𝑥 = … (4)
1.8

Untuk partial two-phase reservoir, konstanta J* pada metoda Vogel harus


ditentukan berdasarkan tested flowing bottom-hole pressure. Jika tested flowing
bottom-hole pressure (pwf) berada diatas bubble-point pressure(𝑝𝑏 ) makan model
konstanta J* dapat ditentukan dengan
𝑞𝑜
𝐽∗ = … (5)
(𝑝̅ − 𝑝𝑤𝑓 )

Jika tested flowing bottom-hole pressure (pwf) berada dibawah bubble-point


pressure maka konstanta J* ditentukan dengan

𝑞𝑜
𝐽∗ = … (6)
𝑝𝑏 𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
(𝑝̅ − 𝑝𝑏 ) + [1 − 0.2 ( ) − 0.8 (
1.8 𝑝𝑏 𝑝𝑏 ) ]

 IPR Three-Phase Reservoir


IPR three-phase reservoir adalah model IPR yang dipergunakan untuk
reservoir tiga fasa dimana fluida yang mengalir adalah minyak, air, dan gas. Salah
satu metoda IPR ini adalah metodaWiggins yang dikembangkan dari metoda
Vogel. Metoda ini lebih sederhana daripada metoda three-phase reservoir lainya.
Pada metoda Wiggins, diasumsikan bahwa setiap fasa dapat diperlakukan secara
terpisah sehingga debit minyak (qo) dan debit air (qw) dapat dihitung masing-
masing. Persamaan IPR three-phase reservoir Wiggins untuk debit minyak adalah

𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
𝑞𝑜 = 𝑞𝑚𝑎𝑥 [1 − 0.519167 ( ) − 0.481092 ( ) ] … (7)
𝑝̅ 𝑝̅

Sedangkan untuk debit air adalah

𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
𝑞𝑤 = 𝑞𝑚𝑎𝑥 [1 − 0.722235 ( ) − 0.284777 ( ) ] … (8)
𝑝̅ 𝑝̅

Metoda IPR Wiggins dipergunakan untuk reservoir yang memiliki water cut.

1.2 Tubing Performance Relationship (TPR)


Kemampuan suatu formasi untuk memproduksi fluida yang dikandungnya
pada tekanan tertentu dapat diketahui dengan membuat IPR dari masing-masing
sumur. Secara umum, sumur-sumur yang baru ditemukan mempunyai tenaga
pendorong alami berupa energi tekanan yang besar sehingga dapat mengalirkan
fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan. Selanjutnya, untuk mengetahui
banyaknya laju alir yang akan dialirkan menuju permukaan dapat diperkirakan
dengan menggunakan sistem nodal analisi dengan membuat hubungan Inflow
Performance Relationship (IPR) dan Tubing Performace Relationship (TPR).
Tubing Performace Relationship (TPR) merepresentasikan kemampuan
tubing untuk mengalirkan fluida. Optimasi tubing perlu dilakukan untuk
menghasilkan suatu sistem produksi yang optimal. Melalui sistem nodal analisis
dapat diperkirakan besarnya tubing optimum yang akan digunakan untuk suatu
sumur. Pemilihan tubing dapat ditentukan dengan mencari laju alir optimum
setiap sumur menggunakan sensitivity analysis antara kurva TPR dengan variasi
berbagai ukuran tubing terhadap kurva IPR.

1.3 Rumusan Masalah


Setiap Sumur memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda beda, pada
kasus ini terdapat 3 sumur yang sedang berproduksi,untuk stiap sumur memiliki
Inflow Performance Relationship yang berbeda-beda tergantung karakteristik dan
kondisi pada setiap sumur.dari data sumur yang sudah berproduksi selama 20
tahun, dari tahun 2019-2039 ditentkukanlah rumus IPR untuk setiap sumur
dengan menggunakan pendekatan rumus IPR yang sudah ada, dalam hal ini
menggunakan dimensionless IPR.Serta menentukan dan menggambarkan kurva
IPR .Selain itu ditentukanlah TPR yang cocok pada setiap sumur, dengan bantuan
haggerdornbrown correlation.

1.4 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan terjadinya penurunan tekanan reservoir maka digunakan
konsep IPR analitik yangdikembangkan oleh Wiggins untuk menggambarkan
kinerjasumur. Konsep ini didasari oleh prinsip aliran fluida di dalamsistem
multifasa. Persamaan kurva IPR analitik yangdihasilkan akan berbeda untuk
setiap reservoir dengankarakteristik batuan dan fluida yang berbeda
 Dapat mengetahui Kurva dan Persamaan IPR yang sesuai dengan
setiap sumur
 Dapat mengetahui General IPR dari setiap sumur
 Menentukan IPR VS TPR untuk menentukan ukuran Tubing.

1.5 METODOLOGI
1. Persamaan Hagedorn & Brown
Ukuran Tubing : Akurat untuk ukuran tubing antara 1 dan 1.5 inch.
Semakin besar ukuran tubin menyebabkan overpredicted
pada pressure drop
Oil Gravity(API): Overpredicted pada minyak berat (13-25°API)
dan underpredicted pada minyak ringan (40-56°API)
Gas Liquid Ratio (GOR): Pressure drop menjadi overpredicted
pada GLR >5000
Water Cut (WC) : Akurat untuk berbagai nilai water cut
Remarks : Untuk vertical well dan oil viscosity in range 10 cp –
110 cp
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA WELL

WELL-1 Seperti Dibawah :

WELL-2 Seperti Dibawah :


WELL-3 Seperti Dibawah :

Data PR Seperti Dibawah :


2.2 HASIL PERCOBAAN
Well-1
Sampel Data
#2019

Asumsi : Digunakan 2 persamaan IPR yaitu vogel dan wiggins,persamaan vogel


digunakan untuk tahun 2019 karena pada tahun 2019 berdasarkan data produksi
tidak ada produksi air sehingga hanya gas dan minyak yang terpduksi, oleh karena
itu digunakan rumus IPR 2 fasa.
#2021

Dari percobaan diatas maka didapatkan nilai Qmax dari Well-1 sebesar 4639,8
Bpd. Sehingga dari sini kita bisa mendapatkan nilai Qw optimumnya sebesar
734,74 Bpd. Kami memilih nilai Qoptimum yg besar agar lebih sesuai dan
mengahasilkan oil yg lebih banyak juga nantinya. Dan mendapatkan nilai Wc
sebesar 12%.
Lalu mencari TPR dengan persamaan Hagedorn & Brown didapat hasil sebagai
Berikut :

Kami memakai Tubing ukuran 2,7’’ : 3’’ : 3,5’’ sebab untuk memperediksi
jangka waktu produksi sumur dari 2019-2039. Dalam setiap perencanaan ukuran
tubing yang akan digunakan ini, maka pemilihan ukuran diameternya dievaluasi
dari nilai kemampuan produksi sumur yang merupakanindeks produktivitas
(productivity index). Apabila ukuran tubing ini tidak sesuai dengan indeks
produktivitasnya, maka pada sumur tersebut akan lebih cepat terjadi penurunan
laju produksinya.
4000.00
3500.00
3000.00 ps vs qo
2500.00 ps vs qw

2000.00 ps vs qt

1500.00 2,7

1000.00 3

500.00 3,5

0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000

ukuran
tubing Q result
2,7" 1590
3" 1700
3,5" 1800
Well-2
Sampel Data
#2019

Asumsi : Digunakan 2 persamaan IPR yaitu vogel dan wiggins,persamaan vogel


digunakan untuk tahun 2019 karena pada tahun 2019 berdasarkan data produksi
tidak ada produksi air sehingga hanya gas dan minyak yang terpduksi, oleh karena
itu digunakan rumus IPR 2 fasa.
#2021

Dari percobaan diatas maka didapatkan nilai Qmax dari Well-2 sebesar 1044,06
Bpd. Sehingga dari sini kita bisa mendapatkan nilai Qw optimumnya sebesar
154,5247 Bpd. Kami memilih nilai Qoptimum yg besar agar lebih sesuai dan
mengahasilkan oil yg lebih banyak juga nantinya. Dan mendapatkan nilai Wc
sebesar 11%.
Lalu mencari TPR dengan persamaan Hagedorn & Brown didapat hasil sebagai
Berikut :

Kami memakai Tubing ukuran 2,7’’ : 3’’ : 3,5’’ sebab untuk memperediksi
jangka waktu produksi sumur dari 2019-2039. Dalam setiap perencanaan ukuran
tubing yang akan digunakan ini, maka pemilihan ukuran diameternya dievaluasi
dari nilai kemampuan produksi sumur yang merupakanindeks produktivitas
(productivity index). Apabila ukuran tubing ini tidak sesuai dengan indeks
produktivitasnya, maka pada sumur tersebut akan lebih cepat terjadi penurunan
laju produksinya.
4000.00

3500.00

3000.00
Pwf vs Qo
2500.00 Pwf vs Qw

2000.00 PWf vs Qt
2,7
1500.00
3
1000.00 3,5

500.00

0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000

tubing Qrate
2,7 1550
3 1700
3,5 1850
Well-3
Sampel Data
#2019

Asumsi : Digunakan 2 persamaan IPR yaitu vogel dan wiggins,persamaan vogel


digunakan untuk tahun 2019 karena pada tahun 2019 berdasarkan data produksi
tidak ada produksi air sehingga hanya gas dan minyak yang terpduksi, oleh karena
itu digunakan rumus IPR 2 fasa.
#2021

Dari percobaan diatas maka didapatkan nilai Qmax dari Well-3 sebesar 2133,766
Bpd. Sehingga dari sini kita bisa mendapatkan nilai Qw optimumnya sebesar
432,8236 Bpd. Kami memilih nilai Qoptimum yg besar agar lebih sesuai dan
mengahasilkan oil yg lebih banyak juga nantinya. Dan mendapatkan nilai Wc
sebesar 15%.
Lalu mencari TPR dengan persamaan Hagedorn & Brown didapat hasil sebagai
Berikut :

Kami memakai Tubing ukuran 2,7’’ : 3’’ : 3,5’’ sebab untuk memperediksi
jangka waktu produksi sumur dari 2019-2039. Dalam setiap perencanaan ukuran
tubing yang akan digunakan ini, maka pemilihan ukuran diameternya dievaluasi
dari nilai kemampuan produksi sumur yang merupakanindeks produktivitas
(productivity index). Apabila ukuran tubing ini tidak sesuai dengan indeks
produktivitasnya, maka pada sumur tersebut akan lebih cepat terjadi penurunan
laju produksinya.
4000.00

3500.00

3000.00
Pwf vs Qo
2500.00 Pwf vs Qw

2000.00 PWf vs Qt
2,7
1500.00
3
1000.00 3,5

500.00

0.00
0 1E+09 2E+09 3E+09

tubing Qrate
2,7 1550
3 1700
3,5 1850

2.3 KESIMPULAN
Dari percobaan diatas diharapkan pemasangan tubing yg sesuai dengan Q
tubing terhadapa Q optimum dari well bisa mencegah terjadinya problem produksi
dan memproduksi oil dan gas dengan optimal kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://petroleum-learning.blogspot.co.id/2015/12/menentukan-ipr-danmembuat-
kurva-ipr.html
https://www.scribd.com/doc/33223778/Evaluasi-Inflow-Performance-
Relationship-Pada-Sumur-Produksi-Minyak

Anda mungkin juga menyukai