Anda di halaman 1dari 30

118

BAB V
ANALISA SISTEM NODAL

5.1. DASAR TEORI


Sistem sumur produksi, yang menghubungkan antara formasi
produktif dengan separator, dapat dibagi menjadi enam komponen, seperti
ditunjukan di gambar 1-1, yaitu :
1. Komponen formasi produktif/ reservoir
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas reservoir
menuju ke lubang sumur, melalui media berpori. Kelakuan aliran fluida
dalam media berpori ini telah dibahas di modul II, yang dinyatakan
dalam bentuk hubungan antara tekan a alir di dasar sumur dengan laju
produksi.
2. Komponen komplesi
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang sumur akan
mempengruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur.
Berdasarkan analisa di komponen ini, dapat diketahui pengaruh jumlah
lubang perforasi ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi
sumur.
3. Komponen tubing
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak maupun miring, akan
mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang pengaruh ukuran tubing
terhadap laju produksi dapat dilakukan dalam komponen ini.
4. Pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, Dapat dianalisa dalam komponen ini seperti halnya pengaruh
ukuran tubing, dalam komponen tubing.
5. Komponen valve/ jepitan
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau di dalam tubing sebagai
safety valve, akan mempengruhi besar laju produksi yang dihasilkan dari
suatu sumur. Pemilihan ataupun analisa tentang pengaruh ukuran jepitan
terhadap laju produksi dapat dianalisa di komponen ini.
119

6. Komponen separator
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya tekanan
kerja separator. Pengruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju
produksi untuk sistim sumur dapat dilakukan di komponen ini.

Gambar 5.1.
Sistim Sumur Produksi
Keenam komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur
yang akan dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara
memvariasikan ukuran tubing, pipa salur, jepitan , dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida di masing-masing komponen terhadap system
sumur secara keseluruhan akan dianalisa, dengan menggunakan analisa system
nodal.
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan masa ataupun
keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa masa fluida yang keluar dari suatu
komponen akan sama dengan masa fluida yang masukke dalam komponen
120

berikutnya yang saling berhubungan atau tekanan di ujung suatu komponen akan
sama dengan tekanan di ujung komponen yang lain yang berhubungan. Sesuai
dengan gambar 1-1, dalam system sumur produksi dapat ditemui 4 titik nodal,
yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi produktif/
reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah open
hole atau pertemuan antara komponen tubing dengan komponen komplesi
yang diperforasi atau ber gravel pack
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan pertemuan komponen tubing dengan komponen jepitan bila
sumur dilengkapi jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pertemuan antara komponen pipa salur dengan komponen separator
merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/ downstream jepitan
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan
dipasang di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara
komponen tubing di permukaan dengan komponen jepitan apabila jepitan
dipasang di kepala sumur.
Analisa sistim nodal dilakukan dengan membuat diagram tekanan-
laju produksi, yang merupakan grafik yang menghubungkan antara
perubahan tekanan dan laju produksi untuk setiap komponen.
Manfaat Sistem Nodal
1. Optimasi laju produksi
2. Menentukan laju produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam
3. Meramalkan kapan sumur akan mati
121

4. Memeriksa setiap komponen dalam sistem produksi untuk menentukan


adanya hambatan aliran
5. Menentukan saat terbaik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi
sumur sembur buatan atau metode produksi satu ke metode produksi
yang lain.
5.2. LANGKAH KERJA ANALISA NODAL
Prosedur analisa sistem nodal untuk titik nodal di dasar sumur, kepala
sumur ataupun di separator, pada akan diterangkan sebagai berikut :
5.2.1. DASAR SUMUR PADA KONDISI OPEN HOLE
5.2.1.1 Langkah Kerja
1. Langkah 1.
Siapkan data penunjang yaitu
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter Tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas cairan (GLR)
Tekanan Separator (Psep)
Kurva IPR
2. Langkah 2
Pada kertas grafik kartesius, buat sisitem koordinat dengan
tekanan pada sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Langkah 3
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau berdasarkan
peramalan kurva IPR yang diplot pada kertas grafik di langkah 2.
4. Langkah 4
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse baik untuk aliran
horisontal maupun untuk aliran vertikal.
122

5. Langkah 5
Berdasrkan qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traversse untuk
aliran horisontal.
6. Langkah 6
Pilih garis gradien aliran berdasarkan perbandingan gas-cairan
(GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila garis-garis
aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Langkah 7.
Berdasarkan garis gradien aliran pada pressure traverse tersebut,
tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan upstream) dari Psep
(tekanan dowstream).
8. Langkah 8
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal
9. Langkah 9
Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis gradien
aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm, lakukan
interpelosi.
10. Langkah10
Gunaka harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan downsteram) untuk
menetukan tekanan alir dasar sumur (Pwf=tekanan upstream).
11. Langkah 11
Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju produksi yang
lain. Dengan demikian akan diperoleh variassi harga qt terhadap
Pwf.
12. Langkah 12
Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva IPR
(langkah 3).Kurva yang terbenutk disebut kurva tubing intake.
13. Langkah 13.
Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva IPR terdapat
tiga kemungkinan yaitu:
123

a. Kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak dapat


ditentukan titik potongnya.Hal ini berarti bahwa sumur tersebut
mati untuk sistem pipa produksi yang digunakan.
b. Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi
perpanjangan kurva tubing intake dapat memotong kurva IPR.
Apabila hal ini ditemui, ulangi langkah 4 smpai dengan 10 untuk
harga laju produksi lain sehingga kurva tubing intake dapat
memotong kurva IPR.
Disarankan untuk tidak melakukah ekstrapolasi, kecuali apabila
laju produksi yang diperlukan tidak tersedia di pressure
traverse.
c. Kutva tubing memotong kurva IPR dan perpotongan tersebut
memberikan laju produksi qt. Hal ini berarti bahwa untuk sistem
rangkaian tubing didalam sumur dan pipa flowline dipermukaan,
sumur dapat berproduksi sebesar qt.
14. Langkah 14.
Dengan membuat variasi ukurta tubing dan pipa flowline, maka
dapat diperoleh kondisi sistem optimum.
5.2.1.2. Contoh Soal
Diketahui :
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter Tubing = 2 3/8 in
Kadar Air = 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik = 2200 psi
PI = 1 BPD/psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar
sumur sebagai titik nodal.
Perhitungan :
124

1. Pada kertas grafik kartesius, buat sistem koordinat tekanan pada


sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasrkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
Tabel 5.1.
Harga Pwf Berdasarkan Qasumsi

Q asumsi Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700
3. Buat kurva IPR dengan memplot q vs Pwf dari tabel di Langkah 2

Gambar 5.2. Grafik IPR


4. Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan kepala sumur
pada aliran mendatar.
Tabel 5.2.
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse
Qasumsi P sep Pwh
125

(BPD) (Psi) (Psi)


200 100 115
400 100 140
600 100 180
800 100 230
1000 100 275
1500 100 420
5. Tentukan tekanan alir daras sumur, gunakan grafik pressure traverse
aliran tegak untuk diameter tubing 2 3/8 GLR = 400 SCF /STB, KA
= 0 dan q anggapan.
Tabel 5.3.
Harga Pwf dari Grafik Pressure Traverse
Qasumsi Pwh Pwf
(BPD) (Psi) (Psi)
200 115 750
400 140 880
600 180 1030
800 230 1190
1000 275 1370
1500 420 1840
6. Plot q terhadap PWf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar
3.3. Kurva ini disebut Kurva Tubing Intake.

Gambar 5.3. Kurva Tubing Intake


7. Perpotongan antara kurva IPR (inflow performance) dengan kurva
tubing intake (outflow performance), menghasilkan laju produksi
sebesar 900 BPD.
126

8. Laju produksi yang diperoleh 900 BPD.


5.2.2. DASAR SUMUR DIPERFORASI
5.2.2.1. Langkah Kerja
Prosedur perhitungan analisa sisitim nodal pada titik nodal di dasar
sumur untuk kondisi lubang di dasr sumur diperforasi adalah sebagai
berikut :
1. Langkah 1.
Siapkan data penunjang yaitu :
kedalaman sumur (D)
panjang pipa salur (L)
diameter tubing (dt)
diameter pipa salur (dp)
kadar air (KA)
perbandingan gas cairan (GLR)
tekanan separator (Psep)
kurva IPR
table formasi produktif (ft)
permeabilitas formasi per feet (SPF)
panjang lubang perforasi (in)
jari-jari lubang perforasi (in)
teknik perforasi (overbalanced atau underbalanced)
2. Langkah 2
Pada kertas grafik kartesius, buat sistim koordinat dengan tekanan
pada sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Langkah 3
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau berdasarkan
peramalan kurva IPR (lihat modul II) plot kurva IPR pada kertas
grafik di langkah 2. tekanan alir dasar sumur yang diperoleh dari
persamaan kurva IPR merupakan tekanan di permukaan formasi
produktif (sandface).
127

4. Langkah 4
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse baik untuk
aliran horizontal maupun untuk aliran vertikal.
5. Langkah 5
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran horizontal.
6. Langkah 6
Pilih garis gradient aliran berdasarkan perbandingan gas cairan
(GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila garis-garis
aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Langkah 7
Berdasarkan garis gradient aliran pada pressure traverse tersebut,
tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan upstream) dari Psep
(tekanan downstream).
8. Langkah 8
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk
aliran vertikal.
9. Langkah 9
Pilih garis gradient aliran untuk GLR yang diketahui. Apabila
garis gradient aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercantum,
lakukan interpolasi.
10. Langkah 10
Gunakan harga Pwh di langkah 7 (Pwh = tekanan downstream)
untuk menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf = tekanan
upstream).
11. Langkah 11
Ulangi langkah 4-10 untuk harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwf.
12. Langkah 12
128

Hitung tekanan dasar sumur di permukaan formasi produktif,


berdasarkan harga laju produksi yang digunakan di langkah 4-10.
13. Langkah 13
Hitung perbedaan tekanan di dasar sumur, antara tekanan di
permukaan formasi produktif dan kaki tubing, yaitu tekanan dasar
sumur dari langkah 12 dikurangi dengan tekanan dasar sumur dari
langkah 11, pada harga laju produksi yang sama. Plot antara laju
produksi dengan perbedaan tekanan di dasar sumur tersebut.
14. Langkah 14
Berdasarkan data perforasi, hitung kehilangan tekanan sepanjang
perforasi.
15. Langkah 15
Plot perbedaan tekanan (kehilangan tekanan) terhadap laju
produksi pada kertas grafik yang sama dengan plot di langkah 13.
16. Langkah 16
Perpotongan kurva dari langkah 13 dengan langkah 15
menunjukan laju produksi yang diperoleh pada kerapatan
perforasi yang dimaksud.
17. Langkah 17
Dengan mengubah harga kerapatan perforasi maka dapat
ditentukan kerapatan perforasi yang optimum.
5.2.2.2. Contoh Soal
Diketahui :
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter pipa salur = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter tubing = 2 3/8
Kadar air =0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/bbl
Tekanan static = 2200 psi
Tebal formasi produktif = 20 ft
129

Permeabelitas formasi = 162 md


Kerapatan perforasi = 2, 4, 6, 8, 10 SPF
Panjang lubang perforasi = 11,6 in
Diameter lubang perfo = 0,51 in
Teknik perforasi = overbalanced
Factor vol formasi minyak = 1,083 bbl/STB
Viscositas minyak = 2,5 cp
Densitas minyak = 30,0 lbm/ cuft
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar
sumur sebagai titik nodal, dengan memperhitungkan kerapatan perforasi.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesius, buat sistim koordinat dengan tekanan
pada sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasarkan PI=1,0 dan Ps=2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q, yaitu sebagai berikut :
q
Pwf = Ps -
PI
200
Untuk q = 200 bbl/ hari Pwf = 2200 - = 2000 psi
1
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada table berikut :
Tabel 5.4.
Harga Pwf berdasarkan Qasumsi
Q asumsi Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700
3. Berdasarkan hasil perhitungan kehilangan tekanan sepanjang pipa salur
dan tubing untuk beberapa harga laju produksi diperoleh tekanan alir
dasar sumur (di kaki tubing), sebagai berikut :
130

Tabel 5.5.
Harga Pwh dan Pwf dari Pressure Traverse
q
Pwh Pwf
anggapan
200 115 750
400 140 880
600 180 1030
800 230 1190
1000 275 1370
1500 420 1840

4. Hitung perbedaan tekanan antara tekanan di permukaan formasi


produktif dengan tekanan di kaki tubing, sebagai berikut :

Tabel 5.6.
Beda Tekanan pada Tubing
q Pwf Pwf Beda
anggapan (sandface) (tubing) tekanan
200 2000 750 1250
400 1800 880 920
600 1600 1030 570
800 1400 1190 210
1000 1200 1370 -
1500 700 1840 -
Plot perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi di gambar
5. Berdasarkan data perforasi, hitung kehilangan tekanan sepanjang
perforasi untuk kerapatan perforasi 2, 4, 6, 8 dan 10 SPF. Persamaan
kehilangan tekanan sepanjang perforasi untuk data, telah dihitung di
modul II, dan telah di peroleh hubungan berikut :
131

Pwfs Pwf = 0.024621 . q2 + 30,443 . q


Hasil perhitungan kehilangan tekanan untuk setiap kerapatan perforasi
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7.
Kehilangan Tekanan untuk Setiap Kerapatan Perforasi
Laju 2 SPF 4 SPF 6 SPF
Produksi q/ perf dp q/ perf dp q/ perf dp
200 5 152,83 2,50 76,26 1,67 50,81
400 10 306,89 5,00 152,83 3,33 101,75
600 15 462,18 7,50 229,71 5,00 152,83
800 20 618,71 10,00 306,86 6,67 204,05
1000 25 776,46 12,50 384,38 8,33 215,40
1500 37,5 1176,24 18,75 579,46 12,50 384,38
Plot antara perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi pada kertas
grafik di gambar
6. Perpotongan antara kurva perbedaan tekanan di kaki tubing dengan
tekanan di perforasi, menunjuakn laju produksi yang dihasilkan untuk
setiap kerapatan perforasi, yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.8.
Laju produksi untuk setiap Kerapatan Perforasi
Kerapatan Laju
Perfo (SPF) Prod (STB/H)
2 620
4 740
6 790
8 820
10 840
132

Gambar 5.4. Analisa Sistem Nodal untuk Sumur Diperforasi


5.2.3. KEPALA SUMUR TANPA JEPITAN
5.2.3.1. Langkah Kerja
1. Langkah 1
Siapakan data penunjang yaitu :
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter Tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandinagn gas cairan (GLR)
Tekanan superator (P sep)
Kurva IPR
2. Langkah 2
Pada kertas grafik kartesius, buat sistem sumbu dengan tekanan
pada sumbu tegak dan laju priduksi pada sumbu datar.
3. Langkah 3
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
horizontal
133

4. Langkah 4
Berdasrkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure taverse
aliran horizontal.
5. Langkah 5
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
garis gradien aliran tersebut tidak tercantum, lakukan interpolsasi.
6. Langkah 6
Dari P sep tentukan tekanan kepala sumur Pwh dengan
mengunakan garis gradient alir di langkah lima; catat harga pwh
yang diperoleh.
7. Langkah 7
Mengulangi langkah 3 samapi dengan 6 untuk berbagai harga laju
produksi yang lain. Dengan demikian diperoleh variasi harga Qt
tehadap Pwh.
8. Langkah 8
Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2.
* Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa salur
9. Langkah 9
Ambil laju produksi tertentu (qt ) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal.
10. Langkah 10
Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih gravik pressure traverse
aliran vertikal.
11. Langkah 11
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
garis gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak ada, lakukan
Interpolasi.
12. Langkah 12
134

Menurut persamaan IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan


produksi terbaru atau menurut peramalan IPR,hitung tekanan alir
pada dasr sumur (Pwf), pada qt dilangkah 10.
13. Langkah 13
Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur (Pwh) dengan
menggunakan garis gradien aliran pada langkah 11; catat harga
Pwh yang diperoleh.
14. Langkah 14
Ulangi langkah 9 sampai 13 untuk berbagai harga laju produksi
lain. Dengan demikain akan diperoleh variasi harga qt terhadap
Pwh.
15. Langkah 15
Plot harga qt terhadap Pwh dari alngkah 14 pada kertas grafik
dilangkah 2. Kurva yang diperoleh disebut kurva tubing.
16. Langkah 16
Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur,maka sumur akan
terproduksi dengan laju produksi (qt) yang ditentukan dari titk
perpotongan tersebut.
Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur maka sumur
tidak dapat berproduksi untuk sisitem rangkaian pipa tersebut.
Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan tetapi
perpanjanjangan kedua kurva tersebut memberikan kemungkinan
untuk berpotonganmaka ulangi langkah 3 sampai dengan 15 untuk
laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing dan kurva pipa salur
dapat diperpanjang dan kemudian tentukan titik potongnya. Titik
potong ini memberikan laju produksi yang diperoleh.
17. Langkah 17
Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa flowline untuk
brbagai ukuran tubing dan ukuran pipa salur, maka dipilih
pasangan ukuran tubing dan pipa salur yang dapat
menghasilkan laju produksi optimum.
135

5.2.3.2. Contoh Soal


Diketahui :
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter Tubing = 2 3/8 in
Kadar Air = 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik = 2200 psi
PI = 1 BPD/Psi
Tentukan laju produksi dengan menggunkan kepala sumur sebagai
titik nodal tanpa mengunakan jepitan.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasrkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harag q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
Tabel 5.9.
Harga Pwf Berdasarkan Qasumsi

Q asumsi Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700
3. Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan kepala sumur
pada aliran mendatar.
Tabel 5.10.
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse
136

Qasumsi P sep Pwh


(BPD) (Psi) (Psi)
200 100 115
400 100 140
600 100 180
800 100 230
1000 100 275
1500 100 420

4. Plot antara q terhadap Pwh pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Grafik Q vs Pwh


5. Dengan mengunakan grafik pressure traverse untuk aliran
tegak pada masing-masing q, dan diperoleh hasil sebagi
berikut :
Tabel 5.11.
Pwh Untuk Aliran Tegak
Qasumsi Pwf Pwh
(BPD) (Psi) (Psi)
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
137

6. Plot antara q terhadap Pwh pada kertas grafik.

Gambar 5.6. Analisa Nodal dengan Titik Nodal di Kepala Sumur


Tanpa Jepitan
7. Perpotongan antara kurva dilangkah 4 dan 6 memberikan laju
produksi yang diperoleh.
8. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl / hari.
5.2.4. KEPALA SUMUR DENGAN JEPITAN
5.2.4.1. Langkah Kerja
Langkah 1
Siapkan data penunjang, yaitu :
kedalaman sumur (D)
panjang pipa salur (L)
diameter tubing (dt)
diameter pipa salur (dp)
kadar air (KA)
perbandingan gas cairan (GLR)
tekanan separator (Psep)
kurva IPR
ukuran jepitan
Langkah 2
138

Pada kertas grafik kartesius, buat sistim sumbu dengan tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
Langkah 3
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran vertikal.
Langkah 4
Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse untuk
aliran vertical.
Langkah 5
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila tidak
diketahui maka lakukan interpolasi.
Langkah 6
Berdasarkan persamaan IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan produksi
terbaru atau menurut peramalan IPR, hitung tekanan alir dasar sumur
pada harga qt di langkah 3.
Langkah 7
Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur dengan mengguanakan
garis gradient aliran di langkah 5.
Langkah 8
Ulangi langkah 3 sampai dengan 7 untuk berbagai harga laju produksi
yang lain. Dengan demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap
Pwh.
Langkah 9
Plot qt terhadap Pwh dari langkah 8 pada kertas grafik di langkah 2.
kurva yang diperoleh disebut kurva tubing.
Langkah 10
Pilih korelasi aliran fluida dalam jepitan yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
Langkah 11
Berdasarkan korelasi yang dipilih, buat hubungan antara laju produksi
dengan tekanan kepala sumur.
139

Langkah 12
Plot antara laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang diperoleh
dari langkah 11, pada kertas grafik di langkah 2, kurva yang diperoleh
disebut kurva jepitan.
Langkah 13
Perpotongan antara kurva tubing dengan kurva jepitan menunjukan harga
laju produksi yang dihasilkan oleh sumur,denganmenggunakan ukuran
jepitan yang diberikan.
Langkah 14
Untuk mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka buat kurva jepitan dengan dengan mengguankan langkah
11, untuk beberapa ukuran jepitan yang berbeda.
Langkah 15
Perpotongan kurva-kurva jepitan dengan kurva tubing, menunjukan laju
produksi yang diperoleh untuk setiap ukuran jepitan.
5.2.4.2. Contoh Soal
Sama seperti contoh soal 5.2.3.2.
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan
kepala sumur sebagai titik nodal, apabila digunakan jepitan dengan
ukuran 12/64 in. gunakan persamaan Gilbert untuk memperkirakan
kelakuan aliran fluida dalam jepitan.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesius, buat sistim koordinat dengan tekanan
sebagai sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 5.2.3.2. butir 2 telah diperoleh
harga Pwf untuk berbagai laju produksi anggapan. Dengan
mengguanakn grafik pressure traverse untuk aliran tegak, tentukan
Pwh pada masing-masing q, dan diperoleh hasil sebagai berikut :
140

Tabel 5.12.
Pwh pada Masing-Masing Q
Q anggapan Pwf Pwh
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
1500 700 -
3. Plot antara q terhadap Pwh, kurva ini adalah kurva tubing.
4. Buat hubungan antara laju produksi dengan tekanan kepala sumur
dengan mengguanakan persamaan gilbert, dan diperoleh :
Tabel 5.13.
Pwh Berdasarkan persamaan Gilbert
q anggapan Pwh
200 75.34
400 150.68
600 220.02
800 301.36
1000 376.70
1500 565.04
5. Plot laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang diperoleh dari
langkah 4, pada kertas grafik di langkah 2,
6. Tentukan perpotongan antara kurva tubing yang diperoleh dari
langkah 3 dengan kurva jepitan yang diperoleh dari langkah
5.Perpotongan kedua kurva tersebut menunjukan laju produksi sebesar
840 STB/ hari.
5.2.5. SEPARATOR
5.2.5.1. Langkah Kerja
1. Langkah 1
141

Siapkan data penunjang, yaitu :


Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (P sep)
Kurva IPR
2. Langkah 2
Pada kertas grafik kartesius buat sistim sumbu dengan tekanan
pada sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Langkah 3
Plot kurva IPR pada kertas grafik dilangkah 2.
4. Langkah 4
Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran horizontal dan
vertikal.
5. Langkah 5
Pilih grafik pressure traverse aliran vertikal sesuai dengan qt, dt,
dan KA . Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada
grafik, pilih grafik pressure traverse dengan KA yang terdekat.
6. Langkah 6
Pilih kurva gradien tekanan aliran dengan GLR yang diketahui.
Apabila untuk harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradient
alirannya, lakukan interpolasi.
7. Langkah 7
Berdasarkan kurva IPR dilangkah 3, baca harga tekanan alir dasar
sumur( Pwf ) pada qt.
8. Langkah 8
142

Gunakan grafik pressure traverse (langkah 5) dan kurva gradien


aliran (langkah 6) untuk menentukan tekanan kapala sumur Pwh
berdasarkan Pwf
9. Langkah 9
Catat harga Pwh yang diperoleh.
10. Langkah 10
Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai
dengan qt, dp, dan KA. Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang
tersedia pada grafik,pilih grafik pressure traverse dengan harga
KA yang terdekat.
11. Langkah 11
Pilih kurva gradien yang sesuai dengan GLR yang diketahui.
Apabila harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradien
alirannya, lakukan interpolasi.
12. Langkah 12
Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva gradien
aliran (langkah 11) untuk menentukan tekanan masuk di
separator, (Pin) berdasrkan harga Pwh dari langkah 9.
13. Langkah 13
Catat harga P in dan qt.
14. Langkah 14
Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju
produksi. Dengan demikian akan diperoleh hubungan antara Pin
terhadap qt
15. Langkah 15
Plot harga Pin terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
16. Langkah 16
Plot Psep pada sumbu tekanan, dari titik ini tarik garis datar ke
kanan sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
17. Langkah 17 :
143

Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan


diperoleh.
5.2.5.2. Contoh Soal
Diketahui :
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter Tubing = 2 3/8 in
Kadar Air = 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik = 2200 psi
PI = 1 BPD/Psi
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan mengunakan
separator sebagai titik nodal !
Perhitungan :
1. Dengan mengunakan grafik pressure traverse untuk aliran
tegak pada masing-masing q, dan diperoleh hasil sebagi
berikut :
Tabel 5.14.
Pwh Untuk Aliran Tegak
Qasumsi Pwf Pwh
(BPD) (Psi) (Psi)
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
2. Berdasarkan Pwh di langkah 1 tentukan tekanan masuk di
separator untuk beberapa anggapan laju produksi,.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.15.
P in berdasarkan Pressure Traverse
144

Qasumsi Pwh P sep P in


(BPD) (Psi) (Psi) (Psi)
200 610 100 595
400 540 100 525
600 450 100 410
800 330 100 255
1000 180 100 -
3. Plot q terhadap P ins

Gambar 5.7. Grafik q vs P in


4. Plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan. Titik
perpotongan ini menunjukan laju produksi yang di peroleh, yaitu :
q = 900 bbl/hari

Gambar 5.8. Kurva Analisa Nodal dengan titik Nodal di Separator


145

5.3. PEMBAHASAN
Tujuan di lakukannya analisa nodal ini yakni untuk mendapatkan laju
yang optimal. Dari data inflow performance dan outflow pereformance (vertical
lift performance,choke performance,horizontal flow performance, separator).
Adapun manfaat yang di dapat menentukan laju produksi yang dapat diperoleh
secara sembur alam,meramalkan kapan sumur akan mati,memeriksa setiap
komponen dalam sistem produksi untuk mementukan adanya hambatan
aliran,menentukan saat yang terbaik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi
sembur buatan atau metode produksi satu ke metode produksi lainnya. Ada empat
titik nodal yakni, di dasar sumur, di kepala sumur, di jepitan, dan di separator.
Konsep IPR (Inflow Performance Relationship) yakni, hubungan antara
laju alir dan tekanan ( Pwf ). IPR ada 3 jenis yakni, 1 fasa, 2 fasa, dan 3 fasa.
Untuk 1 fasa kondisi di mana Ps di atas Pb, jadi belum terbentuk gelembung-
146

gelembung gas. Untuk 3 fasa reservoirnya adalah open reservoir yakni,


berhubungan dengan aquifer. Kondisi Ps diatas Pb pada awal, namun pada selang
waktu beberapa lama kondisi Ps berada di bawah Pb sehingga, terbentuk gas.
Pada bab ini kita juga membahas mengenai pressure traverse. Kurva ini
memberikan kita kemudahan untuk menentukan harga-harga Pwf ataupun Pwh.
Untuk arah vertical kita dari data Pwh dapat menentukan harga dari Pwf.
Sedangkan untuk yang arah horizontal dari data separator dapat mencari harga
Pwh.
Dari hasil nodal analisis kita akan mendapatkan laju optimum untuk
produksi sumur kita sesuai dengan ukuran tubing dan GLR formasi. Open
reservoir yakni reservoir yang berhubungan dengan aquifer, biasanya reservoir
ini bertenaga pendorong water drive.
Sedangkan closed reservoir yakni, reservoir yang tidak berhubungan
dengan aquifer, biasanya bertenaga pendorong solution/ depletion gas drive.
147

5.4. KESIMPULAN
1. Dari analisa nodal bertujuan untuk memaksimumkan laju produksi
dari sumur produksi kita.
2. Adapun manfaat yang di peroleh yakni :
Optimasi laju produksi.
Mengetahui kapan mengubah ke metode produksi Artificial Lift.
Meramalkan kapan sumur mati .
Menentukan laju produksi dari metode sembur alam.
2. Kurva IPR ada 3 jenis :
IPR 1 Fasa
Kondisi Ps > Pb
IPR 2 Fasa
Kondisi Ps < Pb
Kondisi Ps > Pb
IPR 3 Fasa
Kondisi awal Ps > Pb, setelah beberapa waktu produksi Ps < Pb
Open Reservoir.
3. Dari grafik pressure traverse di dapat untuk mencari Pwh dari P sep
( Arah Horizontal ), dan Pwf dari Pwh ( Arah Vertikal ).
4. Closed reservoir adalah reservoir yang tidak berhubungan dengan
aquiver. Sedangkan open reservoir adalah reservoir yang berhubungan
dengan aquiver.

Anda mungkin juga menyukai