BAB V
ANALISA SISTEM NODAL
6. Komponen separator
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya tekanan
kerja separator. Pengruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju
produksi untuk sistim sumur dapat dilakukan di komponen ini.
Gambar 5.1.
Sistim Sumur Produksi
Keenam komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur
yang akan dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara
memvariasikan ukuran tubing, pipa salur, jepitan , dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida di masing-masing komponen terhadap system
sumur secara keseluruhan akan dianalisa, dengan menggunakan analisa system
nodal.
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan masa ataupun
keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa masa fluida yang keluar dari suatu
komponen akan sama dengan masa fluida yang masukke dalam komponen
120
berikutnya yang saling berhubungan atau tekanan di ujung suatu komponen akan
sama dengan tekanan di ujung komponen yang lain yang berhubungan. Sesuai
dengan gambar 1-1, dalam system sumur produksi dapat ditemui 4 titik nodal,
yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi produktif/
reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah open
hole atau pertemuan antara komponen tubing dengan komponen komplesi
yang diperforasi atau ber gravel pack
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan pertemuan komponen tubing dengan komponen jepitan bila
sumur dilengkapi jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pertemuan antara komponen pipa salur dengan komponen separator
merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/ downstream jepitan
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan
dipasang di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara
komponen tubing di permukaan dengan komponen jepitan apabila jepitan
dipasang di kepala sumur.
Analisa sistim nodal dilakukan dengan membuat diagram tekanan-
laju produksi, yang merupakan grafik yang menghubungkan antara
perubahan tekanan dan laju produksi untuk setiap komponen.
Manfaat Sistem Nodal
1. Optimasi laju produksi
2. Menentukan laju produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam
3. Meramalkan kapan sumur akan mati
121
5. Langkah 5
Berdasrkan qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traversse untuk
aliran horisontal.
6. Langkah 6
Pilih garis gradien aliran berdasarkan perbandingan gas-cairan
(GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila garis-garis
aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Langkah 7.
Berdasarkan garis gradien aliran pada pressure traverse tersebut,
tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan upstream) dari Psep
(tekanan dowstream).
8. Langkah 8
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal
9. Langkah 9
Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis gradien
aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm, lakukan
interpelosi.
10. Langkah10
Gunaka harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan downsteram) untuk
menetukan tekanan alir dasar sumur (Pwf=tekanan upstream).
11. Langkah 11
Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju produksi yang
lain. Dengan demikian akan diperoleh variassi harga qt terhadap
Pwf.
12. Langkah 12
Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva IPR
(langkah 3).Kurva yang terbenutk disebut kurva tubing intake.
13. Langkah 13.
Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva IPR terdapat
tiga kemungkinan yaitu:
123
Q asumsi Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700
3. Buat kurva IPR dengan memplot q vs Pwf dari tabel di Langkah 2
4. Langkah 4
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse baik untuk
aliran horizontal maupun untuk aliran vertikal.
5. Langkah 5
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran horizontal.
6. Langkah 6
Pilih garis gradient aliran berdasarkan perbandingan gas cairan
(GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila garis-garis
aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Langkah 7
Berdasarkan garis gradient aliran pada pressure traverse tersebut,
tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan upstream) dari Psep
(tekanan downstream).
8. Langkah 8
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk
aliran vertikal.
9. Langkah 9
Pilih garis gradient aliran untuk GLR yang diketahui. Apabila
garis gradient aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercantum,
lakukan interpolasi.
10. Langkah 10
Gunakan harga Pwh di langkah 7 (Pwh = tekanan downstream)
untuk menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf = tekanan
upstream).
11. Langkah 11
Ulangi langkah 4-10 untuk harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwf.
12. Langkah 12
128
Tabel 5.5.
Harga Pwh dan Pwf dari Pressure Traverse
q
Pwh Pwf
anggapan
200 115 750
400 140 880
600 180 1030
800 230 1190
1000 275 1370
1500 420 1840
Tabel 5.6.
Beda Tekanan pada Tubing
q Pwf Pwf Beda
anggapan (sandface) (tubing) tekanan
200 2000 750 1250
400 1800 880 920
600 1600 1030 570
800 1400 1190 210
1000 1200 1370 -
1500 700 1840 -
Plot perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi di gambar
5. Berdasarkan data perforasi, hitung kehilangan tekanan sepanjang
perforasi untuk kerapatan perforasi 2, 4, 6, 8 dan 10 SPF. Persamaan
kehilangan tekanan sepanjang perforasi untuk data, telah dihitung di
modul II, dan telah di peroleh hubungan berikut :
131
4. Langkah 4
Berdasrkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure taverse
aliran horizontal.
5. Langkah 5
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
garis gradien aliran tersebut tidak tercantum, lakukan interpolsasi.
6. Langkah 6
Dari P sep tentukan tekanan kepala sumur Pwh dengan
mengunakan garis gradient alir di langkah lima; catat harga pwh
yang diperoleh.
7. Langkah 7
Mengulangi langkah 3 samapi dengan 6 untuk berbagai harga laju
produksi yang lain. Dengan demikian diperoleh variasi harga Qt
tehadap Pwh.
8. Langkah 8
Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2.
* Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa salur
9. Langkah 9
Ambil laju produksi tertentu (qt ) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal.
10. Langkah 10
Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih gravik pressure traverse
aliran vertikal.
11. Langkah 11
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
garis gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak ada, lakukan
Interpolasi.
12. Langkah 12
134
Q asumsi Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
800 1400
1000 1200
1500 700
3. Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan kepala sumur
pada aliran mendatar.
Tabel 5.10.
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse
136
Pada kertas grafik kartesius, buat sistim sumbu dengan tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
Langkah 3
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran vertikal.
Langkah 4
Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse untuk
aliran vertical.
Langkah 5
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila tidak
diketahui maka lakukan interpolasi.
Langkah 6
Berdasarkan persamaan IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan produksi
terbaru atau menurut peramalan IPR, hitung tekanan alir dasar sumur
pada harga qt di langkah 3.
Langkah 7
Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur dengan mengguanakan
garis gradient aliran di langkah 5.
Langkah 8
Ulangi langkah 3 sampai dengan 7 untuk berbagai harga laju produksi
yang lain. Dengan demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap
Pwh.
Langkah 9
Plot qt terhadap Pwh dari langkah 8 pada kertas grafik di langkah 2.
kurva yang diperoleh disebut kurva tubing.
Langkah 10
Pilih korelasi aliran fluida dalam jepitan yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
Langkah 11
Berdasarkan korelasi yang dipilih, buat hubungan antara laju produksi
dengan tekanan kepala sumur.
139
Langkah 12
Plot antara laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang diperoleh
dari langkah 11, pada kertas grafik di langkah 2, kurva yang diperoleh
disebut kurva jepitan.
Langkah 13
Perpotongan antara kurva tubing dengan kurva jepitan menunjukan harga
laju produksi yang dihasilkan oleh sumur,denganmenggunakan ukuran
jepitan yang diberikan.
Langkah 14
Untuk mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka buat kurva jepitan dengan dengan mengguankan langkah
11, untuk beberapa ukuran jepitan yang berbeda.
Langkah 15
Perpotongan kurva-kurva jepitan dengan kurva tubing, menunjukan laju
produksi yang diperoleh untuk setiap ukuran jepitan.
5.2.4.2. Contoh Soal
Sama seperti contoh soal 5.2.3.2.
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan
kepala sumur sebagai titik nodal, apabila digunakan jepitan dengan
ukuran 12/64 in. gunakan persamaan Gilbert untuk memperkirakan
kelakuan aliran fluida dalam jepitan.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesius, buat sistim koordinat dengan tekanan
sebagai sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 5.2.3.2. butir 2 telah diperoleh
harga Pwf untuk berbagai laju produksi anggapan. Dengan
mengguanakn grafik pressure traverse untuk aliran tegak, tentukan
Pwh pada masing-masing q, dan diperoleh hasil sebagai berikut :
140
Tabel 5.12.
Pwh pada Masing-Masing Q
Q anggapan Pwf Pwh
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
1500 700 -
3. Plot antara q terhadap Pwh, kurva ini adalah kurva tubing.
4. Buat hubungan antara laju produksi dengan tekanan kepala sumur
dengan mengguanakan persamaan gilbert, dan diperoleh :
Tabel 5.13.
Pwh Berdasarkan persamaan Gilbert
q anggapan Pwh
200 75.34
400 150.68
600 220.02
800 301.36
1000 376.70
1500 565.04
5. Plot laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang diperoleh dari
langkah 4, pada kertas grafik di langkah 2,
6. Tentukan perpotongan antara kurva tubing yang diperoleh dari
langkah 3 dengan kurva jepitan yang diperoleh dari langkah
5.Perpotongan kedua kurva tersebut menunjukan laju produksi sebesar
840 STB/ hari.
5.2.5. SEPARATOR
5.2.5.1. Langkah Kerja
1. Langkah 1
141
5.3. PEMBAHASAN
Tujuan di lakukannya analisa nodal ini yakni untuk mendapatkan laju
yang optimal. Dari data inflow performance dan outflow pereformance (vertical
lift performance,choke performance,horizontal flow performance, separator).
Adapun manfaat yang di dapat menentukan laju produksi yang dapat diperoleh
secara sembur alam,meramalkan kapan sumur akan mati,memeriksa setiap
komponen dalam sistem produksi untuk mementukan adanya hambatan
aliran,menentukan saat yang terbaik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi
sembur buatan atau metode produksi satu ke metode produksi lainnya. Ada empat
titik nodal yakni, di dasar sumur, di kepala sumur, di jepitan, dan di separator.
Konsep IPR (Inflow Performance Relationship) yakni, hubungan antara
laju alir dan tekanan ( Pwf ). IPR ada 3 jenis yakni, 1 fasa, 2 fasa, dan 3 fasa.
Untuk 1 fasa kondisi di mana Ps di atas Pb, jadi belum terbentuk gelembung-
146
5.4. KESIMPULAN
1. Dari analisa nodal bertujuan untuk memaksimumkan laju produksi
dari sumur produksi kita.
2. Adapun manfaat yang di peroleh yakni :
Optimasi laju produksi.
Mengetahui kapan mengubah ke metode produksi Artificial Lift.
Meramalkan kapan sumur mati .
Menentukan laju produksi dari metode sembur alam.
2. Kurva IPR ada 3 jenis :
IPR 1 Fasa
Kondisi Ps > Pb
IPR 2 Fasa
Kondisi Ps < Pb
Kondisi Ps > Pb
IPR 3 Fasa
Kondisi awal Ps > Pb, setelah beberapa waktu produksi Ps < Pb
Open Reservoir.
3. Dari grafik pressure traverse di dapat untuk mencari Pwh dari P sep
( Arah Horizontal ), dan Pwf dari Pwh ( Arah Vertikal ).
4. Closed reservoir adalah reservoir yang tidak berhubungan dengan
aquiver. Sedangkan open reservoir adalah reservoir yang berhubungan
dengan aquiver.