Anda di halaman 1dari 5

Igor Wimaranda, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal.

210-214

ANALISIS PRESSURE BUILD UP METODE HORNER


MENGGUNAKAN PERSAMAAN P2 SUMUR “X” LAPANGAN “Y” UN-
TUK MENENTUKAN PERFORMA SUMUR GAS

Igor Wimaranda1*, Purnomosidi1


1
Teknik Produksi Migas, PEM Akamigas, Cepu, Blora, 58315
*E-mail: igorwimaranda0@gmail.com

ABSTRAK

Pressure Build Up adalah salah satu dari jenis pengujian sumur dimana sumur ditutup dalam
jangka waktu tertentu tanpa dilakukan proses produksi yang dilakukan pada sumur tersebut.
Digunakan metode horner dengan persamaan kuadrat (P2) untuk mengolah data dari hasil proses
pengujian sumur sehingga dari perhitungan ini didapatkan parameter-parameter dari properti reser-
voir seperti nilai permeabilitas, skin faktor, dan Flow Efficiency. Untuk hasil nilai skin faktor sumur
“X” pada kondisi saat Well Test sebesar +0,26 dengan nilai pwf sebesar 30 psi didapat laju alir gas
sebesar 0,272 MMscfd. Untuk nilai permeabilitas dari reservoir sebesar 4,5 mD sedangkan Flow Effi-
ciency sebesar 0,89. Selain itu, pada penulisan ini juga dilakukan pemodelan dengan kurva IPR
dengan melakukan sensitivitas dari beberapa skin faktor yang bernilai positif dan negatif. Didapatkan
hasil bahwa laju produksi dari sumur “X” dari beberapa skin yang dimodelkan yaitu masing masing
sebesar 0,130 MMscfd., 0,172 MMscfd, 0,192 MMscfd, 0,217 MMscfd dimana laju produksi ini pada
pwf 430 psi. Dilakukan juga Production Forecasting dari produksi Sumur “X” ini sampai dengan ta-
hun 2040 dimana hasilnya masing masing sebesar 0.0117 MMscfd, 0.0048 MMscfd, 0.0081 MMscfd,
0.0100 MMscfd, dan 0.0129 MMscfd.

Kata Kunci : Well Testing, Pressure Build Up, Permeability, Skin Factor

1. PENDAHULUAN

Pada dasarnya baik sumur minyak maupun sumur gas mempunyai kemampuan untuk
mengalirkan fluida secara natural flow (secara alami) ketika waktu pertama kali sumur terse-
but dilakukan proses produksi. Suatu sumur dapat mengangkat fluida ke permukaan secara
natural dikarenakan tekanan dari reservoir masih mampu untuk mengangkat fluida ke per-
mukaan. Untuk mengetahui kemampuan suatu reservoir yang dimiliki oleh suatu sumur maka
dari itu perlu dilakukan adanya well testing.
Well testing merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui kemam-
puan dari suatu lapisan reservoir yang dimiliki oleh suatu sumur didalam mengalirkan fluida.
Well testing ini dapat dilakukan pada saat sebelum maupun sesudah dilakukan produksi pada
sumur tersebut. Ketika sumur tersebut terus diproduksi dan dikuras resrvoirnya, tentunya res-
ervoir dari sumur tersebut akan mengalami penurunan kemampuan didalam mengalirkan sua-
tu fluida. Proses pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan reservoir yang dimil-
iki oleh suatu sumur untuk mengalirkan suatu fluida menuju ke permukaan. Pada dasarnya,
prinsip dari pengujian sumur ini sangatlah sederhana yaitu dengan cara mengganggu kesetim-
bangan dari sumur yang akan di tes. Pada dasarnya secara garis besar terdapat dua jenis well
testing dibagi yaitu berdasarkan tekanan (Pressure Test) dan yang kedua adalah berdasarkan
Uji Deliverabilitas (Back Pressure Test, isochronal test dan modified iscochronal test).
Maka dari itu, well testing dianggap metode yang cukup efisien dan efektif didalam
mengetahui kemampuan lapisan formasi dari suatu sumur dan biasanya dilakukan secara

210
Igor Wimaranda, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 210-214

berkala dalam jangka waktu tertentu seperti halnya yang dilakukan pada sumur “X” Lapangan
“Y”.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Horner dari Pressure Build
Up Test. Pressure Build Up Test merupakan suatu teknik pengujian yang dilakukan dengan
cara memproduksi fluida dari suatu sumur selama jangka waktu tertentu pada laju aliran yang
tetap. Kemudian dilakukan penutupan terhadap sumur tersebut (penutupan dilakukan di bagi-
an wellhead) yang menyebabkan meningkatnya dari tekanan yang dicatat sebagai fungsi wak-
tu.

Gambar Kurva Tekanan dan Laju Alir Terhadap Waktu


Untuk Pressure Build Up Test (Lee, J., 1982)

Pressure Build Up Test ini pada umumnya dilakukan secara berkala yang berfungsi untuk
mengetahui perubahan kemungkinan dari reservoir suatu sumur setelah dilakukan proses
produksi dalam jangka waktu tertentu. Dengan dilakukanya Presure Build Up Test ini ter-
dapat beberapa parameter yang dapat diketahui. Parameter-parameter tersebut diantaranya
adalah sebgai berikut:
• Permeabilitas Formasi
• Flow Efficiency
• Skin Faktor
• Tekanan Reservoir Sumur
• Karakteristik Kerusakan atau Perbaikan Formasi

Untuk menghitung data dari hasil proses penguian sumur dengan metode Pressure Build
Up Test digunakan metode Horner dengan persamaan P2. Metode ini biasanya digunakan un-
tuk sumur dengan reservoir gas. Persaamaan P2 ini memiliki syarat tertentu mengenai kondisi
dari suatu reservoir. Persamaan ini berlaku untuk reservoir gas dimana tekanan pada reservoir
tersebut lebih kecil dari 2000 psi (< 2000 psi) dan jika tekanan dari suatu reservoir gas
melebihi 2000 psi maka persamaan P2 ini tidak dapat digunakan. Dengan persamaan ini per-
tama kali yang harus dilakukan yaitu membuat grafik log-log ΔP2 Vs Waktu (t). Kemudian
untuk grafik yang kedua yaitu membuat grafik semilog antara Pws 2 Vs (tp+ Δt) /Δt (Horner
Time). Dari kurva yang telah dibuat, parameter seperti End of Wellbore Storage, Slope, dan
Tekanan pada saat t = 1 jam dapat diketahui.
Berikut merupakan prosedur dari pengujian Pressure Build Up dengan Persamaan P2:
1) Persiapkan data-data yang digunakan untuk analisa pengujian Pressure Build Up dengan
persamaan P2:
2) Laju Aliran (qsc), MMSCF/D
3) Vskositas gas (µg), cp
4) Kompresibilitas Total (ct), psi-1

211
Igor Wimaranda, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 210-214

5) Faktor Deviasi Gas (Z)


6) Temperatur Reservoir (T), oR
7) Tebal Lapisan (h), ft
8) Jari-Jari Lubang Sumur (rw), ft
9) Waktu Produksi Sebelum Sumur Ditutup (tp), Jam
10) Porositas
𝑡𝑝+ Δt
1) Buat Tabel 𝛥𝑡 = , Pws2 dan (Pws2 . 𝛥pwf 2) Dimana Pwf adalah saat kondisi
Δt
tekanan 𝛥𝑡 = 0
2) Plot (Pws 2 - Pwf 2) terhadap Delta T yang dilakukan pada kertas grafik log-log. Jika
terdapat garis lurus yang menunjukkan kemiringan 45 o (slope =1). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pada data awal menunjukkan adanya pengaruh Wellbore
Storage. Dari garis yang dihasilkan, tentukan titik awal dari penyimpangan kemudian
ukur 1 – 1,5 Log Cycle dari titik yang telah di plot. Kemudian temukan awal dari
tekanan yang tidak terpengaruh oleh efek Wellbore Storage.

𝑡𝑝+ Δt
3) Plot Pws2 terhadap log pada kertas semi log. Kemudian buat garis yang me-
Δt
wakili titik dari kurva tersebut kemudian tentukan kemiringan dari garis tersebut.
𝑡𝑝− Δt
4) Kemudian Ekstrapolasikan garis lurus sampai nilai = 1 untuk mendapatkan
Δt
nilai dari P*2.
5) Hitung harga permeabilitas (k) dengan persamaan sebagai berikut:
1637. qsc . µ . Z . T
K=
m. h
---------------------------------------- (2.1)

Tentukan harga skin faktor (S) dan ΔP skin :

𝑃1ℎ𝑟 2 − Pwf2 𝑘
𝑆 = 1,151[ − 𝑙𝑜𝑔 + 3,23]-------- (2.2)
𝑚 𝜙 . µ . Ct . r𝑤 2

ΔP skin2 = 0,869 x m x s ------------------------------------------- (2.3)

6) Tentukan Efisiensi dari aliran (FE) :

𝑃∗2 . ΔP2 . 𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛2


𝐹𝐸 = 𝑃∗2 . ΔPwf2
--------------------------------------------- (2.4)

3. PEMBAHASAN

Secara Garis Besar pada penulisan paper ini membahas mengenai analisis dan
perhitungan data dari hasil well testing dimana setelah dilakukan pengolahan data dan
perhitungan didapatkan parameter-parameter dari reservoir seperti Permeabilitas, Skin faktor,
dan Flow Efficiency. Untuk hasil dari parameter-parameter sebagai berikut:
• Permeabilitas = 4.5 mD
• Skin Faktor = + 0,26
• Flow Efficiency = 0,89 (89 %)
Dari parameter-parameter diatas bisa diketahui kondisi aktual saat dilakukan well testing
dari Sumur “X” dimana nantinya sebagai dasar untuk proses dilakukanya proses stimulasi
sumur. Dasar acuan yang kuat untuk proses stimulasi sumur pada sumur “X” ini adalah nilai

212
Igor Wimaranda, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 210-214

skin faktor dari sumur ini yaitu bernilai positif sebesar + 0,26. Dengan nilai skin faktor positif
ini dapat diindikasikan bahwa reservoir sumur “X” ini terjadi kerusakan formasi.
Maka dari itu untuk meningkatkan nilai laju alir produksi maka akan dilakukan proses
stimulasi pada sumur ini. Permeabilitas yang dimiliki oleh reservoir Sumur “X” ini juga
tergolong kecil hanya 4.5 mD sehinga dapat disimpulkan bahwa reservoir sumur ini bertipe
tight reservoir. Dengan adanya proses stimulasi, maka diharapkan dapat meningkatkan
besaran dari permeabilitas yang ada sehingga dapat juga meningkatkan laju produksi gas
untuk sumur ini. Untuk nilai flow efficiency dari sumur ini juga mengindikasikan terjadinya
kerusakan formasi karena nilainya kurang dari 1.
Setelah diketahui dari parameter – parameter dari reservoir Sumur “X” ini maka
dilakukan sensitivitas terhadap beberapa skin faktor untuk mengetahui kemampuan produksi
dari Sumur “X” ini. Digunakan aplikasi prosper untuk melakukan pemodelan dari kurva IPR
masing – masing skin faktor. Dilakukan pemodelan dengan 5 skin berbeda dua diantaranya
yaitu skin yang bernilai positif dimana skin tersebut masing - masing bernilai +1 dan +0,26.
Sedangkan untuk skin negatif besaran nilai dari skin negatif yang dilakukan pemodelan yaitu
diantaranya skin sebesar -0,5 , -1,5 , dan -2,5. Untuk hasil dari laju produksi gas masing
masing skin adalah sebagai berikut:
• Skin +1 = 0,130 MMscfd pada pwf 430 psi
• Skin +0,26 = 0,272 MMscfd pada pwf 30 psi
• Skin -0,5 = 0,172 MMsfcd pada pwf 430 psi
• Skin -1,5 = 0,191 MMscfd pada pwf 430 psi
• Skin -2,5 = 0,217 MMscfd pada pwf 430 psi
Nilai produksi diatas didapatkan ketika sumur “X” ini diproduksikan dengan tekanan
dasar alir sumur (PWF) sebesar 430 psi. Dapat dilihat bahwa laju produksi sumur dengan nilai
skin negatif memilki laju alir yang lebih besar jika dibandingkan dengan laju alir pada kondisi
water breakthrough sebelum stimulasi. Itu mengindikasikan telah terjadinya perbaikan
formasi pada sumur “X” ini. Untuk nilai skin pada kondisi setelah stimulasi diatas merupakan
nilai skin asumsi dan tidak real pada kondisi lapangan karena belum dilakukan proses
stimulasi pada Sumur “X” ini. Akan tetapi sudah bisa diketahui untuk laju produksi gas ketika
sumur “X” ini ketika sudah distimulasikan memiliki nilai skin sesuai dengan besaran yang
telah dimodelkan diatas.
Setelah mengetahui kemampuan produksi gas dari sumur “X” ini melalui kurva IPR yang
telah dimodelkan kemudian dilakukan production forecasting untuk mengetahui laju produksi
sumur “X” ini sampai tahun 2040. Untuk hasil forecasting terhadap masing masing skin
adalah seagai berikut:
• Skin +1 = Laju Produksi Tahun 2040 sebesar 0.0048 MMscfd
• Skin +0,26 = Laju Produksi Tahun 2040 sebesar 0.0117 MMscfd
• Skin -0,5 = Laju Produksi Tahun 2040 sebesar 0.0081 MMscfd
• Skin -1,5 = Laju Produksi Tahun 2040 sebesar 0.0100 MMscfd
• Skin -2,5 = Laju Produksi Tahun 2040 sebesar 0.0129 MMscfd
Dari hasil pemodelan production forecasting diatas terdapat perbedaan laju produksi gas
sampai dengan tahun 2040. Perbedaan tersebut sesuai dengan skin yang ada dimana sama
seperti dengan pembahasan yang sebelumnya nilai skin negatif memiliki laju produksi yang
lebuh besar dibandingkan dengan nilai skin positif. Pada kondisi diatas diasumsikan bahwa
hanya terjadi dilakukan proses stimulasi sumur dan setelah itu tidak ada proses stimulasi
sumur sehingga laju rate gas tidak berubah dan turun secara konstan sampai tahun 2040.

213
Igor Wimaranda, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 210-214

4. SIMPULAN

a. Sumur “X” memiliki nilai skin sebesar + 0,26 itu artinya reservoir sumur ini terjadi
kerusakan formasi dan hal ini menjadi pertimbangan untuk dilakukan stimulasi.
b. Dilakukan pemodelan untuk 2 skin dengan nilai positif dimana memiliki nilai yang
berbeda dengan laju alir gas pada pwf 430 psi dan 30 psi yaitu sebesar 0,130
MMscfd dengan pwf 430 psi untuk skin +1 dan 0,272 MMscfd untuk skin +0,26
pada pwf 30 psi.
c. Untuk skin negatif dilakukan sensitivitas dengan 3 nilai skin yang berbeda yaitu
dengan skin -0,5, -1,5, dan -2,5 dimana laju alir gas dengan nilai pwf 430 psi sebesar
0,172 MMscfd, 0,191 MMscfd, dan 0,217 MMscfd.
d. Pemodelan Production Forecasting dilakukan untuk mengetahui kemampuan sumur
hingga tahun 2040 dengan menggunakan 5 skin yang berbeda dan didapatkan laju
alir gas pada tahun 2040 sebesar 0.0117 MMscfd, 0.0048 MMscfd, 0.081 MMscfd,
0.0100 MMscfd, dan 0.0129 MMscfd.
e. Nilai laju produksi gas dari sumur “X” meningkat seiring dengan meningkatnya skin
negatif dimana skin negatif yang memiliki nilai yang paling besar menghasilkan laju
alir gas semakin besar pula.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdassah, Dody, Dr. Ir., “Analisys Transient Tekanan”, Jurusan Teknik Perminyakan, Insti-
tut Teknologi Bandung, 1997.
[2] Brown K. E., ”The Technology of Artificial Lift Method, Vol 1” , Petroleum Publishing Co.,
Tulsa, Oklahoma, 1977.
[3] Earlougher, Robert C.; “Advances in Well Test Analysis”; Monograph Series, SPE, Dallas ;
1977.
[4] Horne Roland N., ”Modern Well Test Analysis””, Petroway, United State of America, 1995
[5] Lee, John., “Well Testing” , Society of Petroleum Engineering of AIME, New York, Dallas,
1982.
[6] Matthews, C. S, Russell, D. G., “Pressure Buildup and Flow Test in Wells” , Henry L.
Doherty Memorial Fund of AIME, Society of , Henry L. Doherty Memorial Fund of AIME,
Society of Petroleum Engineers, Richardson, TX U.S.A

214

Anda mungkin juga menyukai