Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM UJI SUMUR


ANALISA PRESSURE DRAW DOWN

Disusun oleh :
Nama : YUSUF MAHENDRA RUSTANTO
NIM : 113170017
Plug :E

LABORATORIUM UJI SUMUR


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM UJI SUMUR
ANALISA PRESSURE DRAW DOWN

Disusun Oleh :
Nama : YUSUF MAHENDRA RUSTANTO
NIM : 113170017
Plug :E

Disetujui untuk Praktikum uji sumur


Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Yogyakarta, 8 November 2019


Asisten Praktikum,

Andries imanuel L
113160090
4.6. PEMBAHASAN
Pressure drawdown testing (PDD) adalah pengujian sumur yang dilakukan
dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan selama
pengujian berlangsung. Syarat awal dari PDD adalah tekanannya seragam
sebelum dilakukannya test. Dan untuk mendapatkan tekanan yang seragam maka
sebelum melakukan PDD test sumur ditutup terlebih dahulu baru dibuka. Tujuan
dari PDD test adalah untuk memperoleh parameter-parameter yang terdiri dari
permeabilitas formasi (k), faktor skin (S), dan Vp (drainage volume).
Data-data yang dibutuhkan dan digunakan dalam praktikum kali ini adalah
data sumur berupa tekanan, waktu, elapsed time, dan data penunjang lainnya
seperti laju alir produksi (q), kedalamaan (h), porositas (Ø), jari-jari sumur (rw),
viskositas dan faktor volume formasi, temperature (⁰F), pressure intial (Pi), Ct
Langkah pertama yang dilakukan adalah memplot data ∆t dan ∆P pada
grafik log-log. Kemudian membuat garis lurus dengan kemiringan 45o yang
kemudian diletakkan pada ujung awal grafik. setelah itu menentukan wellbore
storage yaitu dengan menentukan titik akhir perpotongan garis 45o dengan grafik.
wellbore storage adalah kemampuan fluida untuk mengisi kolom sumur setelah
sumur kembali dibuka, setelah sebelumnya ditutup selama waktu tertentu.
Langkah selanjutnya ada lah menentukan EOWB (End Of Wellbore Storage)
dengan menghitung 15 garis (1,5 cycle) setelah garis wellbore tadi. Di sini kita
dapatkan EOWB nya 1,9 jam. Penentuan EOWB harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi perhitungan selanjutnya. Setelah mengetahui ∆t dan ∆P nya, yaitu
0,049 jam dan 102 psi, kita bisa menentukan konstanta wellbore storage (Cs) nya,
yaitu sebebsar 0,01201. (Cs) adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya
minyak yang terangkat pada pressure drop tertentu.
Kemudian kita plot lagi log ∆t dan pwf pada grafik semilog. Pada grafik
semilog ini kita dapat menetukan nilai slope (m), permeabilitas (k), P1 jam, skin
(s), Twbs, ∆Ps, pwf, flow efficiency, PI, Tpss ( waktu psuedo steady state), dan
radius pengurasan (re). Pada analisa ini kita kita membuat garis lurus (trendline)
di data terbanyak mulai dari titik EWOB. Dari garis trendline diambil garis lurus
pada saat ∆t 1 jam dan ∆t 10 jam, untuk mendapatkan nilai ∆P 1 jam yaitu 2030
psi dan pada ∆P 10 jam yaitu 1200 psi, kemudian dari nilai tersebut dapat dihitung
harga slope (m) yaitu 830, kemudian didapat P1 jam, yaitu pada saat x bernilai
1. Di mana P1 jam ini merupakan tekanan di mana sumur telah diproduksikan
selama satu jam Berdasarkan hasil perhitungan, tekanan tersebut bernilai 2030 psi.
selanjutnya yaitu menghitung permeabilitas, Permeabilitas merupakan
kemampuan batuan untuk meloloskan fluida. Permeabilitas yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 2,849507119mD,
Setelah mengetahui besarnya permeabilitas, kita bisa menghitung skin.
Skin merupakan parameter yang menunjukkan adanya hambatan aliran pada
formasi. Jika skin bernilai positif, maka terdapat kerusakan pada lubang bor,
sedangkan jika skin berharga negatif, maka terjadi perbaikan yang biasanya terjadi
setelah pengasaman (acidizing). Pada analisa kami, didapat nilai faktor skin -
3,246. Faktor skin merupakan suatu besaran dimensionless yg menyatakan
besarnya tingkat kerusakan formasi. Nilai skin tersebut merupakan nilai Skin Total
(St). Di mana skin total merupakan penjumlahan dari skin akibat damaged (Sd),
skin karena partial completion dan slanted well (Sc+θ), skin akibat perforasi (Sp),
dan pseudo skin (∑Spseudo). (Sd) adalah skin yang disebabkan karena terjadi
kerusakan pada formasi, yaitu terjadi bila konduktivitas fluida di sekitar formasi
berkurang akibat turunnya permeabilitas di sekitar sumur dari harga mula-mula di
formasinya. (Sc+θ) adalah skin yg ditimbulkan oleh partial completion sehingaa
minyak berebut untuk masuk ke lubang bor & menyebabkan turbulence, sehingga
ratenya berkurang. (∑Spseudo) disebut juga skin semu yaitu skin yang diakibatkan
karena adanya perubahan fasa dan rate. Harga skin yang positif ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada lubang bor yang mungkin terjadi karena
adanya filtrat lumpur bor yang meresap ke formasi atau adanya mud cake yang
terlalu tebal di sekitar lubang bor. Karena adanya pengaruh skin, maka akan
terjadi perubahan tekanan pada sumur akibat pengaruh skin (∆Ps). Pada
perhitunganya, didapat ∆Ps sebesar 2343,995 psi. Kaitanya PI dengan ∆Ps bisa
dilihat dari rumusnya, di mana ∆Ps sebagai pengurang dari faktor pembaginya,
sehingga apabila ∆Ps semakin besar, maka faktor pembagi semakin kecil,
akibatnya PI nya semakin besar. Demikian pula sebaliknya. Jadi semakin besar
∆Ps, maka PI nya juga semakin besar.
Setelah itu kita hitung twbs nya dan kita dapatkan nilainya 16,455 jam.
Nilai twbs tersebut bisa kita gunakan untuk menghitung Pwf. Pwf di sini merupakan
tekanan dasar sumur setelah sumur diproduksikan dengan laju produksi konstan
dan wellbore storage telah berakhir, yaitu sebesar 1019.,88 psi.
Flow Efficiency (FE) merupakan perbandingan antara PI aktual
(dipengaruhi skin) dengan PI ideal (bila tidak ada skin (s=0). Selanjutnya kita bisa
menghitung Productivity Index (PI) nya dengan adanya pengaruh skin. PI adalah
nilai yang menunjukkan kemampuan sumur untuk berproduksi. PI yang didapat
sebesar 0,1156 BPD/psi.
Kemudian memplot grafik kartesian ∆t vs Pwf. pada grafik kartesian kita
buat garis trendline di data terbanyak, kemudian saat mulai terjadinya pembelokan
dari grafik kartesian kita membuat garis tegak lurus terhadapa sumbu y pada saat
mulai terjadinya pembelokan dari garis tegak lurus tersebut kita dapat menentukan
nilai dari tpss (waktu dimulainya pseudo steady state) yaitu sekitar 11 jam.
Pada awalnya, rezim aliranya adalah transien di mana belum ada batas
pengurasanya. Setelah mencapai tpss, yaitu waktu dimulainya rezim aliran pseudo
steady state di mana telah terdapat batas, maka dapat ditentukan re (extended
drainage radius) atau jari-jari pengurasan reservoir. Sehingga bisa dikatakan tpss
digunakan untuk menentukan re. Dari perhitungan, kita mendapat harga re nya
171,422 ft. Langkah terakhir, kita kembali ke grafik kartesian ∆t vs Pwf. Kita
menentukan nilai x dan y dengan mengambil 2 data di garis lurus di data
terbanyak. Setelah itu kita hitung δPwf nya dengan mengurangkan salah satu nilai
y dengan y lain yang tepat berada di bawahnya serta mencari nilai δt dengan
mengurangkan nilai x sesuai y yang kita pakai dalam perhitungan δPwf dengan x
di sebelah bawahnya. Dari perhitungan didapat nilai δPwf nya 8 psi dan δt nya 5,5
jam. Setelah mengetahui nilai δPwf dan δt, kita bisa menghitung Vp (drainage
volume) yaitu volume pori-pori yang berisi fluida, yaitu sebebsar 9652500 ft3 atau
sekitar 1719056 bbl.
Perubahan tekanan terhadap waktu (δPwf/δt) di mana semakin lama, maka
perubahan tekananya makin besar. Semakin suatu fluida ditekan, volumenya
semakin kecil. Sehingga alasan kita menghitung volume pori-pori adalah untuk
mengetahui jumlah fluida yang ada pada pori-pori sejauh daerah pengurasan
setelah selang waktu tertentu dengan pengaruh tekanan tertentu. Serta untuk
mengetahui jumlah Vp akibat pengaruh compressibilitas di mana semakin besar
compressibilitas, Vp nya makin kesil dan jumlah fluida juga semakin sedikit.
Analisa PDD dan analisa PBU memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaanya, pengujian dilakukan dengan memproduksikan sumur dengan laju
produksi tetap, sama-sama bisa menentukan permeabilitas formasi (k),
menentukan harga skin (S), dan sama-sama dilakukan penutupan sumur. Bedanya,
pada PBU, penutupan sumur dilakukan sebelum setelah sumur diproduksikan
dengan laju produksi konstan, sedangkan pada PDD, penutupan sumur dilakukan
sebelum sumur diproduksikan. Pengujian sumur dengan metode PDD memiliki
kelebihan. Kelebihan secara ekonomis, kita tetap bisa memproduksikan sumur
selama pengujian ini berlangsung. Pengujian sumur dengan metode PDD
memiliki kelebihan. Kelebihan secara ekonomis, kita tetap bisa memproduksikan
sumur selama pengujian ini berlangsung.
Aplikasi lapangan dari praktikum PDD adalah untuk menganalisa
karakteristik dari reservoir antara lain permeabilitas batuan, skin, productivity
index, tekanan laju alir (Pwf), flow effisiency, radius pengurasan, volume pori-pori
yang semua data tersebut akan menunjang pada proses produksi lebih lanjut.
4.7. KESIMPULAN
Dalam analisa Pressure Drawdown, dapat kita simpulkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Hasil Analisa
EOWB = 1,9 jam
∆t = 0,049 jam
∆P = 102 psi
Cs = 0,01201
Slope (m) = 830 psi/cycle
Permeabilitas (k) = 2,85 mD
Faktor Skin (S) = -3,246
P1jam = 2030 psi
∆Ps = 2343,995 psi
tpss = 11 jam
twbs = 16,45 jam
Pwf = 1019,88 psi
Flow Efficiency (FE) = 2,183%
Index Productivity (PI) = 0,1156 BPD/Psi
δPwf = 8 psi
δt = 5,5 jam
Volume pori yang berisi fluida (Vp) = 9652500 ft3
= 1719056 bbl
2. Pressure drawdown testing (PDD) adalah pengujian sumur yang
dilakukan dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi
konstan selama pengujian berlangsung.
3. Tujuan perhitungan Vp adalah mengetahui jumlah volume pori berisi
fluida akibat pengaruh tekanan dan waktu serta pengaruh
kompresibilitasnya, di mana keduanya berbanding terbalik terhadap Vp.
4. Aplikasi lapangan dari praktikum PDD adalah untuk menganalisa
karakteristik dari reservoir antara lain permeabilitas batuan, skin,
productivity index, tekanan laju alir (Pwf), flow efficiency, radius
pengurasan, volume pori-pori yang semua data tersebut akan menunjang
pada proses produksi lebih lanjut.
5. Pada PBU, pengaruh gangguan impuls tekanan berhenti pada suatu saat
tertentu sebelum mencapai batas pengurasan reservoar. Jarak sejauh
mana gangguan impuls dan tekanan berpengaruh (selama waktu
tertentu) inilah yang disebut radius of investigation (ri). Sedangkan pada
PDD, impuls akan terus berlanjut sampai mengenai batas yang
merupakan jari-jari pengurasan reservoir (re).
6. Kelebihan PDD dibandingkan PBU adalah kita bisa tetap melakukan
produksi minyak selama pengujian sedangkan pada PBU tidak bisa
karena sumur kita tutup.

Anda mungkin juga menyukai