Abstrak
Serangkain uji sumur umumnya dilakukan pada setiap sumur yang telah selesai
dilakukan pengeboran guna memonitor informasi karakterisitik reservoirnya tak terkecuali
pada sumur X ini. Dengan analisa survey PTS tersebut maka letak feedzone dan
produktivitasnya dapat diketahui. Penganalisan dimulai dengan melakukan kalibrasi atau
mengubah data spinner menjadi profil kecepatan fluida (fluidVelocity), kemudian dari
kecepatan fluida dihitung massrate dan Prodcutivity index setiap feed zone. Setelah
dilakukan analisa dari data PTS flowing pada sumur X maka terkonfirmasi bahwa sumur X
memiliki lima feedzone yaitu di kedalaman 769-785 meter, 728-766 meter, 700-713 meter,
604-611 meter, dan 595-597 meter dengan tiap-tiap Kontribusi mass rate secara
berurutan sebesar 11 kg/s, 1.5 Kg/s, 2.5 Kg/s, 3 kg/s dan 8 Kg/s. Sehingga total produksi
sumur X pada tekanan kepala sumur 11 bara adalah sebesar 26 Kg/s. Simulasi
pressureloss dilakukan pada sumur X, maka hasilnya dapat terbilang sesuai dengan data
olahan dari pengukuran alat PTS.
Kata Kunci: Panas Bumi, Survei PTS, Simulasi Wellbore, Kurva Deliverabilitas,
Produktivitas
Pendahuluan
Dalam mendapatkan informasi serta memonitormengenaikeadaanreservoirpanas
bumi baikitubesaran data tekanan,suhu,maupunlajualir massa,salah satunya
dapatdilakukandengan caramenurunkanperalatansurvey bawah pemukaan
setelahdilakukanya pemboraandankomplesisumur.Salahsatusurvey
bawahpermukaantersebut adalah pressure, temperature,
spinner.TujuandilakukanPTSsurvey untukmenentukan zona rekahatau biasa
disebutfeedzoneserta nilaiindex produktivitasdan injektivitasdari tiap masing-masingfeed
zone. Survey PTS sangat berguna menditeksi adanya zona thief zone dan zona dengan
aliranfluidabertemperatur rendah (Janitra Halim, 2011). Pada makalah yang dikerjakan
ini, secara umum penganalisaan terbagi menjadi dua tahapan. Tahapan yang pertama
berupa penganalisaan survey PTS dengan kalibrasi data spinner menjadi mass rate.
Tahapan kedua yaitu melakukan match hasil pembacaan alat PTS dengan hasil simulasi
yang dilakukan.Maka dengan mengetahui informasi-informasi tersebut dari data analisa
terhadap hasil PTS sumur maka dapat direncanakan jumlah mass rate yang diperlukan
agar sumur dapat berkerja secara optimum.
Studi Pustaka
PTS survey atau PressureTemperature Spinner surveymerupakan Suatu survey
bawah sumur yang dilakukan untuk menentukan besarnya tekanan dan suhu dengan
PT Tool serta kecepatan fluida dengan spinner tool.
PelakasanaanPTSsurveyiniumunyadilakukanpadakeadaaninjection, flowing, serta shut
in. PadadasarnyaPTSsurvey injectionmerupakan
jenisPTSyangdilakukanpadasaatkedaansumurterinjeksikanolehair.Dalam
halinialiranfluidapanasmengalirdaridalampermukaanmenujukedalambumi Sedangkan
117
PTSsurvey flowing dilakukan pada saat kedaan sumur sedang mengalir.
Dalamhaliniarahaliranfluidapanasmengalir daridalambumimenuju kepermukaan. Serta
PTS survey shut in dilakukan pada saat keadaan sumur sedang ditutup. PTS shut in
umumnya dilakukan setelah pengeboran sumur geothermal. Hal ini dilakukan untuk
memulihkan suhu sumur sebagai akibat pendinginan oleh fluidapengeboran (Axelsson,
2013). Alat PTS survey yang biasanya digunakan antara lain: PT tool, Spinner,
Centalizer, Kabel, Winch, Weight Sensor dan SRO. Gambar PTS tool dapat dilihat pada
gambar 1 dibawah:
Pengolahan data dengan alat PTS yang sudah di run-in hole kedalam sumur,
selama itu juga alat akan membaca nilai tekanan, remperatur, serta RPM. Tekanan dan
suhu dalam reservoir panas bumi merupakan parameter penting dan berkaitan langsung
dengan suatu fluida (Steingrímsson, 2013). Dari ketiga parameter dari log maka data
selanjutnya diolah.Perhitungan PTS Flowing menggunakan kalibrasi terhadap data
spinnerdengan cara melakukan plot dari frekuensi (radian per second) dengan
cablevelocity (meter per second) (Fahmi, 2015). Nilai Slope pada dasarnya dapat
ditentukan dengan cara membuat crossplot antara RPM dengan CableVelocity. Nilai
Slope rata-rata ditentukan dengan cara memplot nilai slope vs kedalamaan yang
nantinya diambil nilai slope yang terbanyak. Perhitungan FluidVelocity dapat dihitung
dengan rumus berikut:
ࡲࢂ = . ࡾࡼࡹ − ࢂ (1)
ࡿࢋ
Nilai mass rateini dapat menetukan kedalaman titik feedzone. Perhitungan mass rate tiap
feedzone ini juga sangat penting diketahui, karena dengan ini kontribusi feedzone serta
produktivitasnya dapat diketahui (Buscato,2012). Untuk luas lubang sumur dan mass rate
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
118
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589
࣊
= . (ࡵࡰ)(2)
= ࡲࢂ . ࣋ . (3)
Dari data mass rate pada titik feedzone maka prodcutivity index dapat dihitung dengan
persamaan:
ࡼࡵ= (4)
ࡼ࢘ିࡼ࢝ ࢌ
ࢌ࣋࢜
ࢍ࣋ࢉ࢙ࣂା
ࢊࡼ = ࣋࢜
ࡰ
. ࢊࢆ(8)
ି
ࡼ
ࡼ = ࡼ− ࢊࡼ (9)
Metodologi Penelitian
Metode penentuandaerahfeedzone, kontribusi feedzone, nilaiproduktivitas pada
sumur X ini ditentukan dengan terlebih dahuludengan menurunkan alat surveybawah
permukaanyaitu PTS survey
(Pressure,Temperatur,SpinerSurvey)padasaatkeadaanflowing. Perhitungan
parameterreservoirpada PTSflowing digunakankalibrasidaridataspinner.
kemudIandaridata-datayangdidapatmakasetelahdianalisasertadihitung dapat
ditentukandaerah-daerahfeedzone, nilai mass rate tiap feedzone, nilaiProdcutivity
indexdari tiap feedzone. untuk matchdata dapat dilakukan dengan simulasi
pressureLosshomogenous. Dari simulasi pressureLoss yang sudah dilakukan maka
nantinya hasil ini akan dibandingkan dengan data observasi dengan alat apabila data
observasi dengan data simulasi dapat dikatakan match maka bisa disimpulkan bahwa
penentuan titik feedzone dengan mass rate-nya sudah tepat.
Berikut adalah flow chart pengerjaan makalah ini
119
Gambar 2: Prosedur Pengukuran dan Analisa
700
800
AVG P AVG T BPD
900
Gambar 3 di atas didapat dengan memplot pembacaan tekanan dan suhu yang terbaca
pada PT tool.. Hasil pembacaan alat perlu dilakukan peringkasaan data menjadi per 2 2-
meter dan sudah dirata-ratakan
ratakan tiap log up dan log down. Untuk sumur X apabila dilihat
pada gambar 2ini suhu dari dasar sumur hingga di well head berada pada tiitik diatas titik
BPD-nya.
nya. Ciri ini menyimpulkan bahwa fasa tersebut berada pada fasa uap atau
dominated vapor. Selain itu juga dengan melihat suhu yang berada diatas nilai BPD
BPD-nya,
120
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589
dapat diketahui bahwa sumur tersebut merupakan reservoir yang overheat. Penentuan
feedzonedapat
dapat ditentukan dengan melihat adanya perubahan mass rate di suatu
kedalaman yang sebelumnya relative konstan.
0 5 10 15 20 25 30
0 Mass Rate ( Kg/s )
100
200
300
400
Depth ( m )
500
8 kg/s @ 594 m
600 3 kg/s @ 605 m
Gambar 4 di atas didapat dengan melakukan perhitungan dari data spinner yang
dikonfersi ke fluidvelocity dengan persamaan (1) kemudian dihitung mass rate dengan
persamaan (3) Hasil pembacaan alat perlu dilakukan peringkasaan data menjadi per 2 2-
meter dan sudah dirata-ratakan
ratakan tiap log up dan log down. Dari grafik mass rate pada
gambar 3 diatas maka dapat diketahui bahwa sumur X memiliki 5 feedzone
feedzone. Kedalaman
feedzone tersebut adalah 769-785m,
769 728-766m, 700-713m, 604-611m,
611m, dan 595
595-597m
dengan mass rate tiap feedzone secara berurutan adalah 11 Kg/s, 1.5 Kg/s, 2.5 Kg/s, 3
Kg/s dan 8 Kg/s. Dengan data PTS shut in (P static), ܲ௪ , serta mass rate maka dapat
diketahui nilai PI masing–masing
masing feedzone pada sumur X ini dengan rujukan perhitungan
dengan persamaan (4) adalah:
Proses simulasi pressureloss dimulai dengan menentukan nilai mass rate tiap
feedzone dengan acuan hasil analisa survey PTS sebelumnya seperti terlihat pada tabel
1. Kemudian dari data (ambil satu kedalaman paling bawah) ini dihtiung secara berurutan
yaitu nilai fluidvelocity,, bilangan Reynold, friction factor (Fanning) dan nilai pressureloss.
Secara berutuan persamaan merujuk pada persamaan (5), (6), (7). Setelah didapat
ܲ௪ baru maka hitung dP untuk kedalaman selanjutnya dengan menggunakan ܲ௪ yang
baru. Perhitungan dilakukan berulang hingga mencapai tekanan kepala sumur.
121
0 50 100 150 200 250
0 Pressure (Bara) & Temperature (Celcius)
100
200
300
400
500
600
Depth ( m )
700
800
900 P Tool T Tool P Simulasi
T Simulasi Casing 9 5/8" Liner 7"
Gambar 5: Matching data observasi alat dan simulasi untuk tekanan dan suhu
Dari gambar 5 diatas terlihat bahwa data pembacaan alat dengan perhitungan simulasi
apabila dibandingkan maka terlihat bahwa hasil sudah dapat dikatakan match. Hal ini
terlihat dari grafik PT alat berimpit dengan PT simulasi. Dikarenakan simulasi
pressureloss dengan metode homogenous valid. Maka dengan simulasi ini dihitung
kembali penurunan tekanan dari bawah sumur ke kepala sumur dengan laju alir yang
berbeda-beda untuk menentukan kurva deliverabilitasnya. Sehingga dengan kurva
deliverabilitas ini maka produktivitas optimumnya dapat diketahui
30
25
20
m (Kg/s)
15
10
0
Pwh
0 5 10 15 20 25 30
122
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589
Daftar Simbol
ߤ= Viskositas FV = Fluid Velocity
ߩ = Densitas m = Mass rate
A = Luas ܲ= Tekanan Statik
CV = Cable Velocity Pi = Tekanan awal
D = Diameter ܲ௪ = Tekanan alir sumur
g = konstanta gravitasi PI = Productivity Index
dP = Pressure Loss Re = Bilangan Reynold
F = Friction Factor
Daftar pustaka
Acuna, Jorge A. dan Brian A. Arcedera.2005. Two-Phase Flow Behavior and Spinner
Data Analysis in Geothermal Wells. Thirtieth Workshop on Geothermal Reservoir
Engineering Stanford University. Stanford.
Halim, Janitraat. al. 2011. Analisa Pressure Temperature Spinner (PTS) Survey pada
Sumur Panas Bumi Satu Fasa. InstitutTeknologi Bandung. Bandung
Ramadhan, Fahmi dan Bambang Kustono. 2015. Analisis Hasil PTS Survey pada Saat
Komplesi untuk Menentukan Zona Produksi Sumur “X” Lapangan Wayang Windu.
Seminar Nasional Cendikiawan.
Steven, Lynell. 2000. Pressure, Temperature and Flow Logging In Geothermal Wells.
Proceedings Geothermal Congress. Japan
123