Anda di halaman 1dari 6

IOP Publishing Journal Title

Journal XX (XXXX) XXXXXX https://doi.org/XXXX/XXXX

Pengukuran Besaran Fisis Dan Menentukan Nilai Ketidakpastian Relatif


Hasil Percobaan Fisika
Yolla Noer Endah1, Nurlaela fitri Umam2 , Thilapia Eliptika3 dan Adam Malik4
1,2,3,4 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, JL. A.H. Nasution No.105

E-mail:1nfitriumam@gmail.com2thilapiaeliptika@icould.com3endahnyolla@gmail.com 4adammalik@uinsgd.ac.id

Abstract
Pengukuran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai suatu besaran [1]. Praktikum ini bertujuan
menghitung besarnya massa jenis benda (𝜌), menggambarkan grafik hubungan antara massa jenis benda (𝜌) dengan volume
benda (V), penggunaan alat ukur dasar fisika, dan menghitung nilai ketidakpastian dalam pengukuran. Model praktikum yang
digunakan adalah Cookbook Laboratory. Berdasarkan hasil percobaan, tingkat ketelitian massa pada bola besi bernilai 0,43%,
dan bola besi bernilai 0,1 %. Pada pengukuran diameter, semua objek memiliki nilai ketelitian yang baik yaitu bola besi
0,7%, silinder berongga 0,06%, dan kawat 0,6%. Sedangkan pada pengukuran volume tidak ada satupun yang memiliki nilai
ketilitian yang baik. Selain itu juga, hasil praktikum menunjukan bahwa massa jenis (𝜌) berbanding terbalik dengan volume
(v).

Keywords: Pengukuran, alat ukur, ketidakpastian

satu materi yang di praktikumkan dalam jenjang Sekolah


1. Pendahuluan Menengah Atas (SMA) adalah Pengukuran Besaran Fisis.
Proses pembelajaran harus membuat mahasiswa Pengukuran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan, ketuntasan keterampilan dan mendapatkan nilai suatu besaran [9]. Menurut [10]
pengembangan sikap ilmiah dan nilai-nilai mulia dalam cara Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil atau
terintegrasi [2]. Pembelajaran Fisika dengan materi data dalam sebuah penelitian. Sedangkan mengukur berarti
penggunaan alat ukur, merupakan salah satu contoh mata membandingkan suatu nilai yang terukur dengan alat ukur
pelajaran yang mempunyai karakteristik pengetahuan lain yang telah terkalibrasi sebagai referensi (Moriss, 2011)
prosedural dan pengetahuan deklaratif [3] . Selain itu dalam [10].
pengukuran berfungsi untuk menganalisis data mereka untuk
membuat suatu kesimpulan [4]. Salah satu aspek kegiatan Menurut Saifuddin Azwar (2010) dalam [11]
ilmiah di dalam keterampilan Melakukan pengukuran Karakteristik pengukuran, yaitu :
besaran fisis pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai dan handal [5]. 1. Perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat
Model praktikum juga menjadi salah satu bentuk ukur.
pendukung kesuksesan mahasiswa dalam melakukan 2. Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif, yaitu hasil
eksperimen. Praktikum kali ini menggunakan model pengukuran berwujud angka.
praktikum cookbook laboratory. Panduan seperti ‘cookbook’ 3. Hasilnya bersifat deskriptif, artinya hanya sebatas
ini membuat mahasiswa hanya mengikuti langkah-langkah memberikan angka tidak di interprestasikan lebih jauh.
yang telah dituliskan [6],
Ada beberapa jenis pengukuran jika ditinjau dari
2. Landasan Teori pengamatan [12] , yaitu :
Penggunaan metode ilmiah untuk membuktikan konsep-
konsep fisika, dilakukan dengan cara praktik laboratorium a) Pengukuran besaran pokok
[7]. Tujuannya adalah untuk melatih psikomotorik belajar, b) Pengukuran besaran pokok panjang
melatih cara berpikir secara induktif dan deduktif [8]. Salah c) Pengukuran besarana massa [13].
d) Pengukuran besaran turunan

xxxx-xxxx/xx/xxxxxx 1 © xxxx IOP Publishing Ltd


Journal XX (XXXX) XXXXXX Author et al

Besaran turunan adalah kombinasi dari beberapa besaran 3) Neraca


pokok. Neraca Ahaus (Neraca tiga lengan dan Neraca
1). Pengukuran Luas empat lengan). Neraca ini biasanya terdapat di
2). Pengukuran Volume laboratorium untuk praktek-praktek IPA.
3). Massa Jenis
Keterkaitan antara massa dan volume didefinisikan
sebagai massa jenis (𝜌).
𝑚
𝜌=
𝑣

Suatu pengukuran pasti disetari dengan keraguan,


apakah hasil data yang diperoleh benar atau belum. Untuk
menjawab keraguan itu muncul ketidakpastian, joint commite Gambar 3 Neraca Ohauss. Sumber: [11]
for guides in metrology (JCEM) (2018), menjelaskan bahwa
3. Metode
ketidakpastian merupakan bentang nilai yang merupakan
hasil ukur ada dalam rentang tersebut. Ketidakpastian Praktikum ‘Pengukuran besaran fisis’, kami
pengukuran memberikan nilai lebih pada sebuah hasil menggunakan satu buah mikrometer skrup, satu buah jangka
pengukuran [14]. sorong, satu buah neracca Ohauss 4 lengan, satu buah bola
Semakin kecil nilai ketidakpastian, maka semakin baik besi, satu buah bola berongga, satu buah gelas ukur , 10 cm
hasil penelitian dan pengujian. Banyak factor yang kawat, air secukupnya Setelah semua alat dan bahan siap,
mempengaruhi nilai ketidakpastian. Diantaranya, Nilai Skala langkah selanjutnya adalah melakukan kalibrasi pada neraca
Terkecil (NST), Kesalah kalibrasi, kesalahan titik nol, ohauss. Menimbang bola besi, kawat, dan bola berongga
kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, metode secara bergantian. Lalu, mengukur masing-masing benda
samping, kondisi alat uji, pengaruh personil dan kondisi seacara bergantian menggunakan micrometer skrup. Untuk
lingkungan [15]. melakukan pengukuran volume, kita memasukan semua
benda secara bergantian ke dalam gelas ukur yang berisi 300
Alat ukur ml air Kemudian mengukur besarnya selisih volume air
sesudah dimasukan kedalam gelas ukur. Semua percobaan
1) Mikrometer Skrup dillakukan sebanyak 10 kali pengukuran.
Untuk mengukur panjang benda sampai ketelitian
0,01 mm atau 0,001 cm digunakan micrometer sekrup
Mengingat silinder pemutar memiliki 50 skala, maka
4. Hasil dan Pembahasan
kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan
Berikut ini data penelitian langsung yang telah kami
bergeser 0,5 mm/50 = 0,01 mm = 0,001 cm.
lakukan:
Menghitung besar massa jenis (𝝆) pada setiap benda
 Bola besi
𝒎
𝜌1 =
𝒗
𝟔𝟖 𝒙 𝟏𝟎−𝟑
= = 3,4𝑥10−3 kg/m3
𝟐𝟎𝒙𝟏𝟎−𝟑

Gambar 1 Mikrometer skrup Sumber: [11] 𝒎


𝜌2 =
𝒗
2) Jangka Sorong 𝟔𝟖 𝒙 𝟏𝟎−𝟑
= = 3,4𝑥10−3 kg/m3
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat 𝟐𝟎𝒙𝟏𝟎−𝟑

mencapaiseperseratus millimeter , Jangka sorong memiliki


𝒎
tingkat ketelitian 0,1 mm. 𝜌3 =
𝒗
𝟔𝟖 𝒙 𝟏𝟎−𝟑
= = 3,4𝑥10−3 kg/m3
𝟐𝟎𝒙𝟏𝟎−𝟑

𝑚
𝜌4 =
𝑣
68,1 𝑥 10−3
Gambar 2 Jangka sorong. Sumber: [11] = = 2,7 𝑥10−3 kg/m3
25𝑥 10−3

2
Journal XX (XXXX) XXXXXX Author et al

𝑚 56,5,𝑥 10−3
𝜌5 = = = 4,03 𝑥10−3 kg/m3
𝑣 14𝑥 10−3
68,1 𝑥 10−3
= = 2,7 𝑥10−3 kg/m3
25𝑥 10−3 𝑚
𝜌8 =
𝑣
𝑚 56,5,𝑥 10−3
𝜌6 = = = 4,03 𝑥10−3 kg/m3
𝑣 14𝑥 10−3
68,1 𝑥 10−3
= = 2,7 𝑥10−3 kg/m3
25𝑥 10−3 𝑚
𝜌9 =
𝑣
𝑚 56,5,𝑥 10−3
𝜌7 = = = 4,03 𝑥10−3 kg/m3
𝑣 14𝑥 10−3
68,𝑥 10−3
= = 2,95𝑥10−3 kg/m3
23𝑥 10−3 𝑚
𝜌10 =
𝑣
𝑚 56,5,𝑥 10−3
𝜌8 = = = 4,03 𝑥10−3 kg/m3
𝑣 14𝑥 10−3
68,𝑥 10−3
= = 2,95𝑥10−3 kg/m3
23𝑥 10−3
5. Analisis Data
𝑚 Dari hasil pengolahan data, diperoleh data sebagai
𝜌9 =
𝑣 berikut:
68,𝑥 10−3
= = 2,95𝑥10−3 kg/m3
23𝑥 10−3
Table 1 KTP dan KTP Relatif massa
𝑚
𝜌10 = No Jenis benda KTP (g) KTP
𝑣
68,𝑥 10−3 Relatif
= = 2,95𝑥10−3 kg/m3
23𝑥 10−3
1 Bola besi (68,3±0,3) 0,43%

 Silinder berongga 2 Silinder (56,47±0,07) 0,1 %


𝑚 berongga
𝜌1 =
𝑣
56,5 𝑥 10−3 3 Kawat (1,11±0,11) 8,1%
= = 5,65𝑥10−3 kg/m3
10𝑥10−3
Tabel diatas menunjukan bahwa pengukuran massa pada
𝑚 bola besi dan silinder berongga, memiliki nilai KTP relatif
𝜌2 =
𝑣 yang kecil atau kurang dari 1,0 %. Pada bola besi, nilai KTP
56,5 𝑥 10−3
= = 5,65𝑥10−3 kg/m3 relatifnya adalah 0,43%, pada silinder berongga 0,1 % . hal
10𝑥10−3
tersebut menunjukan bawa saat melakukan penngukuran,
𝑚
pembaca melakukannya sangat teliti sehingga nilai KTP nya
𝜌3 = kecil. sesuai dengan teori bahwa Semakin kecil nilai
𝑣
56,5 𝑥 10−3 ketidakpastian, maka semakin baik hasil penelitian dan
= = 5,65𝑥10−3 kg/m3 pengujian [15]. Sedangkan pada kawat, nilai KTP relatifnya
10𝑥10−3
besar yaitu mencapai 8,1% atau melebih 1,0% bahkan
𝑚 hampir mendekati 10%. hal tersebut terjadi karena neraca
𝜌4 =
𝑣 Ohauss yang digunakan sering mengalami error dalam
56,4 𝑥 10−3
= = 3,76𝑥10−3 kg/m3 pengkalibrasian kesalahan titik nol, fluktuasi parameter
15𝑥 10−3
pengukuran, kondisi alat uji, pengaruh personil atau bisa juga
𝑚 disebabkan oleh kondisi lingkungan [15].
𝜌5 =
𝑣
56,4 𝑥 10−3 Table 2 KTP dan KTP Relatif diameter pada diameter
= = 3,76𝑥10−3 kg/m3
15𝑥 10−3
No Jenis benda KTP (mm) KSR
𝑚
𝜌6 =
𝑣 1 Bola besi (2,52±0,02) 0,7 %
56,4 𝑥 10−3 −3 3
= = 3,76𝑥10 kg/m
15𝑥 10−3
2 Silinder (2,722±0,018) 0,06 %
𝑚 berongga
𝜌7 =
𝑣

3
Journal XX (XXXX) XXXXXX Author et al

3 Kawat (5,036 ±4,8) 0,6 % Tabel diatas menunjukan bahwa pengukuran kedalaman
pada silinder berongga dan panjang pada kawat memiliki
Tabel diatas menunjukan bahwa pengukuran diameter nilai KTP yang jauh berbeda. Pada silinder berongga, nilai
pada semua objek memiliki nilai KTP relatif yang kecil atau KTP relatifnya adalah 0,4% sehingga dapat di katakan bahwa
kurang dari 1,0 %. Pada bola besi, nilai KTP relatifnya pengukurannya dikatakan baik sesuai dengan syarat
adalah 0,7%, pada silinder berongga 0,1 % dan pada kawat ketidakpastian Pada kawat, nilai KTP relatifnya adalah 8,1
bernilai 0,6%. Hal tersebut berarti saat melakukan %. Hal tersebut menunjukan bahwa kesalahan terjadi dalam
pengukuran, pembaca melakukannya dengan teliti. Semakin pembacaan alat ukur. Sedangkan pada bola besi tidak
kecil nilai ketidakpastian, maka semakin baik hasil penelitian dilakukan pengukuran, sebab bola besi berbentuk padat.
dan pengujian [15].
Table 5 volume dan massa jenis benda
Table 3 Table 4 KTP dan KSR volume
Silinder
No Jenis benda KTP (ml) KSR Bola besi berongga
Perc
1 Bola besi (22,7 ± 2,7) 11,8 % ΔV ΔV
𝝆 𝝆 (ml)
(ml)
2 Silinder (12,9 ± 2,9) 22,4 %
1 3,4 20 56,5 10
berongga
3 Kawat 0 0 10
2 3,4 20 56,5
Tabel diatas menunjukan bahwa pengukuran volume 10
3 3,4 20 56,5
pada bola besi dan silinder berongga, memiliki nilai KTP
relatif yang sangat besar yaitu melebihi 10%. Pada bola besi, 4 2,7 25 33,76 15
nilai KTP relatifnya adalah 11,8%, pada silinder berongga
22,4% dan kawat bernilai 0. Sebab, saat melakukan 5 2,7 25 33,76 15
pengukuran volume pada kawat, kami tidak melihat
perubahan kenaikan air sedikitpun pada gelas ukur mungkin 6 2,7 25 33,76 15
perubahannya sangat kecil.
7 2,95 23 4,03 14
Table 4 KTP dan KTP Relatif kedalaman atau panjang
8 2,95 23 4,03 14
No Jenis benda KTP (ml) KSR
9 2,95 23 4,03 14
1 Bola besi - -
10 2,95 23 4,03 14
2 Silinder (4,10± 0,02) 0,4 %
berongga
3 Kawat (11,1 ± 0,9) 8,1 %
30
25
20
VOLUME

15
10 ΔV (ml)
5
0
3.4
3.4
3.4

2.7
2.7
2.7
2.95
2.95
2.95
2.95

MASSA JENIS

Grafik 1 hubungan volume dan massa jenis benda pada bola besi

Dari grafik massa jenis pada bola besi menunjukan


bahwa ketika volumenya 20 ml massa jenisnya sebesar
3,4𝑥10−3 kg/m3, ketika volumenya 23 ml massa jenisnya
2,95𝑥10−3 kg/m3, dan ketika volumenya 25 ml, besarnya

4
Journal XX (XXXX) XXXXXX Author et al

massa jenis adalah 2,7 𝑥10−3 kg/m3.Terlihat jelas grafik alat yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu
menunjukan penuruunan ketika volumenya semakin besar. dan di cek keberadaannya apakah baik atau tidak unttuk
ini menunjukan bahwa volume berbanding terbalik dengan digunakan dalam kegiatan praktikum
massa jenis. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keterkaitan
antara massa dan volume didefinisikan sebagai massa jenis
(𝜌) [14]. DAFTAR PUSTAKA
𝑚
𝜌=
𝑣

[1] T. N. Luh, "Uji Kalibrasi (Ketidakpastian


Pengukuran) Neraca Analitik di Laboraturium
20 Biologi," Jurnal FMIPA UNNES, 2017.
15
[2] N. S. Ira and F. S. Dwi, "Analisis Kesalahan
VOLUME

10 Menggunakan Alat Ukur Pada Mahasiswa


5 ΔV (ml) Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI
0 Pontianak," Jurnal Edukasi, 2016.
56.5
56.5
56.5
4.03
4.03
4.03
4.03
33.76
33.76
33.76

[3] E. Murdoko, A. Isa and L. Suharto,


MASSA JENIS
"Pengembangan Media Pembelajaran Alat Ukur
Panjang Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong
Grafik 2 hubungan volume dan massa jenis benda pada untuk Siswa SMA dengan Perangkat Lunak
silinder berongga Construct 2," Unnes Physics Education Journal,
Dari grafik massa jenis pada bola besi menunjukan 2017.
bahwa ketika volumenya 10 ml massa jenisnya sebesar
5,65𝑥10−3 kg/m3, ketika volumenya 14 ml massa jenisnya
[4] F. Ahmad and E. W. Budiawanti, "Pengembangan
4,03 𝑥10−3 kg/m3, dan ketika volumenya 15 ml, besarnya Praktikum Fisika Berbasis Analisis Ketidakpastian
massa jenis adalah 3,76𝑥10−3 kg/m3.Terlihat jelas grafik Pengukuran," Jurnal Materi dan Pembelajaran
menunjukan penuruunan ketika volumenya semakin bbesar. Fisika (JMPF), 2013.
ini menunjukan bahwa volume berbanding terbalik dengan
massa jenis. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keterkaitan [5] D. Rosana, "Alat Ukur Besaran Fisis Laboratorium
antara massa dan volume didefinisikan sebagai massa jenis IPA dan Kalibrasi Alat Ukur," 2014.
(𝜌).
𝑚
𝜌 = [14]
[6] L. N. Afriani, W. Sri and Supartono,
𝑣
"Pengembangan Lembar Kerja Siswa untuk
6. Kesimpulan
Kegiatan Laboratorium Inquiry Materi
Praktikum kali ini bisa di tarik kesimpulan bahwa, Stoikiometri," Journal of Innovative Science
besarnya massa jenis benda bergantung pada massa Education, 2016.
dan volume benda. adapun hubungan antara massa jenis
dengan volume benda adalah berbanding terbalik. [7] A. Fauzy, "Pengembangan model Praktikum Fisika
Dalam menggunakan alat ukur, mahasiswa tidak Berbasis Analisis Ketidakpastian Pengukuran,"
mengalami kesulitan hanya saja masih kurang teliti
Jurnal JMPF, 2013.
dalam membaca skala sehingga sering terjadi error.
Selain faktor itu, error dalam pengukuran terjadi karena
alat yang digunakan tidak terkalibrasi dengan baik atau
[8] Wibowo, "Keterampilan Dasar Mengukur pada
kurang layak digunakan sehingga mempengaruhi Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Negeri
pengukuran. Semarang," Unnes Physics Education Journal,
2013.
7. Saran
Praktikum hendaknya dilakukaan dengan teliti dan [9] N. L. Tirtasari, "Uji Kalibrasi (ketidakpastian
sabar agar memperoleh data yang akurat. Selain itu,

5
Journal XX (XXXX) XXXXXX Author et al

pangukuran) Neraca Analitik di Laboratorium


Biologi FMIPA UNNES," Uji Kalibrasi
(ketidakpastian pangukuran) Neraca Analitik di
Laboratorium Biologi FMIPA UNNES, 2017.

[10] Junaidi, "Komputerisasi Alat Ukur V-R meter untuk


Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-
210," Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 2013.

[11] d. Antika, "Pengukuran( Kalibrasi ) Volume dan


Massa jenis Alumunium," Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 2012.

[12] Mukhlis, "Pembelajaran Model Inquiry Terbimbing


pada Materi Besaran dan Satuan untuk
meningkatkan keterampilan Generik Sains dan
Hasil Belajar Mahasiswa," Lantaida Jurnal, 2017.

[13] Sugiyono, Metode penelitian, Bandung: alfabeta,


2011.

[14] d. Setyawan, "Pengaruh Kontribusi Kepastian


Terhadap Pelaporan Nilai Porositas Menggunakan
Metode Gravimeteri," Jurnal Ilmu Fisika, 2017.

[15] Kristiantoro, "Ketidakpastian Pengukuran pada


Karaskteristik Material Magnet Permanen dengan
Alat Ukur Permagraph," ketidakpastian
Pengukuran pada Karaskteristik Material Magnet
Permanen dengan Alat Ukur Permagraph, 2016.

[16] Djonoputro, Teori ketidak pastian, Bandung: ITB,


1984.

Anda mungkin juga menyukai