MODUL 1
KELAS / D/ 5
KELOMPOK
1. Tujuan Eksperimen
Dengan melakukan praktikum mahasiswa mampu mengukur dan menentukan hasil nilai
dari eksperimen praktikum, mampu mengetahui cara menggunakan alat ukur, mengolah
hasil pengukuran dari hasil eksperimen praktikum.
II. Mistar
Mistar adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk menggambar garis
lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang berbentuk
segitiga. Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk pita dan sebagainya.
V. Gelas Ukur
Gelas ukur meurpakan alat untuk mengukur cairan bening maupun berwarna,
menganalisa yang sifatnya kualitatif dan tidak membutuhkan ketelitian tingkat tinggi.
Gelas ini umumnya terbuat dari bahan yang tahan panas sepertu kaca borosilikat atau
pyrex, sehingga dapat dipakai untuk mengukur cairan panas maupun dingin.
3. Metode
Pada praktikum modul 1 ini, akan digunakan beberapa alat dan bahan yakni meteran,
mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur, potongan kawat dan air. Pertama
kami melakukan percobaan satu-satu menggunakan alat dan bahan yang berbeda sesuai
dengan pasangannya. Percobaan pertama yaitu mengukur meja menggunakan meteran
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang pertama. Percobaan kedua, ketiga, dan
keempat mengukur panjang kawat menggunakan mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup secara berurutan. Percobaan terakhir mengukur volume air
menggunakan gelas ukur. Setiap tabel percobaan terdapat 5 kolom untuk melampirkan
beberapa pengukuran yang telah dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda setiap
kelompoknya. Pastinya akan dihasilkan beberapa angka yang berbeda, beberapa faktor
diantaranya yaitu karena kesalahan manusia (human error) saat melakukan pengukuran,
metode pengukuran yang dilakukan, pembacaan skala ukur ataupun faktor lingkungan
disekitar.
Setelah mendapatkan beberapa hasil perhitungan dari semua percobaan yang telah
dilakukan kami memasukan angka-angka tersebut kedalam tabel dengan satuan
berbeda seperti (cm, mm). Angka yang kami dapatkan tentunya juga berbeda setiap alat
dan bahan yang digunakan, seperti untuk jangka sorong memiliki tingkat ketelitian
sebesar 0,1 mm, dan mikrometer sekrup yang memilki tingkat ketelitian 0,01 mm.
Kemudian setelah memasukan angka pada tabel kami juga menghitung luas maupun
volume bahan yang kami gunakan. Sehingga kami dapat melihat selisih pengukuran satu
dengan yanng lainnya.
Mulai
Mengisi gelas ukur dengan air
Selesai
Apakah pembacaan
menggunakan alat ukur
Apakah sudah
sudah sesuai?
memperhatikan
bacaan alat ukur?
tidak
tidak Ya
Ya
Perhitungan Luas:
1. P x L = 200,0 x 80,0 = 16000,00 1,6 x 104
2. P x L = 200,1 x 80,1 = 16028,01 1,6 x 104
3. P x L = 200,2 x 80,1 = 16036,02 1,6 x 104
4. P x L = 200,3 x 80,2 = 16056,04 1,6 x 104
5. P x L = 200,4 x 80,3 = 16092,12 1,6 x 104
6. P x L = 200,0 x 80,0 = 16000,00 1,6 x 104
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 16000 , 00+16028 , 01+16036 , 02+16056 , 04+ 16092, 12+16000 , 00 96212
∑ Xi= 6
=
6
=
6
¿) = (96212 , 19 ¿ ¿2=9.256 .785 .505
∆ A=
1
n √
√ n ∑ Xi2−¿¿ ¿ ¿ ¿ = 16 6 ( 1.542.803 .7896−1
)−(9.256 .785 .505)
=14,38150
Tabel 1.2 Pengukuran Dimensi Kawat Tembaga (Mikrometer Sekrup & Mistar)
Dimensi
Benda Percobaan ke-
d (mm) L (mm) V (mm3)
Perhitungan Volume:
1 2 1 2
1. π d L= ×3 ,14 (1 ,28) ×48 = 61,73
4 4
1 2 1 2
2. π d L= ×3 ,14 (1 ,28) ×47 = 60,45
4 4
1 2 1 2
3. π d L= ×3 ,14 (1 ,33) ×47 = 65,26
4 4
1 2 1 2
4. π d L= ×3 ,14 (1 ,30) ×48 = 63,68
4 4
1 2 1 2
5. π d L= ×3 ,14 (1 ,30) ×48 = 63,68
4 4
1 2 1 2
6. π d L= ×3 ,14 (1 ,32) × 48 = 65,65
4 4
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 61 , 73+60 , 45+ 65 ,26+ 63 ,68+ 63 , 68+65 , 65 380 , 45
∑ Xi= 6
=
6
=
6
=63 , 4
∑ Xi2 = ¿
¿) = (380 , 45 ¿2 =144742,2025
1
S=
n
√ n ∑ Xi
2−¿¿
¿¿¿
Tabel 1.3 Pengukuran Dimensi Kawat Tembaga (Mikrometer Sekrup & jangka sorong)
Dimensi
Benda Percobaan ke-
d (mm) L (mm) V (mm3)
Perhitungan Volume:
1 2 1 2
1. π d L= ×3 ,14 (2 ,33) ×42 , 32= 180,35
4 4
1 2 1 2
2. π d L= ×3 ,14 (2 ,30) ×42 , 34 = 175,82
4 4
1 2 1 2
3. π d L= ×3 ,14 (2 ,30) ×42 , 42 = 176,15
4 4
1 2 1 2
4. π d L= ×3 ,14 (2 ,31) × 41 , 00= 171,74
4 4
1 2 1 2
5. π d L= ×3 ,14 (2 ,32) × 42 , 40 = 179,15
4 4
1 2 1 2
6. π d L= ×3 ,14 (2 ,33) ×42 , 41 = 180,73
4 4
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 180 , 35+175 , 82+176 , 15+171 ,74 +179 , 15+180 ,73 1063 , 94
∑ Xi= 6
=
6
=
6
=177 ,32
∑ Xi2 = ¿
¿) = (1063 , 94 ¿2 =1131968,3236
1
S=
n
√ n ∑ Xi
2−¿¿
¿¿¿
Dimensi
Percobaan ke-
V (mL) m (g) ρ (g/mL)
ρ = 0 , 95 ± 0 , 01 g/mL
Melihat dari beberapa data yang telah kelompok praktikandapatkan, bisa diketahui bahwa
masing-masing alat pengukuran digunakan dengan kebutuhan yang diperlukan. Misalkan
saja pada perhitungan kawat tembaga, dimana pada praktikum kali ini diperlukannya
perhitungan diameter dan juga panjang dari kawat tersebut guna menemukan volume dari
kawat tersebut. Apabila ukuran kawat cukup kecil, maka penggunaan alat ukur yang tidak
tepat akan mengakibatkan pengukuran menjadi kurang valid. Misalkan diameternya
dibawah 1 cm, penggunaan mistar sedikit kurang tepat karena skala terkecil pada mistar
hanya pada 0,1 cm. Bila dibandingkan dengan penggunaan jangka sorong atau bahkan
mikrometer sekrup akan lebih akurat karena skala terkecilnya mencapai 0,01 mm pada
mikrometer sekrup. Maka daripada ini, kita bisa mengenal lebih dalam mengenai alat ukur
beserta tingkat ketelitian alat tersebut, sehingga perhitungan bisa menjadi lebih valid serta
akurat.
Kemudian melihat pada pengukuran yang telah kami lakukan, perlu diingat pula bahwa pada
bagian konsep teori terdapat perbedaan antara pengukuran tunggal dan berulang. Pada
praktikum ini, kebanyakan pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus 2.7
5. Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah praktikan lakukan, pengukuran menggunakan
meteran menggunakan satuan (cm), mikrometer sekrup dan jangka sorong (mm), dan
mengukur massa jenis air menggunakan satuan (ml). Melihat dari perbedaan ketelitian pada
masing-masing alat ukur membuat penggunaan tiap alat ukur punya kebermanfaatan yang
berbeda berdasarkan ketelitian yang dibutuhkan. Disamping itu, penggunaan alat ukur yang
sama dengan objek yang sama dapat memiliki hasil ukur yang berbeda karena dipengaruhi
oleh faktor kesalahan manusia (human error), metode yang kurang tepat dalam
perhitungan, pembacaan skala, dan lingkungan sekitar. Selisih pengukuran dapat dilihat dari
hasil penghitungan luas dan volume bahan yang digunakan. Berhubung pada pengukuran ini
terdapat ketidakpastian perhitungan, maka rumus pengukuran dapat digunakan baik itu
rumus pengukuran tunggal maupun rumus pengukuran berulang. Adanya kedua rumus
tersebut membantu perhitungan praktikan untuk memperkecil kemungkinan kesalahan
dalam melakukan pengukuran dan perhitungan. Dengan demikian, pengukuran dan
perhitungan mampu mencapai ketelitian yang sangat baik dan bisa dikatakan valid sesuai
dengan objek yang diukur.
6. Referensi
Halliday, David., Resnick, Robert., & Walker, Jearl. (2014). Principles of Physics, 10th edition:
John Wiley & Sons, Singapore Pte. Ltd.
7. Lampiran
Berikut merupakan lampiran hasil praktikum yang telah dilakukan.
Lampiran 1: Percobaan 1.Mengukur meja laboratorium
Lampiran 2: Percobaan 2 Mengukur dimensi kawat tembaga menggunakan mikrometer
sekrup
Asisten Dosen