Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 1

JUDUL Pengukuran dan Perhitungan Menggunakan Aturan Angka


EKSPERIMEN Penting

NAMA / NPM Ray Petra Adelianando/ 230612283

Andika Jaya P./ 230612673

Arya Frans Woleka/ 230612674

Aurelia Christy Suleman/ 230612677

Fernanda Jesicca N./230612678

Maria Jennifer/ 230612688

KELAS / D/ 5
KELOMPOK

DOSEN F. Edwin Wiranata, S.Pd., M.Sc.

ASISTEN Amazia Grace

1. Tujuan Eksperimen
Dengan melakukan praktikum mahasiswa mampu mengukur dan menentukan hasil nilai
dari eksperimen praktikum, mampu mengetahui cara menggunakan alat ukur, mengolah
hasil pengukuran dari hasil eksperimen praktikum.

2. Konsep dan Teori


Konsep utama yang digunakan pada praktikum ini adalah pengukuran yang dimana kita
mengunakan aturan angka penting dalam pengukuran dan perhitungan. Pengukuran
adalah penentuan nilai dari suatu besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu nilai standar. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang dapat dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Ada banyak alat ukur yang
digunakan dalam fisika seperti, mistar, neraca, termometer, voltmeter, speedometer dll.
Adapun tiap alat ukur mempunyai fungsi yang berbeda- beda.
A. Alat Ukur
Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibutuhkan dengan namanya
alat ukur, dengan adanya gaya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil
pengukuran. Faktor yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda
yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang yang
melakukan pengukuran. Alat-alat pengukuran tersebut antara lain:
I. Meteran
Meteran adalah untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran tersedia dalam berbagai
ukuran mulai dari 1 meter hingga lebih dari 100 meter dengan skala terkecil yaitu 1 mm.

Gambar 2.1 Meteran

II. Mistar
Mistar adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk menggambar garis
lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang berbentuk
segitiga. Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk pita dan sebagainya.

Gambar 2.2 Mistar/ Penggaris

III. Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang. tebal
maupun diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup mempunyai
ketelitian 0.01 mm sehingga cocok untuk mengukur ketebalan kertas.
Gambar 2.3 Mikrometer Sekrup

IV. Timbangan Digital


Timbangan digital adalah timbangan yang menggunakan sensor dan juga layar LCD
sebagai penampil hasil pengukuran. Alat ini digunakan sebagai pengukuran untuk
mengukur suatu berat atau beban maupun massa pada suatu zat.

Gambar 2.4 Timbangan Digital

V. Gelas Ukur
Gelas ukur meurpakan alat untuk mengukur cairan bening maupun berwarna,
menganalisa yang sifatnya kualitatif dan tidak membutuhkan ketelitian tingkat tinggi.
Gelas ini umumnya terbuat dari bahan yang tahan panas sepertu kaca borosilikat atau
pyrex, sehingga dapat dipakai untuk mengukur cairan panas maupun dingin.

Gambar 2.5 Gelas Ukur


VI. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat mengukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi, diameter
luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur
hingga ketelitian 0.1 mm. Skala utama terletak di batang jangka sorong, sedangkan pada
rahang bawah sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9 mm maka
disebut skala nonius.

Gambar 2.6 Jangka Sorong


B. Pengukuran Tunggal dan Berulang
Untuk mengukur luas dalam melakukan operasi perhitungan pada data hasil
pengukuran, dapat menggunakan rumus persamaan:
A=p×l (2.1)
Keterangan:
p = panjang (m)
l = lebar (m)
A = luas (m²)
Untuk menghitung massa jenis air, dapat menggunakan persamaan berikut:
m (2.2)
ρ=
v
Keterangan:
ρ = massa jenis (g/mL)
m = massa (g)
v = volume (mL)
Untuk menghitung volume dapat menggunakan persamaan berikut:
V= ¼πd²L (2.3)
Keterangan:
d = diameter (mm)
L = panjang (mm)
V = volume (mL)

Untuk menghitung ketidakpastian pengukuran pada massa jenis air menggunakan:


△m △v
KR=( × )ρ (2.4)
m v
Keterangan:
Δm= 0,1
Δv= 1
M= massa(g)
V= volume(mL)
ρ = massa jenis (g/mL)
a. Ketidakpastian dalam pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang dilakukan hanya sekali saja. Besarnya
ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah 0,5 NST. Hasil pembacaan pengukuran
tunggal hanya sampai pada skala terkecil dan selebihnya merupakan ketidakpastian.
Ketidakpastian pengukuran tunggal dapat dihitung dengan menggunakan:
△a △b △c (2.5)
KR=V ±( × × )V
a b c

b. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang


Pengambilan data dilakukan dengan lebih dari satu data didapatkan untuk besaran yang
sama. Agar ketepatan hasil percobaan lebih akurat lagi, maka kita harus mengulang-
ulang suatu percobaan. Makin banyak percobaan dilakukan, hasilnya akan lebih baik.
Dalam ilmu statistika dasar disebutkan bahwa nilai terbaik dari suatu percobaan
berulang adalah rata-rata dari sampel:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x n (2.6)
∑ Xi= n
Adapun contoh rumus standar deviasi pada pengukuran berulang, yakni:
1
S = n √ n ∑ Xi (2.7)
2−¿¿
¿¿¿

3. Metode
Pada praktikum modul 1 ini, akan digunakan beberapa alat dan bahan yakni meteran,
mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur, potongan kawat dan air. Pertama
kami melakukan percobaan satu-satu menggunakan alat dan bahan yang berbeda sesuai
dengan pasangannya. Percobaan pertama yaitu mengukur meja menggunakan meteran
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang pertama. Percobaan kedua, ketiga, dan
keempat mengukur panjang kawat menggunakan mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup secara berurutan. Percobaan terakhir mengukur volume air
menggunakan gelas ukur. Setiap tabel percobaan terdapat 5 kolom untuk melampirkan
beberapa pengukuran yang telah dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda setiap
kelompoknya. Pastinya akan dihasilkan beberapa angka yang berbeda, beberapa faktor
diantaranya yaitu karena kesalahan manusia (human error) saat melakukan pengukuran,
metode pengukuran yang dilakukan, pembacaan skala ukur ataupun faktor lingkungan
disekitar.
Setelah mendapatkan beberapa hasil perhitungan dari semua percobaan yang telah
dilakukan kami memasukan angka-angka tersebut kedalam tabel dengan satuan
berbeda seperti (cm, mm). Angka yang kami dapatkan tentunya juga berbeda setiap alat
dan bahan yang digunakan, seperti untuk jangka sorong memiliki tingkat ketelitian
sebesar 0,1 mm, dan mikrometer sekrup yang memilki tingkat ketelitian 0,01 mm.
Kemudian setelah memasukan angka pada tabel kami juga menghitung luas maupun
volume bahan yang kami gunakan. Sehingga kami dapat melihat selisih pengukuran satu
dengan yanng lainnya.

Mulai
Mengisi gelas ukur dengan air

Menyiapkan alat Mengukur dimensi kawat


dan bahan tembaga dengan 3 alat

Mencatat dan menghitung


massa air
Merangkai Alat
Hitunglah volume dari bahan
yang diuji
Mengukur dan menghitung luas Analisis seluruh data dan
meja laboratorium lakukan penulisan jurnal
praktikum
Hitunglah rata-rata volume
Membaca pengukuran dengan
dengan aturan angka penting Jurnal Praktikum
aturan angka penting

Selesai
Apakah pembacaan
menggunakan alat ukur
Apakah sudah
sudah sesuai?
memperhatikan
bacaan alat ukur?
tidak
tidak Ya

Ya

Gambar 3.1. Diagram Alir Eksperimen Pengukuran dan Perhitungan

4. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan dari kegiatan praktikum yang kami lakukan, kelompok kami melakukan
pengukuran pada meja laboratorium dan juga pada kawat tembaga sebanyak 6x percobaan,
dan juga menghitung massa jenis air dengan volume yang berbeda. Berikut kami lampirkan
tabel hasil eksperimen kelompok kami.
Tabel 1.1 Pengukuran Dimensi Meja Laboratorium

Percobaan P(cm) L(cm) A(cm2)

1 200,0 80,0 1,6 x 104

2 200,1 80,1 1,6 x 104

3 200,2 80,1 1,6 x 104

4 200,3 80,2 1,6 x 104

5 200,4 80,3 1,6 x 104

6 200,0 80,0 1,6 x 104

A = (1,60 ± 0,01) ×104 cm2

Perhitungan Luas:
1. P x L = 200,0 x 80,0 = 16000,00  1,6 x 104
2. P x L = 200,1 x 80,1 = 16028,01  1,6 x 104
3. P x L = 200,2 x 80,1 = 16036,02  1,6 x 104
4. P x L = 200,3 x 80,2 = 16056,04  1,6 x 104
5. P x L = 200,4 x 80,3 = 16092,12  1,6 x 104
6. P x L = 200,0 x 80,0 = 16000,00  1,6 x 104
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 16000 , 00+16028 , 01+16036 , 02+16056 , 04+ 16092, 12+16000 , 00 96212
∑ Xi= 6
=
6
=
6
¿) = (96212 , 19 ¿ ¿2=9.256 .785 .505

∑ Xi2 = (16000 ¿ ¿2 +¿ 1.542.803.789

∆ A=
1
n √
√ n ∑ Xi2−¿¿ ¿ ¿ ¿ = 16 6 ( 1.542.803 .7896−1
)−(9.256 .785 .505)
=14,38150

Maka A = (1,60 ± 0,01) ×104

Tabel 1.2 Pengukuran Dimensi Kawat Tembaga (Mikrometer Sekrup & Mistar)

Dimensi
Benda Percobaan ke-
d (mm) L (mm) V (mm3)

1 1,28 48 6,1 x 101

2 1,28 47 6,0 x 101

3 1,33 47 6,5 x 101

Kawat Tembaga 4 1,30 48 6,3 x 101

5 1,30 48 6,3 x 101

6 1,32 48 6,5 x 101

V = (6,3 ± 0,01) ×102 mm3

Perhitungan Volume:
1 2 1 2
1. π d L= ×3 ,14 (1 ,28) ×48 = 61,73
4 4
1 2 1 2
2. π d L= ×3 ,14 (1 ,28) ×47 = 60,45
4 4
1 2 1 2
3. π d L= ×3 ,14 (1 ,33) ×47 = 65,26
4 4
1 2 1 2
4. π d L= ×3 ,14 (1 ,30) ×48 = 63,68
4 4
1 2 1 2
5. π d L= ×3 ,14 (1 ,30) ×48 = 63,68
4 4
1 2 1 2
6. π d L= ×3 ,14 (1 ,32) × 48 = 65,65
4 4
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 61 , 73+60 , 45+ 65 ,26+ 63 ,68+ 63 , 68+65 , 65 380 , 45
∑ Xi= 6
=
6
=
6
=63 , 4

∑ Xi2 = ¿
¿) = (380 , 45 ¿2 =144742,2025

1
S=
n
√ n ∑ Xi
2−¿¿
¿¿¿

Maka V = (6,3 ± 0,01) ×102

Tabel 1.3 Pengukuran Dimensi Kawat Tembaga (Mikrometer Sekrup & jangka sorong)

Dimensi
Benda Percobaan ke-
d (mm) L (mm) V (mm3)

1 2,33 42,32 1,80 x 102

2 2,30 42,34 1,75 x 102

3 2,30 42,42 1,76 x 102

Kawat tembaga 4 2,31 41,00 1,71 x 102

5 2,32 42,40 1,79 x 102

6 2,33 42,41 1,80 x 102

V = (1,77 ± 0,01) ×102 mm3

Perhitungan Volume:
1 2 1 2
1. π d L= ×3 ,14 (2 ,33) ×42 , 32= 180,35
4 4
1 2 1 2
2. π d L= ×3 ,14 (2 ,30) ×42 , 34 = 175,82
4 4
1 2 1 2
3. π d L= ×3 ,14 (2 ,30) ×42 , 42 = 176,15
4 4
1 2 1 2
4. π d L= ×3 ,14 (2 ,31) × 41 , 00= 171,74
4 4
1 2 1 2
5. π d L= ×3 ,14 (2 ,32) × 42 , 40 = 179,15
4 4
1 2 1 2
6. π d L= ×3 ,14 (2 ,33) ×42 , 41 = 180,73
4 4
Perhitungan Standar Deviasi:
x 1 + x 2+ x 3 + x 4 + x 5 + x 6 180 , 35+175 , 82+176 , 15+171 ,74 +179 , 15+180 ,73 1063 , 94
∑ Xi= 6
=
6
=
6
=177 ,32

∑ Xi2 = ¿
¿) = (1063 , 94 ¿2 =1131968,3236

1
S=
n
√ n ∑ Xi
2−¿¿
¿¿¿

Maka V = (1,77 ± 0,01) ×102

Tabel 1.4 Massa Jenis Air

Dimensi
Percobaan ke-
V (mL) m (g) ρ (g/mL)

1 25 ± 1 23,30 ± 0,01 0,93 ± 0,01

2 50 ± 1 47,95 ± 0,01 0,95 ± 0,01

3 100 ± 1 98,18 ± 0,01 0,98 ± 0,01

ρ = 0 , 95 ± 0 , 01 g/mL

Perhitungan Massa Jenis Air:


m 23 ,30
1. ρ= = =¿0,932
V 25
∆m ∆v 0 , 01 1
KR = ( x )ρ = ( x ) 0,932 = 0,000016 ≈ 0,01
m v 23 ,30 25
m 47 , 95
2. ρ= = =¿ 0,959
V 50
∆m ∆v 0 , 01 1
KR = ( x )ρ = ( x ) 0,959 = 0,000004 ≈ 0,01
m v 47 , 95 50
m 98 , 18
3. ρ= = =¿0,9818
V 100
∆m ∆v 0 , 01 1
KR = ( + )ρ = ( + ) 0,9818 = 0,000002 ≈ 0,01
m v 98 , 18 100
Maka ρ=0 , 95 ±0 , 01

Melihat dari beberapa data yang telah kelompok praktikandapatkan, bisa diketahui bahwa
masing-masing alat pengukuran digunakan dengan kebutuhan yang diperlukan. Misalkan
saja pada perhitungan kawat tembaga, dimana pada praktikum kali ini diperlukannya
perhitungan diameter dan juga panjang dari kawat tersebut guna menemukan volume dari
kawat tersebut. Apabila ukuran kawat cukup kecil, maka penggunaan alat ukur yang tidak
tepat akan mengakibatkan pengukuran menjadi kurang valid. Misalkan diameternya
dibawah 1 cm, penggunaan mistar sedikit kurang tepat karena skala terkecil pada mistar
hanya pada 0,1 cm. Bila dibandingkan dengan penggunaan jangka sorong atau bahkan
mikrometer sekrup akan lebih akurat karena skala terkecilnya mencapai 0,01 mm pada
mikrometer sekrup. Maka daripada ini, kita bisa mengenal lebih dalam mengenai alat ukur
beserta tingkat ketelitian alat tersebut, sehingga perhitungan bisa menjadi lebih valid serta
akurat.

Kemudian melihat pada pengukuran yang telah kami lakukan, perlu diingat pula bahwa pada
bagian konsep teori terdapat perbedaan antara pengukuran tunggal dan berulang. Pada
praktikum ini, kebanyakan pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus 2.7

Pemanfaatan rumus ini membuat kelompok praktikan bisa memperkecil kemungkinan


kesalahan pada perhitungan sehingga hasil yang didapat mampu lebih akurat. Adapun angka
penting dan angka taksiran juga turut berperan penting pada hasil perhitungan pengukuran
tersebut. Dengan adanya peraturan angka penting, beberapa data di atas yang awalnya
mungkin terdiri dari 4 atau lebih angka penting, dapat disederhanakan menjadi angka
penting yang lebih sedikit berdasarkan peraturan operasi angka penting. Misalkan kita ambil
contoh pada data paling pertama pada pengukuran dengan meteran pada dimensi meja.
Diketahui panjang meja terdiri dari 4 angka penting dan lebarnya terdiri dari 3 angka
penting. Oleh karena kita perlu menghitung luas dimensi meja, maka perlu operasi angka
penting perkalian dimana nanti hasil luasnya menggunakan angka penting paling kecil, yaitu
3 angka penting. Disini peran angka penting selain mempebesar ukuran atau
menyederhanakan hasil pengukuran. Alhasil, peran angka penting membantu praktikan
untuk memudahkan perhitungan sekaligus tetap mencapai kevalidan pada proses
perhitungan serta pengukuran.

5. Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah praktikan lakukan, pengukuran menggunakan
meteran menggunakan satuan (cm), mikrometer sekrup dan jangka sorong (mm), dan
mengukur massa jenis air menggunakan satuan (ml). Melihat dari perbedaan ketelitian pada
masing-masing alat ukur membuat penggunaan tiap alat ukur punya kebermanfaatan yang
berbeda berdasarkan ketelitian yang dibutuhkan. Disamping itu, penggunaan alat ukur yang
sama dengan objek yang sama dapat memiliki hasil ukur yang berbeda karena dipengaruhi
oleh faktor kesalahan manusia (human error), metode yang kurang tepat dalam
perhitungan, pembacaan skala, dan lingkungan sekitar. Selisih pengukuran dapat dilihat dari
hasil penghitungan luas dan volume bahan yang digunakan. Berhubung pada pengukuran ini
terdapat ketidakpastian perhitungan, maka rumus pengukuran dapat digunakan baik itu
rumus pengukuran tunggal maupun rumus pengukuran berulang. Adanya kedua rumus
tersebut membantu perhitungan praktikan untuk memperkecil kemungkinan kesalahan
dalam melakukan pengukuran dan perhitungan. Dengan demikian, pengukuran dan
perhitungan mampu mencapai ketelitian yang sangat baik dan bisa dikatakan valid sesuai
dengan objek yang diukur.

6. Referensi
Halliday, David., Resnick, Robert., & Walker, Jearl. (2014). Principles of Physics, 10th edition:
John Wiley & Sons, Singapore Pte. Ltd.

7. Lampiran
Berikut merupakan lampiran hasil praktikum yang telah dilakukan.
Lampiran 1: Percobaan 1.Mengukur meja laboratorium
Lampiran 2: Percobaan 2 Mengukur dimensi kawat tembaga menggunakan mikrometer
sekrup

Lampiran 3: Percobaan 3 Mengukur kawat tembaga menggunakan mistar


Lampiran 4: Percobaan 4 Mengukur dimensi kawat tembaga menggunakan
mikrometer sekrup

Lampuran 5: Percobaan 5 Mengukur Dimensi kawat tembaga menggunakan jangka


sorong.

Lampiran 6: Percobaan 6 Mengukur massa jenis air menggunakan timbangan digital.


Nilai Paraf Paraf

Asisten Dosen

Anda mungkin juga menyukai