Anda di halaman 1dari 19

PENGUKURAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Oleh :

Nama : Tyara Wahyu Wardhani

NIM : 221810401086

Fakultas/Jurusan : MIPA/Biologi

Hari/Tanggal : Selasa, 20 September 2022

Nama Asisten : Naufal Nurrofiqi

Koordinator Asisten : Qurrota A’yun

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran dasar merupakan bagian yang sangat penting di kehidupan.
Mengukur adalah sesuatu yang dilakukan untuk mengetahui panjang, berat,
ketinggian, dan sebagainya yang berkaitan dengan ukuran suatu benda. Pengukuran
dasar tentu dibutuhkan dari masa ke masa.
Tentang alasan mengapa pengukuran dasar sangat dibutuhkan karena dengan
mengukur praktikan akan mengetahui hal-hal baru. Pengetahuan dasar sangat berguna
sebagai ilmu awal untuk menyelam lebih jauh ke dalam materi-materi di bab fisika
yang akan dipelajari. Mengerti dasar ilmu lebih dahulu membuat praktikan paham
bagaimana cara mengukur yang baik dan benar sehingga memudahkan dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan di fisika baik ketika membaca teori, mengerjakan
soal, maupun melaksanakan praktikum.
Tentang bagaimana cara dapat memahami pengukuran dasar, praktikum dapat
berlatih mengukur menggunakan penggaris sebagai langkah awal. Ketika sudah
mahir, praktikum bisa mengukur menggunakan jangka sorong, menggunakan
mikrometer, menggunakan stopwatch, menggunakan thermometer, dan neraca
lengan. Praktikan juga dapat membaca buku atau jurnal-jurnal mengenai berapa nilai
satuan terkecil alat yang akan digunakan praktikan untuk mengukur suatu benda.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu:
a. Bagaimana perbandingan antara menggunakan ralat nst dengan ralat standar
deviasi pada suatu pengukuran langsung?
b. Bagaimana perbandingan antara ralat nst dan ralat standar deviasi pada suatu
pengukuran tidak langsung?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran merupakan proses membandingkan sesuatu dengan sesuatu lain yang
duanggap sebagai sebuah patokan. Pengukuran memiliki dua faktor utama yaitu
pembandingan dan patokan. Besaran termasuk ke dalam elemen yang ada di dalam
pengukuran karena besaran merupakan sifat-sifat dari suatu benda yang dapat
dinyatakan dengan angka. Satuan merupakan nama khusus yang digunakan dalam
memberikan suatu nilai kepada suatu besaran. Agar dapat menjadi satuan standar,
satuan membutuhkan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut
diantaranya adalah mempunyai nilai tetap, mudah untuk diperoleh kembali, serta
satuan harus diterima secara internasional. Menurut Sridadi (2007), pengukuran
adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran
kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.

2.2 Kemampuan Pengukuran


Menurut Arikunto (2008), tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sesuatu yang
dipelajari dapat ditentukan dengan tes diagnostic. Tes diagnostik memiliki tujuan
yaitu mengetahui seberapa besar peranan praktikum fisika bab pengukuran dasar
dalam membangun konsep-konsep fisika yang benar. Mahasiswa juga dapat
menghubungkan antara konsep-konsep yang didapat dari praktikum untuk menjawab
fenomena-fenomena alam serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan bisa dikatakan sebagai suatu kapasitas yang diperoleh secara natural
sehingga memungkinkan seorang individu untuk melakukan pekerjaan atau tugas
tertentu dengan sukses. Hal ini berkaitan dengan kesanggupan seorang individu
tersebut dalam melakukan tindakan maupun mencapai hasil tertentu melalui segudang
bakat, ciri khas, fungsi proses, maupun layanan yang bisa dikendalikan dan diukur
(Priyatna, 2013).
Tingkatan tertentu dari kompetensi dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu
juga berkaitan dengan kemampuan. Kemampuan dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dimiliki oleh individu dalam melakukan pekerjaan atau tugas yang dibebankan
kepadanya (Sudjana, 2007). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kemampuan
pembelajaran adalah kemampuan untuk memahami dan memperlajari informasi
terbaru dengan cepat, kemampuan untuk mengetahui dan memahami berbagai topik,
serta kemampuan untuk menemukan hubungan antara berbagai macam ide, serta daya
ingat yang baik (Priyatna, 2013).
Pengukuran merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh
informasi data secara kuantitatif. Baik itu sebuah data yang diuraikan, maupun data
berupa angka yang dapat dipercaya, atau dengan kata lain data yang relevan dan
akurat. Mahasiswa harus bisa melakukan pengukuran dengan baik serta melakukan
pengukuran dengan benar dan jelas. Menurut Muljono (2007), pengukuran adalah
tentang bagaimana menemukan hasil berupa angka dari sebuah obyek yang diukur.
Sifat pengukuran dapat juga diartikan sebagai suatu instrument dalam melaksanakan
penilaian (Muljono, 2007).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar yaitu:

- Mikrometer (mengukur benda kecil dengan nilai skala terkecil 0,01 mm).
- Jangka sorong (mengetahui panjang, diameter dalam, dan diameter luar).
- Stop watch (sebagai pencatat waktu).
- Termometer (mengukur suhu ruangan).
- Neraca lengan (menimbang suatu benda).
- Penggaris panjang/mistar (mengukur panjang benda dengan skala terkecil 1
mm).

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran dasar yaitu:

- Bola besi kecil (sebagai bahan yang diukur menggunakan jangka sorong).
- Balok kayu (sebagai bahan yang diukur menggunakan penggaris).

3.2 Desain Eksperimen

a. Jangka sorong

Gambar 3.1 (Sumber: alihamdan.id)


b. Termometer

Gambar 3.2 (Sumber: amongguru.com)

c. Mikrometer

Gambar 3.3 (Sumber: thorlabs.com)

d. Stopwatch

Gambar 3.4 (Sumber: alatkesehatan.id)


e. Neraca lengan

Gambar 3.5 (Sumber: rumushitung.com)

f. Mistar atau penggaris

Gambar 3.6 (Sumber: aflahperaga.com)

g. Bola besi kecil

Gambar 3.7 (Sumber: docplayer.com)

h. Balok kayu kecil

Gambar 3.8 (Sumber: biggo.id)


3.2.1 Prosedur Eksperimen

a. Menentukan Nilai Skala Terkecil dan Kesalahan Titik Nol

- jangka sorong diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- mikrometer diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- termometer diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- neraca pegas diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- stopwach diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- mistrar/penggaris diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

- neraca/timbangan diambil dan ditentukan nilai skala terkecilnya.

b. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Skala Terkecil

- diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin diukur dengan menggunakan
jangka sorong.

- diameter luar sebuah bola kecil diukur menggunakan jangka sorong.

- neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya.

- panjang, lebar, dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar.

- waktu saat praktikan berjalan dari titik A ke B sejauh 2 meter dihitung


menggunakan stopwatch.

c. Pengukuran Langsung Menggunakan Standart Deviasi

- diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin diukur dengan menggunakan
jangka sorong dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

- diameter luar sebuah bola kecil diukur menggunakan jangka sorong dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
- panjang, lebar, dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

- waktu saat praktikan berjalan dari titik A ke B sejauh 2 meter dihitung


menggunakan stopwatch dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

d. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil

- pengukuran panjang, lebar, dan tinggi balok diukur dengan mistar kemudian
ditimbang massa baloknya.

- waktu saat praktikan berjalan dari titik A ke titik B sejauh 2 meter dihitung
menggunakan stopwatch kemudian diulangi dengan jarak 2,5 m, 3 m. dan 3,5 m,
lalu dicatat masing-masing waktunya, dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

f. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan


Standart Deviasi

- panjang, lebar, dan tinggi balok diukur menggunakan mistar menggunakan


standart deviasi kemudian dilakukan penimbangan massa balok menggunakan
NST, dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

- waktu saat praktikum berjalan dari titik A ke titik B sejauh 2 meter dihitung
menggunakan stopwatch kemudian diulangi dengan jarak 2,5 m, 3 m, dan 3,5 m.
Jarak diukur menggunakan NST dan standart deviasi, dilakukan sebanyak 3 kali.
3.1.1 Metode Analisis Data

3.3.1 Tabel

A. Menentukan Nilai Skala Terkecil dan Kesalahan Titik Nol

Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol


Jangka Sorong
Mikrometer
Termometer
Neraca Pegas
Stopwatch
Mistar
Neraca Lengan

B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil

No Alat Ukur Objek Hasil Pengukuran X ΔX I (%) K (%) AP


1 Jangka Sorong Cincin Dalam =
Luar =

2 Mikrometer Bola pejal d=


3 Neraca Balok besi
4 Stopwatch Sejauh 20m
5 Mistar Balok Besi P=
l=
t=
6 Termometer Suhu ruang
C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi

No Alat Ukur P1 P2 P3 X ΔX I (%) K (%) AP


1 Jangka
Soron
g
d Dalam
d Luar
2 Mikrometer
3 Neraca
4 Stopwatch
5 Mistar p= p= p=
l= l= l=
t= t= t=

D. Pengukuran Tidak Langsung Menggunakan Nilai Skala Terkecil.

No Objek Besar X ΔX I (%) K (%) AP


an
1 Balok p m= ρ=
=

l
=
t=
2 Perjalanan S1= t= v1 =
S2= t= v2 =
S3= t= v3 =
E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi

a. Massa jenis balok

Percobaan p l t m V ρ Δρ I (%) K AP
(cm) (cm) (cm) (gr) (%)
P1
P2
P3

b. Kecepatan perjalanan

Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP


P1 P2 P3
2,5 m
3m
3,5 m

F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan


Standart Deviasi

1. Massa jenis balok

No. Jarak Dimensi (cm) massa V ρ Δρ I (%) K AP


(m) P1 P2 P3 (%)
1 2,5 m
2 3m
3 3,5 m

2. Kecepatan

No. Jarak (m) Waktu v(m/s) Δv I (%) K (%) AP


(s)
P1 P2 P3
1. 2,5 m
2. 3m
3. 3,5 m
3.3.2 Ralat

Ralat satu kali:

1
∆ x= nst 3.1
2

Bila n=10, memakai persamaan:


2
∆( Xi−X )
∆ x= 3.2
(n−1)

Bila n relative besar (n=30) digunakan persamaan:


2
∆( Xi−X ) 3.3
∆ x=
n

Ralat relative atau ralat nisbi (I) = ( ∆xx ) x 100 % 3.4


2
∆( X− X)
Ralat mutlak ∆ x=
(n−1)
3.5

Keseksamaan (K) = 100% - 1 3.6

AP = 1-log ( ∆xx ) 3.7


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel hasil pengamatan :

A. Menentukan Nilai Skala Terkecil dan Kesalahan Titik Nol

Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol


Jangka Sorong 0,05 mm 0,025
Mikrometer 0,01 mm 0,005
Termometer 10C 0,5
Neraca Pegas - -
Stopwatch 1s 0,5
Mistar 1 mm 0,5
Neraca Lengan 0,01 gr 0,0025

B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil

C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi


D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil

E. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi

1. Massa jenis balok

2. Kecepatan perjalanan

F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan


Standart Deviasi

1. Massa jenis balok


2. Kecepatan

4.2 Pembahasan

Ralat ditentukan menjadi dua cara, yaitu ralat langsung dan ralat tidak
langsung. Pengukuran langsung dapat diukur menggunakan dua cara, yaitu dengan
pengukuran hanya sekali dan pengukuran langsung sebanyak n kali. Hasil yang
diperoleh dari praktikum pengukuran dasar adalah nilai skala terkecil sebuah alat
ukur. Nilai skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,05 mm. Nilai skala terkecil dari
mistar adalah 1 mm. Nilai skala terkecil dari stopwatch adalah 1. Nilai skala terkecil
termometer adalah 10C. Nilai skala terkecil neraca lengan adalah 0,005 gr.

Hasil praktikum pengukuran dasar juga menunjukkan bahwa setiap alat ukur
memiliki kemampuan untuk mengukur sesuatu benda yang berbeda-beda.
Mikrometer digunakan untuk mengukur benda kecil dengan nilai skala terkecil 0,01
mm. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, diameter dalam, dan
diameter luar/ Stop watch digunakan sebagai pencatat waktu. Termometer digunakan
untuk mengukur suhu ruangan. Neraca lengan digunakan untuk menimbang suatu
benda. Penggaris panjang atau mistar digunakan untuk mengukur panjang benda
dengan nilai skala terkecil 1 mm.

Perhitungan hasil alat ukur harus disertai dengan ralatnya. Hasil praktikum
menunjukkan, ralat. Berdasarkan hasil dari pengukuran langsung dengan
menggunakan nilai skala terkecil, dapat diketahui bahwa ralat nisbi sebuah jangka
sorong adalah 19,23%. Ralat nisbi sebuah mikrometer adalah 0,06%. Ralat nisbi
sebuah neraca adalah 0,007%. Ralat nisbi sebuah stopwatch adalah 3,84%. Ralat nisbi
sebuah termometer adalah 1,61%.

Berdasarkan hasil dari pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai


skala terkecil, dapat diketahui bahwa ralat nisbi sebuah balok adalah 1016,9%.
Kecepatan perjalanan pengukuran pertama mempunyai ralat nisbi sebesar 48,2%.
Pengukuran kedua mempunyai ralat nisbi sebesar 42,7%. Pengukuran ketiga
mempunyai ralat nisbi sebesar 45,74%.

Ralat nisbi pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi


sebuah jangka sorong diameter dalam adalah 2,08%, dan diameter luar adalah 0,40%.
Ralat nisbi mikrometer adalah 11,1%. Ralat nisbi untuk neraca adalah 0,02%. Ralat
nisbi sebuah stopwatch adalah 1,91%.

Ralat nisbi pengukuran tidak langsung menggunakan standart deviasi sebuah


balok adalah 0,48%. Ralat nisbi perjalanan tidak langsung pengukuran pertama
adalah 3,49%. Pengukuran kedua perjalanan adalah 3,464%. Pengukuran ketiga
perjalanan adalah 2,93%.

Melalui praktikum pengukuran dasar dapat juga diketahui angka pentingnya.


Jangka sorong dengan pengukuran langsung menggunakan nilai skala terkecil
mempunyai angka penting 1,71. Mikrometer mempunyai angka penting 4,19. Neraca
mempunyai angka penting 5,1. Stopwatch mempunyai angka penting 2,4. Angka
penting panjang balok besi yang diukur pada mistar adalah 3,12, lebarnya 2,8, dan
tingginya 2,47. Termometer mempunyai angka penting 2,79.

Angka penting untuk pengukuran tidak langsung menggunakan nilai skala


terkecil sebuah balok adalah -0,007. Angka penting percobaan pertama perjalanan
adalah 1,31. Angka penting percobaan kedua perjalanan adalah 1,36. Angka penting
percobaan ketiga perjalanan adalah 1,33.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pengukuran dasar yang sudah dilaksanakan dapat


disimpulkan bahwa:

1. Perbandingan pengukuran menggunakan ralat nst dengan ralat standar deviasi


pengukuran langsung sangat berbeda. Ralat yang diukur menggunakan nilai
skala terkecil mempunyai persentase yang lebih besar daripada ralat yang
diukur dengan standar deviasi.
2. Perbandingan pengukuran menggunakan ralat nst dengan ralat standar deviasi
juga berbeda. Ralat yang diukur menggunakan nilai skala terkecil mempunyai
persentase yang lebih besar daripada ralat yang diukur dengan standar deviasi.

5.2 Saran

Praktikum merupakan sesuatu yang menyenangkan ketika dijalani, tetapi


praktikan harus mematuhi aturan-aturan di dalam laboratorium. Praktikan harus
berhati-hati ketika menggunakan alat ukur agar tidak terjadi kerusakan. Praktikan
juga harus teliti ketika membaca skala nonius pada jangka sorong atau mikrometer
skrup agar hasil pengukuran yang didapat menjadi akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar. Jakarta: Visindo Media Persada. Hal: 105-107

Djaali, M. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Hal: 63-64

Saripudin, A. d. (2007). Praktis Belajar Fisika Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Visindo Media
Persada. Hal: 11-112

Sridadi. (2007). Teknik Pengukuran dan Penilaian. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Hal: 54-
55

Sudjana, N. A. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hal: 73-74

Anda mungkin juga menyukai