Anda di halaman 1dari 25

PENGUKURAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Oleh:

Nama / NIM :
Fakultas / Jurusan :
Kelompok :
Asisten :
Koordinator Praktikum :
Tanggal Praktikum / Jam :

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika sebagai aktivitas (proses) riset dan pengkajian dengan menggunakan
metode ilmiah yang mengandalkan keterampilan-keterampilan proses (observasi,
berhipotesis, eksperimentasi, dan sebagainya). Artikel ini ditulis berdasarkan
kajian literatur filsafat. Filsafat ilmu berusaha menjelaskan hakekat ilmu fisika
yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang
padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu fisika itu
sendiri, dan yang cenderung terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu berperan
dalam menghindarkan diri dari memutlakkan kebenaran ilmiah, dan menganggap
bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran. Dengan filsafat
melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu dan menghidarkan diri dari egoisme
ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya, serta
dengan berfilsafat melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu . (Murdani E.,
2020)
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan
hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat
ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakan
dalam pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan atau tingkat ketelitian suatu
perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat
ukur yang digunakan.
Paham mengenai pengukuran merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu untuk memahami mengenai
pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam banyak hal. Praktikum
“Pengukuran Dasar” kali ini akan mengenalkan beberapa alat ukur dan cara
pengukuran terhadap suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah untuk praktikum “Pengukuran Dasar” diantaranya:
1. Bagaimana menentukan nst suatu alat ukur?
2. Bagaimana prinsip penggunaan alat ukur?
3. Bagaimana menentukan pengukuran tidak langsung menggunakan ralat nst
dan ralat standar deviasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum “Pengukuran Dasar” adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui nst suatu alat ukur.
2. Mampu dan memahami prinsip penggunaan alat ukur.
3. Mampu menentukan dan memahami cara pengukuran tidak langsung
menggunakan ralat nst dan ralat standar deviasi.

1.4 Manfaat
Manfaat melakukan praktikum pengukuran dasar diantaranya dapat
memahami penggunaan alat ukur. Alat ukur yang diperlukan sehari-hari misalnya
untuk menimbang berat badan, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara
menentukan hasilnya. Pengukuran juga sering ditemui dikehidupan, dalam
pembuatan meja misalnya, dapat menentukan panjang, lebar, dan tingginya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Piaget teori ini akan mempunyai makna jika dicari dan diselidiki
secara mandiri oleh siswa. Sejak kecil manusia sudah berusaha untuk
mengembangkan pengetahuan melalui skema yang terdapat dalam struktur
kognitif. Skema itu akan selalu mengalami proses pembaruan demi pembaruan
sesuai dengan intensitas berpikir (Hartono, 2014: 63).
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santoso (2007: 160),
sebagaimana dikutip oleh Yulianti, D. & Wiyanto (2009: 2), pembelajaran dengan
pengembangan pengalaman langsung dan kondisi nyata (real world) akan
menghasilkan pengetahuan yang mudah diingat dan bertahan lama. Ketika
pembelajaran, siswa diarahkan untuk mencari tahu dari suatu permasalahan yang
diberikan guru sehingga siswa terlibat secara aktif dalam mengamati,
mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian
dari pelajaran. Materi pembelajaran yang diberikan secara nyata melalui
pengalaman langsung akan mudah diterima dan diingat oleh siswa. Hal tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santoso (2007: 160), sebagaimana dikutip
oleh Yulianti, D. & Wiyanto (2009: 2), pembelajaran dengan pengembangan
pengalaman langsung dan kondisi nyata (real world) akan menghasilkan
pengetahuan yang mudah
diingat dan bertahan lama. Ketika pembelajaran, siswa diarahkan untuk mencari
tahu dari suatu permasalahan yang diberikan guru sehingga siswa terlibat secara
aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek
konkret sebagai bagian dari pelajaran. Materi pembelajaran yang diberikan secara
nyata melalui pengalaman langsung akan mudah diterima dan diingat oleh siswa.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan padasuatu
fisis dengan menambahkan suatu besaran standart yang telah diterimasebagai
suatu satuan. Bila mengukur satuan fisikawan harus sangat berhati-hatiagar bisa
menghasilkan kesalahan yang sekecil mungkin (Finn, 1994)Pengukuran yang
akurat merupakan bagian penting dari fisika. Adaketidak pastian muncul dari
sumber yang sangat berbeda. Diantara yang palingpenting, selain kesalahan
adalah keterbatasan ketepatan setiap alat ukur danketidak mampuan membaca
sebuah instrumen (Giancoli, 2000)
2.2 Alat Ukur
Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan
namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan
data hasil pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang
akurat perlu adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses
pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi
suatu lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran. Alat-alat pengukuran
tersebut antara lain (Mikrajuddin, 2016).
2.2.1 Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala
ukuran yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah
sentimeter (cm) dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala
terkecil mistar yaitu 1 mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05
cm (Ihsan, 2006).
2.2.2 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi,
diameter luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong
dapat mengukur hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di
batang jangka sorong, sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10
bagian dengan panjang 9 mm maka disebut skala nonius.
Gambar 2.2 Jangka Sorong
(Sumber : Tim Penyusun, 2017).
2.2.3 Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang,
tebal maupun diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup
empunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur ketebalan kertas.

Gambar 2.3 Mikrometer


(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

2.2.6 Neraca Lengan


Neraca o’hauss adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu massa
benda. Penentuan massa benda hanya dilakukan dengan menggeser sejumlah ahak
timbangan yang telah berada pada lengan neraca, massa benda yang ditimbang
sama dengan massa anakan timbangan yang digeser pada lengan.
Gambar 2.6 Neraca O’hauss
(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

2.2.7 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu.
Stopwatch terbagi menjadi 2 jenis yaitu dalam bentuk digital dan analog.

Gambar 2.7 Stopwatch


(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

2.3 Standar Deviasi Hasil Pengukuran


Pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan pada akhirnya
terkumpul data x1, x2, x3, ..., xn. Standar deviasi adalah nilai statistik yang
digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dan
seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel. Sebuah
standar deviasi dari kumpulan dara sama dengan nol menunjukkan bahwa semua
nilai-nilai dalam himpunan tersebut adalah sama (Sutarno, 2009).
BAB 3. METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum “Pengukuran Dasar” antara
lain:
1. Jangka Sorong, digunakan sebagai alat ukur panjang. Digunakan mengukur
panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam, dan kedalaman lubang suatu
benda.
2. Mikrometer, digunakan khusus untuk mengukur panjang, tebal, ataupun
diameter luar dari benda yang berukuran relatif kecil.
3. Amperemeter, digunakan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam
sebuah rangkaian tertutup yang menghubungkan sebuah sumber tegangan
dengan beban.
4. Voltmeter, digunakan untuk mengukur besar tegangan dalam sebuah beban
yang dialiri oleh arus listrik.
5. Stopwatch, digunakan untuk mengukur waktu.
6. Neraca, digunakan untuk mengukur besaran massa.
7. Termometer, digunakan untuk mengukur besaran suhu.
8. Blok logam, digunakan sebagai bahan yang diukur (mistar dan neraca).
9. Bola besi kecil, digunakan sebagai bahan yang diukur (mikrometer).
10. Mistar/penggaris panjang, digunakan untuk mengukur besaran panjang.

3.2 Desain Percobaan


Gambar 3.1 Mistar
(Sumber : Ihsan, 2006).

Gambar 3.2 Jangka Sorong


(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.3 Mikrometer


(Sumber : Tim Penyusun, 2017).
Gambar 3.6 Neraca O’hauss
(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.7 Stopwatch


(Sumber : Tim Penyusun, 2017).

3.3 Metode kerja


Langkah kerja praktikum “Pengukuran Dasar” antara lain:
3.3.1 Penentuan nilai skala terkecil atau nst dan kesalahan titik nol.
1. Jangka sorong diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya
tidak menunjukkan angka nol pada saat jangka sorong belum digunakan.
2. Mikrometer diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol pada saat mikrometer belum digunakan.
3. Voltmeter diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila jarumnya
tidak menunjukkan titik nol pada saat tidak ada tegangan.
4. Termometer diambil dan ditentukan nst-nya.
5. Neraca pegas diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol pada saat pegas belum terbebani.
6. Stopwatch diambil dan ditentukan nst-nya.
7. Mistar/penggaris ditentukan nst-nya.
8. Neraca/timbangan diambil dan ditentukan nst-nya.

3.3.2 Pengukuran langsung dengan menggunakan nila skala terkecil.


Catatan: hanya dilakukan sekali saja
1. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah cincin.
2. Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah bola besi
kecil.
3. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan yang muncul.
4. Neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya.
5. Diukur panjang, lebar, dan tinggi balok yang tersedia dengan menggunakan
mistar.
6. Waktu dihitung dengan stopwatch saat berjalan dari titik A ke B sejauh 2
meter.

3.3.3 Pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi.


Catatan: semua langkah percobaannya seperti poin b (no 1-6) hanya
masing-masing diulangi selama 3 kali.
1. Jangka sorong untuk mengukur diameter luar dari sebuah cincin.
2. Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah bola besi
kecil.
3. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan yang muncul.
4. Neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya.
5. Diukur panjang, lebar, dan tinggi balok yang tersedia dengan menggunakan
mistar.
6. Waktu dihitung dengan stopwatch saat berjalan dari titik A ke B sejauh 2
meter.

3.3.4 Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil.


Catatan: lakukan 1 kali saja.
1. Dilakukan kembali langkah pada poin b no. 5 dengan balok yang sama,
kemudian ditimbang massa balok tersebut.
2. Dilakukan kembali langkah yang sama pada poin b no. 6, diulangi untuk jarak
2,5m, 3m, 3,5m, dicatat masing-masing waktunya.

3.3.5 Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan standar deviasi.


Catatan: lakukan kegiatan seperti point d sebanyak 3 kali.
3.3.6 Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil dan
standart deviasi.
1. Dilakukan kembali langkah pada poin c no.5 dengan balok yang sama, diukur
panjang, lebar, dan tinggi penggunakan standart deviasi dan kemudian
ditimbang massa balok menggunakan nst.
2. Dilakukan langkah yang sama pada poin d no. 2 dengan pengukuran jarak
menggunakan nst dan perhitungan waktu menggunakan standart deviasi.

3.4 Analisis Data


Adapun analisis data yang digunakan untuk menganalisa data hasil
praktikum, antara lain:
3.4.1 Tabel
Tabel 3.1 Tabel hasil Nst dengan pengukuran langsung dengan Nst
No Alat nst x Δx I K AP x ± Δx
Tabel 3.2 Tabel hasil pengukuran langsung dengan standar deviasi
No Alat x x I K AP x ± Δx Δx

Tabel 3.3 Pengukuran tidak langsung dengan nst


No Balok x Δx I K AP x ± Δx

Tabel 3.4 Pengukuran tidak langsung dengan nst


No Gerak t(waktu) t Δt I K AP t ± Δt

Tabel 3.5 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan
3 kali
No Bahan x x v Δv I K AP v ± Δv

Tabel 3.6 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan
3 kali
No Gerak t t v Δv I K AP v ± Δv
Tabel 3.7 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart
deviasi
No Bahan p l t v massa ρ Δρ I K AP ρ ± Δρ

Tabel 3.8 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart
deviasi
No Jarak t(waktu) V Δv I K AP v ± Δv

3.4.2 Ralat
a. Cara penulisan hasil pengukuran yang benar
x = x ± ∆ x satuan (3.1)
dimana x = hasil ukur
Δx = ralat
Atau x = x satuan ± Δx % (3.2)

Dengan Δx % = [ ] ∆x
x
x 100 % (3.3)

b. Nilai skala terkecil


Jika pengukuran langsung hanya sekali.
1
Δx = nst (3.4)
2

Pengukuran sebanyak n kali, maka Δx dicari dengan menggunakan standar


deviasi
 Jika n ≤ 10

2
ϵ ( x 1−x )
Δx = (3.5)
n ( n−1 )
 Jika n ≥ 10


2
( )
Δx = ϵ x 1−x (3.6)
n

c. Ralat nisbi/ralat relatif

I= ( ∆xx ) x 100 % (3.7)

d. Keseksamaan
K = 100% - I (3.8)

e. Jumlah angka penting

AP = 1−log ( ∆xx ) (3.9)

f. Ralat yang digunakan pada pengukuran langsung dengan sandart deviasi


x 1+ x 2+ x 3+…+ xn
x= (3.10)
n


2
ϵ ( x 1−x )
Δx
n ( n−1 )

g. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan standart


deviasi
V=pxlxt

Δv =
√( ∂v 2
∂p ) 2
|∆ p| +
∂v 2
∂l ( ) 2
( )
|∆ l| +
∂v 2
∂t
|∆ t|
2

s
V=
t
Δv =
√( ∂s )
∂v 2 2
|∆ s| +( )
∂v 2
∂t
|∆ t|
2

h. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan nst dan
standart deviasi
m
ρ=
v

Δρ =
√( ∂m )
∂ρ 2 2
|∆ m| + ( )
∂ρ 2
∂v
|∆ v|
2

1
Δm = Δv = nst
2
s
V=
t

Δv =
√( ∂s )
∂v 2 2
|∆ s| +( )
∂v 2
∂t
|∆ t|
2
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum pengukuran dasar antara lain sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Nst dengan Pengukuran Lansung Nst
Jenis alat ukur Nilai skala terkecil Kesalahan titik nol
Jangka sorong 0,05
Mikrometer sekrup 0,01
Termometer -10
Stopwatch 0,001
Mistar 0,01
Neraca Lengan 0,01

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Langsung dengan Standart Deviasi


NO Alat Ukur Objek Hasil x Δx I (%) K AP
Penguiuran (%)
1 Jangka Cincin Dalam =
Sorong 1,51
Luar =
1,815
2 Micrometer Bola Dalam =
Pejal 28,07
3 Neraca Balok 124,61
Lengan Besi
4 Stopwatch 2 3 Seond
Meter
5 Termometer Suhu 29˚C
Ruang
6 Mistar Balok P = 3,9
Besi L = 2,5
I = 1,5

Tabel 4.3 Pengukuran Tidak Langung Dengan Nst


No Alat Ukur P1 P2 P3 x Δx I K A
. (% (%) P
)
1 Jangka Dalam Dalam Dala Dalam Dalam 0,2 99, 4
Sorong = 1,5 = 1,5 m = = = 0,9 8
Luar = Luar = 1,505 1,505 0,0002 99,
1,817 1,817 Luar Luar = 3 1
5 5 = 1,782 Luar =
1,715 5 0,016
2 Micrometer 28,07 29,07 28,05 27,39 0,319 1,3 98, 4
6 7
3 Neraca 124,6 124,7 124,6 124,8 0,124 0,1 99, 4
Lengan 2 4 9
4 Stopwatch 3 2,3 2,2 2,516 0,264 9,4 90, 4
6
5 Termomete
r
6 Mistar P=4 4,1 4 0,0235 0,6 99, 4
3,9 4
L = 2,5 2,5 2,5 0 0 100 2
2,5
T =1,5 1,4 1,4 1,433 0,020 0,4 98, 4
6

Tabel 4.4 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst

No. Objek Besaran x Δx I K AP


(%) (%)
1 Balok P=4 M=124,62 Ρ=8,30
L=\2,5
T=1,5
2 Perjalanan S1=2 T1=3 V1=0,667 0,0082 1,30 98,70 4
S2=2,5 T2=3,4 V2=0,73 0,08 99,02 4
S3=3 T3=4,3 V3=0,697 0,03 99,07 4

perccobaa P(cm L(cm T(cm M(gr) v p Δp I(% K(%


n ) ) ) ) )
1 4 2,5 1,5 124,6 15 8,45 0,08 5,3 94,7
2 5
2 4,1 2,5 1,4 124,6 14,3 8,68 0,08 0,4 99,0
5 5 6
3 3,9 2,5 1,4 124,7 13,6 9,12 0,08 3,92 96,0
5 8 5 8

jarak waktu v Δv I(%) K(%) AP


P1 P2 P3
2,5 3,4 2,4 2,4 1,276 0,0628 4 96,0 4
3 4,3 3 4 0,797 12,5 87,5 4
3,5 5 3,3 4,3 0,833 8,6 91,4 4

1. Massa jenis balok


Percobaan P l t m v ρ Δρ I(%) K(%) AP
1 4 2,5 1,5 124,6 15 8,305 0,058 5,3 94,7 3
2
2 4,1 2,5 1,4 124,7 14,35 8,68 0,94 99,06 3
3 3,9 2,5 1,4 124,6 13,65 9,128 3,2 96,8 3
2. Kecepatan
jarak waktu v Δv I(%) K(%) AP
P1 P2 P3
2,5 3,4 2,4 2,4 0,914 0,0141 6 94,0 4
3 4,3 3 4 0.792 0,0141 7,6 92,4 4
3,5 5 3,3 4,3 0,833 0,0141 3,4 96,6 4

Tabel 4. 7 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst dan Standart Deviasi


No Bahan p l t v m ρ Δρ I K AP ρ ± Δρ
1 Balok 2 2 2 8 65,6 8,2 1,626 25 97,5 3 8,20 ±
x 10ˉ² 1,63 x 10
ˉ²

Tabel 4. 8 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst dan Standart Deviasi


No Jarak t(s) v Δv I (%) K (%) AP v ± Δv
1 2,5 2,72 0,919 0,211 x 0,02 99,98 4 0,919 ± 0,211
10ˉ² x 10ˉ²
3 3,47 1 43,47 x 0,0167 99,98 4 1 ± 43,47 x
10ˉ² 10ˉ²
3,5 2,59 1,351 1,216 x 0,014 99,98 4 1,351 ± 1,216
10ˉ⁹ x 10ˉ⁹
4.2 Pembahasan
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang
digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat
melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter
luar maupun diameter dalam, terdapat kesalahan-kesalahan tertentu yang
dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan dalam melihat angka yang
berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca skala
yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini mungkin disebabkan kesalahan
pralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang benar-benar
berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang
tidak mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.

Kesalahan dalam menggunakan mistar adalah keterbatasan keterampilan


pengamatan serta ditidak menggunkan titik ukur dari nol. Terdapat beberapa
millimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda-beda. Jangka sorong
memiliki tingkat ketelitian 0,005 cm, sedangkan mistar memilikitingkat ketelitian
0,05 cm. jadi, jangka sorong memiliki tingkat ketepatan lebih tinggi dibandingkan
mistar.

Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi


dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak di pengaruhi
gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik
maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai alat pengukur massa.
Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca tersebut missal neraca /timbangan
elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang dilaboratorium tentu sensitivitas
dan skala neracanya jauh berbeda. NST dari neraca adalah 0,01 gram.

Alat ukur waktu yang sering digunakan dalam percobaan fisika adalah
stopwatch. Dengan stopwatch digital, praktikum langsung dapat membaca selang
waktu yang diukur pada layar stopwatch. Pada saat membandingkan hasil
pengukuran dari stopwatch dengan jam tangan, terdapat beberapa sekon
perbedaan keduaanya. Tingkat ketidakpastiaan stopwatch lebih rendah
dibandingkan jam tangan, dimana stopwatch memiliki skala ketidakpastiaan 0,05
sekon. Jadi, pengukuran dengan menggunkan stopwatch dapat memperkecil
tingkat kesalahan dalam pengukuran waktu.
Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat diperoleh
dari rata-rata hasil pengukuran ± standart deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kali
sehingga dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumus
standart deviasi sehingga hasil pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat
menunjukkan kepresisian suatu alat ukur. Semakin kecil standart deviasi yang
terbentuk, maka semakin besar pengukuran kita yang mendekati benar.
Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan terhadap
besaran lain yang memiliki hubungan matematis dengan besaran yang dicari.
Pengukuran tidak langsung yang dilakukan pada praktikum ini tidak langsung
dilakukan pada semua alat ukur, namun pengukuran tidak langsung dibagi
menjadi dua, yaitu pengukuran tidak langung dengan nst dan standart deviasi.
Pengukuran tidak langsung menggunakan mistar, neraca o’hauss, jarak. Terdapat
perbedaan hasil ukur dari pengukuran tidak langsung diatas, walaupun dilakukan
pada besaran dan menggunakan alat yang sama. Pengukuran yang dilakukan
secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran yang dilakukan
sekali.
Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif. Semakin
banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berarti
semakin tepat hasil pengukuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa
pengukuran yang dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun
beberapa juga menunjukkan hasil yang kurang tepat karena memiliki angka
penting dengan jumlah kecil.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah:
1. Nilai skala terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera
pada alat ukur tersebut.
2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar.
3. Pengukuran tidak berulang menggunakan ralat nst dan pengukuran berulang
menggunakan ralat standart deviasi.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum pengukuran dasar yaitu, sebelum melakukan
percobaan praktikan harus memahami dan mengetahui hal yang akan dilakukan.
Mengetahui fungsi dari setiap alat ukur juga harus diperhatikan oleh setiap
praktikan. Praktikan juga harus memperhatikan intruksi dari asisten agar
praktikum berjalan dengan lancar dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Dauglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Ihsan, Helly. 2006. Pengertian Pengukuran. UPI: FIP

Mikrajuddin, Abdullah. 2016. Fisika Dasar. Bandung: ITB

Sasmito, Teguh. 2010. Pengukuran, Besaran dan Satuan. Jakarta: Erlangga.

Sutarno. 2009. Fisikan Untuk Universitas. Bandung: Pustaka Media.

Tim Penyusun. 2017. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: FMIPA


Universitas Jember

 Murdani E

Jurnal Filsafat Indonesia (2020) 3(3) 72-80

Anda mungkin juga menyukai