Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Pengukuran
Dosen Pengasuh : Jumingin, S.Si

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Istari Muslimah (14221051)
2. Megawati (14221056)
3. M. Saipudin Hidayatulla (14221061)
4. Nadya Indah Rahayu (14221065)
5. Neti Agustina (14221066)
6. Nurlia Wulandari (14221068)
7. Nurul Hidayah (14221069)
8. Purnama Sari (14221075)
9. Rahma Vania Carissa (14221078)

Program Studi Tadris Matematika


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat
dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang
dipelajari.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau
mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung
volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar
dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume.
Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan
karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis
maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang
menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan
tersebut.
Mengukur setiap besaran fisik dalam satuannya masin-masing,
menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik
yang kita tetapkan untuk mengukur besaran tersebut-misalnya, meter (m)
untuk besaran panjang (Halliday, 2010). Pentingnya besaran dalam
pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu untuk
memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala
tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi
pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil
pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan.
Dengan salah satu argument di atas, setelah dapat kita ketahui betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika, untuk
memperoleh hasil/data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat
dipercaya.

B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuruan
2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan benda.
3. Melakukan pengukuran massa benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran
Sains dan engineering didasarkan pada pengukuran dan perbandingan.
Oleh karena itu kita memerlukan aturan-aturan tentang bagaimana sesuatu itu
diukur dan dibandingkan, dan kita juga memerlukan eksperimen untuk
menetapkan satuan dari pengukuran dan perbandingan tersebut (Halliday,
2010).
Mengukur setiap besaran fisik dalam satuannya masing-masing,
menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama
unik yang kita tetapkan untuk mengukur besaran tersebut. Misalnya, meter
(m) untuk besaran panjang (Halliday, 2010)

B. Pengukuran Panjang Benda


Alat ukur panjang bisa berupa mistar, jangka sorong, atau mikrometer
setup Alat ukur besaran yang sama memiliki kawasan ukur sendiri-sendiri
(Priyambodo dan Bambang, 2009).
Mistar digunakan untuk alat ukur panjang, sebaiknya digunakan untuk
nilai ukur orde 10 cm (misalnya panjang pensil). Jangka sorong lebih baik
digunakan untuk mengukur pada kawasan nilai ukur 1 cm (misalnya diameter
pensil), dan mikrometer sekrup untuk kawasan ukur 0,5 cm (misalnya
diameter kawat) (Priyambodo dan Bambang, 2009).

C. Satuan Sistem Internasional


Pada tahun 1971, General Conference on weights and measures ke-14
memilih tujuh besaran sebagai besaran pokok, dan menjadi dasar
terbentuknya Satuan Sistem Internasional, di singkat menjadi SI dari nama
Prancis-nya dan dikenal dengan sebutan sistem metrik (Halliday, 2010).
Tabel 1-1 Satuan untuk Besaran Pokok SI

Besaran Nama Satuan Simbol Satuan

Panjang meter m

Waktu detik s

Berat kilogram kg
Tabel 1-1 menunjukkan satuan dari tiga besaran pokok panjang, massa
dan waktu. Satuan-satuan ini didefinisikan “skala manusia” (Halliday, 2010).
Banyak satuan turunan SI didefinisikan dalam satuan pokok ini Misalnya,
satuan SI untuk daya, yaitu watt (W), didefinisikan dalam satuan pokok
untuk massa, panjang, dan waktu. Maka, seperti yang akan Anda lihat adalah
1 watt = 1 W = 1 kg ∙ m2/s3 dimana bagian terakhir dari simbol satuan dibaca
sebagai kilogram-meter persegi per detik pangkat tiga (Halliday, 2010).

D. Ketidakpastian Pengukuran
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi
tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang
berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber
yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan, adalah
keterbatasan ketetapan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca
sebuah instrument di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan (Giancoli,
2001).
Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan
ketepatan, atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut.
Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur dinyatakan secara eksplisit
Pada kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua
satuan (atau bahkan tiga) dari digit terakhir yang diberikan. Jumlah digit yang
diketahui dapat diandalkan disebut jumlah angka signifikan (Giancoli, 2001).
E. Ketelitian Pengukuran dan Angka Signifikan
1. Ketelitian Pengukuran
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun
demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian
yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari
sumber yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan,
adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan
membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan
(Giancoli, 2001).
Ketelitian alat ukur berhubungan dengan jumlah angka penting pada
sederetan angka hasil ukur yang menggunakan alat ukur. Ini bearti
penyajian angka hasil ukur tidak sama dengan penyajian angka dari
hitungan dengan kalkulator (Priyambodo, 2009).
Macam – macam alat ukur, yaitu :
a. Jangka sorong
b. Mikrometer sekrup
c. Spherometer
d. Neraca Torsi
e. Densitometer
f. Stopwatch
g. Termomoter
h. Multimeter
i. Neraca Ohauss

2. Angka Signifikan
Jumlah digit yang diketahui dapat diandalkan diebut jumlah angka
signifikan. Dengan demikian ada empat angka signifikan pada angka 23,21
dan dua pada 0,062 cm (nol pada angka pertama dan kedua hanya
merupakan “pemegang tempat” yang menunjukan dimana koma diletakkan).
Ketika melakukan pengukuran, atau perhitungan, Anda harus menghindar
dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban terakhir dari
jumlah digit yang diperbolehkan (Giancoli, 2001).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar 1 tentang Pengukuran dilaksanakan pada Kamis, 2
Oktober 2014 pada pukul 15.00-18.00 WIB di Laboratorium Fisika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

B. Alat
1. Jangka Sorong
Fungsi jangka sorong, yaitu :
a. untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
b. untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
c. untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur.
2. Neraca Ohauss
Neraca ini berfungsi untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan
menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss
yaitu 0,1 gram.
3. Micrometer Sekrup
Mikrometer adalah sebuah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur
benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Mikrometer
memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi
berikut :
a. Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-
lapisan, blok-blok dan batang-batang.
b. Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang
suatu benda.
4. Koin
Koin berfungsi sebagai bahan percobaan Jangka Sorong dimana kita bisa
mengetahui berapa diameter koin tersebut.
5. Kelereng
Kelerng berfungsi sebagai bahan percobaan Mikrometer Sekrup dimana
kita bisa mengetahui berapa diameter kelereng tersebut.
6. Pipa
Pipa berfungsi sebagai bahan percobaan Jangka Sorong dimana kita bisa
mengetahui berapa diameter luar pipa dan berapa diameter dalam pipa.
7. Balok Alumunium
Balok alumunium berfungsi sebagai bahan percobaan Neraca Ohaus
dimana kita bisa mengetahui berapa massa balok allumunium tersebut.

C. Cara Kerja
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Tentukan tebal plat dan kelereng dengan menggunakan
mikrometer sekrup, ulangi hingga sepuluh kali.
3. Tentukan besar diameter koin, diameter dalam dan
diameter luar pipa dengan menggunakan jangka sorong,
ulangi hingga sepuluh kali.
4. Ukur massa benda dengan menggunakan neraca ohaus,
ulangi hingga lima kali.
5. Catat data hasil pengamatan sebagai data laporan
sementara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Jangka Sorong
Tabel 1. Hasil Pengamatan Diameter Luas Pipa ( D₁ )
No D₁ (cm) D₁² (cm)
1. 2,61 6,81
2. 2,61 6,81
3. 2,63 6,91
4. 2,62 6,86
5. 2,62 6,86
6. 2,63 6,91
7. 2,62 6,86
8. 2,63 6,91
9. 2,61 6,81
10. 2,62 6,86
∑D1 =26,2 ∑D12= 68,64
Tabel 2. Hasil Pengamatan Diameter Dalam Pipa ( D₂ )
No D₂ (cm) D₂² (cm)
1. 2,26 5,10
2. 2,14 4,57
3. 2,11 4,45
4. 2,12 4,49
5. 2,11 4,45
6. 2,25 5,06
7. 2,11 4,45
8. 2,25 5,06
9. 2,12 4,49
10. 2,29 5,24
∑D2 =21,76 ∑D22= 47,40

Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter Koin (D)


No. D(cm) D² (cm)
1. 2,79 7,84
2. 2,71 7,34
3. 2,71 7,34
4. 2,71 7,34
5. 2,71 7,34
6. 2,71 7,34
7. 2.705 7,31
8. 2.705 7,31
9. 2.705 7,31
10. 2,71 7,34
∑D = 27,16 ∑D2= 73,79
2. Mikrometer Sekrup
Tabel 1. Hasil Pengamatan Diameter Kelereng (x)
No x (mm) x² (mm)
1. 15,81 249,95
2. 15,74 247,74
3. 15,74 247,74
4. 15,88 252,17
5 15,81 249,95
6. 15,88 252,17
7. 15,76 248,37
8. 15,75 248,06
9. 15,76 248,37
10. 15,75 248,06
∑X1=157,88 ∑X12=2492,63

Tabel 2. Hasil Pengamatan Diameter Plat(x1)


No x (mm) x₁² (mm)
1. 1,62 2,62
2. 1,59 2,52
3. 1,64 2,68
4. 1,65 2,72
5. 1,63 2,65
6. 1,61 2,59
7. 1,58 2,49
8. 1,63 2,65
9. 1,60 2,56
10. 1,58 2,49
∑X1=16,13 ∑X12=26,02
3. Neraca Ohaus
Tabel Hasil Pengamatan Massa Balok Aluminium (m)
No m (g) m² (g)
1. 49,49 2449,26
2. 49,48 2448,27
3. 48,55 2455,20
4. 49,47 2447,28
5. 49,39 2439,37
∑m =247,38 ∑m2 =12239,38

B. Pembahasan
Pada praktikum ini kita melakukan pengukuran menggunakan alat jangka
sorong, mikrometer sekrup dan neraca ohauss. Pada jangka sorong digunakan
untuk mengukur ketebalan suatu benda,baik diameter dalam maupun diameter
luar. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Jangka sorong
memiliki ketelitian 0,1 mm. Agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum,maka
percobaan dilakukan sebanyak sepuluh kali. Hasil dari percobaan tersebut
adalah diameter luar pipa berjumlah 26,2 cm, diameter dalam pipa berjumlah
21,76 cm dan diameter koin berjumlah 27,16 cm. Pada mikrometer sekrup
memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat teliti.
Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan skala putar dan memiliki
ketelitian 0,01 mm, pengukuran ini juga dilakukan sebanyak sepuluh kali
percobaan. Hasil dari percobaan tersebut adalah diameter kelereng berjumlah
157,88 mm sedangkan diameter plat berjumlah 16,13 mm. Sedangkan neraca
ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu benda. Praktikum ini juga
dilakukan beberapa kali percobaan yaitu sebanyak lima kali, massa balok
aluminium dari pengukuran menggunakan neraca ohauss adalah 247,38 gram.
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidak pastian yang berhubungan
dengan setiap pengukuran (Giancoli, 2001).
Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, yaitu:
1. Kesalahan kalibrasi.
Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat
pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan alat tersebut dengan alat baku.
2. Tingkat ketelitian alat ukur
Tujuan setiap orang ketika mengukur adalah mendapatkan hasil
berupa nilai ukur yang tepat benar. Tujuan itu tidak pernah tercapai karena
setiap alat ukur yang digunakan memiliki ketelitian yang terbatas. Hal
yang dapat dicapai adalah untuk dapat diperoleh hasil ukur yang paling
boleh jadi benar (Priyambodo dan Bambang, 2009).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar
benda.
2. Mikrometer Sekrup digunakan untuk mengukur diameter luar dan ketebalan
suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi,,serta lebih mudah dan hasil
pengukuran lebih tepat dibandingkan dengan jangka sorong.
3. Neraca Ohauss digunakan untuk mengukur berat suatu benda,seperti balok
aluminium.

B. Saran
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk
memahami dulu konsep besaran dan satuan.
2. Sebaiknya pengukuran dilakukan pengukuran sebanyak lebih dari dua kali
dari sudut yang berbeda agar mendapat hasil maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli.2001.Fisika.Jilid 1.Erlangga.Jakarta.
Halliday,dkk.2010.Fisika Dasar.Jilid 1.Erlangga.Jakarta.
Priyambodo, Tri Kuntoro dan Bambang Murdaka Eka Jati.2009.Fisika Dasar
untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan Informatika.Andi.Yogyakarta.
LAMPIRAN

1. Soal Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ? Bagaimana
cara untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengukuran ?
Jawab :
Pengukuran adalah kegiatan dengan menggunakan alat-
alat ukur dengan tujuan mengetahui nilai suatu besaran.
Untuk menghindari kesalahan pengukuran:
-Lakukan pengukuran lebih dari satu kali.
-Lakukan pengukuran dengan model dan teknik tertentu.
-Pengukuran dilakukan dengan dua orang atau lebih
sesuai tugasnya.

2. Apakah perbedaan antara massa dengan berat benda ?


Jawab :
- Massa benda merupakan ukuran banyaknya zat yang
terkandung dalam suatu benda,sedangkan Berat benda
merupakan gaya gravitasi yang bekerja pada benda
tersebut.
- Massa benda nilai nya tidak berubah dimanapun
tempatnya,sedangkan berat benda nilainya dipengaruhi
oleh percepatan gravitasi.
- Massa benda di nyatakan dalam satuan
kilogram,sedangkan Berat benda satuanya Newton
- Massa benda diukur dengan Neraca,sedangkan Berat
benda dengan neraca pegas.
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara jangka sorong
dengan micrometer sekrup ?
Jawab :
Jangka sorong memiliki bisa mengukur diameter luar dan
diameter dalam , panjang ,lebar, maupun kedalaman.
Sedangkan Mikrometer sekrup fungsi nya sama dengan
jangka sorong namun tidak bisa mengukur kedalaman.

2. Gambar Alat dan Bahan

1. Jangka Sorong

2. Micrometer Sekrup

3. Neraca Ohauss
4. Koin

5. Kelereng

6. Pipa

7. Balok Alumunium

8. Plat

Anda mungkin juga menyukai