Anda di halaman 1dari 11

DINAMIKA GERAK

(Laporan Praktikum Fisika Dasar Pertanian)

Oleh :

KELOMPOK 5

Amalia Agustin 1654071009


Dahlia 1614071063
Firnando Anggi S 1954071010
Hendi 1954071008
M Arby Az Zumar 1914071020
M Jakarya Harahap 1914071010
Nabila Oktavia 1914071034
Selfi Apriliana S 1914071038
LABORATORIUM FISIKA DASAR PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Dinamika Gerak


Tempat : Laboratorium Fisika Dasar Pertanian
Hari/Tanggal : Selasa, 10 September 2019
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Pertanian
Kelompok : V (Lima)

Bandar Lampung, 10 September 2019


Mengetahui,
Asisten

Aditia Adwijaya
NPM. 1854071006
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau kecenderungan benda akan
bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan dimana sebuah benda diam
atau meluncur pada suatu permukaan yang memberikan gaya-gaya kepadanya. Setiap kali dua
benda berinteraksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari permukaan-permukaan maka gaya-
gaya interaksinya disebut gaya kontak. Gaya gesekan juga selalu terjadi antara permukaan benda
padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Ketika sebuah benda bergerak,
misalnya ketika sebuah buku didorong di atas permukaan meja, gerakan buku tersebut
mengalami hambatan dan akhirnya akan berhenti, karena terjadi sebuah gesekan antara
permukaan buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku dengan udara.

Memahami akan pentingnya gaya gesek merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia.
Sehingga kita perlu mengetahui peran penting dan besarnya dalam kehidupan melalui praktikum
ini, yaitu menentukan koefisien gesek bahan. Dalam melakukan praktikum ini tentu kita tidak
lepas dengan Hukum-Hukum Newton, karena inilah yang mendasari kegiatan praktikum ini. Di
kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari bantuan gaya gesekan, walaupun terkadang kita
tidak menyadarinya. Akibat dari pentingnya pengetahuan untuk memahami tentang gaya gesek
dalam kehidupan sehari-hari maka dilakukan percobaan ini.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakan praktikum adalah sebagai berikut :


1. Menghitung gaya gesek dan koefisien gerak.
2. Menghitung percepatan benda bergerak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Permukaan sebuah benda meluncur di atas permukaan benda lain masing-masing benda akan
saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan. Gaya gesekan terhadap tiap benda
berlawanan arahnya dengan arah gerakannya relatif terhadap benda “lawan ”nya. Jadi jika
sebuah balok meluncur dari kiri ke kanan di atas permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek ke
kiri akan bekerja terhadap meja. Gaya gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak terjadi
gerakan relatif. Suatu gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang terletak dilantai mungkin
saja tidak cukup besar untuk menggerakkan peti itu. Karena gaya tersebut terimbangi oleh suatu
gaya gesekan yang besarnya sama dengan berlawanan arah, yang dikerjakan oleh lantai terhadap
peti(Francis,1998).

Gaya gesek adalah gaya yang melawan arah gaya relatifnya. Gaya gesek dibagi menjadi dua,
gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah singgungan dua benda pada
saat keadaan diam, atau saat benda dalam keadaan diam dalam bidang horizontal. Gaya gesek
kinetis adalah gaya luncuran pada benda yang bergerak di permukaan kasar. Gaya gesek kinetis
berlawanan dengan kecepatan benda formula yang dipakai untuk mencari koefisien dari gesek
statis dan kinetis adalah Fs = µs x N untuk gaya gesek statis dan formula Fk = µk x N untuk gaya
gesek kinetis pada benda(Giancolli, 1998).

Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yang dilakukan benda terhadap benda lain
dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan benda. Secara matematika hubungan antara
gaya gesek dengan gaya normal adalah sebagai berikut :
Fs < µk . N dan Fs > µs . N
Tanda sama dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar µk dan µs
tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa lebih besar dari suatu
yang biasanya lebih kecil(Faradah,1987)

Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman. Gesekan suatu
benda yang menggelinding di atas permukaan dilawan oleh gaya yang timbul akibat perubahan
bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring
memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir(Astuti,1997).

Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum newton I menyatakan
“setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan kecuali jika
dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya”. Sesungguhnya
Hukum Newton ini memberikan pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan
suatu benda bergantung kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak
ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus
dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka
acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan (Silaban,sucipto, 1985).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2019 di Laboratorium Fisika Dasar
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian¸ Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah papan kayu sepanjang 1 meter, stopwatch,
spidol, busur, mistar ukur, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah balok
kayu.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Dinamika Gerak untuk percobaan 1 adalah
sebagai berikut :

Diletakkan papan di atas meja, pada posisi mendatar.

Diletakkan potongan balok (ditimbang terlbih dahulu dan dicatat bobotnya) di atas papan (posisi
di tengah).

Diangkat salah satu ujung papan pelan-pelan, terus sampai balok meluncur.

Diukur sudut kemiringan papan (θ) dengan busur derajat, pada saat balok meluncur.

Dicatat dan diulangi langkah 1 sampai 4 sebanyak tiga kali.

Dihitung gaya gesek (Fs) maksimum dan koefisien gesek statis (µs) dengan melihat vektor
kesetimbangan gaya.

Hasil.

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Dinamika Gerak pada percobaaan kedua adalah
sebagai berikut :

Disiapkan papan dan ditandai dengan spidol titik 0 dan 1 berjarak 75 cm (0,75 m).

Dimiringkan papan tersebut, dengan besar sudut 30o.

Diletakkan balok pada titik 0 dan diluncurkan, pada saat yang bersamaan, ditekan tombol ON
stopwach.
Pada saat balok sampai di titik 1, ditekan tombol OFF stopwatch. Dihitung waktu balok kayu
meluncur sejauh 0,75 m.

Diulangi langkah 2-4 sampai 3 kali.

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Percobaan 1 : Statik


Ulangan Fs (N) µs
1 0,18 0,42
2 0,37 0,62
3 0,15 0,38
Rata-rata 0,23 0,47
Standar Deviasi (SD) 0,11 0,12

Tabel 2. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 30o


Ulangan Fk (N) µk V (m/dt) A (m/dt2) F (N)
1 0,8 0,81 1,27 2,15 0,23
2 1,08 1,10 1,87 4,67 0,51
0,91 0,92 1,53 3,12 0,34
Rata-rata 0,93 0,94 1,55 3,31 0,36
SD 0,14 0,14 0,3 1,26 0,13

Tabel 3. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 45o


Ulangan Fk (N) µk V (m/dt) A (m/dt2) F (N)
1 1,64 3,07 2,41 7,77 0,85
2 1,3 1,64 1,87 4,67 0,51
3 3,01 3,81 3,57 17 1,87
Rata-rata 1,98 2,50 2,61 9,81 1,07
SD 0,88 1,14 0,86 6,4 0,7

Tabel 4. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 60o


Ulangan Fk (N) µk V (m/dt) A (m/dt2) F (N)
1 3,52 6,45 4,16 23,11 2,54
2 1,89 3,43 2,5 8,33 0,91
3 3,83 6,96 4,41 25,94 2,85
Rata-rata 3,08 5,61 3,69 19,12 2,1
SD 1,15 1,9 1,03 9,45 1,02

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat data pada percobaan pertama yaitu
koefisien gaya gesek statis. Koefisien gaya gesek statis (µs) didapat dari penurunan rumus Fs =
µs . N menjadi µs = tanθ. Sehingga µs dapat dicari dengan mengetahui besar sudut antara papan
dengan lantai sehingga balok mengalami perpindahan posisi dari ujung papan ke ujung papan
lainnya. Setelah didapat µs, kita bisa mencari Fs (gaya gesek statis) dengan mengalikan µs dengan
N yang merupakan gaya yang arahnya tegak lurus dengan permukaan lantai benda.

Lalu pada percobaan kedua, balok yang akan diletakkan di ujung papan akan dilepaskan ke
ujung lainnya dengan sudut antara papan dengan lantai yang telah ditentukan. Jika semakin besar
sudut yang telah ditentukan, maka hal tesebut berpengaruh pada kecepatan benda (V) yang lebih
besar, percepatan benda yang lebih besar (a), dan gaya (F) yang lebih besar. Hal ini berarti besar
sudut antara papan dengan permukaan lantai berpengaruh terhadap kecepatan (V), percepatan
(a), gaya (F), gaya gesek kinetis (Fk), dan koefisien gaya gesek kinetis (µk).

Pada percobaan pertama, didapatkan data koefisien gesek statis (µs) yang besarnya rata-rata 0,47.
Hasil itu didapatkan karena sudut antara papan dengan permukaan lantai saat balok meluncur
dari ujung papan ke ujung lainnya. Besar sudut rata-rata yang didapatkan pada percobaan
pertama adalah 26o. Hasil ini berbeda dengan percobaan kedua yang dilakukan, karena pada
percobaan kedua sudut antara papan dengan permukaan lantai telah ditentukan. Karena sudutnya
telah ditentukan, maka besar koefisien gesek kinetis (µk) nya lebih besar dibandingkan percobaan
pertama. Jadi Perbedaan percobaan 1 dan 2 yaitu di percobaan pertama mencari sudut
kemiringannya terlebih dahulu lalu menghitung gaya gesek maksimum dan koefisien gesek statis
sedangkan pada percobaan kedua karena sudut telah ditentukan kita hanya mencari waktu yang
diperlukan balok untuk menuju titik nol,.

Untuk mendorong sebuah benda yang mempunyai permukaan kasar di atas meja dengan laju
konstan dibutuhkan gaya dengan besar tertentu. Untuk mendorong benda lain yang sama
beratnya tetapi mempunyai permukaan yang licin di atas meja dengan laju yang sama, akan
memerlukan gaya lebih kecil. Jika selapis minyak atau pelumas lainnya dituangkan antara
permukaan benda dan meja, maka hampir tidak diperlukan gaya sama sekali untuk
menggerakkan benda itu. Pada urutan kasus tersebut, gaya yang diperlukan makin kecil. Sebagai
langkah berikutnya, kita bisa membayangkan sebuah situasi di mana benda tersebut tidak
bersentuhan dengan meja sama sekali, atau ada pelumas yang sempurna antara benda itu dan
meja, dan mengemukakan teori bahwa sekali bergerak, benda tersebut akan melintasi meja
dengan laju yang konstan tanpa ada gaya yang diberikan.

Berdasarkan penemuan ini, Isaac Newton (1642- 1727), membangun teori geraknya yang
terkenal. Analisis Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak” -nya yang
terkenal. Dalam karya besarnya, Principia
(diterbitkan tahun 1687), Newton menyatakan terima kasihnya kepada Galileo. Pada
kenyataannya, hukum pertama Newton tentang gerak sangat dekat dengan kesimpulan Galileo.
Hukum I Newton menyatakan bahwa:
“Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang
garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.”

Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada
garis lurus disebut inersia (kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut Hukum
Inersia. Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai contoh, jika
kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah benda seperti cangkir yang
diletakkan di atas dashboard mungkin bergerak ke arah kalian (cangkir tersebut tetap diam
selama kecepatan mobil konstan). Cangkir dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun
orang atau benda lain memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada
kerangka acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku. Kerangka acuan di
mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia. Hukum Newton 1 bisa
dituliskan dalam rumus ΣF = 0.

Aplikasi penerapan Hukum Newton 1 dalam kehidupan sehari-hari adalah pada saat kita
mengendarai mobil, lalu kita mengerem secara mendadak. Sontak tubuh kita akan
mempertahankan posisi tubuh kita agar tidak terpental ke depan. Inilah yang merupakan
penerapan dari Hukum Newton 1.

Hukum I Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda,
maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan bergerak lurus beraturan
(kecepatan konstan). Selanjutnya, apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda
tersebut? Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan
pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah.
Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya
tersebut akan memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan
arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena
perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total
dapat menyebabkan percepatan.

Pengalaman sehari-hari dapat menjelaskan hubungan antara percepatan dan gaya. Ketika kita
mendorong kereta belanja, maka gaya total yang terjadi merupakan gaya yang kita berikan
dikurangi gaya gesek antara kereta tersebut dengan lantai. Jika kita mendorong dengan gaya
konstan selama selang waktu tertentu, kereta belanja mengalami percepatan dari keadaan diam
sampai laju tertentu, misalnya 4 km/jam.

Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka kereta belanja mencapai 4 km/jam
dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan
percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya,
percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja yang penuh
dengan belanjaan, kita akan menemukan bahwa kereta yang penuh memiliki percepatan yang
lebih lambat. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa maka akan makin kecil
percepatannya, meskipun gayanya sama. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding terbalik
dengan massanya. Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya
sebagai berikut:
“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya.”

Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam persamaan:


ΣF = m.a
dengan:
a = percepatan (m/s2)
m = massa benda (kg)
ΣF = resultan gaya (N)

Aplikasi Hukum Newton 2 dalam kehidupan sehari-hari adalah bus yang melaju di jalan raya
akan mendapatkan percepatan yang sebanding dengan gaya dan berbanding terbalik dengan
massa bus tersebut, lalu pada permainan kelereng, kelereng yang kecil saat dimainkan akan
lebih cepat menggelinding, sedangkan kelereng yang lebih besar relatif lebih lama.
Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya memengaruhi gerak.
Tetapi kita mungkin bertanya, dari mana gaya-gaya itu datang? Berdasarkan pengamatan
membuktikan bahwa gaya yang diberikan pada sebuah benda selalu diberikan oleh benda lain.
Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan seseorang mendorong meja, martil
memukul/ mendorong paku, atau magnet menarik paku. Contoh tersebut menunjukkan bahwa
gaya diberikan pada sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan oleh benda lain, misalnya gaya
yang diberikan pada meja diberikan oleh tangan.

Newton menyadari bahwa hal ini tidak sepenuhnya seperti itu. Memang benar tangan
memberikan gaya pada meja. Tetapi meja tersebut jelas memberikan gaya kembali kepada
tangan. Dengan demikian, Newton berpendapat bahwa kedua benda tersebut harus dipandang
sama. Tangan memberikan gaya pada meja, dan meja memberikan gaya balik kepada tangan.

Hal ini merupakan inti dari Hukum III Newton, yaitu: “Ketika suatu benda memberikan gaya
pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan
arah terhadap benda pertama.” . Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-
reaksi, “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Untuk menghindari
kesalahpahaman,
sangat penting untuk mengingat bahwa gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang
berbeda.

Aplikasi Hukum Newton III dalam kehidupan sehari-hari antara lain Ketika kita menginjakkan
kaki ke tanah, berarti kita memberikan sebuah gaya dorong terhadap tanah tersebut. Gaya yang
kaki kita berikan kepada tanah ini merupakan gaya aksi. Kemudian sebagai respon dari gaya aksi
yang kita berikan, maka tanah memberikan gaya dorong ke kaki kita yang membuat kaki bisa
terangkat. Gaya dorong yang diberikan tanah ini adalah gaya reaksi. Proses ini berlangsung
secara terus menerus sehingga membuat kita dapat berjalan di atas tanah.

Pada praktikum ini juga terdapat kendala yang menyebabkan hasil yang didapat kurang akurat.
Kendalanya adalah pada saat balok diluncurkan dari papan, balok sering keluar jalur papan,
sehingga percobaan tersebut harus diulangi. Lalu kendala selanjutnya adalah pada saat
menghitung waktu tempuh balok, seringkali saat menekan tombol stopwatch tidak sesuai pada
saat jalannya balok tersebut, sehingga data yang didapatkan kurang akurat. Kendala yang
terakhir adalah pada saat mengukur sudut antara papan dengan permukaan lantai di percobaan
pertama. Saat menggunakan busur, besar sudut yang didapatkan pada ulangan ke 1, 2, dan 3
memiliki rentang perbedaan yang cukup jauh.
Hubungan antara bentuk permukaan benda dengan gaya gesek adalah semakin kasar permukaan
benda maka gaya gesek akan semakin besar , dan sebaliknya apabila semakin halus permukaan
benda maka gaya gesek akan semakin kecil Selain itu juga, hubungan antara permukaan benda
dan gaya gesek adalah gaya gesek menimbulkan hambatan saat dua benda saling bersentuhan
pada kedua permukaan benda.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Gaya gesek rata-rata pada percobaan pertama adalah 0,23 N dan koefisien gaya geseknya
adalah 0,12. Besar gaya gesek rata-rata pada percobaan kedua dengan sudut 30o adalah 0,93 N,
dengan sudut 45o adalah 1, 98 N, dan dengan sudut 60o adalah 3,08 N. Untuk besar koefisien
gaya geseknya pada sudut 30o adalah 0,94, pada sudut 45o adalah 2,5 dan pada sudut
60o adalah 5,61.
2. Percepatan rata-rata yang didapatkan pada percobaan kedua dengan sudut 30o adalah 3,31
m/s2, dengan sudut 45o adalah 9,81 m/s2, dan dengan sudut 60o adalah 19,12 m/s2.

DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo, dan Fien Edward. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.
Astuti, Asri. 1997. Diktat Fisika Dasar 1. Universitas Jember. Jember.
Faradah, Inang. 1987. Fisika jilid 1 edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.
Francis. 1998. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Marcelo. 1999. Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Silaba dan Sucipto. 1985. fisika dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Sumarsono, Joko, 2009. Fisika. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai