Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

ACARA 3 DAN 4
KONDUKSI DAN PERPINDAHAN PANAS SECARA KONVEKSI

OLEH :

NAMA : LALU. M FATHUL AZIZ AL-AZHARI


NIM : 31412A0048
KLPK : III (TIGA)
JRUSN : TEKNIK PERTANIAN

PRODI STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini metupaan salah satu tugas telah menyelesaikan tugas mata kuliah
Satuan Operasi Tahun Ajaran 2019/2020 Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Mataram.
Disahkan pada tanggal

Mataram , 04 Desember 2019

Co.assisten

Khusnul Khatimah

Mengetahui
Koordinator Praktikum

Dr. Nurhayati, S.TP., M.P


NIDN (08240985020)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Mataram, 04Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ---------------------------------------------------- i


HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------- ii
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------- iii
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------- iv
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 1
1.1.Latar Belakang -------------------------------------------------- 1
1.2.Tujuan Praktikum ---------------------------------------------- 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ----------------------------------------- 3
2.1.Pengertian Perpindahan Panas -------------------------------- 3
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ----------------------------- 6
3.1.Waktu dan Tempat --------------------------------------------- 6
3.2.Alat dan Bahan-------------------------------------------------- 6
3.3.Cara Kerja ------------------------------------------------------- 6
BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN ----------- 7
4.1.Hasil Pengamatan ---------------------------------------------- 7
4.1.1.Tabel Hasil Pengamatan ------------------------------- 7
4.2.Proses Terjadinya Konduksi ---------------------------------- 7
4.3.Grafik Perubahan Suhu Pada Bahan ------------------------- 8
4.3.1.Grafik Perubahan Suhu Pada Besi-------------------- 8
4.3.2.Grafik Perubahan Suhu Pada Aluminium ----------- 9
4.3.3.Grafik Perubahan Suhu Pada Kaca ------------------- 10
BAB V PENUTUP ---------------------------------------------------------- 11
5.1.Kesimpulan ------------------------------------------------------ 11
5.2.Saran ------------------------------------------------------------- 11
ACARA 4 --------------------------------------------------------------------- 12
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 13
1.1.Latar Belakang -------------------------------------------------- 13
1.2.Tujuan Praktikum ---------------------------------------------- 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ----------------------------------------- 14
2.1.Pengertian Perpindahan Panas -------------------------------- 14
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ----------------------------- 17
3.1.Waktu dan Tempat --------------------------------------------- 17
3.2.Alat dan Bahan-------------------------------------------------- 17
3.3.Cara Kerja ------------------------------------------------------- 17

iv
BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN ----------- 18
4.1.Hasil Pengamatan ---------------------------------------------- 18
4.2.Pembahasan ----------------------------------------------------- 18
BAB V PENUTUP ---------------------------------------------------------- 20
5.1.Kesimpulan ------------------------------------------------------ 20
5.2.Saran ------------------------------------------------------------- 20
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------ 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Panas (kalor) didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya apabila suhunya
rendah maka kalor yang dikandung benda sedikit.

Dari hasil percobaan yang sering dilakukakan besar kecilnya klalor yang
dibutuhkan suatu benda bergantung pada 3 faktor :

1. Massa zat
2. Jenis zat
3. Perubahan suhu
Kalor dapat dibagi menjadi dua jenis
1. Kalor yang digunakan untuk menaikan suhu
2. Kalor yang digunakan untuk merubah wujud, persamaan yang digunakan
dalam kalor laten ada dua macam.
Q= m. U dan Q=m. L
Dengan U adalah kalor uap dan L adalah kalor lebur. Dengan satuan J/Kg
Konduksi adalah perpindahan panas antara dua sustansi dari sustansi yang
bersuhu tinggi ke sustansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak antara
kedua sustansi secara langsung.
Misal sendok teredam dalam mangkok berisi sup air panas. Apabila disentuh,
ujung sendok akan terasa panas walaupun ujung sendok tersebut tidak
bersentuhan langsung dengan sumber kalor (panas). Laju perpindaha kalor secara
konduksi bergantung pada :
1. Panjan (L)
2. Luas penampang (A)

1
3. Konduktivitas termal K atau jenis bahan
4. Beda suhu T
Oleh karena itu, banyak kalor Q yang dapat berpindah selama waktu t tertentu
ditulis dengan persamaan berikut :
H=K.A atau Q=k.A.t
Makin besar nilai k suatu bahan, makin mudah zat itu menghantar kalor.
Bahan konduktor mempunyai nilai k besar, sedngkan bahan isolator mempunyai
nilai k kecil.
Berdasarkan kemampuan menghantar kalor, zat dibagi atas dua golongan
yaitu :
1. Konduktor, yaitu zat yang dapat dengan mudah menghantarkan suatu
kalor
2. Isolator adalah zat yang sukar menghantarkan kalor
Bahan yang bersifat konduktor maupun isolator masing-masing mempunyai
manfaat dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja sesuai dengan penggunaanya.
Sebagai contoh, untuk memanaskan makanan, kita tidak perlu menyentuh kalor
dari api langsung ke makanan. Akan tetapi dapat kita gunakan panci aluminium
yang gagangnya terbuat dari plastik tahan panas. Panci aluminium adalah
konduktor yang sebagai media untuk memindahkan kalor dari api kemakanan,
sedangkan plastik sebagai isolator yang baik sehingga dapat menahan panas dari
aluminium.
1.2. Tujuan praktikum

Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah

1.2.3. Mengamati perpindahan kalor pada benda secara konduksi.

1.2.4. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis


logam.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian perpindahan panas


Kalor merupakan bentuk energi. Perubahan jumlah kalor pada suatu
bendaditandai dengan kenaikan dan penurunan suhu atau bahkan perubahan
wujud bendatersebut. Jika benda menerima kalor, suhunya akan naik. Banyak
kalor yang akanditerima atau dilepaskan suatu benda sebanding dengan besar
kenaikan dan penurunansuhunya. Secara matematis hubungan antara banyak kalor
dan kenaikan suhu ditulis sebagai berikut :
Q = m. C. dt
Dimana :
Q = kalor jenis (j)
m = massa air (kg)
dt = perubahan suhu
c = kalor jenis air
Kalor jenis zat (cv) adalah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk
menaikkansuhunya sebesar satu satuan suhu pada volume konstan dengan kalor
jenis air diambil4.200 J/kg. Kemudian Q merupakan hasil kali dari daya dan
waktu.
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan cara konduksi pada
umumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat dapat menghantar kalor disebut
konduktor, seperti berbagai jenis logam. Sedangkan zat penghantar kalor yang
buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda non logam. Contoh konduksi
adalah memanaskan batang besi di atas nyala api. Apabila salah satu ujung besi
dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama ujung yang
dipegang semakin panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah
dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang.

3
Konduksi atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai
hasil tumbukan molekul-molekul.Sementara satu ujung benda dipanaskan,
molekul-molekul di tempat itu bergerak lebih cepat.Sementara itu, tumbukan
dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat, mereka
mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian
bertambah.Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian energi
mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut.Dengan demikian,
energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda.Hal inilah
yang mengakibatkan terjadinya konduksi.Konduksi atau hantaran kalor hanya
terjadi bila ada perbedaan suhu.Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa
kecepatan hantaran kalor melalui benda yang sebanding dengan perbedaan suhu
antara ujung-ujungnya.Kecepatan hantaran kalor juga bergantung pada ukuran dan
bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran kalor
melalui sebuah benda uniform tampak seperti pada gambar berikut. Konduksi
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan berubah atau tidaknya suhu terhadap waktu,
yaitu konduksi tunak (steady) dan konduksi tak tunak (unsteady).Konduksi tunak
dapat dijelaskan sebagai konduksi ketika suhu yang dihantarkan tidak berubah
atau distribusi suhu konstan terhadap waktu.Sebaliknya, konduksi tak tunak jika
suhu berubah terhadap waktu. (Tim Penyusun. Buku Panduan Praktikum POT 1.
1989).
Konduktivitas termal (k) merupakan suatu konstanta yang dipengaruhi oleh
suhu yang nilainya akan bertambah jika suhu meningkat. Selain memiliki
karakteristik yang dipengaruhi oleh suhu, nilai k juga merupakan suatu besaran
yang dapat mengidentifikasi sifat penghantar suatu benda.Bahan yang memiliki
konduktivitas termal yang besar biasanya dikategorikan sebagai penghantar panas
yang baik, dan sebaliknya.Umumnya, nilai k logam lebih besar daripada
nonlogam, dan k pada gas sangat kecil. Unit konduktivitas termal biasanya
dinyatakan dalam Watt/moC atau BTU/jam.ft.o F.Pada zat padat, energi kalor
dihantarkan dengan cara getaran kisi bahan. Selain itu, menurut hukum
Wiedemann-Franz, konduktivitas termal zat padat mengikuti konduktivitas
elektrik, dimana pergerakan elektron bebas yang terdapat pada kisi tidak hanya

4
menghasilkan arus elektrik tapi juga energi panas. Hal ini adalah salah satu
penyebab tingginya nilai konduktivitas termal beberapa jenis zat padat, terutama
logam.Untuk kebanyakan gas pada tekanan sedang konduktivitas termal
merupakan fungsi suhu.Pada gas ringan, seperti hidrogen dan helium memiliki
konduktivitas termal yang tinggi.Gas padat seperti xenon memiliki konduktivitas
kecil, sedangkan sulfur hexafluorida, yang berupa gas padat, memiliki
konduktivitas termal yang tinggi berdasar tingginya kapasitas panas gas ini. (De
Nevers, Noel. 1951).
Konduktivitas termal suatu bahan adalah ukuran kemampuan bahan
untukmenghantarkan panas. Berlaku untuk sebuah bahan berbentuk balok
dengan penampang lintang A, energy yang dipindahkan persatuan waktu antara
dua permukaan berjara l. (Halauddin, 2006)

5
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat


Hari/tanggal :
Waktu : 01.00-02.00 wita
Tempat : Labolatorium Universitas Muhammadiyah Mataram
3.2.Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan praktikum perpindahan
panas secara konduksi adalah sebagai berikut :
1. Batang seng, besi, kaca, dan tembaga.
2. Kaki tiga.
3. Pembakar spritus dan korek api.
4. Lilin atau plastisin.
3.3.Langkah Kerja
Langkah-langkah melaksanakan praktikum perpindahan panas secara
konduksi adalah :
1. Letakkan alat koduksi yang terdiri dari empat buah batang masing-masing
seng, besi, kaca, dan tembaga diatas statif.
2. Buatlah bulatan plastisin dan letakkan pada ujung bawah batang logam.
3. Panaskan alat konduksi bahan tersebut dalam pemanas spritus.
4. Amatilah bulatan plastisin, mana yang cepat jatuh dari ke-empat pahan
tersebut.
5. Letakkan termometer pada ujung spritus yang menyala dan diujung
tempat plastisin sebagai T2 kemudian catat suhunya setiap menit.
6. Isilah daftar jasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

6
BAB IV

HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengamatan
4.1.1. Tabel hasil Pengamatan

Suhu
No Waktu Besi Aluminium Kaca
T1 T2 T1 T2 T1 T2
1 0 33℃ 31℃ 31℃ 31℃ 32℃ 31℃
2 1 35℃ 31℃ 37℃ 31℃ 33℃ 31℃
3 2 37℃ 31℃ 49℃ 31℃ 34℃ 31℃
4 3 41℃ 31℃ 60℃ 31℃ 35℃ 31℃
5 4 43℃ 31℃ 64℃ 31℃ 35℃ 31℃
6 5 43℃ 31℃ 69℃ 31℃ 36℃ 31℃

Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahan yang dangan cepat
melelehkan lilin menandakan bahan tersebut dalam proses perpindahan kalor
sangat cepat juga, dilihar dari besi yang dipanaskan perpindahan kalor pada besi
dengan sangat cepat merespon panas dan memiliki partikel-partikel yang baik
unutk menghantarkan kalor, begitupun aluminium T1 atau ujung benda yang
dipanaskan dengan sangat cepat merespon perubahan suhu sehingga dapat
melelehkan suatu lilin, namun pada kaca tak mampu melelhkan suatu lilin sebagai
objek percobaa perpindahan kalor. Namun bisa kita tarik suatu kesimpulan bahan
yang dengan cepat menghantarkan kalor adalah aluminium, namun tidak
dielahkan semua benda dalam percobaan ini mampu memindahkan kalor tapi ada
bahan yang sulit menghantarkan kalor ada juga yang sangat cepat, tergantung
masing-masing partikel yang tersusun pada bahan tersebut.

4.2.Proses Terjadinya Konduksi


Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana perpindahan kalor
antara benda atau partikel-partikel yang berkontak langsung, melekat satu dengan
yang lainnya, tidak ada pergerakan yang relatif diantara benda-benda tersebut.

7
Misalnya panas yang berpindah dari batang sebuah logam akibat pemanasan salah
satu ujungnya. Proses terjadinya konduksi dimana perpindahan kalor dari suhu
yang lebih rendah ke suhu yang lebih tinggi, ambil salah satu contoh pada saat
melakukan praktikum dimana proses pemanasan ujung besi akan menghantarkan
kalor ke ujung yang sebelahnya dimana partikel-partikel bahan yang memiliki
suhu yang tinggi akan berpindah ke suhu yang lebih rendah, pada saat pemanasan
ujung besi dengan api ujung tersebut akan mengalami perubahan suhu lebih
tinggi, suhu yang tinggi ini akan berpindah ke ujung besi yang bersuhu rendah,
dan suhu yang rendah akan mengisi ruang kosong pada ujung besi yang
dipanaskan dan perputaran partikel tersebut akan terjadi selama pemanasan terjadi
yang mengakibatkan suhu pada ujung besi yang tidak dipanaskan akan
mengalaimi perubahan suhu sehingga menyebabkan panas pada ujungnya,
begitulah proses perpindaha kalor secara konduksi yang dilakukan saat menjalani
praktikum pindah panas.
4.3.Garafik Perubahan Suhu Pada bahan
4.3.1. Grafik perubahan suhu pada besi

Grafik Perubahan Suhu Pada Besi


50

40

30
suhu

T1
20 T2

10

0
1 2 3 4 5 6

Perubahan suhu yang yang terjadi selama 5 menit adalah dimana T2 adalah
suhu awal besi sebelum dipanaskan, ketika ujung besi tersebut dipanaskan selama
5 menit suhunya dengan sangat seginifikan bertambah itu menandakan proses
konduksi pada besi atau perpindahan kalor pada besi sangat baik, kita bisa lihat
pada T1 atau ujung besi yang tidak dipanaskan mengalami kenaikan suhu. Suhu

8
ujung besi yang tidak dipanaskan mengalami kenaikan suhu dari 33 ℃, selama 5
menit mengalami kenaikan menjadi 43 ℃
4.3.2. Grafik perubahan suhu pada aluminium

Grafik Perubahan Suhu Pada


Aluminium
80
70
60
50
suhu

40 T1
30 T2
20
10
0
1 2 3 4 5 6

Perubahan suhu yang yang terjadi selama 5 menit adalah dimana T2 adalah
suhu awal aluminium sebelum dipanaskan, ketika ujung aluminium tersebut
dipanaskan selama 5 menit suhunya dengan sangat seginifikan bertambah itu
menandakan proses konduksi pada besi atau perpindahan kalor pada besi sangat
baik, kita bisa lihat pada T1 atau ujung aluminium yang tidak dipanaskan
mengalami kenaikan suhu. Suhu ujung besi yang tidak dipanaskan mengalami
kenaikan suhu dari 31 ℃, selama 5 menit mengalami kenaikan menjadi 69 ℃.
Perpindahan kalor pada aliminium lebih cepat dibandingkan besi, kita bisa lihat pada
tabel dan grafik perubahan suhu dengan waktu.

9
4.3.3. Perubahan suhu pada kaca

Perubahan Suhu Pada Kaca


37
36
35
34
33
suhu

T1
32
T2
31
30
29
28
1 2 3 4 5 6

Proses perubhan suhu atau perpindahan kalor secara kondksi pada kaca tidak terlalu
baik itu menandakan kaca tidak dapat menghantarkan kalor dengan baik, kaca bisa
menghantarkan kalor namaun kurang baik. Dilihat dari garifik perubahan suhu pada
ujung kaca yang dipanasakan dengan ujung kaca yang tidak dipanaskan, tidak terjadai
perubhan suhu yang sangat signifikan yang menyebabkan lilin tidak meleleh. Bisa
dibilang elektron-elektron bebasa pada kaca sangat minim sekali, karen proses konduksi
terjadi jika elektron-elektron bebasa pada suatu bahan sangat berkontribusi dalam proses
perpindahan kalor.

10
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :

1. Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses dimana perpindahan


kalor dari suhu yang yang tinggi ke suhu yang lebih rendah.
2. Bahan memliki sifat dapat menghantarkan kalor dengan baik dan
menghantarkan kalor dengan kurng baik yang dialami pada proses
pemanasan kaca.
3. Perpindahan kalor dengan sangat cepat terjadi pada bahan aluminium,
kareana aluminium memiliki elektron-elektron bebas yang sangat baik
dalam proses menghantarkan kalor.
4. Kaca tidak baik dalam proses menghantarkan kalor secara konduksi
dikarenakan kaca memimilki elektron-elektron bebasa yang sangat
sedikit.
5. Semakin lama bahan dipanaskan maka semakin meningkat juga suhu pada
bahan tersebut, namun digaris bawahi benda yang semakin meningkat
suhunya adalah bahan yang dapat menghantarkan kalor dengan baik.
5.2.Saran
Diharapkan mahasiswa disaat menjalnkan praktikum datang tepat pada
waktunya, tak lupa juga harapannya alat yang digunakan selama praktikum lebih
lengkap lagi agar supaya mahasiswa dapat belajar mengenal alat-alat yang ada di
labolatorium sambil mahasiswa melaksanakan praktikum.

11
ACARA 4

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perpindahan kalor dengan zat penghantar disertai dengan adanya perpindahan
bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor secara konveksi disertai dengan gerakan
massa atau gerkan partikel-partikel zat perantaranya. Konveksi hanya terjadi pada
zat yang dapat mengalir (fluida). Ada dua cara perpindahan panas melalui
hantaran yaitu secara konveksi alamiah dan konveksi paksa. Contoh konveksi
secara alamiah adalah pada pemanasan air. Setelah air dibagian bawah panci
menerima kalor, air tersebut akan memuai sehingga menyebabkan massa jenis air
lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis air yang diatasnya. Perbedaan massa
jenis tersebut menyebabkan partikel-partikel air yang bermassa jenis lebih kecil
akan bergerak keatas. Tempat yang ditinggalkan oleh air yang bermassa jenis
kecil itu akan diisi kembali oleh air yang bermassa jenis lebih tinggi. Peristiwa
tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga partikel didalam air panik
berputar naik turun. Aliran-aliran partikel yang bergerak tersebut disertai dengan
perpindahan panas. Sementara itu konveksi paksa banyak digunaka pada sistem
pendingin mesin, misalnya pada mesin mobil, kapal dll.
1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum perpindahan panas secara konveksi adalah :
1. Memahami mekanisme perpindahan panas secara konveksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas secara
konveksi.

13
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Kalor merupakan bentuk energi. Perubahan jumlah kalor pada suatu


bendaditandai dengan kenaikan dan penurunan suhu atau bahkan perubahan
wujud bendatersebut. Jika benda menerima kalor, suhunya akan naik. Banyak
kalor yang akanditerima atau dilepaskan suatu benda sebanding dengan besar
kenaikan dan penurunansuhunya. Secara matematis hubungan antara banyak kalor
dan kenaikan suhu ditulis sebagai berikut :
Q = m. C. dt
Dimana :
Q = kalor jenis (j)
m = massa air (kg)
dt = perubahan suhu
c = kalor jenis air
Kalor jenis zat (cv) adalah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk
menaikkansuhunya sebesar satu satuan suhu pada volume konstan dengan kalor
jenis air diambil4.200 J/kg. Kemudian Q merupakan hasil kali dari daya dan
waktu. Pada umumnya terdapat tiga proses perpindahan panas yaitu radiasi,
konveksi,dan konduksi.
Radiasi atau pancaran merupakan perpindahan panas melalui gelombangdari
suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan panas. Keadaan ini
baruterbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan
perpindahan radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet.
Terdapatdua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi
itu terjadi.
Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kaor
tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi kalor
yangdisinarkan. Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak
terjadi pada bagian dalam bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, mak

14
a banyak ha1 yang boleh terjadi. Energi ka1or yang menimpa suatu permukaan,
sebagian akandipantulkan, sebagian akan diserap ke da1am bahan, dan sebagian
akanmenembus bahan dan terus ke luar. Jadi da1am mempelajari perpindahan kal
or radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan (Masyitah dan Haryanto 2006).
Konveksi atau aliran adalah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat
yangdipanaskan. Proses perpindahan panas secara aliran atau konveksi merupakan
satufenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan.Jadi
dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaa
n dankeadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama.
Lazimnya,keadaan keseirnbangan termodinamik di dalam bahan akibat proses
konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam
hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling adalah T2
dengan Tl>T2. Kini terdapatkeadaan suhu tidak seimbang diantara bahan dengan
sekelilingnya. Perpindahan kalordengan jalan aliran dalam industri kimia
merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Konveksi hanya
dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini
hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasanzat ini terjadi aliran, karena
masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa kesuhuyang sama tinggi. Oleh
karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertamadipanaskan memperoleh
masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebihdingin. Sebagai
akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor tersebar pada seluruh zat (Masyitah dan
Haryanto 2006).
Proses perpindahan kalor secara aliran atau konveksi merupakan satu
fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi
dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang
utama.Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk
pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat
ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke
suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang
pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian

15
masa yang lebih dingin.Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor
akhirnya tersebar pada seluruh zat. Pada kedua proses konduksi dan konveksi,
faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut
adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu terjadi maka keadaan tidak stabil
termal akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses
perpindahan kalor. (Dewitt, 2002).

16
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat


Hari/tanggal :
Waktu : 01.00-02.00 wita
Tempat : Labolatorium Universitas Muhammadiyah Mataram
3.2.Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat melaksanakan praktikum
perpindahan panas secara konveksi adalah :
1. Wadah
2. Tinta
3. Pipet
4. Stopwatch
5. Gelas/cangkir
6. Air panas
3.3.Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja praktikum sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan seperti gambar.
2. Teteskan tinta kedalam wadah yang berisi air. Teteskan disebelah kiri dan
kanan dalam wadah.
3. Letakkan cangkir yang berisi air panas dibwah wadah.
4. Amati apa yang terjadi! Ukur waktu yang diperlukan tinta agar
bercampur.

17
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengematan
a. Sedikit demi sedikit tinta mulai menyebar dalam 20 detik
b. Dalam waktu 1 menit tinta sudah mulai tercampur.
c. Dalam waktu 3 menit tinta sudah terlihat berubah warna.
d. Dalam waktu 5 menit tinta sudah menjadi warna ungu.
4.2.Pembahasan
Dengan persamaan kalor :
𝑄 = ℎ. 𝐴 . ∆𝑡
Dimana Q adalah kalor, h adalah tinggi larutan, A adalah luas penampang,
dan ∆𝑡 adalah total suhu awal dan akhir.
h A T1(℃) T2 (℃)

7,8 40,82 22℃ 39 ℃

𝑄 = ℎ. 𝐴 . ∆𝑡
𝑄 = 7,8 × 40,82 × (39 − 22)
= 7,8 × 40,8 × 17
= 5,412 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒

Alat perpindahan panas konveksi merupakan alat yang menjelaskan tentang


perpindahan panas secara konveksi pada zat cair.Zat cair yang digunakan adalah
air.Hal tersebut dikarenakan air mudah didapat dan mempunyai titik didih lebih
rendah dari pada minyak goreng.
Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti
dengan perpindahan zat itu sendiri. Hal tersebut akan mudah dipahami saat proses
pemasakan air. Proses tersebut diterapkan pada alat perpindahan panas konveksi

18
yang telah kami lakukan. Dalam hal ini, panas akan mengalir karena adanya
perbedaan suhu. Percobaan dilakukan dengan cara memanaskan air didalam gelas
ukur yang dipanaskan. Ketika sumber api dinyalakan dan diletakkan tepat di
bawah pantat gelas ukur, air yang berada di dasar akan memiliki suhu yang lebih
tinggi dari pada air yang berada di bagian atasnya. Hal tersebut mengakibatkan air
di dasar wadah akan memuai karena terus dipanasi. Oleh sebab itu, karena rapat
massanya lebih kecil, maka air akan memuai ke atas.

19
BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Perpindahan panas konveksi adalah perpindah panas yang disertai dengan


perpindahan zat perantaranya. Besarnya konveksi tergantung pada:

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).


b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (∆t).
c. koefisien konveksi (h)

Tinta yang semulanya dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi air, ketika
pantat gelas dipanaskan dan air mulai membuih, tinta akan menyebar tercampur
dengan air.
5.2.Saran
Diharapkan mahasiswa disaat menjalnkan praktikum datang tepat pada
waktunya, tak lupa juga harapannya alat yang digunakan selama praktikum lebih
lengkap lagi agar supaya mahasiswa dapat belajar mengenal alat-alat yang ada di
labolatorium sambil mahasiswa melaksanakan praktikum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kreith, Frank, dkk. Principles of Heath Transfer; Sevent Edition, Cengage


Learning Stamfor, 2003.
J.P. Holman. Heat Transfer, Fifth Edition, Mcgraw-Hill Ltd, 1986.
Frank. P Incrocera, and David. P DeWitt, Fundamental of Heat Transfer, Fourth
Edition, John Wiley and Sons Inc, 2002.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Cet. 4 (Bandung:
YRAMA WIDYA, 2007).
Jati, Bambang Murdaka Eka dan Tri Kuntoro Priyambodo. Fisika Dasar (ANDI,
2008).
“Kalor (Heat),” Modul Kalor (3 Januari 2013).
Resky Perdana Yanti, Muh. Said L. dan Ihsan. Studi Penentuan Nilai Kalori Pada
Buah Durian (Durio zibethinus), UIN Alauddin Makassar.

21

Anda mungkin juga menyukai