Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KELOMPOK III:
SUBIHARDI (GIC020052)
SUR’AEN (G1C020054)
YUNIA MAULIDA (G1C020056)
ZURIATUN TOYIBAH (G1C020058)
IHSANI RAHMATULLAH (G1C020060)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Kelompok III

Laporan tetap ini adalah sebagai bukti Kelompok III Kelas Kimia 1B
telah menyelesaikan Praktikum Fisika Dasar di Laboratorium Fisika Dasar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
Pada tanggal: (9 November 2020) s.d. (7 Desember 2020)

Mengesahkan,

Sasabila (Asisten Acara I) (……………………)


NIM: (G1B08056)

Wina Dwi Marianti (Asisten Acara II) (……………………)


NIM: (G1B018066)

Sri Anum (Asisten Acara III) (……………………)


NIM: (G1B018058)

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Zahra Ramadlan Mubarokah,S.Si.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tetap Praktikum Fisika Dasar dengan Acara I Pengukuran, Acara II
Bandul Matematis, Acara III Gerak Jatuh Bebas sebagaimana mestinya. Sholawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Koordinator dan
Asisten Praktikum Fisika Dasar yang telah membimbing dan mengajari kami
dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan praktikum. Sehingga
praktikum yang kami laksanakan dapat berjalan dengan lancar. Kami menyadari
akan ketidak sempurnaannya dari laporan kami. Untuk itu kami dengan sangat
terbuka menerima kritik dan saran dari para pembaca. Semoga Laporan Praktikum
Fisika Dasar ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 7 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...vi
ACARA I PENGUKURAN...………………………………………………….…1
A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM……………………………….....1
B.ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM….…………………………..1
C.LANDASAN TEORI………………………………………………1
D.PROSEDUR PERCOBAAN………………………………………4
E.HASIL PENGUKURAN…………………………………………... 5
F.ANALISIS DATA………………………………………………….6
G.PEMBAHASAN……………………………………….………….
10
H.PENUTUP……………………………………………….……….. 11

ACARA II BANDUL MATEMATIS……………………………………………12


A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM ……………………………….. 12
B.ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM …………………………… 13
C.LANDASAN TEORI………………………………...……………
13
D.PROSEDUR PERCOBAAN……………………………………..15
E.HASIL PENGAMATAN………………………………………….15
F.ANALISIS DATA………………………………………………...16
G.PEMBAHASAN………………………………………………….19
H.PENUTUP………………………………………………………...20

ACARA III GERAK JATUH BEBAS…………………………………………..20


A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM………………………………...20
B.ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM…………………………….21
C.LANDASAN TEORI……………………………………………...
21
D.PROSEDUR PERCOBAAN……………………………………...24

iii
E.HASIL PENGAMATAN………………………………………….24
F.ANALISIS DATA………………………………………………...25
G.PEMBAHASAN………………………………………………….29
H.PENUTUP……………………...………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
LAMPIRAN………………………………………………………………………...

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jangka sorong………………………………………………………...2


Gambar 1.2 Mikrometer Sekrup…………………………………………………..3
Gambar 2.1 Skema Bandul Matematis Sederhana…………..…………………...15
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Panjang Tali dengan priode kuadrat bandul
matematis……………………………………………………………20
Gambar 3.1 Percobaan gerak jatuh bebas………………………………………..23
Gambar 3.2 Rangkaian alat percbaan gerak jatuh bebas…………………………25
Gambar 3.3 Pengaruh ketinggian terhadap waktu……………………………….30

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dimensi dan beberapa satuan panjang,luas, dan volume 2


Tabel 1.2 Nilai volume dan massa jenis balok pejal
menggunakan jangka sorong 5
Tabel 1.3 Nilai volume dan massa jenis balok pejal
menggunakan mistar 5
Tabel 1.4 Nilai volume dan massa jenis silinder pejal
menggunakan jangka sorong 6
Tabel 1.5 Nilai volume dan massa jenis bola pejal
menggunakan mikrometer sekrup 6
Tabel 1.6 Nilai volume dan massa jenis bola pejal
menggunakan jangka sorong 6
Tabel 2.1 Hasil pengukuran waktu 10 kali ayunan 17
Tabel 2.2 Nilai percepatan gravitasi 19
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan ketinggian dan waktu jatuh 26
Tabel 3.2 Nilai hitung percepatan gravitasi benda 28
Tabel 3.3 Perbandingan nilai h dan t secara teori dan praktikum 29

vi
ACARA I
PENGUKURAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Praktikum pengukuran kali ini memiliki tiga tujuan yaitu:
a. Menentukan volume benda.
b. Menentukan massa jenis suatu zat.
c. Mencari nilai ketidakpastian pengukuran.
2. Waktu Praktikum
Senin, 16 November 2020
3. Tempat Praktikum

Lantai III, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-Alat Praktikum
a. Jangka Sorong (150 × 0,02) mm (1 buah)
b. Mikrometer Sekrup (0,25) mm (1 buah)
c. Mistar (0-50) cm (1 buah)
d. Neraca empat lemhan (1 × 0,01) g (1 buah)
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Balok Pejal (5×4×1) cm3 (1 buah)
b. Bola Pejal (2) cm3 (1 buah)
c. Silinder Pejal (1×2) cm3 (1 buah)

C. LANDASAN TEORI
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari
nilai atau ukuran suatu benda dengan menggunakan alat ukur tertentu. Dalam
pengukuran digunakan sistem akurasi, akurasi adalah seberapa dekat
pengukuran dengan nilai yang sebenarnya untuk pengukuran itu (Sears, 2013:
25). Ketepatan sistem pengukuran mengacu pada seberapa dekat kesepekatan

1
antara berulang (yang diulang dalam kondisi sama). Salah satu cara untuk
menganalisis ketepatan adalah dengan menentukan kisaran atau perbedaan
antara nilai yangter ukur terendah dan tertinggi. Pengukuran relatif tepat jika
nilainya tidak terlalu bervariasi dan pengukuran tidak terlalu tepat apabila ada
variasi yang signifikan dari suatu pengukuran yang dilakukan (Sears, 2013:
25).
Nilai pengukuran akan berguna jika dilakukan dalam satuan
baku.satuan baku adalah satuan yang diterima secara umum dan terdefinisi
dengan pasti nilainya. Dalam satuan baku untuk pengukuran ditetapkan satuan
internasional untuk tujuh besaran pokok. Satuan tersebut selanjutnya
dinamakan SI (Le sisteme Internasionale) (Abdullah, 2016: 6-7).

Tabel 1.1 : Dimensi dan beberapa satuan panjang,luas,volume (Serway, 2008:


8)

Sistem panjang (L) luas (L2) Volume (m3)


SI m m2 m3
Cgr cm cm2 cm3
US ft ft2 ft3

Pengukuran panjang, luas, maupun volume dibutuhkan alat ukur berupa


mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup. Alat-alat tersebut memiliki
ketelitian berbeda. Alat ukur yang paling teliti adalah mikrometer sekrup,
kemudian jangka sorong yang kurang teliti adalah mistar (Abdullah, 2016:
17). Jangka sorong sorong dapat mengukur hingga ketelitian 0,1 mm
(Abdullah, 2016: 21-22).

Gambar 1.1 Jangka Sorong (Abdullah, 2016: 21 )

2
Gambar 1.2 Mikrometer Sekrup (Abdullah, 2016: 25)

Pengukuran volume benda,dapat dilakukan untuk volume benda padat,untuk


balok :

V = p ×l ×t (1.1)

Sedangkan untuk pengukuran massa per volume diperoleh densitas atau massa
jenis.massa jenis adalah massa per volume :

m
p= (1.2)
V

Tingkat akurasi sistem pengukuran berkaitan dengan ketidakpastian


(Sears, 2013: 25). Agar diketahui bahwa pengukuran telah dilakukan dengan
alat yang teliti maka kesalahan pengukuran juga perlu dilaporkan.kesalahan
pengukuran juga sering disebut ketidakpastian (Abdullah, 2016: 32).
Ketidakpastian adalah ukuran kuantitatif tentang seberapa besar nilai terukur
pengukuran yang dilakukan menyimpang dari standar atau nilai yang
diharapkan. Jika pengukuran tidak terlalu tepat maka ketidakpastian nilai akan
tinggi Sears, Zemansky, 2013: 26) :

x±∆ x (1.3)

Nilai yamg diukur adalah x dan ketidakpastian pengukuran adalah ∆ x.


Sehingga nilai eksakta pengukuran ada diantara x−∆ x sampai x +∆ x. Dalam
pengukuran berulang maka menggunakan nilai rata-rata:

x1 + x 2 + x 3+ …+ x n
( x́ )= (1.4)
n

Ketidakpastian pengukuran menggunakan variasi untuk pengukuran berulang:

3
2 2 2
( x1 −x́ ) + ( x 2− x́ ) +…+ ( x n− X́x )
σ= (1.5)
n

Pengukuran fisika sering dijumpai persamaan matematika. Untuk


memeriksa kebenaran hitungan prosedur yang dilakukan adalah analisis
dimensi yang memanaatkan fakta bahwa dimensi dapat diperlakukan sebagai
besaran aljabar.Dalam mengerjakan proyek, dimensi satuan akan membantu
memudahkan penyelesaian. Ketika bekera secara aljabar dengan besaran
fisika, analisis dimensi memungkinkan kita untuk memeriksa kesalahan dalam
perhitungan, yang muncul sebagai ketidaksesuaian dalam satuan (Serway,
2009: 5).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1. Pengukuran volume dan massa jenis balok pejal
a. Panjang (p), lebar (l), dan tinggi benda (t) diukur menggunakan jangka
sorong dan mistar pada 5 sisi yang berbeda sehingga mendapatkan 5
data hasil pengukuran.
b. Data tersebut dimasukkan pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.
c. Volume dan massa jenis benda dicari dan nilai yang didapat
dimasukkan pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.
d. Ralat pengukuran dihitung dan dimasukkan pada Tabel 1.2 dan Tabel
1.3.
2. Pengukuran volume dan massa jenis silinder pejal
a. Diameter (D) dan tinggi benda diukur menggunakan jangka sorong
pada 5 sisi yang berbeda sehingga mendapatkan 5 data hasil
pengukuran.
b. Data tersebut dimasukkan pada Tabel 1.4.
c. Volume dan massa jenis benda dicari dan nilai yang didapat
dimasukkan pada Tabel 1.4.
d. Ralat pengukuran dihitung dan dimasukkan pada Tabel 1.4.
3. Pengukuran volume massa jenis bola pejal

4
a. Diameter bola diukur menggunakan jangka sorong dan mikrometer
sekrup pada 5 sisi yang berbeda sehingga mendapatkan 5 data hasil
pengukuran.
b. Data tersebut dimasukkan pada Tabel 1.5 dan Tabel 1.6.
c. Volume dan massa jenis benda dicari dan nilai yang didapat
dimasukkaan pada tabel 1.6.
d. Ralat pengukuran dihitung dan dimasukkan pada Tabel 1.5 dan Tabel
1.6.

E. HASIL PENGUKURAN
Tabel 1.2 Nilai Volume dan Massa Jenis Balok Pejal menggunakan Jangka
Sorong
Pengukuran
average ralat
Pengukuran
(x́) (∆ x ¿
1 2 3 4 5
p(mm) 48 48 48 48 48 48 0
l(mm) 19 19 14 19 18,6 18,92 0,08
t(mm) 16,6 18 17,8 18 17 17,48 0,54
m(g) 94 93,4 93,3 93,1 93 93,36 0,28
V( 104 mm3) 1,51 1,64 1,62 1,64 1,52 1,59 4,87
ρ(10−3 gm m−3 ) 6,21 5,69 5,75 5,67 6,13 5,88 1,90

Tabel 1.3 Nilai Volume dan Massa Jenis Balok Pejal menggunakan Mistar
Pengukuran Averag
Ralat
e
Pengukuran ¿)
( x́ )
1 2 3 4 5
p(mm) 45 47 47 47 46 46,4 0,76
l(mm) 13 14 13 13 13 13,2 1,44
t(mm) 19 19 19 19 19 19 0
m(g) 91,1 93 93,3 92,5 93 92,3 0,544
V(104 mm3) 1,11 1,25 1,61 1,61 1,14 1,16 1,25
ρ(10-3 gmm-3) 8,20 7,43 7,95 8,04 8,19 7,95 1,50

Tabel 1.4 Nilai Volume dan Massa Jenis Silinder Pejal menggunakan Jangka

5
Sorong
Pengukuran Average Ralat
Pengukuran ( x́ ) ¿)
1 2 3 4 5
D(mm) 19 18 19 18 18 18,4 0.48
t (mm) 23 24 21 23 23 22,8 0,72
m(g) 23,1 23 23,1 23 22,8 23 0,06
3
V(10 mm ) 3
6,52 6,11 5,95 5,85 5,85 5,98 3,70
ρ(1 0−3 gmm−3 ) 3,54 3,77 3,86 3,93 3,897 3,805 1,82

Tabel 1.5 Nilai Volume dan Massa Jenis Bola Pejal mengunakan Micrometer
Sekrup
Pengukuran
Average Ralat
Pengukuran
1 2 3 4 5 ( x́ ) ¿)
D(mm) 20, 20,7 20.8 20,4 20 20,2 0,692
9
m( g) 62 61,4 62,6 62,4 61,8 62 0,268
V(mm3) 4,78 4,64 4,72 4,44 4,59 4,61 4,31
ρ( gm m−3) 13 13,2 13,3 14 13,5 13,4 125

Tabel 1.6 Nilai Volume dan massa jenis bola pejal menngunakan jangka
Sorong

F.
Pengukuran Pengukuran Average Ralat
1 2 3 4 5 ( x́ ) ¿)
D(mm) 28 25,2 32,8 31 30 29,4 2,04
m( g) 62,3 62,1 62 62 62 62,08 0,096
V(104mm3) 1,15 × 8,38 1,85 1,56 1,41 1,6 3,26
ρ(10−3 gm m−3 ) 5,42 2,42 3,36× 3,98 4,38 4,91 5,04

ANALISIS DATA
1. Menghitung Volume dan Massa Jenis Benda
a. Menghitung Volume dan Massa Jenis Balok Pejal
a. 1. Menghitung Volume Balok Pejal Menggunakan Jangka Sorong

V 1= p1 ×l 1 × t 1

6
¿ 48 mm × 19mm × 16,6 mm

¿ 1,51× 1 04 mm3

Volume untuk perulangan 2-5 termuat pada table 1.2, sedangkan


perhitungan volume menggunakan mistar termuat pada Tabel
1.3.

a. 2. Menghitung Massa Jenis Balok Pejal

m1
ρ 1=
V1

49 g
¿
15139mm 3

¿ 0,006209 g mm−3
¿ 6,21 ×10−3 gmm3
Massa jenis untuk perulangan 2-5 termuat pada Tabel 1.2,
sedangkan perhitungan massa jenis menggunakan mistar termuat
pada Tabel 1.3.
b. Menghitung Volume dan Massa Jenis Silinder Pejal
b. 1. Menghitung Volume Silinder Pejal
V 1=Lalas × t 1
π 2
¿ D t
4 1 1
3,14
¿ ( 19 mm )2 ( 23 mm )
4
3,14
¿ (8303)mm 3
4
¿ 6,5 ×103 mm3
Volume untuk perulangan 2-5 termuat pada Tabel 1.4.
b. 2. Menghitung Massa Jenis Silinder Pejal
m1
ρ 1=
V1
23,1 g
¿
6518 mm3

7
¿ 0,003544 g mm−3
¿ 3,54 ×10−3 gmm−3
Massa jenis untuk perulangan 2-5 termuat pada Tabel 1.4
c. Menghitung Volume dan Massa Jenis Bola Pejal
c. 1. Menghitung Volume Bola Pejal
π 3
V 1= D
6
3,14
¿ (28 mm)3
6
3,14
¿ ( 21952 mm3 )
6
¿ 1,15 ×104 mm 3

Volume untuk perulangan 2-5 termuat pada tabel 1.5, Sedangkan


perhitungan volume menggunakan micrometer sekrup termuat
pada Tabel 1.6.

c. 2. Menghitung Massa Jenis Bola Pejal


m1
ρ 1=
V1
62,3 g
¿
11488 mm3
¿ 0,005423 g mm−3
¿ 5,42× 10−3 g mm−3

Massa jenis untukperulangan 2-5 termuat pada tabel 1.5,


sedangkan perhitungan massa jenis menggunakan micrometer
sekrup termuat pada Tabel 1.6.

2. Perhitungan Ralat Pengukuran


a. Menghitung Ralat Pengukuran Langsung (Simpangan Rata-Rata)

|P i− Ṕ|
∆ P=
n

|P1− Ṕ|+|P2 −Ṕ|+|P3− Ṕ|+|P4 −Ṕ|+|P5− Ṕ| |( 48−48 ) mm|+|( 48−48 ) mm|+|( 48−48
¿ =
5 5

8
0 mm+0 mm+0 mm+ 0 mm+0 mm
¿
5
¿ 0 mm

Simpangan rata-rata panjang, lebar, tinggi pada balok termuat pada


Tabel 1.2 – 1.3, simpangan rata-rata benda silinder pada Tabel 1.4, dan
bola pejal termuat pada Tabel 1.5 -1.6.

b. Menghitung Ralat Pengukuran Tak Lansung ( Perambatan Ralat)


b. 1. Untuk Balok Pejal
∆ V =√ (¿ ∆ p)2+( pt ∆l)2+( pl ∆ t)2

2 2
¿ ( 18,92mm ×17,48 mm × 0 mm ) + ( 48 mm ×17,482mm ×0,08 mm )
√ +( 48 mm× 18,92mm × 0,54 mm)

¿ √ 0 mm6 + 4505mm 6+ 232431,98 mm6

¿ √ 236937,504 mm6

¿ 4,87 × 102 mm 3

Simpangan rata-rata volume balok pejal termuat pada Tabel 1.2


dan Tabel 1.3.

b. 2. Untuk Silinder Pejal


2 2
π π
∆V =
√( 2 ) (
Dt ∆ D + D 2 ∆ t
4 )
2 2
3,14 3,14
¿
√( 2 ) (
( 18,4 mm ) ( 22,8 mm ) (0,48 mm) +
4
( 18,4 mm )2( 0,72mm) )
¿ √¿ ¿¿
¿ √ 99950,822 mm6 +36616 mm6
¿ √ 136567,176 mm6
¿ 3,70 ×102 mm3

Simpangan rata-rata volume silinder pejal termuat pada tabel


1.4.

9
b. 3. Untuk Bola Pejal
π
∆ V = D 2∆ D
2
3,14
¿ ( 29,4 mm )2 ( 2,4 mm )
2
¿ 3,26 ×103 mm3

Simpangan rata-rata volume bola pejal termuat pada Tabel 1.5


dan Tabel 1.6.

b. 4. Perambatan Ralat Massa Jenis

2 2
1 1
∆ ρ=ρ
√ ḿ2
∆ m +
V́ 2
∆ V

2 2
1 1
¿ 6,2 ×10−3 gmm−3
√ ( 93,36 g )2
(0,28 g) +
( 15877 mm3 )
2
(486,76 mm 3
)

¿ 6,2 ×10−3 gmm−3 √ 8,994 ×10−6 + 939,243× 10−6


¿ 6,2 ×10−3 g mm−3 √ 948,237 ×10−6
¿ 6,2 ×10−3 g mm−3 ×3,079 ×10−2
¿ 1,91× 10−4 g mm−3

Perhitungan nilai maasa jenis untuk silinder dan bola termuat


pada Tabel 1.3 -1.6.

Berdasarkan uraian analisis data diatas maka secara keseluruhan hasil


pengukuran massa jenis pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.7
berikut:

Tabel 1.7 Nilai massa jenis dan galat ralat pengukuran massa jenis benda

Jenis Benda V́ ± ∆ V (m3) ρ́ ± ∆ ρ(kg m−3)


Balok pejal ( 1,59 ×10−5 ± 4,9 ×10−7 ) m3 ( 5,89 ×103 ±1,9 × 102 ) kg m−3
Silinder pejal ( 5,98 ×10−6 ± 3,7 ×10−7 ) m3 ( 3,8 ×10 3 ± 1,8× 103 ) kg m−3
Bola pejal (Js) ( 1,36 ×10−5 ± 3,3 ×10−6 ) m 3 ( 4,9× 103 ± 5,9 ×103 ) kg m−3
Bola pejal (Ms) ( 4,63× 10−9 ± 4,3 ×10−8 ) m3 ( 1,9 ×107 ± 1,24 ×8 ) kg m−3

10
G. PEMBAHASAN
Praktikum acara ini yang bertujuan untuk menentukan volume dan
massa jenis benda beserta ketidakpastiannya Pengukuran. Agar mencapai
tujuan tersebut maka dilakukan pengukuran panjang,lebar,tinggi dan massa
dari balok pejal dan silinder pejal serta diameter dari bola pejal. Didapat
pengukuran 3 dimensi panjang dan massa benda diperoleh hasil pengukuran
yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 sampai Tabel 1.6 terlihat bahwa volume
untuk balok pejal merupakan hasil kali antara panjang,lebar,dan tinggi.
Sedangkan,massa jenis benda merupakan perbandingan massa suatu benda
dengan volume benda tersebut sehingga massa jenis suatu benda berbanding
terbalik dengan volumenya.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa micrometer sekrup
memiliki nilai ketidakpastian atau ralatnya kecil. Hal ini dikarenakan
mikrometer sekrup menggunakan skala mm dan memiliki ketelitian
pengukuran paling tinggi yaitu 0,01 mm. Sedangkan jangka sorong memiliki
ralat yang sedang hal ini dikarenakan jangka sorong memiliki ketelitian
pengukuran sebesar 0,02 mm. Sementara itu untuk mistar memiliki ketelitian
pengukuran sebesar 0,5mm. Sehingga micrometer sekrup,jangka sorong dan
mistar secara beturut-turut merupakan alat pengukuran yang memiliki
ketelitian dari yang rendah sampai paling tinggi.
Analisis data menunjukkan bahwa untuk nilai ralat diperlukan
pengukuran berulang sebanyak 5 kali. Dimana rata-rata hasil pengukuran
dicari terlebih dahulu kemudian untuk nilai ketidakpastian menggunakan nilai
deviasi yang hasilnya dilihat pada Tabel 1.2 sampai 1.6 dan untuk volume dan
massa jenis beserta galat ralatnya dapat dilihat pada Tabel 1.7.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Volume benda berbeda-beda mengikuti tiap bentuknya dimana untuk
balok memiliki volume 1,59 ×104 mm3, Sedangkan silinder pejal
memiliki volume 5,98 ×103mm3, dan untuk bola pejal dengan memiliki
volume 1,36 ×1 03 mm3.

11
b. Massa jenis benda bergantung pada volume dan massa benda yang
mengakibatkan nilai massa jenis berbeda-beda. Massa jenis balok
sebesar 5,89 × 103 gmm-3, silinder pejal memiliki massa jenis sebesar
3,80 × 10-3 gmm-3, dan bola pejal memiliki massa jenis sebesar 4,91 ×
10-3 gmm-3.
c. Terdapat dua jenis ketidakpastian yaitu ketidakpastian dari ralat
pengukuran langsung dan ketidakpastian dari ralat pengukuran tak
langsung. Didapatkan nilai ketidakpastian volume balok ( 1,50 × 10-5 ±
4,9 × 10-7 ) m3 dan ketidakpastian massa jenisnya yaitu bernilai ( 5,89 ×
103 ± 1,9 × 101 ) kgm-3.
2. Saran
Pengukuran berulang yang telah dilakukan semestinya memiliki 5 hasil
yang berbeda-beda. Namun,pengukuran kali ini terdapat beberapa data
yang sama. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang kalibrasi
alat serta kemampuan praktikan dalam membaca skala dari alat yang
digunakan.sehingga untuk kedepannya sebelum melakukan pengukuran
praktikan sudah mampu mengkalibrasi serta membaca skala alat
pengukuran yang digunakan.

12
ACARA II

BANDUL MATEMATIS

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Tujuam praktikum pada acara ini yaitu:
a. Menentukan nilai percepatan gravitasi menggunakan bandul
matematis.
b. Menentukan hubungan antara periode dengan panjang tali berdasarkan
grafik.
2. Waktu Praktikum
Senin, 23 November 2020
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-Alat Praktikum
a. Busur Derajat (1 buah)
b. Dasar Statif (Steel Base) (1 buah)
c. Statif Minimum setinggi 1 m (1 buah)
d. Stopwatch/Headphone (1 buah)
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Bandul (1 buah)
b. Tali (1 meter)

13
C. LANDASAN TEORI
Osilasi atau getaran adaah gerakan bolak-balik melalui titik
setimbang (Abdullah, 2016: 495). Salah satu dari bentuk gerak osilasi adalah
gerak bandul matematis. Bandul matematis adalah sebuah benda yang
memiliki titik massa yang digantungkan pada seutas tali ringan yang tidak
dapat menjadi panjang (Halliday, 1985: 459). Jika bandul ditarik kesamping
dari posisi seimbang kemudian dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam
bidang vertikal secara berulang karena pengaruh gravitasi (Halliday, 1985:
459). Disebut bandul matematis karena formulasi atau perumusannya sesuai
dengan keadaan dimana pusat massa dari gerak osilasi ada terdapat pada
tempat dimana bola digantung (Ishaq, 2007: 157).
Bandul sederhana atau bandul matematis terdiri dari tali yang
dianggap tidak memiliki massa dan sebuah beban yang diikat pada ujung
bawah tali. Ujung utas dari tali dikaitkan pada posisi tetap (Abdullah, 2016:
501). Sifat dari bandul sederhana ini ialah simpangannya tidak boleh terlalu
besar. Gaya berbanding lurus simpangan hanya ketika simpangannya kecil dan
jika simpangannya terlalu besar, maka gaya yang bekerja pada benda tidak
lagi berbanding lurus dengan simpangan (Abdullah, 2016: 501).

Gambar 2.1 Skema bandul matematis sederhana (Abdullah, 2016:502).

14
Periode bandul untuk sudut θ yang kecil, dirumuskan oleh
(Rosyid, 2014: 55):

l
T =2 π
√ g
( 2.1)

l pada formula diatas menyatakan panjang tali dan g mewakili untuk besar
percepatan gravitasi bumi. Ketika pengolahan data pengukuran dilakukan,
maka perlu mencari hubungan linear antara peubah bebas dan terikat,
sehingga persamaan yang didapat nanti adalah persamaan garis y= A +Bx.
Nilai besaran yang diukur dapat berupa titik potong ordinat persamaan
atau berbentuk gradien, sehingga persaman (2.2) diubah sedemikian
sehingga diperoleh hubungan linear (Rosyid, 2014: 55):

l
T ²=4 π ( 2. 2)
g

Dengan T adalah periode (s), l adalah panjang tali (m), dan g adalah
percepatan gravitasi (ms-2) (Rosyid, 2014: 55).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum acara ini yaitu:
1. Tali diukur sepanjang 90 cm dan salah satu ujungnya diikatkan pada statif
sedangkan ujung lainnya diikatkan pada beban.
2. Beban diayunkan hingga stabil, lalu diukur waktu yang dibutuhkan untuk
10 kali ayunan.
3. Hasil pengukuran dicatat pada table 2.1.
4. Langkah 1 hingga 3 diulangi sebanyak 5 kali.
5. Langkah 1 hingga 4 diulangi untuk panjang tali 80, 70, 60, dan 50 cm.

15
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Hasil pengukuran waktu 10 kali ayunan

Panjang Tali (L)


50 cm 60cm 70cm 80cm 90cm
t1(s) 14,19 16,01 16,84 18,04 18,58
t2(s) 14,36 15,81 16,53 17,85 19,8
t3(s) 14,50 15,82 16,86 17,86 19,43
t4(s) 14,49 15,42 16,90 18,69 19,03
t5(s) 14,43 15,74 19,93 18,26 18,95

F. ANALISIS DATA
1. Menentukan Nilai Percepatan Gravitasi dengan Metode Matematis.
a. Menentukan periode ayunan untuk l = 50 cm
t1
T1¿
10
14,19 s
= 10

¿ 1,419 s
Nilai Periode untuk variasi panjang lainnya dapat dilihat pada Tabel
Lampiran 2.2.
b. Menghitung nilai percepatan gravitasi untuk l = 50 cm
4 π 2l
g= 2
T
¿4 ¿¿
4 (9,86)(50 cm)
¿
2,014 s 2
1972cm
¿
2,014 s 2
¿ 979,146 cm s−2
¿ 9,791 m s−2
Nilai percepatan gravitasi untuk variasi panjang lainnya dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 2.2.

16
c. Menghitung rambat ralat
c. 1. Ralat panjang
1
∆ l 2= (NST¿2 mistar
2
1
¿ (0,1 cm)2
2
1
¿ ( 0,01 c m 2 )
2
¿ 5 ×10−3 c m2
c. 2. Ralat periode
n
|T i−T́ |
∆ T =∑
i N

∆ T =¿ T 1−T́ ∨+¿ T 2−T́ ∨+¿ T 3−T́ ∨+¿ T 4−T́ ∨+¿ T 5−T́ ∨ ¿ ¿


N

|1,419−1,43| s+|1,436−1,439| s+|1,450−1,439|s +|1,449−1,439| s+|1,433−1,439| s


¿
5
0,02 s+ 0,002 s+0,011 s+ 0,01 s+0,004 s
=
5
0,048 s
¿
5
∆ T =9,6× 10−3 s
Nilai ralat periode untuk variasi panjang lainnya dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 2.2.
c. 3. Ralat percepatan gravitasi

∆ g= 2
√ ∆ l2 +¿ ¿

4 (9,86)
¿ 2√
0,005 cm2+ ¿¿
2,071 s
39,44
¿ 2
√ 0,005 cm2 +0,667 c m2
2,071 s
=19,044 s2√ 0,672 c m2
¿ 19,044 s2 .0.82 cm

17
¿ 15,616 cm s−2
∆ g=0,16 m s−2
Nilai rambat ralat percepatan gravitasi untuk variasi panjang
lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
d. Menghitung nilai akurasi pada pengukuran percepatan gravitasi
Akurasi=¿

9,791−9,8|
( (|
¿ 1−
9,8
×100 %))
0,279
( (
¿ 1−
9,8 ))
×100 %

¿ ( 1−0,0285 ) ×100 %
¿ 0,9715 ×100 %
¿ 97,15 %
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan nilai 𝑔 beserta akurasi
dan ketidakpastian untuk setiap panjang tali dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Nilai Percepatan Gravitasi
Panjang tali(cm) 𝑔(𝑚𝑠−2) ∆ 𝑔(𝑚𝑠−2) Akurasi(%)
50 9,521 0,156 97,15
60 9,460 0,202 96,5
70 9,768 0,136 99,68
80 9,806 0,175 99,9
90 9,832 0,196 99,68

2. Menghitung Nilai Percepatan Gravitasi dengan Metode Grafik


Hasil grafik dalam penentuan nilai percepatan gravitasi dapat dilihat pada
grafik perbandingan panjang tali dengan periode kuadrat seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2.

18
Gambar 2.2. Grafik Hubungan Panjang tali dengan periode kuadrat bandul
matematis
Mencari nilai gravitasidengan metode grafik dilakukan dengan menentukan
nilai kemiringan grafik (m = 3,8876). Untuk hasil yang didapatkan dapat
dilihat pada perhitungan berikut:
4π2
g=
m
4 ( 3,14 )2 −2
¿ ms
3,8876
39,44
¿ m s−2
3,8876
¿ 10,15 m s−2

Nilai percepatan gravitasi tersebut akan dibandingkan dengan teoretis


sehingga di dapatkan hasil yaitu:

Akurasi=¿

10,145−9,8|
( (|
¿ 1−
9,8 ))
×100 %

0,345
( (
¿ 1−
9,8 ))
×100 %

¿ ( 1−0,0352 ) ×100 %
¿ 0,9648 ×100 %
¿ 96,48 %
Hasil akhir untuk mencari nilai percepatan gravitasi pada metode grafik
dapat dilihat pada hasil berikut:

19
𝑔 = (10,145 ± 0,1356) 𝑚s-2

G. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan nilai
percepatan gravitasi dan menentukan hubungan antara periode dan panjang
tali berdasarkan grafik pada bandul matematis. Metode yang digunakan pada
praktikum ini ada dua yaitu, metode matematis dan metode secara grafik.
Metode matematis didapatkan nilai percepatan gravitasinya adalah 9,791 ms -2
dan periode ayunannya 1,419 s. Metode secara grafik didapatkan nilai
percepatan gravitasinya sebesar 10,145 ms-2.
Berdasarkan nilai percepatan gravitasi yang didapatkan pada praktikum
ini dapat diketahui bahwa hasil praktikum berbeda dengan teori. Hal ini
dikarenakan adanya faktor yang membuat hasil praktikum berbeda dengan
teori yaitu adanya angin yang menyebabkan terjadinya gesekan sehingga
membuat kecepatan beban bandul menjadi tidak stabil. Posisi statif yang tidak
seimbang juga mempengaruhi percepatan gravitasi. Karena posisi statif yang
tidak seimbang menyebabkan arah periode bandul menjadi tak menentu.
Panjang tali pada bandul menentukan besar periode bandul. Semakin panjang
tali yang digunakan maka semakin besar hasil periode yang didapatkan. Hal
ini disebabkan, jika tali yang digunakan panjang maka, jarak 1 ayunan akan
melebar.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan
bahwa:
a. Nilai percepatan gravitasi yang didapatkan sebesar (10,145 ± 0,1356 )
ms-2.
b. Hubungan antara periode dan panjang tali berdasarkan grafik yaitu
berbanding lurus, semakin panjang tali yang digunakan maka semakin
besar periodenya.

20
2. Saran
Disarankan pada praktikum selanjutnya dilakukan pada ruangan khusus
untuk percobaan bandul matematis dan sebaiknya peralatan dan bahan-
bahan praktikum yang digunakan dalam keadaan baik.

ACARA III
GERAK JATUH BEBAS

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Tujuam praktikum pada acara ini yaitu:
a. Untuk menentukan percepatan gravitasi bola pada gerak jatuh bebas.
b. Untuk menggambarkan grafik hubungan hubungan antara ketinggian
h dengan waktu t.
2. Waktu Praktikum
Senin, 9 November 2020
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-Alat Praktikum
a. Elektromagnetik Ball Relase ( 1 buah )
b. Event Timer ( 2 buah )
c. Kabel Penghubung ( 4 pasang)
d. Mistar ( 1 buah )
e. Photo Gate ( 2 buah )
f. Power Supply ( 1 buah )
g. Statif ( 1 buah )

21
2. Bahan-Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah satu buah bola besi
(Gotri).

C. LANDASAN TEORI
Gerak jatuh bebas adalah gerak jatuh yang mengabaikan gesekan
udara dan perubahan kecil percepatan terhadap ketinggian (Halliday, 1978:
61). Ungkapan benda yang jatuh bebas tidak selalu mengacu pada benda yang
jatuh dari keadaan diam. Benda yang jatuh bebas adalah benda yang bergerak
bebas dibawah pengaruh gravitasi saja, terlepas dari gerakan awalnya. Benda
yang dilempar keatas atau kebawah dan dilepaskan dari dia semua dianggap
jatuh bebas (Serway, 2009:42).

Gerak jatuh bebas hanya dipengaruhi oleh gerak gaya tarik bumi atau
yang dikenal dengan gaya gravitasi. Percepatan yang dialami oleh benda jatuh
bebas disebut percepatan yang disebabkan oleh gravitasi dan diberi symbol g.
Didekat permukaan bumi besarnya percepatan gavitasi kira-kira 32 kaki/s 2
atau 9,8 m/s2, dan berarah kebawah menuju pusat bumi (Halliday, 1978: 61).
Nilai g menurun dengan meningkatnya ketinggian, dan juga sedikit bervariasi
dengan garis lintang pemukaan bumi (Serway, 2009: 42). Percepatan tidak
bergantung pada karakteristik benda, seperti massa, massa jenis, atau bentuk,
percepatan sama untuk semua objek (Halliday, 2011: 25).

Pada massa lampau, hakekat gerak benda jatuh merupakan bahan


pembahasan yang sangat menarik dalam ilmu filsafat alam. Aistoteles pernah
menyatakan bahwa “gerak ke bawah suatu benda yang memiliki berat lebih
besar akan dipercepat sebanding dengan ukurannya”. Kemudian pandangan
Aristoletes ditentang oleg Galileo Galilei (1564- 1642) mengungkapkan
kenyataan yang sebenarnya berdasarkan eksperimen (Halliday, 1978: 61).

22
Gambar 3.1 (a) Pada keadaan resistensi udara, percepatan batu lebih besar
daripada kertas. (b) Dengan tidak adanya hambatan udara, baik batu maupun
kertas memiliki percepatan yang sama (Cutnell, 1997: 46).

Pada gerak jatuh bebas apabila tidak ada gesekan udara, ternyata
semua benda yang jatuh pada tempat yang sama di permukaan bumi
mengalami percepatan yang sama, tidak bergantung pada ukuran, berat,
maupun susunan benda, dan jika jarak yang ditempuh selama jatuh tidak
terlalu besar, maka percepatannya dianggap konstan selama jatuh (Halliday,
1978: 61). Dalam kasus ideal dimana hambatan udara dapat diabaikan,
gerakan seperti itudisebut jatuh bebas (Serway, 200: 42). Dua benda yan
memiliki massa dan ukuran yang berbeda apabila mengalami gerak jatuh
bebas dari posisi yang sama (dengan ketinggian yang sama) maka kedua
benda tersebut akan jatuh menumbuk bumi dalam waktu yang bersamaan.
Gerak jatuh bebas dibumi hampir sama dengan gerak jatuh benda yang terjadi
didekat permukaan bulan, dimana tidak ada udara yang menghambat gesekan
tersebut (Cutnell, 1997: 46).

Jika kita mengabaikan hambatan udara dan menganggap bahwa


percepatan jatuh bebas tidak bervariasi dengan ketinggian pada jarak vertical
pendek, maka gerakan benda jatuh bebas adalah sama seperti gerak dalam satu
dimensi dengan percepatan konstan. Ini berarti bahwa persamaan kinematika
dapat deterapkan. Untuk mendefinisikan sebagai arah +y (sumbu y positif)
dan menggunakan y sebagai variabel posisi (Halliday, 1978: 62):

V y =V yo +a y t (3. 1)

1
y= ( V yo +V y ) t (3. 2)
2

1
y=V yo t+ a y t 2 (3. 3)
2

V 2y =V 2yo +2 a y y (3. 4)

Dan untuk percobaan jatuh bebas diambil a y =g dengan g adalah besar


percepatan gravitasi, dan y=h dengan h adalah ketinggian tempat. Karena

23
gerak jatuh bebas adalah gerak yang jatuh dari keadaan diam, maka kecepatan
awal sama dengan nol (V yo =0):

V y =¿ (3. 5)

1
h= g t 2 (3. 6)
2

2h
t=
√ g
(3.7)

Untuk menentukan gaya gravitasi maka dari persamaan (3. 6):

2h
g= (3. 8)
t2

Untuk menentukan nilai kecepatan akhir, maka dari persamaan (3. 5) dan (3.
7):

V y = √2 g h (3. 9)

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat praktikum adalah sebagai
berikut:

1. Alat praktikum dirangkai seperti gambar berikut:

24
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Percobaan

2. Posisi Photo Gate diatur 1 h1 = 0,1 m dari elektromagnetik ball release dan
posisi Photo Gate 2 diatur h2 =0,5 m dari Photo Gate 1.
3. Bola besi diletakkan pada elektromagnetik ball release.
4. Tombol start ditekan untuk memulai melepas bola besi.
5. Waktu yang ditampilkan pada event timer dibaca dan dicatat pada tabel
pengamatan, ulangi sebanyak 5 kali pada posisi ini.
6. Posisi Photo Gate 2 diubah jarak yang lain kemudian langkah (3) sampai
dengan (5) diulangi. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 5 kali.

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1: Hasil perhitungan ketinggian dan waktu jatuh
Perlakua Waktu jatuh (s)
h(m)
n ke-i t1 t2 t3 t4 t5
1 0,5 0,288 0,288 0,284 0,279 0,279
2 0,4 0,261 0,261 0,258 0,261 0,258
3 0,3 0,234 0,231 0,231 0,231 0,227
4 0,2 0,182 0,180 0,176 0,177 0,178
5 0,15 0,152 0,150 0,153 0,151 0,151

25
F. ANALISIS DATA
1. Analisis Nilai Percepatan Gravitasi Benda
a. Mencari waktu rata rata
∑ t1
t´1=
n

t 1 +t 2+ t 3 +t 4 +t 5
=
5

( 0,288+0,288+0,284+ 0,279+0,279¿
¿
5

t´1= 0,2836 s

b. Menghitung Percepatan Gravitasi


2 hi
g1=
t́ i ²
2(0,5 m)
= (0,2836 s) ²

1m
= 0,085 s ²

= 12,5 m sˉ ²
Nilai perhitungan g pada perlakuan lainnya dapat dilihat pada tabel
3.1.
c. Menghitung Ralat Gravitasi
c .1 Ralat Ketinggian
1
∆ h= NST
2
1
¿ (0,1 m)
2
¿ 0,05 m
¿ 0,0005 m
∆ h=5 ×10 ˉ 4 m
c .2 Ralat Wak tu
Ʃ (t 1)
∆ h=
n−1

26
2 2 2
{ ( 0,288−0,283 ) s ) + { ( 0,288−0,283 ) s } + { ( 0,284−0,283 ) s }
2
+ { ( 0,279−0,283 ) s } + {( 0,279−0,283 ) s }²
¿
5−1

0,000025 s ²+ 0,00025 s ²+ 0,000001 s ²+ 0,000036 s ²+ 0,000036 s ²


¿
4

0,000123 s ²
¿
4

¿ 0,00003075 s ²

∆ h=3,075 ×10 ˉ ⁵ s ²
c .3 Ralat Percepatan Gravitasi
2
2 4 h1
2
t́ 1 √
∆ g1 = 2 ∆ h + 2 ∆ t
t1
2
¿
2
( 0,283 s )
2
√ 5 2 4 ( 0,5 m )
( 5 × 10ˉ m ) +
( 0,283 s )
2
( 3,075× 10ˉ 5 s2 )

2 1 m2
¿
0,080089 s2
(

2,5 × 10ˉ 7 2
m ) +
0,080089 s2
( 9,455 ×10 ˉ ˡ0 s )
4

¿ 24,972 s ˉ 2 √ ( 2,5× 10 ˉ 7 m 2 ) + ( 12,486 m 2 s ˉ 2 ) +¿ ¿

¿ 24,972 sˉ √ ( 2,5 ×10 ˉ 7 m2 ) +1,8 ×10 ˉ 8 m 2 s2


8 2

¿ 24,972 s ˉ 2 √ 1,43 ×10 ˉ m

¿ ( 24,972 s 2 )( 1,95× 10ˉ 4 m )


∆ g1 =29,8 msˉ ²
Nilai perhitungan ketidakpastian g pada perlakuan lainnya dapat
dilihat pada tabel 3.1.
c .4 Kesalahan Relatif

Error relatif g1=


|g1− grefrensi| ×100 %
g refrensi
|12,6 msˉ ²−9,8 msˉ ²|
¿ × 100 %
9,8 msˉ ²
2,7 msˉ ²
¿ ×100 %
9,8 msˉ ²
¿ 27,5 %

27
Nilai perhitungan error relative g pada perlakuan lainnya dapat
dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Hitung Percepatan Gravitasi Benda

Perhitungan g1 ∆ t1 ∆ g1 Error relatif


ke-i (ms ˉ 2 ) ( s) (ms ˉ 2 ) g1 (100 %)
1. 12,5 3,06×10ˉ⁵ 2,98×10ˉ³ 27,5
2. 11,9 3,5×10ˉ⁵ 3,49×10ˉ2 21,8
3. 11,3 3,4×10ˉ⁵ 1,92×10ˉˡ 15,7
4. 12,6 6,25×10ˉ6 2,79×10ˉ⁴ 28,8

2. Penentuan Hubungan Ketinggian dan waktu jatuh


a. Perhitungan ketinggian secara teoritis
1
h1 = g t 1 ²
2

1
¿ (9,8 ms ˉ 2)(0,283 s) ²
2

1
¿ (9,8 ms ˉ 2)(0,080089 s2 )
2

h1 =0,368 m

Variasi perhitungan h2-h5 dapat dilihat pada tabel 3.3.

b. Perhitungan Waktu secara teoritis


2 h1
t 1=
√ g
2( 0,368 m)
¿
√ 9,8 msˉ ²
¿ √ 8 ×10 ˉ ² s ²
t 1=0,282 s

Variasi perhitungan waktu t2-t5 dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3:Perbandingan nilai h dan t secara teori dan praktikum

ke−i h(m) t (s )
praktikum teori praktikum teori

28
1. 0,5 0,368 0,283 0,282
2. 0,4 0,328 0,259 0,258
3. 0,3 0,259 0,230 0,129
4. 0,2 0,155 0,178 0,177
5. 0,1 0,108 0,151 0,148
Berdasarkan tabel 3.3 didapatkan sebuah grafik perbandingan ketinggiandan
waktu secara praktikukm dan teori yang ditunjukkan pada gambar 3.2.

Grafik 3.1 Pengaruh Ketinggian terhadap waktu

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang gerak jatuh bebas. Tujuan
dari percobaan grak jatuh bebas adalah menentukan percepatan gravitasi dan
mengetahui hubungan ketinggian dengan waktu menggunakan grafik. Gerak
jatuh bebas adalah gerak benda yang jatuh dari suatu ketinggian tanpa
kecepatan awal. Metode yang digunakan adalah dengan perhitungan secara
matematis dan analisa grafik.
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan data yang berbeda beda di
setiap perulangan. Dari data perhitungan, diketahui bahwa percobaan pertama

29
dengan ketingian 50 cm didapatkan hasil sebesar 12,5 m sˉ². Begitupun
dengan perulangan yang lain dapat dilihat dalam tabel 3.2. Adanya perbedaan
perhitungan data disebabkan oleh beberapa hal. Terjadinya kesalahan dalam
praktikum atau adanya alat yang rusak, ketelitian yang kurang dalam
membaca skala pada alat ukur serta posisi mistar yang kurang lurus juga
menjadi penyebab adanya perbedaan tersebut.
Berdasarkan grafik, hubungan antara ketinggian dengan waktu secara
teoritis dan praktikum meskipun menunjukkan titik-titik nilai yang berbeda,
tetapi sama sama memberikan nilai R2 yang hampir sama yaitu R2 percobaan
bernilai 0,9986 dan R2 teoritis bernilai 0,998. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kedua garis linear dan konstan ketinggian (h) pada setiap kenaikan titik
waktu (s). Semakin tinggi posisi kejatuhan suatu benda, maka semakin banyak
juga waktu yang dibutuhkan untuk sampai dipermukan bumi, atau bisa
diartikan sebagai ketinggian berbanding lurus dengan waktu.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Nilai g berdasarkan eskperimen kali ini adalah (11,64 ±1,84 × 10 x −2)
ms-2
b. Hubungan antara h dan t yang memenuhi persamaan
y=-0,673 x2 +0,8135 × 0.0437 dengan nilai koefisien determinasi
R2=0,9986.
2. Saran
Saya menyarankan agar pihak laboratorium lebih memperhatikan lagi
terkait alat-alat yang digunakan oleh praktikan,dan lebih bisa
menfasilitaskan peralatan serta semua hal yang digunakan oleh praktikan
pada saat praktikum agar hasil ang diharakan tercapai.

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Arya, N. (2010). Bandul. Jakarta: Erlangga.


Serway, J., & Kussuma, M. (2010). Fisika dasar. Mataram: Unram press.
Seway, J. (2011). Fisika Dasar. Mataram: Unram Press.
Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar I. Bandung: Institute Teknologi Bandung.
Cutnell, J. D., & Johnson, K. W. (1997). Phisics . USA: John Wiley & Sons.
Halliday, D. (1985). Fisika Jilid I. Bandung: Erlangga.
Halliday, D., dkk. (1978). Phisics 3rd Edition. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D., dkk. (2011). Fundamentals Of Phisics 9th Edition. USA: John Wiley &
Sons.
Ishaq, M. (2007). Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosyid, M. F., dkk. (2014). Fisika Dasar Jilid I Mekanika. Yogyakarta: Periuk.
Sears, M. W., & Zemansky, H. D. (2013). College Phisics. Houston: Rice University.
Serway, R. A., dkk. (2009). College Phisics Eight Edition. Canada: Nelson Education

A.

Anda mungkin juga menyukai