Anda di halaman 1dari 12

PERAN HUTAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

DI INDONESIA

Melanie Putri, Monita Ramadhani, Rani Pagetha Br Ginting


Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sumatera
Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Kab. Lampung Selatan,
Lampung
E-mail: melanie.123420044@student.itera.ac.id,
monita.123350063@student.itera.ac.id,
rani.123420051@student.itera.ac.id

ABSTRAK

Hutan memberikan peran yang penting dalam menjaga dan meningkatkan


ketahanan pangan di Indonesia. Hutan di indonesia memiliki lahan yang sangat
luas dengan letak di berbagai daerah dan memiliki banyak sekali jenis tanaman di
dalamnya, hal itu juga berpengaruh kepada ketahanan pangan di indonesia.
Namun, ada beberapa tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang
berkelanjutan, yaitu kompetisi pemanfaatan lahan, perubahan iklim global,
ketidakseimbangan produksi pangan di tiap wilayah, dan persaingan permintaan
atas komoditas pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
literatur dan analisis data serta kebijakan terkait ketahanan pangan di Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan hutan memiliki peran penting dalam menjaga
keberlanjutan sistem pangan, baik melalui peningkatan masyarakat lokal,
penyediaan sumber daya alam maupun layanan ekosistem yang berkontribusi
pada produksi pangan.
Kata Kunci : Hutan, Ketahanan Pangan, Peran Hutan, Keberlanjutan

ABSTRACT

Forests play an important role in maintaining and improving food security


in Indonesia. Forests in Indonesia have very large areas of land located in various
regions and have many types of plants in them, this also affects food security in
Indonesia. However, there are several challenges to realizing sustainable food
security, namely competition for land use, global climate change, imbalances in
food production in each region, and competition in demand for food commodities.
The method used in this research is literature study and analysis of data and
policies related to food security in Indonesia. The results of the analysis show that
forests have an important role in maintaining the sustainability of the food system,
both through improving local communities, providing natural resources and
ecosystem services that contribute to food production.
Keywords: Forest, Food Security, Forest Management, Sustainability
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan kekayaan hutan yang melimpah. Hutan
tropis Indonesia memiliki potensi besar dalam menyediakan berbagai sumber
daya alam yang mendukung produksi pangan. Selain itu, hutan juga memberikan
layanan ekosistem yang penting, seperti penyediaan air bersih, pengendalian erosi,
dan pemeliharaan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, menjaga keberlanjutan
hutan sangat penting dalam mendukung ketahanan hutan di Indonesia.

Industri pangan merupakan industri yang mempunyai peranan penting


dalam keberlangsungan masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian besar
kebutuhan pokok manusia adalah pangan, yang meliputi makanan dan minuman.
Industri makanan juga menjadi salah satu industri yang akan berkembang pesat di
Indonesia. Seperti diketahui, industri pangan mempunyai target pasar yang besar,
baik domestik maupun global, serta sumber daya pertanian pangan yang
melimpah. Hal ini tentunya dapat menjadi peluang bagi industri pangan Indonesia
untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era komputerisasi.

Salah satu peran utama hutan dalam mendukung ketahanan pangan adalah
sebagai sumber bahan pangan non-tanaman. Hutan menyediakan berbagai jenis
makanan seperti buah-buahan, jamur, madu, dan rempah-rempah yang merupakan
sumber gizi penting bagi masyarakat sekitarnya. Hutan juga berperan dalam
menjaga kualitas tanah dan air yang penting untuk pertaniaan. Tanah yang subur
dan air yang bersih merupakan faktor yang penting dalam produksi pangan yang
berkelanjutan. Selain memberikan manfaat langsung bagi ketahan pangan, hutan
juga berperan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan keanekaragaman
hayati. Keanekaragaman hayati yang tinggi di hutan memberikan potensi yang
besar dalam pengembangan varietas tanaman dan hewan yang tahan terhadap
perubahan iklim dan serangan hama. Hal inil penting dalam menghadapi
tantangan perubahan iklim dan ketidakpastiaan dalam produksi pangan di masa
depan.

Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung ketahanan


pangan di Indonesia. Pohon-pohon di hutan menyediakan lingkungan yang ideal
untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan
kedelai. Selain itu, hutan juga merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan liar
yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mengendalikan hama
tanaman. Oleh karena itu, kelestarian hutan sangat penting untuk memastikan
ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, hutan juga berperan dalam menjaga kesuburan tanah. Hutan
menyediakan humus dan bahan organic dari dedaunan yang gugur, sehingga tanah
menjadi subur dan mengandung nutrisi yang cukup untuk tanaman. Tanah yang
subur akan menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik dan lebih banyak,
sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

Namun, saat ini Indonesia menghadapi tantangan serius dalam menjaga


keberlanjutan hutan dan memastikan peran hutan dalam mendukung ketahanan
pangan. Deforestasi, perambatan hutan, dan konversi lahan menjadi lahan
pertanian atau perkebunan menjadi ancaman serius terhadap keberlanjutan hutan
dan ketahan pangan. Oleh sebab itu, perlindungan serta pengelolaan hutan yang
berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk memastikan peran hutan dalam
mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia harus mengambil


tindakan yang tegas dalam perlindungan hutan dan ekosistemnya. Langkah-
langkah seperti pemberlakuan hukum yang lebih ketat terhadap pembalakan liar
dan kegiatan pertanian yang merusak lingkungan harus dilakukan. Selain itu,
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kelestarian hutan dan dampak
negatif dari deforestasi juga harus ditingkatkan. Dengan menjaga kelestarian
hutan, Indonesia dapat memastikan ketersediaan pangan yang berkelanjutan untuk
generasi masa depan. Hutan bukan hanya tempat tinggal bagi flora dan fauna,
tetapi juga merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita harus menyadari
bahwa tanpa hutan yang sehat, ketahanan pangan kita akan terancam.

Salah satu cara untuk melestarikan hutan untuk mendukung ketahanan


pangan adalah dengan sistem agroforestri, yaitu suatu sistem pengelolaan lahan
yang mengintegrasikan tanaman pertanian atau peternakan dengan pohon atau
vegetasi hutan. Dalam sistem ini, tanaman pertanian atau peternakan ditanam
bersama dengan pohon atau vegetasi hutan, baik secara bersamaan maupun secara
bergantian. Penerapan sistem agroforestri mempunyai berbagai manfaat, sistem
ini dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi tekanan
terhadap hutan alam, dan meningkatkan kesejahteraan petani atau peternak.

Dalam karya tulis ilmiah ini, kami akan membaas lebih lanjut tentang
peran hutan dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Kami akan
menggali lebih dalam tentang manfaat langsung dan tidak langsung hutan dalam
produksi pangan, tantangan yang dihadapi dalam menjaga keberlanjutan hutan,
serta upaya yang dapat dilakukan untuk memastikan peran hutan yang
berkelanjutan dalam mendukung ketahan pangan di Indonesia.

DASAR TEORI
Pengertian Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan mengacu pada kemampuan suatu negara, wilayah, atau
individu untuk memastikan akses yang cukup, aman, dan bergizi terhadap
makanan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kehidupan sehari-
hari. Ketahanan pangan melibatkan aspek-aspek seperti ketersediaan pangan,
aksesibilitas, stabilitas, dan kualitas pangan (Dwiprabowo, 2011). Ketahanan
pangan mencakup produksi dan ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan populasi. Hal ini melibatkan produktivitas pertanian, perikanan,
peternakan, dan sektor pangan lainnya. Faktor-faktor seperti teknologi pertanian,
keberlanjutan lingkungan, dan perubahan iklim mempengaruhi ketersediaan
pangan. Oleh karena itu, sistem pengelolaan hutan mengharuskan masyarakat
untuk mengelola lahan sesuai model pertanian yang mencakup penanaman pohon
di lahan hutan dan budidaya tanaman pangan.
Purwaningsih (2008) menyatakan ketahanan pangan juga melibatkan akses
yang memadai terhadap pangan. Ini mencakup aspek ekonomi, sosial, dan fisik
yang mempengaruhi kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh
makanan yang cukup. Faktor-faktor seperti kemiskinan, ketimpangan sosial,
infrastruktur, dan kebijakan distribusi pangan memainkan peran penting dalam
aksesibilitas pangan.
Kumayas (2021) menyatakan bahwa stabilitas pangan mengacu pada
kemampuan untuk menjaga ketersediaan dan aksesibilitas pangan secara konsisten
dari waktu ke waktu. Hal ini melibatkan kestabilan produksi pangan, stabilitas
harga, dan ketahanan terhadap perubahan eksternal seperti bencana alam atau
krisis ekonomi. Ketahanan pangan juga mencakup aspek kualitas pangan.
Makanan yang tersedia harus aman, bergizi, dan memenuhi standar kesehatan
yang ditetapkan. Kualitas pangan juga melibatkan keberlanjutan lingkungan,
penggunaan bahan kimia yang aman, dan keberlanjutan sistem produksi pangan.

Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Saat Ini


Kondisi ketahanan pangan di Indonesia saat ini adalah salah satu isu yang
sangat penting dan harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat.
Ketahanan pangan mengacu pada berhentinya produksi dan distribusi pangan
yang mencukupi bagi seluruh penduduk dalam jumlah yang mencukupi dan
memiliki nilai gizi yang cukup. Namun, saat ini Indonesia masih menghadapi
banyak tantangan dalam mencapai ketahanan pangan. Dalam beberapa tahun
terakhir, Indonesia menjadi importir pangan. Rachman (2005) menyatakan bahwa
kondisi ketahanan pangan di Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa
tantangan yang perlu segera diatasi. Dengan adanya kerja sama yang baik antara
pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan, diharapkan
ketahanan pangan di Indonesia dapat tercapai.
Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan distribusi pangan.
(Purwaningsih, 2008). Jumlah penduduk Indonesia saat ini berjumlah 267 juta
jiwa, yang diperkirakan akan terus meningkat menjadi 319 juta jiwa pada tahun
2045 (BPS, 2015). Meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen pangan
terbesar di dunia, namun masih terdapat daerah-daerah yang mengalami
kekurangan dan kekurangan gizi. Hal ini disebabkan distribusi pangan yang tidak
merata, khususnya di wilayah pedalaman dan terpencil. Ketahanan pangan
merupakan isu yang tidak dapat diabaikan, karena berkaitan langsung dengan
kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Dengan upaya bersama, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, diharapkan Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan
yang mampu menyediakan pangan yang cukup dan berkualitas bagi seluruh
penduduknya.

Sistem Agroforestri
Sistem agroforestri adalah suatu pendekatan dalam pertanian yang
menggabungkan pohon, tanaman pertanian, dan/atau ternak dalam satu sistem
yang terintegrasi. Tujuan utama dari sistem agroforestri adalah untuk mencapai
keberlanjutan dan produktivitas yang tinggi dengan memanfaatkan dan
memaksimalkan interaksi positif antara komponen-komponen tersebut (Garrinity,
2012). Lebih lanjut Garrity (2012) menyatakan bahwa agroforestri memiliki alat
untuk merespons secara terpadu terhadap permasalahan dan tantangan yang
semakin serius terkait penggunaan lahan. Dalam sistem agroforestri, pohon-pohon
ditanam bersama dengan tanaman pertanian atau ternak. Pohon-pohon ini dapat
memberikan berbagai manfaat, seperti memberikan naungan, melindungi tanah
dari erosi, menyediakan sumber nutrisi, meningkatkan kualitas tanah, dan
menyediakan kayu atau bahan bakar (Steiner, 2012).
Vegara (1982) mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem lahan
berkelanjutan yang dapat mempertahankan atau meningkatkan hasil total dengan
menggabungkan tanaman pangan dan pepohonan serta ternak secara bersamaan
atau terpisah dalam satu pengelolaan pada suatu satuan lahan, yang diartikan
sebagai suatu sistem pemanfaatan. Sesuai dengan karakteristik sosial budaya,
situasi ekonomi dan negara. Hairiah (2003) menyatakan bahwa Agroforestri, yang
juga dikenal sebagai sistem pengintegrasian pepohonan dengan tanaman
pertanian, memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sistem
pertanian tradisional. Konsep agroforestri bukanlah hal baru. Komunitas adat di
seluruh dunia telah mempraktikkan sistem ini selama berabad-abad dan
menyadari banyaknya manfaat yang ditawarkannya. Dalam sistem wanatani pada
umumnya, pepohonan diintegrasikan secara sistematis ke dalam lahan pertanian,
sehingga memberikan banyak manfaat. Pohon-pohon ini tidak hanya memberikan
keteduhan dan perlindungan bagi tanaman, namun juga menyuburkan tanah
dengan mengikat nitrogen dan meningkatkan kandungan bahan organik.

Kebijakan Tentang Hutan Pangan


Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan
Pangan, Kementerian Kehutanan merupakan salah satu lembaga yang
bertanggung jawab di bidang ketahanan pangan. Selanjutnya, sesuai Instruksi
Presiden Nomor 5 Tahun 2011, Kementerian Kehutanan bertugas menyediakan
lahan hutan untuk pengembangan pangan, baik dalam bentuk agroforestri maupun
dalam bentuk kebijakan konversi lahan kehutanan.
Kebijakan tentang hutan pangan adalah kebijakan yang bertujuan untuk
mempromosikan dan mendukung pengembangan sistem agroforestri dan
pengelolaan hutan yang berfokus pada produksi pangan. Kebijakan ini mengakui
pentingnya menjaga keseimbangan antara produksi pangan, keberlanjutan
lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat (Simatupang, 2007).
Syahputra (2021) menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa pengelolaan hutan dilakukan dengan cara yang berkelanjutan,
dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Hal ini
melibatkan perlindungan hutan alam, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan
pengembangan hutan yang berfokus pada produksi pangan. Kebijakan ini
berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan pangan.
Hal ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan,
akses terhadap sumber daya, dan pembagian manfaat yang adil dari pengelolaan
hutan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur atau
penelitian kepustakaan. Metode studi literatur adalah pendekatan penelitian yang
melibatkan analisis dan sintesis literatur yang relevan dengan topik penelitian
yang sedang diteliti. Metode ini melibatkan pencarian, pemilihan, evaluasi, dan
interpretasi literatur yang ada untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif
tentang topik yang sedang diteliti.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode studi literatur ini yaitu
mengidentifikasi topik penelitian dengan mentukan topik penelitian yang spesifik
dan relevan dengan tujuan penelitian. Pencarian literatur, pencarian literatur
menggunakan sumber informasi yang relevan, seperti basis data jurnal ilmiah,
perpustakaan digital, dan repositori institusi. Seleksi literatur, membaca abstrak,
ringkasan, atau cuplikan literatur untuk menentukan apakah literatur tersebut
relevan dengan topik penelitian. Evaluasi literatur, tinjau metodologi penelitian,
temuan utama, dan kesimpulan yang dihasilkan, identifikasi kekuatan dan
kelemahan dari setiap literatur yang dievaluasi. Sintesis literatur, sintesis literatur
yang relevan dengan mengidentifikasi pola, tema, atau temuan yang muncul dari
literatur yang telah dievaluasi. Identifikasi kesamaan, perbedaan, dan kontradiksi
antara literatur yang ada. Interpretasi dan analisis, analisis dan interpretasikan
literatur yang telah disintesis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
tentang topik penelitian. Terakhir penulisan laporan, menulis laporan penelitian
yang mencakup tinjauan literatur yang telah dilakukan, sertakan ringkasan temuan
utama, analisis, dan interpretasi literatur yang relevan dengan topik penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Saat ini Indonesia menghadapi tantangan serius dalam menjaga
keberlanjutan hutan dan memastikan peran hutan dalam mendukung ketahanan
pangan. Tantangan tersebut yaitu kompetisi pemanfaatan lahan, perubahan iklim
global, ketidakseimbangan produksi pangan di tiap wilayah, dan persaingan
permintaan atas komoditas pangan.

22%
Persaingan
81% 81%
Permintaan
Pemanfaatan Pemanfaaatan
Pangan
Lahan Lahan

28%
Ketidakseimbangan
19%
Produksi Pangan
Perubahan
Iklim Global

Gambar 1. Tantangan dalam Mencapai Ketahanan Pangan 10 Tahun ke Depan

Dari data tersebut menunjukkan bahwa tantangan terbesar dalam mencapai


ketahanan pangan 10 tahun kedepan adalah kompetisi pemanfaatan lahan,
Kompetisi pemanfaatan lahan hutan terjadi ketika berbagai kepentingan dan
penggunaan lahan bersaing untuk mendapatkan akses dan kontrol terhadap
sumber daya hutan. Kompetisi ini sering terjadi antara sektor pertanian, industri,
konservasi, dan masyarakat lokal. Permintaan akan lahan pertanian dapat
menyebabkan konversi hutan menjadi lahan pertanian. Hal ini terjadi ketika hutan
ditebang untuk memberi ruang bagi pertanian komersial seperti perkebunan
kelapa sawit, ladang, atau peternakan. Kompetisi ini muncul karena lahan hutan
yang produktif dianggap sebagai sumber daya yang berpotensi menghasilkan
pendapatan bagi petani atau perusahaan pertanian.
Tantangan yang kedua yaitu ketidakseimbangan produksi pangan di
berbagai daerah, misalnya untuk hampir semua produk, proporsi produksi pangan
di Pulau Jawa mencapai lebih dari 50% total produksi pangan nasional. Meskipun
Indonesia merupakan salah satu produsen pangan utama di dunia, masih banyak
masyarakat yang mengalami kelaparan atau kekurangan gizi. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya akses terhadap pangan berkualitas, terutama di daerah-daerah
terpencil atau yang rentan terhadap bencana alam. Ketidakseimbangan produksi
pangan juga dapat disebabkan oleh perbedaan infrastruktur dan aksesibilitas
antara daerah. Beberapa daerah mungkin memiliki akses yang lebih baik ke pasar,
jaringan transportasi, dan fasilitas penyimpanan, yang memungkinkan mereka
untuk memasok produk pertanian dengan lebih efisien. Sementara itu, daerah
yang terpencil atau memiliki infrastruktur yang kurang berkembang mungkin
menghadapi kesulitan dalam memasarkan produk pertanian mereka
Tantangan ketiga yaitu persaingan permintaan produk pangan,
pertumbuhan populasi yang terus meningkat menyebabkan peningkatan
permintaan akan produk pangan. Semakin banyak orang yang membutuhkan
makanan, semakin tinggi persaingan untuk mendapatkan pasokan pangan yang
cukup. Perubahan pola konsumsi masyarakat juga dapat mempengaruhi
persaingan permintaan produk pangan. Misalnya, meningkatnya permintaan akan
makanan organik, makanan fungsional, atau makanan dengan label keberlanjutan
dapat menyebabkan persaingan yang lebih tinggi untuk produk-produk tersebut.
Tantangan terakhir yaitu dampak perubahan iklim global. Perubahan iklim
dan bencana alam juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kondisi
ketahanan pangan di Indonesia saat ini. Peristiwa cuaca ekstrem seperti
kekeringan, banjir, dan badai semakin sering terjadi dan parah dalam beberapa
tahun terakhir. Bencana-bencana ini mempunyai dampak buruk terhadap lahan
pertanian dan mengganggu produksi pangan. Selain itu, perubahan iklim
mempengaruhi ketersediaan sumber daya air, yang sangat penting untuk irigasi.
Kawasan hutan Indonesia yang luasnya mencapai 63,7% dari luas
wilayahnya merupakan salah satu sumber alternatif pemenuhan kebutuhan pangan
Indonesia. Peranan hutan dalam pemenuhan kebutuhan pangan diwujudkan
melalui lima jalur, yaitu penyedia pangan (tumbuhan dan hewan), penyedia energi
(kayu bakar), peluang pendapatan dan lapangan kerja, penyedia jasa lingkungan,
dan lahan pertanian skala besar (industri pangan). Hutan tidak hanya secara
langsung menyediakan sumber pangan tetapi juga menjadi sumber pendapatan
masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses sumber pangan. Selain
ketersediaan dan aksesibilitas pangan, perubahan mental masyarakat menuju pola
konsumsi berkelanjutan juga tidak kalah pentingnya.
Analisis lebih lanjut menunjukkan, hutan memainkan peran yang sangat
penting dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Hutan sebagai
penyedia air, menjaga keanekaragaman hayati, dan menjaga kualitas tanah
merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan dalam mencapai ketahanan pangan
yang berkelanjutan. Oleh karena itu, menjaga keberlanjutan hutan menjadi
tanggung jawab kita bersama. Kita perlu menjaga hutan agar dapat terus
memberikan manfaat bagi ketahanan pangan Indonesia yang lebih baik di masa
depan.
Salah satu cara untuk melestarikan hutan untuk mendukung ketahanan
pangan yaitu dengan sistem agroforestri. Dalam sistem agroforestri, tanaman
pertanian atau peternakan ditanam bersama dengan pohon- pohon atau vegetasi
hutan, baik secara bersamaan maupun secara bergantian. Tujuan utama dari sistem
agroforestri adalah untuk mencapai keberlanjutan dalam produksi pangan,
pengelolaan sumber daya alam, dan konservasi lingkungan. Di desa-desa yang
terletak di sekitar hutan, praktik agroforestri yang telah mendukung kehidupan
masyarakat dari generasi ke generasi, karena sistem penggunaan lahan ini dapat
menyediakan makanan, tempat tinggal, energi, pakan ternak, dan obat-obatan.
Beberapa manfaat utama dari sistem agroforestri antara lain:

1. Peningkatan produktivitas
Sistem agroforestri dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan
memanfaatkan ruang yang tersedia secara optimal, pohon-pohon yang
ditanam dapat memberikan naungan, mengurangi erosi tanah,
meningkatkan kualitas tanah, dan menyediakan nutrisi tambahan melalui
seresah daun.
2. Diversifikasi produksi
Dalam sistem agroforestri petani dapat menanam berbagai jenis
tanaman pertanian atau peternakan yang berbeda secara bersamaan. Hal
ini dapat meningkatkan keanekaragaman hasil panen dan pendapatan
petani.
3. Konservasi tanah dan air
Pohon-pohon dalam sistem agroforestri dapat membantu
mengurangi erosi tanah dan mempertahankan kelembaban tanah. Akar
pohon juga dapat menyerap air yang berlebihan dan mengurangi risiko
banjir.
4. Konservasi biodiversitas
Sistem agroforestri dapat menciptakan habitat yang lebih baik bagi
berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Keanekaragaman. hayati yang
tinggi dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan
meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama atau penyakit.
5. Mitigasi perubahan iklim
Pohon-pohon dalam sistem agroforestri dapat menyerap karbon
dioksida dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah.
Hal ini dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan
mengurangi dampak perubahan iklim.
6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Sistem agroforestri dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial
kepada petani dan masyarakat sekitar. Diversifikasi produksi dapat
meningkatkan pendapatan petani, sementara pohon-pohon yang ditanam
dapat memberikan kayu bakar, pakan ternak, dan bahan baku lainnya.

Sistem agroforestri adalah solusi yang inovatif dan berkelanjutan untuk


menggabungkan pertanian dan kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan
yang berkelanjutan di masa depan. Dengan menggabungkan tanaman pangan dan
pohon, sistem ini menciptakan hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua
komponen tersebut. Manfaatnya meliputi pengelolaan yang berkelanjutan,
peningkatan keanekaragaman hayati, dan perlindungan lingkungan.

Kesimpulan

1. Hutan di indonesia memiliki lahan yang sangat luas dengan letak di


berbagai daerah dan memiliki banyak sekali jenis tanaman di dalam
nya, hal itu juga berpengaruh kepada ketahanan pangan di indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan hasil sumber daya alam yang
sangat lah melimpah, banyak dari hal itu yang dapat kita manfaatkan
untuk lebih memproduksi hasil pangan yang lebih sehat dan bergizi
kita harus memiliki pemikiran yang lebih inovatif dalam
memanfaatkan hasil hutan untuk produk pangan.
2. Untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan di
Indonesia ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, yaitu
kompetisi pemanfaatan lahan, perubahan iklim global,
ketidakseimbangan produksi pangan di tiap wilayah, dan persaingan
permintaan atas komoditas pangan.
3. Sistem agroforestri yang artinya menanam pepohonan di lahan
pertanian diharapkan mampu menunjukkan peran hutan dalam
mendukung ketahanan pangan.
4. Hutan tidak hanya secara langsung menyediakan sumber pangan tetapi
juga menjadi sumber pendapatan masyarakat untuk mengakses
sumber pangan. Selain ketersediaan dan aksesibilitas pangan,
perubahan pikir masyarakat menuju pola konsumsi berkelanjutan juga
tidak kalah pentingnya.
5. Tujuan akhir dari program agroforestri adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan petani khususnya yang berada di sekitar hutan, terutama
dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki
dan menjaga kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

BPS Tingkat Kemiskinan Jawa Barat. Maret 2015 [Book]. - Bandung : BPS Provinsi Jawa
Barat, 2015.

Dwiprabowo Hariyatno Kontribusi Kawasan Hutan |Dalam Mendukung Ketahan Pangan


: Studi Kasus Propinsi Jawa Barat [Book]. - Vol.8 No.1, April 2011 : Jurnal Analisis
Kebijakan Kehutanan, 2011.

Garrinity Agforestry and the Future Global land use [Book]. - [s.l.] : Advances in
Agroforestry, 2012. - Vols. 27-21.

Hairiah Pengantar Agroforestri [Book]. - PO Box 161 Bogor : Indonesia world


Agroforestry Centre (ICRAF), 2003.

Kumayas Neni Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten


Minahasa Selatan [Journal]. - [s.l.] : Jurnal Governance, 2021. - 1 : Vol. 1.

Mudrieq Problematika Krisis Pangan Dunia dan Dampaknya Bagi Indonesia [Journal]. -
[s.l.] : Jurnal Academika Fisip Untad, 2011. - 2 : Vol. 6.

Purwaningsih Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan


Masyarakat [Journal]. - [s.l.] : Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2008. - 2 : Vol. 2.

Rachman Ariani Ketahanan Pangan: Konsep Pengukuran dan Strategi [Journal]. - [s.l.] :
FAE, 2005. - 1 : Vol. 20.

Sianipar Tinjauan Ekonomi, Politik, dan Keamanan Terhadap Pengembagan Food Estated
di Kalimantan Tengah Sebagai Alternatif Menjaga Ketahan Pangan di Tengan Pandemi
Covid-19 [Journal]. - Kalimantan Tengah : Jurnal Keamanan Nasional, 2020. - Vol. VI. -
235-248.

Simatupang Analisis Kritis Terhadap Paradigma dan Kerangka Dasar Kebijakan Ketahanan
Nasional [Journal]. - [s.l.] : Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2007. - 1 : Vol. 25.

Steiner Agforestry and transition to the future [Book]. - [s.l.] : Advances in Agroforestry,
2012. - Vols. 17-20.

Syahputra Ok Hasnanda Masa Depan Kedaulatan Pangan: Dukungan Agroforestri Dalam


Produksi Pangan Melalui Perhutanan Sosial [Journal]. - Langsa : Seminar Nasional
Fakultas Pertanian Universitas Samudera, 2021.

Vegara New Directions in Agroforestry: The potential of tropical legume trees [Book]. -
Honolulu : East-West Centre and United Nations University, 1982.

Anda mungkin juga menyukai