BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu provinsi di Indonesia, Provinsi Jambi terletak di tengah-tengah Pulau Sumatera
yang memiliki luas wilayah sekitar 53.435,72 (Pemprov Jambi, 2018) . Berbatasan dengan
Provinsi Riau di sebelah utara, Provinsi Bengkulu di sebelah barat, dan Selat Malaka di sebelah
selatan. Pada tahun 2020, Provinsi Jambi akan menjadi rumah bagi lebih dari 3,8 juta. Provinsi
Jambi terletak di antara garis lintang 00`45' dan 20`45' LS dan garis bujur 101`10' dan 1040`55'
BT. Kemudian, sebelah utara Provinsi Jambi berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau, sebelah timur diapit oleh Laut Cina Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu.
Sebuah wilayah di Provinsi Jambi kini tengah dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai
kawasan geopark UNESCO. Geopark ini terletak di Kabupaten Merangin, tepatnya di sepanjang
Sungai Batang Merangin dan Sungai Mengkarang. Fosil-fosil di kawasan ini diperkirakan
berusia antara 250 hingga 300 juta tahun, menjadikannya sebagai fosil yang paling lengkap,
khas, dan beragam di dunia. Fosil kerang-kerangan (makhluk laut) yang tercetak di batu dan fosil
sisa-sisa tanaman subtropis, dalam bentuk batang kayu dan daun-daun yang sangat besar,
merupakan beberapa fosil lain yang telah ditemukan. Taman ini dibagi menjadi empat bagian:
Taman Godwana Pegunungan Bukit Tiga Puluh, Taman Dataran Tinggi Kerinci, Taman
Paleobotani Merangin, dan Taman Geobudur Sarolangun, yang semuanya terletak di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
Secara topografis provinsi Jambi terdiri dari 3 (tiga) kelompok dataran rendah (0-100 m)
yang mencakup 83,33% dari topografi. Dataran tinggi (> 500 m): 16,67 persen; dataran sedang
(100-500 m): 0%. Hanya dataran tinggi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh yang
merupakan bagian dari wilayah Jambi. Dengan total 1.534 pemukiman, mayoritas desa di
Provinsi Jambi adalah masyarakat nonpesisir.
Secara administrasi wilayah Provinsi Jambi Jambi terbagi menjadi 10 wilayah kabupaten
dan 2 wilayah kota, memiliki 89 kecamatan difinitif, 1.102 desa dan 134 kelurahan . Perbatasan
wilayah terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau; sebelah selatan berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Selatan; sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat;
dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Kondisi topografi bervariasi dari daratan rendah sampai daratan tinggi dengan komposisi
terdiri dari daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-100 m dpl seluas 69,1%; daerah dataran
sedang dengan ketinggian 100-500 m dpl seluas 16,4%; dan daerah dataran tinggi dengan
ketinggian >500 m dpl seluas 14,5%. Sementara kemiringan lahan terdiri dari lahan dengan
kemiringan 0– 3% seluas 14.576 km2 (29,0%); lahan dengan kemiringan 3–12% seluas 14.381
km2 (28,6%); lahan dengan kemiringan 12–40% seluas 9.306 km2 (18,5%); dan lahan dengan
kemiringan >40% = 12.000 km2 (29,0%).
Iklim wilayah Propinsi Jambi bertype A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan
rata-rata 1.900 – 3.200 mm per tahun dan rata-rata jumlah hujan 116 – 154 hari per tahun. Suhu
minimum sebesar 21,9qC dan suhu maksimum sebesar 32,6qC dan kelembaban nisbi sebesar 84
%. Sarana perhubungan yang dimiliki meliputi pada perhubungan udara terdapat sebuah bandara
dengan panjang landasan 1.900 meter dan dapat didarati oleh pesawat jenis F-100 dan Boeing
737 yang dioperasikan oleh 4 (empat) maskapai penerbangan, yaitu : Mandala Air, Batavia Air,
Adam Air, Sriwijaya Air dengan banyaknya lalu lintas udara dan penumpang selama tahun 2005
sebagaimana dapat dilihat pada Basisdata.
Pada perhubungan darat terdapat jalan negara sepanjang 865,9 km; jalan provinsi
sepanjang 1566,7 km; dan jalan kabupaten sepanjang 7577,9 km, dengan kondisi jalanaspal
6034,39 km; serta jalan perkerasan dan tanah 2776.16 km. Jalan ini menghubungkan Kota Jambi
dengan ibukota kabupaten dalam Provinsi Jambi dan kota-kota di Sumatera sebagaimana dapat
dilihat pada.
Pada perhubungan laut telah dibangun Pelabuhan Muara Sabak yang dititik beratkan pada
Pelabuhan Barang dan mengembangkan pelabuhan Kuala Tungkal untuk melayani pergerakan
orang dan jasa. Pelabuhan Muara Sabak diharapkan dapat menampung kapal dengan kapasitas
15.000 DWT dari sekarang yang hanya menampung kapal 5.000 DWT.1
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang selalu dipacu peningkatannya dan pada tahun
2005 mencapai 14,23 % merupakan gambaran dari meningkatnya kegiatan pembangunan yang
membawa akibat pada kemerosotan jumlah dan mutu maupun kerusakan sumber daya alam.
Dalam rangka berhasilnya misi pembangunan Provinsi Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi
menekankan program pembangunan dengan memperhatikan 4 (empat) agenda utama kebijakan
pembangunan yaitu menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan pendapatan; meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan; mewujudkan supremasi hukum, hak
asasi manusia dan pemerintahan yang baik; dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
beriman dan bertaqwa serta berbudaya.
Jumlah penduduk usia kerja sebanyak 2,51 juta jiwa dan penduduk tidak produktif
sebanyak 1,13 juta jiwa. Hasilnya, rasio tanggungan penduduk Jambi sebesar 44,85%. Artinya,
dari setiap 100 penduduk usia produktif terdapat 45 penduduk usia tidak produktif yang menjadi
tanggungan. Berdasarkan jenis kelamin, 50,88% penduduk Provinsi Jambi adalah laki-laki dan
49,12% adalah perempuan. Dilihat dari status perkawinan, 50,15% penduduk Jabi menikah,
45,5% lajang, 1,06% bercerai, dan 3,29% bercerai dan meninggal (Kusnandar, 2022).
Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jambi dari tahun 2017 hingga
2022 terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai IPM tahun 2017 sebesar 69,99
dan naik menjadi 72,14 pada tahun 2022. Namun, nilai tersebut masih di bawah rata-rata
nasional. Karena rata-rata nasional adalah 72,91. Jadi masih banyak pekerjaan yang harus
dilakukan untuk memulihkan di bidang pengembangan sumber daya manusia.
Dalam pemeringkatan nasional, Provinsi Jambi menempati urutan ke-19 dari seluruh
provinsi, sementara capaian pembangunan manusia tingkat kabupaten/kota di seluruh Provinsi
Jambi menunjukkan kecenderungan yang sama dengan IPM provinsi, selalu meningkat dan
menyebar dari tahun ke tahun dengan cukup merata hingga mencapai 9 kabupaten dan 2 (dua)
kota IPM tertinggi di Kota Jambi dan terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Pencapaian Program Reduksi Pertumbuhan di Provinsi Jambi. Menurut data SSGI 2021,
stunting di Provinsi Jambi saat ini 22,4% (67.893 balita) lebih rendah dari prevalensi nasional:
24,4% kelas tinggi menurut WHO. Data terbaru dari Dinas Kesehatan tentang prevalensi stunting
di Provinsi Jambi pada tahun 2022 meningkat dari 22,4% menjadi 18%. Jumlah absolut anak
pendek pada Agustus 2022 adalah 7.409 dari 78,8 juta anak yang mengikuti Posyandu. Tingkat
keterlambatan tertinggi di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 27,2 persen dan terendah di Kota
Jambi sebesar 17,4 persen (Supanji, 2023)
1.2.3 Sejarah Budaya dan Suku Lokal
Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari kata “Jambe” yang berarti
“pinang”. Nama ini merujuk pada sebuah legenda yang hidup di masyarakat yaitu legenda Raja
Putri Selaras Pinang Masaki yang mengacu pada asal usul provinsi ini.
Penduduk asli provinsi ini terdiri dari beberapa suku bangsa antara lain Melayu Jambi,
Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu) dan Bajau. Suku-suku terdahulu
merupakan mayoritas dari total populasi yang tinggal di sepanjang dan di tepi Sungai Batanghari.
Suku Kubu atau Anak Dalam diyakini sebagai suku tertua di Jambi karena mereka bermukim
sebelum kedatangan suku lain. Mereka dipercaya sebagai keturunan tentara Minangkabau yang
berencana memperluas wilayah hingga Jambi. Ada informasi awal bahwa suku ini muncul dari
percampuran antara suku Vedda dan suku Negrito, yang kemudian disebut suku Weddoid.
Orang Anak Dalam terbagi menjadi suku jinak dan suku liar. “Didomestikasi” adalah
kelompok yang tersosialisasi, menetap, dan akrab dengan praktik pertanian. Pada saat yang
sama, yang disebut "buas" adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan, tidak memiliki rumah
permanen, yang belum mengenal sistem pertanian dan yang komunikasinya dengan dunia luar
masih tertutup sama sekali. Suku bangsa Jambi biasanya hidup berkelompok di pedesaan.
Tempat tinggal menetap dalam banyak kelompok (kumpulan rumah panjang dan halamannya).
Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa (rio), yang dibantu oleh sesepuh mangku, canang,
dan tengganai (dewan desa). Mereka bertanggung jawab atas keputusan yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat desa.
Strata sosial masyarakat yang tinggal di Jambi tidak memiliki pemahaman yang jelas
tentang sistem stratifikasi sosial masyarakat. Dengan demikian, jarang atau bahkan tidak dikenal
istilah atau sebutan tertentu yang merujuk pada strata sosial masyarakat. Mereka hanya mengenal
istilah-istilah “kabur” yang menunjukkan status seseorang, seperti orang pintar, orang kaya,
orang desa, dll.
Pakaian Semula penduduk pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa selendang dan
baju tanpa lengan. Namun setelah melalui proses akulturasi budaya yang berbeda, pakaian
sehari-hari wanita terdiri dari kemben dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup
kepala. Pria kini memakai celana setengah ruas yang turun dari betis dan sebagian besar
berwarna hitam agar bisa leluasa bergerak dalam keseharian bekerja. Pakaian pria ini termasuk
topi.
Kesenian Provinsi Jambi yang terkenal adalah Batanghari, Kipas Perentak, Rangguk,
Sekapur Sirih, Selampit Elapaan dan Serentak Satang. Upacara adat yang masih dilestarikan
antara lain upacara siklus hidup manusia, kelahiran, dewasa, perkawinan, sirih pinang, duduk
dengan tuiki, betanyo vertikal, ikat dengan nazar semayo, ulur antara serah termo pusako dan
kematian. Filosofi hidup masyarakat setempat : Sepotong Jambia terdiri dari sembilan desa, suku
adalah surga (Mandala, 2023).
Penduduk yang mendiami wilayah Jambi merupakan gabungan dari beberapa suku yang
sudah lama menetap, kemudian ditambah pendatang dari suku dan provinsi lain seperti Jawa,
Bugis, Batak, minang, dan lainnya. (Faisal, 30)
Suku Jambi: Suku Jambi merupakan suku asli yang tinggal di wilayah Jambi. Mereka
memiliki budaya dan kebiasaan sendiri.
Suku Kerinci : Suku Kerinci adalah suku yang tinggal di Kegubernuran Kerinci Provinsi
Jambi. Mereka memiliki budaya yang unik seperti adat pernikahan dan upacara adat yang
khas.
Suku Merangin :Suku Merangin adalah suku yang tinggal di Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi. Mereka memiliki tradisi dan adat yang berbeda dengan suku Jambi
lainnya.
Suku Talang Mamak : Suku Talang Mamak adalah suku yang tinggal di Kabupaten
Bungo, Provinsi Jambi. Mereka memiliki budaya dan bahasa sendiri yang berbeda
dengan suku Jambi lainnya.
Suku Kubu : Suku adalah suku yang tinggal di wilayah perbatasan antara provinsi Jambi
dan Sumatera Selatan. Mereka adalah suku pedalaman dengan kehidupan tradisional
yang terisolasi dari perkembangan modern.
Suku Melayu : Meskipun Melayu bukan asli Jambi, mereka juga memainkan peran
penting di Provinsi Jambi. Mereka mendiami sebagian besar wilayah pesisir Provinsi
Jambi dan memiliki pengaruh budaya Melayu yang kuat.
Menurut pemerintah, kondisi kemiskinan kota/kota kecil se-provinsi Jambi pada tahun
2022 terdapat tujuh kabupaten/kota dengan angka kemiskinan lebih tinggi dari angka kemiskinan
provinsi. Namun demikian, terdapat beberapa kota/kabupaten dengan tingkat kemiskinan di atas
nasional (9,54 persen) yang perlu mendapat perhatian lebih yaitu Tanjung Jabung Timur,
Tanjung Jabung Barat dan Batanghari. (Supanji, 2023)
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan dan
kompetensi yang dimilikinya. Tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat mencerminkan kualitas
sumber daya manusia di daerah tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
mayoritas penduduk berusia 15 tahun ke atas di Provinsi Jambi memiliki tingkat pendidikan
menengah (SMA) tertinggi yaitu 28,1 persen dari jumlah penduduk. Kualifikasi yang lebih tinggi
berikutnya adalah sekolah dasar (SD) dengan nilai 26,16%. Selain itu, hanya 1,78 persen
penduduk Jambi yang memiliki pendidikan tertinggi hingga D1/D2/D3 dan 7,15 persen
penduduk hingga D4/S1/S2/S3.
Pada saat yang sama, hingga 13,39 persen penduduk Jambi tidak memiliki gelar sarjana.
Diukur berdasarkan tempat tinggal, terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara penduduk
perkotaan dan pedesaan. Proporsi penduduk perkotaan dengan tingkat pendidikan D4/S1/S2/S3
lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (11,54% berbanding 5%). Sementara itu, proporsi
penduduk yang berpendidikan rendah (tanpa ijazah, SD dan SMP) lebih tinggi di perdesaan
dibandingkan di perkotaan (Rizaty, 2021).
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan di Provinsi Jambi selama ini cukup berhasil
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun demikian, status kesehatan di
Provinsi Jambi masih tergolong rendah dibandingkan provinsi tetangga. Masalah utamanya
adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk, antara lain tercermin dari masih tingginya angka
kematian anak, balita dan ibu, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi buruk dan
masih tingginya angka kematian.
Akibat perbedaan mutu penyakit menular, mutu kesehatan, dan ketersediaan pelayanan
kesehatan antar wilayah, ketersediaan tenaga kesehatan tidak merata, sumber pembiayaan
pelayanan kesehatan terbatas, dan distribusi sumber daya kesehatan belum optimal. Oleh karena
itu, dipandang perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
sebagai pedoman perencanaan program pembangunan kesehatan 5 (lima) tahun ke depan yaitu
tahun 2016-2021.
Degradasi lingkungan ini diawali dengan perusakan hutan (deforestasi). Laju deforestasi
selama tiga tahun terakhir mencapai 871.776 hektare (ha). Angka ini melebihi deforestasi
nasional sebesar 613.000 hektar. Laju deforestasi (kehilangan hutan) menyebabkan kawasan
pedesaan kritis di Provinsi Jambi pada tahun 2007, yaitu seluas 618.891 ha (614.117 ha kritis dan
4.774 ha sangat kritis). Pada tahun 2011, luas areal kritis meningkat menjadi 1.420.602 hektar
(341.685 ha kritis dan 1.078.917 ha sangat kritis).
Pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, perusakan hutan untuk
pertambangan. Semua aktivitas manusia kemudian mengarah pada "orang yang hanya menikmati
debu". Lingkungan tidak bisa lagi diperbaiki. Industri pengerukan tanah kemudian menyisakan
celah tanpa dilakukan rehabilitasi tambang.
Berbagai tindakan digunakan untuk mengukur kondisi lingkungan Jambi ditandai dengan
instrumen berikut ini :
Instrumen pertama yang digunakan UU Lingkungan Hidup yang mengacu pada UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU Lingkungan
Hidup. Kemudian ada instrumen kedua tentang hak lalu Pengukuran instrumen kualitas
lingkungan berbasis pengetahuan (ilmiah). Pengukuran instrumen kualitas lingkungan aktual.
Dengan menggunakan empat instrumen kualitas lingkungan berdasarkan hasil berbagai
pertemuan pemangku kepentingan dan analisis dokumen, diperoleh hasil sebagai berikut:
Berkurangnya luas hutan asli dan hilangnya hutan memperlemah fungsi hutan sebagai
reservoir air. Hal ini mengurangi daya dukung hutan. Selain itu, penggundulan hutan dapat
menyebabkan banjir dan erosi. Daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami banjir mulai
mengalami banjir pada setiap awal musim hujan. Selain itu, ada konflik antara hewan dan
manusia.
Konflik Gajah di sekitar Bukit Tiga Puluh Konflik dengan manusia sering terjadi di
lanskap sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh di kawasan Tebo. Ada sekitar 150 konflik per
tahun. Insiden harimau yang berulang kali menyerang desa dan merenggut nyawa menyebabkan
konflik 50 kali setahun. Munculnya konflik hewan dapat ditelusuri kembali ke deforestasi oleh
perusahaan penebangan, pembukaan perkebunan kelapa sawit besar dan penyempitan habitat
hewan melalui pertambangan.
Pengelolaan kawasan hutan di sekitar 40 persen provinsi Jambi ternyata tidak tercakup
dalam penerbitan izin kota terlihat 818.000 hektar dicadangkan. Ketimpangan kepemilikan tanah
menimbulkan konflik. Catatan menunjukkan kecenderungan konflik dan membuat tipologi untuk
mengidentifikasi konflik. Menurut data, ada sekitar 300 konflik yang diataranya ada 80 konflik
melibatkan sumber daya alam dan 27 konflik menunggu penyelesaian. Perbedaan lahan di sektor
pertambangan adalah satu juta hektar dan 515.000 hektar.
Di Tanjabtim, dari 32.000 hektar pada tahun 2007, hanya tersisa kurang lebih sekitar
27.000 hektar di tahun 2012. Sebagian besar telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit
dan karet. Adapun yang terburuk adalah penurunan luas sawah menjadi area pertambangan. Di
Kabupaten Merang sendiri turun dari 30.000 hektar menjadi 26.000 hektar atau 12,4%
kurangnya.
Di sisi lain, model pembangunan di mana pertanian menjadi lebih efisien dari lima
pertanian meningkatkan produksi. Tapi di sisi lain itu berbahaya. Penggunaan pupuk dan
pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dan kemudian menyebabkan semakin
berkurangnya kesuburan dan kualitas tanah.
BAB II
Sebagai hasil dari kegiatan observasi, Internet mencari informasi dari majalah dan artikel
tentang berbagai topik penelitian. kemudian melakukan pencarian literatur yang mencakup faktor
penyebab 6M+1T+1I (manusia, metode, material, mesin, pasar, uang, waktu, dan informasi).
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai permaslahan infrastruktur yang ada di Provinsi
Jambi.
BAB III
PENJABARAN HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN
REKOMENDASI PENYELSAIAN MASALAH
3.1. Analisis M6I1T1
• Kerja Sama dengan Swasta: Kerja sama dengan sektor swasta dapat membantu
meningkatkan investasi dan perbaikan infrastruktur di Jambi. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan insentif dan kemudahan bagi investor untuk berinvestasi di Jambi.
4.2 Saran
Faisal. (30, Juni 2022). Suku-suku yang Mendiami Provinsi Jambi. Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/30/170000969/suku-suku-yang-mendiami-
provinsi-jambi?page=all
Kusnandar, V. B. (2022, November 1). Penduduk Jambi Didominasi Kelompok Usia Produktif.
Retrieved from Databooks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/01/penduduk-jambi-didominasi-
kelompok-usia-produktif
Mandala, E. (2023, April 14). Jambi: sejarah, kebudayaan dan profil. Retrieved from Pinhome:
https://www.pinhome.id/blog/profil-provinsi-jambi/
Pemprov Jambi. (2018, Januari 8). Seklias Jambi. Retrieved from Pemerintah Provinsi Jambi:
https://jambiprov.go.id/profil-sekilas-jambi.html
Rizaty, M. A. (2021, Desember 27). 13,39% Penduduk Jambi Tidak Punya Ijazah Pendidikan
pada 2020. Retrieved from Databooks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/27/1339-penduduk-jambi-tidak-
punya-ijazah-pendidikan-pada-2020
Supanji, T. H. (2023, Januari 6). Minta Jambi Fokus Percepat Entaskan Kemiskinan Eskrem dan
Stunting. Retrieved from Kemenko PMK: https://www.kemenkopmk.go.id/minta-jambi-
fokus-percepat-entaskan-kemiskinan-eskrem-dan-stunting