Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dasar dalam mempelajari suatu ilmu teknik adalah ilmu fisika. Hal ini
terbukti pada perguruan tinggi teknik, mata kuliah mekanika teknik, Mekanika
fisika, kinematika, dinamika dan sebagainya merupakan mata kuliah dasar
umum yang harus dipelajari. Semuanya diperoleh dari mata kuliah fisika yang
merupakan bekal dalam menyelesaikan studi.

Ilmu pengetahuan teknik dan fisika khususnya, merupakan ilmu-ilmu


yang berkembang, bukan berdasarkan teori saja tetapi berdasarkann atas
pengamatan dan pengukuran gejala fisis. Berdasarkan analisa data-data suatu
percobaan dan menentukan benar tidaknya suatu ilmu pengetahuan. Bahkan
kemungkinan terjadinya penemuan-penemuan baru dengan diterapkannya teori
analisa percobaan.

Memahami petunjuk-petunjuk praktikum merupakan suatu keharusan


sehingga teori dari suatu ilmu pengetahuan dikuasai dengan baik dan dalam
percobaan di dapatkan hasil dan data-data yang tepat.

B. Tujuan
Praktikum fisika dasar ini diadakan agar mahasiswa dapat :
1. Memiliki dasar-dasar cara kerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki keterampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggungjawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan
percobaan baik itu meringkas, menafsirkan, dan menganalisa.

1 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
C. Teori Kesalahan
Dalam melakukan percobaan selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh
sebab itu kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat
memberikan penilaian yang wajar dari hasil percobaan. Jadi hasil percobaan
tidak selalu tepat namun terdapat suatu jangkauan harga:
X - ∆X < X < X + ∆X

dengan x merupakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai yang benar,


merupakan kesalahan pada pengukuran yang disebabkan keterbatasan alat,
ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran dan lain sebagainya. Dengan
menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita
anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil percobaan yang
dilakukan.
1. Sumber-sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran tidak terlepas dari suatu kesalahan. Hal ini
disebabkan oleh adanya:
1) Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kelibrasi, zero error,
paralaks, keadaan fisis yang berbeda.
2) Kesalahan acak, misalnya disebabkan oleh gerak brown, fluktuasi,
tegangan listrik, noice, background dan sebagainya.
3) Kesalahan karena tingkat ketelitian alat ukur modern, seperti jika
kita membandingkan beberapa alat sejenis osiloskop, spectrometer,
digital counter, dan sebagainya.
2. Penulisan kesalahan pada hasil pengukuran
Penyimpangan yang terjadi karena pengamatan, kondisi alat
maupun kondisi obyek atau situasi tempat ( suhu, tekanan, dan
kelembapan) dapat diperhitungkan secara analisa data statistik. Misal nilai
pengukuran data hasil: X1; X2; X3 ………Xn
Maka dapat dianalisa sebagai berikut :

2 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Dari data diatas dapat diketahui :
2
No Xi X Xi  X Xi  X

1. X1  Xi
i 1
X1  X X X 
2
1

n
n

2. X2  Xi
i 1
X2  X X X 
2
2

n
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
n

N Xn  Xi
i 1
Xn  X X X  2
n

n
n

 Xi
 X 
n

 Xi  X
n n

 Xi
i 1 2
n X
i 1
n i 1 i 1

 Xii 1
1. Harga rata-rata : X =
n
2. Penyimpangan (deviasi) ∆X= |Xi –𝐗̅ |
n

 Xi - X
i 1
3. Rata-rata penyimpangan Δ X = 𝐧

4. Kesalahan relatif tiap percobaan


|𝐗𝐢−𝐗̅|
Kri= ̅
. 100%
𝐗

5. Kesalahan relatif rata-rata


n

x i
̅̅̅̅ = i 1
𝐊𝐫 𝐧

ΔX
6. Kesalahan mutlak pengukuran : Km = . 100%
X

3 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
7. Penyimpangan standart (deviasi standart)

 x 
n
2
i -x
i 1
SD =
n -1
SD
8. Kesalahan yang diperbolehkan : Kd = . 100%
X
9. Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut : x = 𝐱̅ ± SD

Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada


jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran berulang atau tunggal. Hasil
pengukuran tunggal dapat dinyatakan dengan :
x = x ± ∆x
dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan ∆ merupakan ½ kali skala
pengukuran terkecil (s.p.t.) dari alat ukur. Contoh t = (2,10 ± 0,05) detik.
Penulisan hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka
dibelakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka dibelakang koma
dari hasil rata-rata, apabila dijumpai bilangan yang sangat besar atau sangat
kecil hendaknya digunakan bentuk eksponen dan satuan harus dituliskan.
Contoh :
Penulisan yang salah Penulisan yang benar
k = ( 200,1 ± 0,215 ) o K / dt k = ( 200,1 ± 0,2 ) o K / dt
d = ( 0,000002 ± 0,00000035)mm d = ( 20 ± 4 ) x 10 -7 mm
π = 22 / 7 π = 3,1415
F = ( 2700000 ± 30000 ) N F = ( 270 ± 3 ) x 104 N

D. Pembuatan Grafik dan Metode Kuadrat Terkecil


Selain disajikan dalam bentuk angka-angka, hasil percobaan juga
dapat disajikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang
dikehendaki. Pembuatan grafik mempunyai tujuan untuk melihat hubungan
antar variabel, menghitung konstanta dari rumus dan membuktikan rumus.

4 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Untuk keperluan menghitung konstanta maupun membuktikan
rumus, kurva diusahakan berbentuk linear y = a + bx. Misalkan sekumpulan
data x1, x2, x3, …, xn yang berhubungan secara linear dengan y1, y2, y3,
…, yn;
maka konstanta a dan koefisien b dapat ditentukan sebagai berikut:
𝒏(∑ 𝒙𝒚)−(∑ 𝒙)(∑ 𝒚)
b= dan a=𝑦̅-b𝑥̅
𝒏(∑ 𝒙𝟐 )−(∑ 𝒙𝟐 )

Kekuatan hubungan antara x dan y dapat dinyatakan dengan


koefisien korelasi dengan rumus sebagai berikut:
𝒏(∑ 𝒙𝒚)−(∑ 𝒙)(∑ 𝒚)
r(x,y)=
√[𝒏(∑ 𝒙𝟐 )−(∑ 𝒙𝟐 )]−𝒏(∑ 𝒚𝟐 )−(∑ 𝒚𝟐 )

Untuk memudahkan menentukan harga a dan b sebaiknya dibuat


tabel sebagai berikut:
No. X y x2 y2 Xy
1
2
3

N

∑𝒙 ∑𝒚 ∑ 𝒙𝟐 ∑ 𝒚𝟐 ∑ 𝒙𝒚

5 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
BAB II
PERCOBAAN YANG DILAKUKAN

1. Percobaan Konstanta Pegas


I. Tujuan Percobaan
Menentukan harga konstanta pegas dengan metode pembebanan

II. Teori dasar


Hukum Hooke

Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x,
dan dalam kasus ini berlaku hukum hooke:

F = - kx……...………………………………………………….(1)

Dimana : F = gaya tarik (N)

k = konstanata pegas (N/m)

x = pertambahan panjang akibat gaya (m)

Jika gaya F di timbulkan oleh massa benda maka F = gaya berat = m.g

Maka konstanta pegas :

k = mg …………………………….…………………………(2)
x

6 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Dari persamaan gerak harmonik sederhana dengan menerapkan
hukum II Newton pada benda yang mengalami gerak harmonik
sederhana maka kita peroleh :

F = m.a……………………………….…………………….. (3)

2
-kx = m d x2
dt

Energi Potensial Pegas (EP) Dan Usaha (W) untuk meregangkan pegas
Energi potensial adalah energy yang dimilikii benda karena
kedudukannya terhadap suatu acuan. Energi potensial pegas dihitung
berdasarkan acuan titik setimbangnyya, sehingga saat pegas
menyimpang sejauh x akan memiliki energy potensial yang besarnya :
1
Ep = kx 2
2

Usaha yang diperlukan untuk meregangkan pegas akan setara dengan


perubahan energy potensial pada pegas akibat usikan peregangan
tersebut, sehingga :

1
W= kx 2
2

III. Alat Percobaan


1. Statip tegak

2. Pegas/pir

3. Stopwatch

4. Rool meter

5. Neraca lengan

6. Beban / massa

7 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
IV. Prosedur Percobaan
Sistem Pembebanan

1. menggantungkan pegas dan ukur panjang mula-mula (lo)

2. menimbangkan massa beban (m) dan gantung pada pegas.

3. mengukur panjang pegas setelah diberi beban (l)

4. mengulang untuk massa beban yang berbeda 4 kali lagi, datakan.

IV. Data Pengamatan


Tabel II.1.1 Sistem Pembebanan
No m (gr) Io (cm) I (cm) x (cm) k (dyne/cm) F (dyne)

1 50 20 24 4 12.500 50.000

2 60 20 25 5 12.000 60.000

3 70 20 26 6 11.667 70.002

4 80 20 26,5 6,5 12.307,6 70.000

5 90 20 27,5 7,5 12.000 90.000

V. Analisis Data dan Pembahasan

1. Harga konstanta pegas pada:

 Sistem pembebanan

k = mg
x

k1 = 50.1000  50000  12.500dyne/cm


4 4

8 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
k2 = 60.1000  60000  12.000dyne/cm
5 5

k3 = 70.1000  70000  11.667dyne/cm


6 6

k4 = 80.1000  80000  12.307,6dyne/cm


6,5 6,5

k5 = 90.1000  90000  12000dyne/cm


7,5 7,5

𝑘̅= 12.500  12.000  11.667  12.307,6  12.000


5

60.474,6
  12.094,92dyne/cm
5

2. Hubungan antara F dan x pada system pembebanan.

X(1:10000) X
y(F)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
4 5 6 6.5 7.5

Grafik hubungan antara F dan x pada sistem pembebanan

9 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
3. Kesalahan relatif kedua sistem

a) sistem pembebanan

ki - k
kr = x100%
k

kr1 = 12500  12094,92 x 100% = 3,349%


12500

kr2 = 12000  12094,92 x 100% = 7,847%


12094,92

kr3 = 11667  12094,92 x 100% = 3,538%


12094,92

kr4 = 12307  12094,92 x 100% =1,753%


12094,92

kr5 = 12000  12094,92 x 100% = 7,847%


12094,92

4. Menghitung standart deviasinya

Tabel II.1.3 Sistem pembebanan

No k k k-k k - k 
2

12500 12094,92 405,08 164089,8064


1
12000 12094,92 94,92 9009,8064
2
11667 12094,92 14,411 207,676921
3
12307,6 12094,92 212,68 45232,7824
4
12000 12094,92 94,92 9009,8064
5

Σ 227549,879

10 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
 k 
n
2
i -k
i 1 227549,879
SD= = = 56887,4698 = 238,51dyne / cm
n -1 4

5. Hasil Pengukuran
̅= 12094,92
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata konstanta pegas 𝒌
dyne/cm dan standar deviasi SD = 238,51 dyne/cm sehingga pengukuran
terbaik didapatkan nilai konstanta pegas
̅± SD
k =𝒌
= 12094,92 ± 238,51 dyne/cm
̅ + SD
k1 = 𝒌
12094,92 + 238,51 = 12333,43 dyne/cm
̅ – SD
k2 = 𝒌
12094,92 – 238,51 = 11856,41 dyne/cm
Jadi besarnya konstanta pegas adalah 11856,41 < k < 12333,43
dyne/cm

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh besarnya konstanta pegas
adalah 11856,41 < k < 12333,43 dyne/cm

11 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
2. Percobaan Modulus Puntir Logam

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan harga modulus puntir logam.

2. Memahami sifat elastis bahan dibawah pengaruh puntiran.

3. Membandingkan nilai modulus puntir berbagai logam.

II.Teori Dasar

Jika sebatang logam mengalami puntiran, maka sudut puntiran


tergantung dari gaya puntiran dan lengan gayanya.

Tipe-tipe tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c)Memuntir

Untuk tegangan memuntir kita dapat tulis persamaan berikut :

Dimana: ∆L: pertambahan panjang,

FLo Lo: panjang mula-mula,


∆L =
GA A :luas permukaan

F:Gaya yang bekerja

Dalam regangan geser dann memuntir, gaya F bekerja sejajar dengan permukaan
A, sedangkan ∆L tegak lurus terhadap Lo. Tetapan G adalah modulus puntir

12 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
(share modulus). Modulus puntir logam dalam hal ini adalah merupakan kekakuan
puntiran bahan logam terhadap nilai gaya, bahan, penampang logam. Jika suatu
batang logam mengalami puntiran, maka batang tersebut disamping mengalami
gaya puntir juga mengalami gaya tarik.

Gambar II.2.2 batang logam yang mengalami puntiran dan gaya Tarik

Tiap batang mengalami tegangan sebagai gaya persatuan luas terlihat batang
mengalami perpindahan x (cm) sebagai akibat gaya F, yang besarnya
berbanding lurus dengan penampang horizontal. Pada percobaan modulus
puntir terlihat akibat adanya gaya mengalami pegeseran pada batang,
dimana batan di anggap homogin. Akibat pergeseran puntirran pada
piringan ( gambar percobaan yang dinpuntir melalui piringan terhadap
sumbunya, akan mengalami pergeseran sudut punter.

Maka besarnya modulus puntir adalah:

2.L.F.R
G=
π r 4.θ

Dimana:

G= modulus puntir logam

r= jari-jari batang

R= panjang lengan puntiran

θ= sudut puntir

F= gaya puntir

13 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Gambar II.2.3 percobaan modulus puntir

III. Alat Percobaan

1. Set percobaan modulus puntir


2. Batang logam percobaan
3. Neraca lengan
4. Beban dan katrol
5. Jangka sorong dan micrometer

IV. Prosedur Percobaan

1. Mengkur jari-jari batang logam (r)


2. Mengukur panjang batang logam (L)
3. Menyusun alat seperti gambar di atas dan timbang masa beban(m)
4. Menarik piringan/lengan dengan gaya beban F=m.g, dengan lengan
beban berbeda (R)
5. mengulangi untuk bahan logam lainnya (aluminium,kuningan dan
tembaga), datakan.

14 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
IV. Data Pengamatan

Tabel batang aluminium (r = 0,14 cm, L = 47,5cm)

Sudut puntir

No m (gr) R (cm) F = m.g ө (Derajat) ө (Radian)

1 50 36 50.000 58 1,011

2 60 35 60.000 60 1,042

3 70 33 70.000 65 1,13

4 80 32 80.000 70 1,82

5 90 31 90.000 73 1,26

Tabel batang kuningan (r = 0,14 cm, L =47,5 cm)

Sudut punter

No m (gr) R (cm) F = m.g ө (Derajat) ө (Radian)

1 50 34,5 50000 58 1,011

2 60 33 60000 65 1,130

3 70 32,5 70000 69 1,193

4 80 32 80000 72 1,256

5 90 31,5 90000 75 1,30

Tabel batang tembaga (r = 0,14 cm, L =47,5 cm)

15 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Sudut punter

No m (gr) R (cm) F = m.g ө (Derajat) ө (Radian)

1 50 35 50000 56 0,97

2 60 34,5 60000 60 1,036

3 70 33,5 70000 64 1,099

4 80 32 80000 68 1,16

5 90 31,5 90000 70 1,19

V. Analisis Data dan Pembahasan


1. Modulus puntir percobaan di atas
2.L.F.R
G=
π.r 4 .θ
Batang alumunium
G1 = 2.47,5.50000.36 = 1,402x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,011
G2 = 2.47,5.60000.35 = 1,5907x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,042
G3 = 2.47,5.70000.33 = 1,609x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,13
G4 = 2.47,5.80000.32 = 1,107x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,82
G5 = 2.47,5.90000.31 = 1,743x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,26

Batang kuningan
G1 = 2.47,5.50000.34,5 = 1,343x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,011

16 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
G2 = 2.47,5.60000.33 = 1,378x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,130
G3 = 2.47,5.70000.32,5 = 1,609x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,193
G4 = 2.47,5.80000.32 = 1,605x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,256
G5 = 2.47,5.90000.35,3 = 1,939x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,30

Batang tembaga
G1 = 2.47,5.50000.35 = 1,420x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.0,097
G2 = 2.47,5.60000.34,5 = 1,573x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,036
G3 = 2.47,5.70000.33,5 =1,694x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,099
G4 = 2.47,5.80000.32 = 1,738x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,16
G5 = 2.47,5.90000.31,5 = 1,876x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,19

2.Grafik hubungan antara modulus puntir(G) terhadap gaya beban(F) tiap batang.

17 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
a. Grafik batang aluminium

X(G)
100000

80000

60000

40000

20000

0
14.02 15.09 16.09 11.07 17.43

X(G)

Grafik batang aluminium

Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G)

b. Grafik batang kuningan

y(F)
X(G)
100000

80000

60000

40000

20000

0
13.43 13.78 16.09 16.05 19.39

X(G) x(G)

Grafik batang kuningan

Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G)

c. Grafik batang tembaga

18 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Series 1
100000
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
14.2 15.7 16.9 17.3 18.7

Series 1 x(G)

Grafik batang tembaga

Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G).

3. Kesalahan relative tiap percobaan (Kr) dan rata-ratanya.

a. Rata-rata percobaan batang alumunium.

𝐺̅ = (1,402+ 1,590+1,609+1,107+1,743) x1011

= 1,490x1011 dyne/cm2rad

b. Rata-rata percobaan batang kuningan.

𝐺̅ = (1,343+1,378+1,609+1,605+1,939) x1011

= 1,574x1011 dyne/cm2rad

19 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
c. Rata-rata percobaan batang tembaga.

𝐺̅ = (1,420+1,573+1,694+1,738+1,876) x1011

= 1,312x107 dyne/cm2rad

Kesalahan relatif.


Gi  G
kr = x100%
G

a. Batang alumunium

kr1 = (1,402-1,494) x1011 x 100% =0,06 %

1,494x1011

kr2 = (1,590-1,494)x1011 x 100% = 0,06%

1,494x1011

kr3 = (1,609-1,494)x1011 x 100% = 0,07%

1,494x1011

kr4 = (1,107-1,494) x1011 x 100% = 0,25%

1,494x1011

kr5 = (17,438-14,944)x1011 x 100% = 0,16%

1,494x1011

b. Batang kuningan

20 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
kr1 = (1,343-1,575)x1011 x 100% = 0,147 %

1,575x1011

kr2 =(1,378-1,575)x10 11 x 100% = 0,125 %

1,575 x1011

kr3 =(1,609-1,575)x1011 x 100% = 0,219 %

1,575 x1011

kr4 = (1,605-1,575)x1011 x 100% = 0,189 %

1,575 x1011

kr5 = (1,939-1,575)x1011 x 100% = 2,31%

1,575 x1011

c. Batang tembaga

kr1 = (1,420-1,660) x1011 x 100% = 1,445 %

1,660 x1011

kr2 =(1,573-1,660) x1011 x 100% = 0,524%

1,660 x1011

kr3 =(1,694-1,660) x1011 x 100% = 0,206 %

1,660x1011

kr4 =(1,738-1,660) x1011 x 100% = 0,466%

1,660 x1011

kr5 =(1,876-1,660) x1011 x 100% = 1,299 %

1,660 x1011

3. Perhitungan standart deviasi (SD).

21 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Tabel II .2.4 Batang aluminium

No G 𝐺̅ G-G G - G  2

1 1,402 x1011 1,494x1011 0,092x1011 0,8464x1018

2 1,590 x1011 1,494x1011 0,096x1011 0,9216x1018

3 1,609 x1011 1,494x1011 0,115x1011 132,25 x1018

4 1,107 x1011 1,494x1011 0,387x1011 1497,69 x1018

5 1,743 x1011 1,494x1011 0,249 x1011 620,01 x1018

2
n
 

 Gi  G
  = 2251,718x1018
SD = i 1
= 23,72 x109 dyne/cm2rad
n 1 4
Tabel II.2.5 Batang Kuningan

No. G G G-G G - G 2

1 1,343 x1011 1,575x1011 0,232x1011 538,24x1018

2 1,378 x1011 1,575x1011 0,197x1011 388,09x1018

3 1,609 x1011 1,575x1011 0,034x1011 0,1156x1018

4 1,605 x1011 1,575x1011 0,030x1011 9x1018

5 1,939 x1011 1,575x1011 0,364x1011 1324,96x1018

  G 
n 
 G 
i
 = 2210,40 x1018
SD= i 1
= 23,507x109 dyne/cm2rad
n 1 4

22 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Tabel II.2.6 Batang Tembaga

No G G G-G G - G 2

1 1,420 x1011 1,660x1011 0,24 x1011 576x1018

2 1,573 x1011 1,660x1011 0,087 x1011 0,7569x1018

3 1,694 x1011 1,660x1011 0,034x1011 0,1156x1018

4 1,738 x1011 1,660x1011 0,078 x1011 0,6084x1018

5 1,876 x1011 1,660x1011 0,216 x1011 272,16x1018

2
n
 

 Gi  G
i 1 
18
 = 577,508 x10 == 12,026 x109 dyne/cm2ra d
SD =
n 1 4

5 Hasil Pengukuran

G = 𝐺̅ ± SD

a. Batang Aluminium
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir 𝐺̅ =1,494x 1011
dan standar deviasi SD = = 23,72 x109 sehingga
G = 𝐺̅ ± SD

G = 1,494x1011 ± 23,72x109

G1 = 1,494x1011 + 23,72x109

=1,494 x1011 + 23,72x109

= 1,494 x 1011 + 0,2372x 1011

23 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
= 1,7312 x 1011 dyne/cm2rad

G2 = 1,494x1011 – 23,72x109

= 1,494x1011 – 0,2372x 1011

= 1,2568 x 1011 dyne/cm2rad

Jadi harga modulus puntir aluminium adalah 1,2568 x 1011 dyne/cm2rad < G <
1,7312 x 1011 dyne/cm2rad

b. Batang Kuningan

Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir batang kuningan


̅ =1,575 x 1011 dan standar deviasi SD = 23,507 x109 dyne/cm2rad sehingga
𝑮

G = 𝐺̅ ± SD

G = 1,575x1011 ± 23,50x109

G1= 1,575 x1011 + 23,50x109

=1,575x1011 + 0,2350x1011

= 1,810 x 1011 dyne/cm2rad

G2 = 1,575x1011 – 23,50x109

= 1,575x 1011 – 0,2350x 1011

= 1,340 x 1011 dyne/cm2rad

Jadi harga modulus puntir kuningan adalah 1,340 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,810
x 1011 dyne/cm2rad

c. Batang Tembaga

̅=
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir batang kuningan 𝑮
1,660x1011 dan standar deviasi SD = 12,02 x 109 dyne/cm2rad sehingga

24 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
G = 𝐺̅ ± SD

G = 1,660 x1011 ± 12,02x109

G1= 1,660 x1011 + 12,02x109

=1,660x1011 + 0,1202x1011

= 1,7802 x 1011 dyne/cm2rad

G2 = 1,660x1011 – 12,02x109

= 1,660x 1011 – 0,1202x 1011

= 1,5398 x 1011 dyne/cm2rad

Jadi harga modulus puntir tembaga adalah 1,5398 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7802
x 1011 dyne/cm2rad

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga modulus puntir aluminium adalah
1,2568 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7312 x 1011 dyne/cm2rad, harga modulus puntir
kuningan adalah 1,340 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,810 x 1011 dyne/cm2rad, harga
modulus puntir tembaga adalah 1,5398 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7802 x 1011
dyne/cm2rad .

3. Percobaan Viskositas Zat Cair

I. Tujuan percobaan

25 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Memahami hokum stokes tentang zat cair.

II. Teori dasar.


Jika sebuah bola logam pada fluida (zat cair) yang diam maka akan bakerja
gaya gesek fluida untuk melawan berat benda yang besarnya selalu konstan.

Dimana besarnya gaya gesek fluida terhadap bola logam diberikan oleh
stokes yang besarnya : F s = 6 . π . η . r . V .

secara garis besar hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viskositas
(kekentalan)

W = FA + FS ………(1)

Dimana :

W = Gaya berat bola (N)

FA = Gaya pengapung fluida (N)

FS = Gaya gesek fluida (N)

Gambar II.3.1 Hubungan bola jatuh


dalam fluida dengan nilai viscositas.

Dari hubungan tiga faktor didapat bahwa besarnya


harga viskositas zat cair adalah :

r
η = 2.r .g.(    0 )  dimana𝑣 =
2 S(1+0,24 )
R

9V t

dimana: η = viscositas zat cair R= jari-jari tabung

t = waktu jatuh bola g = percepatan grafitasi

S = jarak jatuh bola ρ = massa jenis bola

r= jari-jari bola ρ0= massa jenis fluida

III.Alat percobaan.

1. Tabung fluida

26 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
2. Jangka sorong
3. Neraca lengan
4. Mikrometer
5. Bola besi
6. Aerometer dan tabung gelas.
7. stop wacth.

IV. Prosedur percobaan

1. Menentukan massa jenis bola dengan menimbang massanya kemudian


mengukur volumenya.
2. Menentukan massa jenis fluida pada Aerometer.
3. Menentukan jarak S, kemudian jatuhnya bola besi dan ukur waktu
jatuhnya (t).
4. Mengulangi untuk jarak S yang berbeda 4 kali lagi.
5. Melakukan pada tabung yang lainnya, lakukan pengukuran lagi seprti
langkah yang di atas, datakan.

V. Data pengamatan.

Olie 1 : SAE 20

Massa jenis bola besi ρ = 13,30 gr/cc Massa bola = 1,73 gr

Massa jenis fluida (olie) ρ0 = 0,885 gr/cc Jari-jari bola r = 0,315 cm

Jari-jari tabung gelas R = 1,68 cm Volume bola = 0,13 cm

Tabel II 3.1 Data pengamatan

27 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
No S (cm) t (s) v = S (1+0,24.r/R)t (cm/det)

1. 10 0,21 49,76

2. 20 0,32 65,31

3. 30 0,69 45,43

4. 40 0,84 49,76

5. 50 1,25 41,8

Olie II : SAE 40

Massa jenis bola besi ρ = 13,30 gr/cc Massa bola = 1,73 gr

Massa jenis fluida (olie) ρ0 = 0,89 gr/cc Jari-jari bola r = 0,315 cm

Jari-jari tabung gelas R = 1,68 cm Volume bola = 0,13 cm

Tabel II.3.2 Data pengamatan olie SAE 40

No S (cm) t (s) v = S (1+0,24.r/R)t (cm/det)

1. 10 0,37 32,65

2. 20 0,44 47,5

3. 30 0,88 35,62

4. 40 1,22 34,26

5. 50 1,53 33,70

VI. Analisis Data dan Pembahasan

28 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
1. Harga viscositas berdasarkan percobaan
a. SAE 20
2.r 2 .g.(    0 )

9V
2.(0,315) 2 .1000.(13,30  0,865)
1   5,51poise
9.49,76

2.(0,315) 2 .1000.(13,30  0,865)


2   4,19poise
9.65,31

2.(0,315) 2 .1000.(13,30  0,865)


3   6,03poise
9.45,43

2.(0,315) 2 .1000.(13,30  0,865)


4   5,51poise
9.49,76

2.(0,315) 2 .1000.(13,30  0,865)


5   6,55poise
9.41,8
28,363
  5,67 poise
5
b. SAE 40
2.r 2 .g.(    0 )

9V
2.(0,315) 2 .1000.(13,31  0,865)
1   8,39poise
9.32,65

2.(0,315) 2 .1000.(13,31  0,865)


2   5,77poise
9.47,5

2.(0,315) 2 .1000.(13,31  0,865)


3   7,69poise
9.35,62

2.(0,315) 2 .1000.(13,31  0,865)


4   8,00poise
9.34,26

2.(0,315) 2 .1000.(13,31  0,865)


5   8,13poise
9.33,70
37,98
   7,596poise
5

2. Hubungan Nilai Viskositas terhadap Waktu


A. Olie SAE 20

29 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
y()
7
Y( η )
6
5
4
3
2
1
0
0.21 0.32 0.69 0.84 1.25

y()

B. Olie SAE 40
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0.37 0.44 0.88 1.22 1.53
Y(η) Column1

3. Kesalahan Relatif tiap percobaan :


SAE 20 :
30 Laporan Praktikum Fisika Dasar
2017/2018
ηi  η
kr  .100%
η

5,51  5,67
kr1  .100%  28,21%
5,67

4,19  5,67
kr2  .100%  26,10%
5,67

6,03  5,67
kr3  .100%  63,49%
5,67

5,51  5,67
kr4  .100%  28,21%
5,67

6,55  5,67
kr5  .100%  15,52%
5,67

28,21  26,10  63,49  28,21  15,52


k .100%  32,30%
5

SAE 40

ηi  η
kr  .100%
η

8,39  7,596
kr1  .100%  10,45%
7,596

5,77  7,596
kr2  .100%  24,03%
7,596

7,69  7,596
kr3  .100%  12,37%
7,596

31 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
8,00  7,596
kr4  .100%  53,18%
7,596

8,13  7,596
kr5  .100%  70,30%
7,596

10,45  24,03  12,37  53,18  70,30


k .100%  34,06%
5

4. Standart deviasinya
Tabel II.3.3 data oli SAE 20

No
η η
ηη η - η 2

1. 5,51 5,67 0,16 0,0256


2. 4,19 5,67 1,48 2,1904
3. 6,03 5,67 0,36 0,1296
4. 5,51 5,67 0,16 0,0256
5. 6,55 5,67 0,88 0,7744

 η 
n
2
i -η
i 1 3,1456
SD = = = √𝟎, 𝟕𝟖𝟔𝟒 = 0,886 𝒑𝒐𝒊𝒔𝒆
n -1 4

Tabel II.3.4 data oli SAE 40



No
η η
ηη η - η
2

1. 8,39 7,596 0,794 0,630436


2. 5,77 7,596 1,826 3,334276
3. 7,69 7,596 0,094 0,008836
4. 8,00 7,596 0,404 0,163216
5. 8,13 7,596 0,534 0,285156

32 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
 η 
n 2
i -η
i 1 4,42192
SD = = = √𝟏, 𝟏𝟎𝟓𝟒𝟖 = 1,05141 𝒑𝒐𝒊𝒔𝒆
n -1 4

5. Hasil Pengukuran
η = η ± SD
a. Sae 20
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata viskositas zat cair ̅
η =5,67 dan

standar deviasi SD = 0,886 poise sehingga

η = ̅̅̅̅
η ± SD

η = 5,67 ± 0,886
η 1 = 5,67 + 0,886
= 6,556 poise
η 2 = 5,67 – 0,886
= 4,784 poise
Jadi viskositas zat cair sea 20 adalah 4,784 poise < η < 6,556 poise

b. Sae 40
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir ̅
η = 7,596
dan standar deviasi SD = 1,05141 poise sehingga
η = η ± SD
η = 7,596 ± 1,05141

η 1 = 7,596 + 1,05141

= 8,64741

η 2 = 7,596 – 1,05141

= 6,54459 poise

Jadi viskostitas zat cair sea 40 adalah 6,5445 poise < η < 8,64741

33 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh besarnya viskostas zat cair
sea 20 adalah 4,784 poise < η < 6,556 poise dan viskositas sea 40
adalah 6,5445 poise < η < 8,64741 poise

34 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
4. Percobaan Lensa Positif

I. TujuanPercobaan.

1. Menentukan letak bayangan benda.


2. Menentukan focus dari lensa positif.
3. Memahami jalannya sinar pada lensa positif dan proses
pembentukannya.

II. Teori Dasar.

Lensa adalah benda bening yang dibatasiolehduabidang bias dengan


minimal satu permukaan tersebut merupakan bidang lengkung. Suatu
benda yang diletakkan relative agak jauh dari atau di depan sebuah lensa
positif, maka bayangan benda yang dibentuk oleh lensa dapat diamati
atau ditangkap pada layar yang diletakkan di belakang lensa.

Beberapa bentuk standar dari lensa ditunjukkan pada Gambar II.4.1

Gambar II.4.1Bentukstandarlensa: (a) lensapositifdan (b) lensanegatif.

Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang dinamakan titik focus
pertama(F1) dan titik focus kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan
titik benda pada Sumbu utama yang bayangannya berada di tempat yang
sangat jauh (takhingga), sedangkan titik focus kedua adalah titik bayangan
padasumbu utama dari benda yangletaknya sangat jauh (takhingga) seperti
diilustrasikan pada Gambar II.4.1.

35 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Gambar II.4.2 Definisititikfokuspertama, F1 ,dantitikfocuskedua, F2.

Untuk lensa tipis, titik focus dapat dihitung dari jarak benda, S, dan
jarak bayangan yang dibentuk, S’, dengan persamaan :

1 1 1
 
f S S'
Dimana :

f= jarak focus lensa

S=jarak benda dengan lensa

S’ = jarak bayangan dengan lensa.

III. Alat dan Bahan Percobaan.

1. Lensa positif.
2. Bangku optik.
3. Layar.
4. Benda.
5. Sumber cahaya.

IV. Prosedur Percobaan

1. menyusun set percobaanseperti gambar di bawahini :


Lampu - benda - lensa – layar

36 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Gambar II.4.3 Percobaaan lensa positif

2. meletakkan benda sejauh mungkin dari layar


3. menggeser-geserkan lensa sampai diperoleh bayangan yang jelas pada
layar. mengukur jarak benda (darilensa) dan catat sebagai S dan jarak
bayangan ke lensa catat sebagai S’
1) Mengubah kedudukan benda terhadap layar dan tentukan jarak
banyangan benda sebanyak 4 kali lagi.
2) Mendata hasil percobaan di lembar data.

V. Tabel II.4.1 Data Pengamatan

No S (cm) S’ (cm) SS‘ S+S‘ f (cm)

1 33 15 495 48 10,31

2 26 17 442 43 10,27

3 20 18 360 38 9,47

4 13,5 19,5 263,25 33 7,97

5 10 18 180 28 6,42

37 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
VI. Analisis Data dan Pembahasan

1. Jarak focus lensa positif


1 1 1 atau S'.S
  f 
f S S' S'S

f1 = 15 x33  495  10,312cm


15  33 48

f2 = 17 x 26  442  10,279cm
17  26 43

f3 = 18 x 20  360  9,473cm
18  20 38

f4 = 19,5 x13,5  263,25  7,977cm


19,5  13,5 33

20 x10 200
f5 =   6,667cm
20  10 30

̅ 10,312  10,279  9,473  7,977  6,667  44,708  8,9416cm


𝑓=
5 5

S+S'
15

10 10.312 10.279 9.473


7.977
6.667
5

0
SS'

S+S'

38 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Fokus lensa dari grafik yaitu :

S'.S
f 
S'S

f1 = 495  10,312cm
48

f2 = 442  10,279cm
43

f3 = 360  9,473cm
38

f4 = 263,25  7,9778cm
33

f5 = 200  6,667cm
30

̅ 10,312  10,279  9,473  7,977  6,667  44,708  8,941cm


𝑓=
5 5

Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin besar nilai ss’
maka semakin besar pula nilai s+s’nya, jadi keduanya berbanding lurus.

3. Perhitungan kesalahan relatif.

kr = f i - f x100%
f

kr1 = 10,312  8,941 x100%  0,15%


8,941

kr2 = 10,279  8,941 x100%  0,14%


8,941

kr3 = 9,473  8,941 x100%  0,05%


8,941

kr4 = 7,977  8,941 x100%  0,1%


8,941

39 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
kr5 = 6,667  8,941 x100%  0,25%
8,941

4. Tabel II.4.2 Perhitungan Standart Deviasi

No f f̅ f f f  f  2

1 10,312 8,941 1,371 1,879641

2 10,279 8,941 1,338 1,790244

3 9,473 8,941 0,532 0,283024

4 7,977 8,941 -0,964 0,929296

5 6,667 8,941 -2,274 5,171076

 f 
n
2
i -f
i 1
SD =
n -1

1,879641  1,790244  0,283024  0,929296  5,171076


 1,5853cm
4

6. Hasil Pengukuran
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata fokus lensa positif 𝑓 ̅ = 8,941cm
dan standar deviasi SD = 1,5853cm sehingga

F = f̅ ± SD
= 8,941 ± 1,5853
F1 = 8,941 + 1,5853
= 10,5263 cm
F2 = 8,941 – 1,5853
= 7,3557cm
Jadi jarak fokus lensa positif di atas adalah 7,3557 cm < f < 10,5263 cm

VIII. Kesimpulan

40 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh jarak fokus lensa positif
adalah 7 , 3 5 5 7 c m < f < 1 0 , 5 2 6 3 c m

5. Difraksi Cahaya

41 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
I.Tujuan Percobaan
1. Menentukan panjang gelombang cahaya Laser.
2. Memahami proses difraksi cahaya oleh celah sempit dan menentukan
lebar celah dan jarak antar celah dengan menggunakan laser He-Ne.

II. Teori Dasar.


Salah satu alat untuk menghasilkan garis spektrum adalah kisi atau
celah sempit yang merupakan sebaris celah yang sangat berdekatan.
Jikaseberkas sinar dilewatkan sebuah kisi maka penjalaran gelombang
cahaya terganggu oleh bagian yang tak tembus cahaya. Sebagian muka
gelombang cahaya diteruskan (seperti gambar).

Difraksi Cahaya
Pada gambar terlihat bahwa P,Q,R merupakan celah sempit, dimana
gelombang datang (dari laser) setelah lewat kisi didifraksikan membentuk
muka gelombang baru dengan sudut 1; 2 dan seterusnya, muka gelombang
baru tersebut sebenarnya merupakan daerah terang dan yang tak terlihat
merupakan daerah gelap. Untuk daerah terang pertama ke gelap pertama
dikatakan mempunyai ordo pertama (n = 1) dan seterusnya daerah gelap
atau terang ke dua mempunyai ordo kedua, (n = 2) dst.

42 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
Maka panjang gelombang cahaya laser dapat di tentuka dengan
persamaan sebagai berikut:
dsin α
λ
n

Dimana: λ= panjang gelombang


d= panjang kisi/celah
α= sudut difraksi
Catatan: Untuk menentukan nilai sudut difraksi
Y
sinα 
Y  A2
2

III. Alat dan Bahan Percobaan


1. Sumber cahaya laser
2. Kisi difraksi
3. Layar dan rool meter
4. Bangku optic
5. Sumber tegangan 220 V

IV. Prosedur Percobaan


1. menyusun alat seperti gambar dibawah ini, laser jangan
dihubungkan ke sumber tegangan dulu.
2. mengukur jarak kisi/celah ke layar, sebagai jarak A(cm)
3. menghubungkan Laser dengan sumber tegangan, maka akan
terlihat pola difraksi, tentukan dulu titik orde n = 0 (titik
tengah), kemudian ukur jarak Y(cm) yang merupakan jarak
titik terang nol ke titik terang pertama (n=1)
4. mengulangi kegiatan diatas sampai 4 kali untuk jarak A
yang berbeda dan ukur pusat titik terang ke titik terang
berikutnya
5. menkonsultasikan data pengamatan pada pembimbing,
datakan.

43 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
IV. Data Pengamatan

Y2  A2
No N A(cm) Y(cm) λ (cm) Sin α
(cm)

1. 1 462 30,5 463 0,072 0,065

2. 1 467 31 468,02 0,073 0,066

3. 1 472 31,5 473,04 0,0738 0,0665

4. 1 477 31 448,07 0,076 0,069

5. 1 482 32 483,06 0,0734 0,0662

VI. Analisis Data dan Pembahasan


1. Panjang gelombang pola difraksi
d.sinα
λi  (cm)
n

1,11 .0,065
λ1   0,0721cm
1

1,11 .0,066
λ2   0,0732cm
1

1,11 .0,0665
λ3   0,0738cm
1

1,11 .0,069
λ4   0,0765cm
1

1,11 .0,0662
λ5   0,0734cm
1

0,0721  0,0732  0,0738  0,0765  0,0734


λ   0,0738  738 x10 4 cm
5

44 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
2. Hitung kesalahan relative tiap percobaan (Kr)

λi  λ
kr¡ .100%
λ

0,0721  0,0738
kr1  .100%  0,927%
0,0738

0,0732  0,0738
kr2  .100%  0,926%
0,0738

0,0738  0,0738
kr3  .100%  0%
0,0738

0,0765  0,0738
kr4  .100%  0,923%
0,0738

0,0734  0,0738
kr5  .100%  0,926%
0,0738

λ i
kr  i 1
 1,194%
n

3. Standart deviasi (SD) dan kesalahan mutlak (Km)

λi  λ
kr¡  .100%
λ

a. Tabel Standart deviasi (SD)

No. λ λ λλ λ  λ 
2

45 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
1 0,0721 0,0738 0,0017 289x10 8

2 0,0732 0,0738 0,0006 360x10 8

3 0,0738 0,0738 0,0000 0x10 8

4 0,0765 0,0738 0,0027 729x10 8

5 0,0734 0,0738 0,0004 160x10 8

 λi  λ 
n
2

1.538  10 8
SD  i 1
  19,6 x 10 4 cm
n -1 4

b.Kesalahan mutlak (km)


SD 19,6 x 10 4
Km  .100%  -4
.100%  26558,26  10  4 %
λ 738x10

4. Hasil Analisis
̅ 738x10-4 dan
Berdasarkan perhitungan data diperoleh rata-rata λ
standar deviasi 19,6 x 10-4 sehingga
λ  λ  SD

λ  λ  SD  (738x10 -4 )  (19,6 x 10 4 )  757,6 x 10 4 cm

λ  λ  SD  (738x10 -4 )  (19,6 10 4 )  718,4 10 4 cm

Jadi, panjang gelombang cahaya adalah 718,4 x 10-4 cm < λ < 757,6
x10-4 cm

VII. Kesimpulan percobaan


Berdasarkan hasil analisis data diperoleh panjang gelombang λ
adalah 718,4 x 10-4 cm < λ < 757,6 x10-4 cm

46 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
BAB III
PENUTUP

47 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
A. Kesimpulan
Setelah membahas percobaan – percobaaan yang telah dilakukan dalam
kegiatan praktikum yang tertulis dalam laporan di atas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Pada Percobaan Konstanta pegas, berdasarkan hasil analisis data


diperoleh besar konstanta pegas adalah 11856,41 dyne/cm > k >
12333,43 dyne/cm
2. Pada Percobaan Modulus Puntir , berdasarkan hasil analisis data
diperoleh harga modulus puntir aluminium adalah 1,2568 x 1011
dyne/cm2rad < G < 1,7312 x 1011 dyne/cm2rad, harga modulus puntir
kuningan adalah 1,340 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,810 x 1011
dyne/cm2rad, harga modulus puntir tembaga adalah 1,5398 x 1011
dyne/cm2rad < G < 1,7802 x 1011 dyne/cm2rad .
3. Pada Percobaan Viskositas Zat Cair, berdasarkan hasil analisis
data diperoleh besarnya viskostas sea 20 adalah 4,784 poise < η
< 6,556 poise dan viskositas sea 40 adalah 6,5445 poise < η <
8,64741 poise
4. Pada Percobaan Lensa Positif, berdasarkan hasil analisis data
diperoleh jarak fokus lensa positif adalah 7 , 3 5 5 7 c m < f <
10,5263 cm.
5. Pada Percobaan Difraksi Cahaya, berdasarkan hasil analisis data
diperoleh panjang gelombang λ adalah 718,4 x 10-4 cm < λ < 757,6
x10-4 cm.

B. Saran
Praktikum fisika dasar mempunyai manfaat yang besar bagi mahasiswa,
karena dengan kegiatan tersebut mahasiswa dapat melihat dan membuktikan

48 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018
sendiri secara langsung tentang ilmu fisika yang diterima didalam perkuliahan,
yang berakibat pada pemahaman mahasiswa yang lebih dalam mata kuliah
khususnya fisika.

Melihat begitu besarnya manfaat dari kegiatan praktikum fisika dasar,


maka beberapa hal yang dapat penulis uraikan, diantaranya sebagai berikut:

1. Percobaan – percobaan yang akan dilakukan dalam kegiatan praktikum,


sebaiknya percobaan yang ada kaitannya langsung dengan materi
kuliah yang diterima mahasiswa pada semester itu, sehingga
mahasiswa bisa langsung dapat mempraktekkan teori tersebut demi
pemahaman yang lebih baik diluar pemahaman yang telah didapat pada
saat perkuliahan dikelas.

2. Para asisten laboraturium diharapkan untuk lebih berperan aktif dalam


membimbing mahasiswa pada saat melakukan kegiatan praktikum,
sehinggga mahasiswa dapat betul – betul paham dengan apa yang di
kerjakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997
49 Laporan Praktikum Fisika Dasar
2017/2018
2. Giancoli, C. Douglas, Physics, Prentice Hall

3. Muhammad Hikam dkk. 2000. Buku Pedoman Praktikum Fisika Dasar.


Edisi 2000.

Laboratorium Fisika Dasar Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar

Universitas Indonesia. Jakarta.

4. Paul A. Tippler. 2001. Fisika Untuk Sain dan Teknik Jilid 2 (Terjemahan).
Edisi
ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

50 Laporan Praktikum Fisika Dasar


2017/2018

Anda mungkin juga menyukai