PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dasar dalam mempelajari suatu ilmu teknik adalah ilmu fisika. Hal ini
terbukti pada perguruan tinggi teknik, mata kuliah mekanika teknik, Mekanika
fisika, kinematika, dinamika dan sebagainya merupakan mata kuliah dasar
umum yang harus dipelajari. Semuanya diperoleh dari mata kuliah fisika yang
merupakan bekal dalam menyelesaikan studi.
B. Tujuan
Praktikum fisika dasar ini diadakan agar mahasiswa dapat :
1. Memiliki dasar-dasar cara kerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki keterampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggungjawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan
percobaan baik itu meringkas, menafsirkan, dan menganalisa.
1. X1 Xi
i 1
X1 X X X
2
1
n
n
2. X2 Xi
i 1
X2 X X X
2
2
n
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
n
N Xn Xi
i 1
Xn X X X 2
n
n
n
Xi
X
n
Xi X
n n
Xi
i 1 2
n X
i 1
n i 1 i 1
Xii 1
1. Harga rata-rata : X =
n
2. Penyimpangan (deviasi) ∆X= |Xi –𝐗̅ |
n
Xi - X
i 1
3. Rata-rata penyimpangan Δ X = 𝐧
x i
̅̅̅̅ = i 1
𝐊𝐫 𝐧
ΔX
6. Kesalahan mutlak pengukuran : Km = . 100%
X
x
n
2
i -x
i 1
SD =
n -1
SD
8. Kesalahan yang diperbolehkan : Kd = . 100%
X
9. Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut : x = 𝐱̅ ± SD
∑𝒙 ∑𝒚 ∑ 𝒙𝟐 ∑ 𝒚𝟐 ∑ 𝒙𝒚
Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x,
dan dalam kasus ini berlaku hukum hooke:
F = - kx……...………………………………………………….(1)
Jika gaya F di timbulkan oleh massa benda maka F = gaya berat = m.g
k = mg …………………………….…………………………(2)
x
F = m.a……………………………….…………………….. (3)
2
-kx = m d x2
dt
Energi Potensial Pegas (EP) Dan Usaha (W) untuk meregangkan pegas
Energi potensial adalah energy yang dimilikii benda karena
kedudukannya terhadap suatu acuan. Energi potensial pegas dihitung
berdasarkan acuan titik setimbangnyya, sehingga saat pegas
menyimpang sejauh x akan memiliki energy potensial yang besarnya :
1
Ep = kx 2
2
1
W= kx 2
2
2. Pegas/pir
3. Stopwatch
4. Rool meter
5. Neraca lengan
6. Beban / massa
1 50 20 24 4 12.500 50.000
2 60 20 25 5 12.000 60.000
3 70 20 26 6 11.667 70.002
Sistem pembebanan
k = mg
x
60.474,6
12.094,92dyne/cm
5
X(1:10000) X
y(F)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
4 5 6 6.5 7.5
a) sistem pembebanan
ki - k
kr = x100%
k
No k k k-k k - k
2
Σ 227549,879
5. Hasil Pengukuran
̅= 12094,92
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata konstanta pegas 𝒌
dyne/cm dan standar deviasi SD = 238,51 dyne/cm sehingga pengukuran
terbaik didapatkan nilai konstanta pegas
̅± SD
k =𝒌
= 12094,92 ± 238,51 dyne/cm
̅ + SD
k1 = 𝒌
12094,92 + 238,51 = 12333,43 dyne/cm
̅ – SD
k2 = 𝒌
12094,92 – 238,51 = 11856,41 dyne/cm
Jadi besarnya konstanta pegas adalah 11856,41 < k < 12333,43
dyne/cm
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh besarnya konstanta pegas
adalah 11856,41 < k < 12333,43 dyne/cm
I. Tujuan Percobaan
II.Teori Dasar
Dalam regangan geser dann memuntir, gaya F bekerja sejajar dengan permukaan
A, sedangkan ∆L tegak lurus terhadap Lo. Tetapan G adalah modulus puntir
Gambar II.2.2 batang logam yang mengalami puntiran dan gaya Tarik
Tiap batang mengalami tegangan sebagai gaya persatuan luas terlihat batang
mengalami perpindahan x (cm) sebagai akibat gaya F, yang besarnya
berbanding lurus dengan penampang horizontal. Pada percobaan modulus
puntir terlihat akibat adanya gaya mengalami pegeseran pada batang,
dimana batan di anggap homogin. Akibat pergeseran puntirran pada
piringan ( gambar percobaan yang dinpuntir melalui piringan terhadap
sumbunya, akan mengalami pergeseran sudut punter.
2.L.F.R
G=
π r 4.θ
Dimana:
r= jari-jari batang
θ= sudut puntir
F= gaya puntir
Sudut puntir
1 50 36 50.000 58 1,011
2 60 35 60.000 60 1,042
3 70 33 70.000 65 1,13
4 80 32 80.000 70 1,82
5 90 31 90.000 73 1,26
Sudut punter
2 60 33 60000 65 1,130
4 80 32 80000 72 1,256
1 50 35 50000 56 0,97
4 80 32 80000 68 1,16
Batang kuningan
G1 = 2.47,5.50000.34,5 = 1,343x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,011
Batang tembaga
G1 = 2.47,5.50000.35 = 1,420x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.0,097
G2 = 2.47,5.60000.34,5 = 1,573x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,036
G3 = 2.47,5.70000.33,5 =1,694x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,099
G4 = 2.47,5.80000.32 = 1,738x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,16
G5 = 2.47,5.90000.31,5 = 1,876x1011 dyne/ cm2 rad
3,14.(0,14)4.1,19
2.Grafik hubungan antara modulus puntir(G) terhadap gaya beban(F) tiap batang.
X(G)
100000
80000
60000
40000
20000
0
14.02 15.09 16.09 11.07 17.43
X(G)
Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G)
y(F)
X(G)
100000
80000
60000
40000
20000
0
13.43 13.78 16.09 16.05 19.39
X(G) x(G)
Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G)
Series 1 x(G)
Keterangan: Semakin besar nilai gaya beban (F) maka akan semakin besar
pula modulus sudut puntirnya(G).
= 1,490x1011 dyne/cm2rad
𝐺̅ = (1,343+1,378+1,609+1,605+1,939) x1011
= 1,574x1011 dyne/cm2rad
𝐺̅ = (1,420+1,573+1,694+1,738+1,876) x1011
= 1,312x107 dyne/cm2rad
Kesalahan relatif.
Gi G
kr = x100%
G
a. Batang alumunium
1,494x1011
1,494x1011
1,494x1011
1,494x1011
1,494x1011
b. Batang kuningan
1,575x1011
1,575 x1011
1,575 x1011
1,575 x1011
1,575 x1011
c. Batang tembaga
1,660 x1011
1,660 x1011
1,660x1011
1,660 x1011
1,660 x1011
No G 𝐺̅ G-G G - G 2
2
n
Gi G
= 2251,718x1018
SD = i 1
= 23,72 x109 dyne/cm2rad
n 1 4
Tabel II.2.5 Batang Kuningan
No. G G G-G G - G 2
G
n
G
i
= 2210,40 x1018
SD= i 1
= 23,507x109 dyne/cm2rad
n 1 4
No G G G-G G - G 2
2
n
Gi G
i 1
18
= 577,508 x10 == 12,026 x109 dyne/cm2ra d
SD =
n 1 4
5 Hasil Pengukuran
G = 𝐺̅ ± SD
a. Batang Aluminium
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir 𝐺̅ =1,494x 1011
dan standar deviasi SD = = 23,72 x109 sehingga
G = 𝐺̅ ± SD
G = 1,494x1011 ± 23,72x109
G1 = 1,494x1011 + 23,72x109
G2 = 1,494x1011 – 23,72x109
Jadi harga modulus puntir aluminium adalah 1,2568 x 1011 dyne/cm2rad < G <
1,7312 x 1011 dyne/cm2rad
b. Batang Kuningan
G = 𝐺̅ ± SD
G = 1,575x1011 ± 23,50x109
=1,575x1011 + 0,2350x1011
G2 = 1,575x1011 – 23,50x109
Jadi harga modulus puntir kuningan adalah 1,340 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,810
x 1011 dyne/cm2rad
c. Batang Tembaga
̅=
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir batang kuningan 𝑮
1,660x1011 dan standar deviasi SD = 12,02 x 109 dyne/cm2rad sehingga
=1,660x1011 + 0,1202x1011
G2 = 1,660x1011 – 12,02x109
Jadi harga modulus puntir tembaga adalah 1,5398 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7802
x 1011 dyne/cm2rad
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga modulus puntir aluminium adalah
1,2568 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7312 x 1011 dyne/cm2rad, harga modulus puntir
kuningan adalah 1,340 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,810 x 1011 dyne/cm2rad, harga
modulus puntir tembaga adalah 1,5398 x 1011 dyne/cm2rad < G < 1,7802 x 1011
dyne/cm2rad .
I. Tujuan percobaan
Dimana besarnya gaya gesek fluida terhadap bola logam diberikan oleh
stokes yang besarnya : F s = 6 . π . η . r . V .
secara garis besar hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viskositas
(kekentalan)
W = FA + FS ………(1)
Dimana :
r
η = 2.r .g.( 0 ) dimana𝑣 =
2 S(1+0,24 )
R
9V t
III.Alat percobaan.
1. Tabung fluida
V. Data pengamatan.
Olie 1 : SAE 20
1. 10 0,21 49,76
2. 20 0,32 65,31
3. 30 0,69 45,43
4. 40 0,84 49,76
5. 50 1,25 41,8
Olie II : SAE 40
1. 10 0,37 32,65
2. 20 0,44 47,5
3. 30 0,88 35,62
4. 40 1,22 34,26
5. 50 1,53 33,70
y()
B. Olie SAE 40
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0.37 0.44 0.88 1.22 1.53
Y(η) Column1
5,51 5,67
kr1 .100% 28,21%
5,67
4,19 5,67
kr2 .100% 26,10%
5,67
6,03 5,67
kr3 .100% 63,49%
5,67
5,51 5,67
kr4 .100% 28,21%
5,67
6,55 5,67
kr5 .100% 15,52%
5,67
SAE 40
ηi η
kr .100%
η
8,39 7,596
kr1 .100% 10,45%
7,596
5,77 7,596
kr2 .100% 24,03%
7,596
7,69 7,596
kr3 .100% 12,37%
7,596
8,13 7,596
kr5 .100% 70,30%
7,596
4. Standart deviasinya
Tabel II.3.3 data oli SAE 20
No
η η
ηη η - η 2
η
n
2
i -η
i 1 3,1456
SD = = = √𝟎, 𝟕𝟖𝟔𝟒 = 0,886 𝒑𝒐𝒊𝒔𝒆
n -1 4
5. Hasil Pengukuran
η = η ± SD
a. Sae 20
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata viskositas zat cair ̅
η =5,67 dan
η = ̅̅̅̅
η ± SD
η = 5,67 ± 0,886
η 1 = 5,67 + 0,886
= 6,556 poise
η 2 = 5,67 – 0,886
= 4,784 poise
Jadi viskositas zat cair sea 20 adalah 4,784 poise < η < 6,556 poise
b. Sae 40
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata modulus puntir ̅
η = 7,596
dan standar deviasi SD = 1,05141 poise sehingga
η = η ± SD
η = 7,596 ± 1,05141
η 1 = 7,596 + 1,05141
= 8,64741
η 2 = 7,596 – 1,05141
= 6,54459 poise
Jadi viskostitas zat cair sea 40 adalah 6,5445 poise < η < 8,64741
I. TujuanPercobaan.
Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang dinamakan titik focus
pertama(F1) dan titik focus kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan
titik benda pada Sumbu utama yang bayangannya berada di tempat yang
sangat jauh (takhingga), sedangkan titik focus kedua adalah titik bayangan
padasumbu utama dari benda yangletaknya sangat jauh (takhingga) seperti
diilustrasikan pada Gambar II.4.1.
Untuk lensa tipis, titik focus dapat dihitung dari jarak benda, S, dan
jarak bayangan yang dibentuk, S’, dengan persamaan :
1 1 1
f S S'
Dimana :
1. Lensa positif.
2. Bangku optik.
3. Layar.
4. Benda.
5. Sumber cahaya.
1 33 15 495 48 10,31
2 26 17 442 43 10,27
3 20 18 360 38 9,47
5 10 18 180 28 6,42
f2 = 17 x 26 442 10,279cm
17 26 43
f3 = 18 x 20 360 9,473cm
18 20 38
20 x10 200
f5 = 6,667cm
20 10 30
S+S'
15
0
SS'
S+S'
S'.S
f
S'S
f1 = 495 10,312cm
48
f2 = 442 10,279cm
43
f3 = 360 9,473cm
38
f4 = 263,25 7,9778cm
33
f5 = 200 6,667cm
30
Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin besar nilai ss’
maka semakin besar pula nilai s+s’nya, jadi keduanya berbanding lurus.
kr = f i - f x100%
f
No f f̅ f f f f 2
f
n
2
i -f
i 1
SD =
n -1
6. Hasil Pengukuran
Dari perhitungan data diperoleh rata-rata fokus lensa positif 𝑓 ̅ = 8,941cm
dan standar deviasi SD = 1,5853cm sehingga
F = f̅ ± SD
= 8,941 ± 1,5853
F1 = 8,941 + 1,5853
= 10,5263 cm
F2 = 8,941 – 1,5853
= 7,3557cm
Jadi jarak fokus lensa positif di atas adalah 7,3557 cm < f < 10,5263 cm
VIII. Kesimpulan
5. Difraksi Cahaya
Difraksi Cahaya
Pada gambar terlihat bahwa P,Q,R merupakan celah sempit, dimana
gelombang datang (dari laser) setelah lewat kisi didifraksikan membentuk
muka gelombang baru dengan sudut 1; 2 dan seterusnya, muka gelombang
baru tersebut sebenarnya merupakan daerah terang dan yang tak terlihat
merupakan daerah gelap. Untuk daerah terang pertama ke gelap pertama
dikatakan mempunyai ordo pertama (n = 1) dan seterusnya daerah gelap
atau terang ke dua mempunyai ordo kedua, (n = 2) dst.
Y2 A2
No N A(cm) Y(cm) λ (cm) Sin α
(cm)
1,11 .0,065
λ1 0,0721cm
1
1,11 .0,066
λ2 0,0732cm
1
1,11 .0,0665
λ3 0,0738cm
1
1,11 .0,069
λ4 0,0765cm
1
1,11 .0,0662
λ5 0,0734cm
1
λi λ
kr¡ .100%
λ
0,0721 0,0738
kr1 .100% 0,927%
0,0738
0,0732 0,0738
kr2 .100% 0,926%
0,0738
0,0738 0,0738
kr3 .100% 0%
0,0738
0,0765 0,0738
kr4 .100% 0,923%
0,0738
0,0734 0,0738
kr5 .100% 0,926%
0,0738
λ i
kr i 1
1,194%
n
λi λ
kr¡ .100%
λ
No. λ λ λλ λ λ
2
λi λ
n
2
1.538 10 8
SD i 1
19,6 x 10 4 cm
n -1 4
4. Hasil Analisis
̅ 738x10-4 dan
Berdasarkan perhitungan data diperoleh rata-rata λ
standar deviasi 19,6 x 10-4 sehingga
λ λ SD
Jadi, panjang gelombang cahaya adalah 718,4 x 10-4 cm < λ < 757,6
x10-4 cm
B. Saran
Praktikum fisika dasar mempunyai manfaat yang besar bagi mahasiswa,
karena dengan kegiatan tersebut mahasiswa dapat melihat dan membuktikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997
49 Laporan Praktikum Fisika Dasar
2017/2018
2. Giancoli, C. Douglas, Physics, Prentice Hall
4. Paul A. Tippler. 2001. Fisika Untuk Sain dan Teknik Jilid 2 (Terjemahan).
Edisi
ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta.