jenis limbah yang dihasilkan, pada saat ini banyak buangan yang memasuki lingkungan akan banyak berupa zat beracun dan berbahaya (B3) dan jumlahnya akan semakin bertambah dan semakin beragam. Maka dibutuhkan ilmu toksikologi lingkungan untuk melakukan uji toksisitas di laboratorium, untuk dapat memperkirakan/memprediksi toksisitas suatu limbah, bahan baku baru dan/atau efeknya terhadap masyarakat. Ilmu ini relatif terhadap ilmu toksikologi lainnya, sebelumnya telah dikenal berbagai ilmu toksikologi, yakni: 1. Farmakotoksikologi Untuk penelitian daya racun obat- obatan, obat mempunyai sifat racun tidak saja terhadap penyebab penyakit, tetapi juga terhadap sel yang sehat. 2. Toksikologi makanan dan kosmetik Dibutuhkan untuk pengawatan, dan penyimpanan agar produk pangan dan kosmetika dapat terus ditingkatkan 3. Toksikologi Pestisida Awalnya digunakan dalam industrialisasi di bidang pertanian, peternakan, dan kesehatan. Dengan perkembangnnya diperlukan penelitian yang spesifik membunuh organisme target, dan tidak menganggu elemen lingkungan lainnya. 3. Toksikologi Industri Banyak industri besar menggunakan bahan baku yang bersifat berbahaya dan beracun, baik bagi pekerjanya maupun lingkungannya, sehingga mendukung perkembangan toksikologi industri. Toksikologi Militer Orang juga berperang dengan menggunakan berbagai senjata seperti zat racun baik yang bersifat kimiawi, fisis dan biologis, di samping senjata tajam. Banyak negara memproduksi bom atom, terutama selama periode perang dingin. Tetapi para ahli sangat khawatir, bahwa penggunaan senjata seperti itu akan memusnahkan seluruh umat manusia. Toksikologi Forensik Ilmu toksikologi forensik yang secara khusus mempelajari keracunan dalam bidang krimonologi. Arsen misalnya, sudah sejak lama digunakan untuk meracuni orang secara perlahan. Toksikologi Medis Toksikologi medis dan eksperimental dalam uji toksisitas berbagai obat baru dan/atau zat racun yang akan digunkan baik di industri maupun di masya Toksikologi Lingkungan Semau zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan kembali memasuki lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akhirnya bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun,dengan demikian diperlukan toksikologi lingkungan. DEFINISI Toksikologi dari berbagai definisi yang hakekatnya menjelaskan ilmu yang mempelajari racun, antara lain yang penting adalah sebagai berikut: a. Ilmu yang mempelajari jejas atau kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu meteri, substansi, dan/atau energi. b. Ilmu yang mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme c. Ilmu yang mempelajari secara kuantitatif dan kualitatif pengaruh jelek dari zat kimiawi, fisis, dan biologis terhadap sistem biologis (Borzelleca, dl Ruchirawat, 1966). Toksin atau Racun Yang dimaksud dengan racun di sini dapat berupa zat kimia, fisis dan biologi. Toksin atau racun diartikan sebagai: a. Zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hidup (Sax,1957) b. Zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan kematian/kerusakan berat pada orang sehat (goodman&Gilman,1956) c. Zat yang dapat memasuki tubuh dalam keadaan cukup, secara konsisten, menyebabkan fungsi tubuh jadi tidak normal. Keracunan atau Intoksikasi Yang dimaksud dengan keracunan atau intoksikasi adalah: = keadaan tidak normal akibat efek racun. Penyebanya dapat akibat dari bunuh diri, kecelakaan, tindak kirimal, dan penyakit jabatan (Goodman & Gilman, 1956) =perubahan morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ataupun pengurangan usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan bertahan terhadap racun ataupun meningkatkan kerentanan organisme terhadap zat racun berasalkan lingkungan(Duffus, dl ruchiawat,1996) TOKSISITAS Toksisitas diartikan sebagai: Kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya (Sax,1957). Taraf Toksisitas Dapat dinyatakan dengan angka 1-6 ataupun berbeda-beda tergantung literatur yang digunakan, seperti pada tabel berikut: Taraf LD50 (mg/Kg BB),BB= 70 Kg LD50 (mg/Kg BB) 10 Kg anak 6= supertoksik <5,terasa,< 7 tetes <1 5= Extremely Toxic 5-50, 7 tetes-3/4 sendok teh 1 tetes-1/8 s. teh 4= sangat toksik 50-500,3/4 sendok -3 s. teh 1/8 s. Teh-1 s.teh 3= moderately toxic 500-5000,3-30 s. teh 1 s.teh-4s.teh 2= slightly toxic 5-15 gr, >30 s. Teh (1 lb) 1 s. Teh- 4. s. Makan 1= practically non >15 gr, > 1 qt toxic Taraf toksisitas ini dapat digunakan untuk menilai taraf toksisitas suatu racun yang sedang diuji-coba pada berbagai organisme. Tetapi toksisitas ini sangat beragam bagi berbagai organisme, tergantung dari berbagai faktor, yang antara lain sebagai berikut: 1. Spesies uji 2. Cara carun memasuki tubuh/potal entri 3. Frekuensi dan lamanya paparan 4. Konsentrasi zat pemapar 5. Bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar, dan 6. Kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar 7. Semuanya turut menentukan efek yang akan terjadi. TUJUAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Para ahli toksikologi lingkungan diharapkan dapat/mampu: 1. Menguraikan perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaimana racun menyerang organisme, sehingga timbul efek atau respon yang tidak dikehendaki atau terjadi fungsi dan/ atau struktur yang tidak normal. 2. Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas lingkungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa para ahli toksikologi harus dapat mengidentifikasi dan menguji toksisitas racun secara kuantitatif, baik racun yang ada di lingkungan ( atmosferik, aquatik, terestial dll) maupun yang telah memasuki organisme lewat udara,air, tanah, makanan, dll. 3. Dapat membuat kriteria dasar untuk standarisasi kualitas lingkungan: yakni, menentukan konsentrasi yang dapat diterima masyarakat sebagai aman dan tidak aman. 4. Dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek, dan keracunan ataupun membuat antidotum. Hal ini sering dilakukan bersama dengan para ahli farmasi.