Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/302573064

Desinfeksi Air dengan Proses Berbasis Membran

Article · May 2016

CITATIONS READS

0 1,608

1 author:

Gallo Ibnu Fajar


Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Gallo Ibnu Fajar on 10 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Desinfeksi Air dengan Proses Berbasis Membran
Gallo Ibnu Fajar

Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia


gallomaskar@gmail.com

Abstrak
Kebutuhan akan air semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan industri. Khusus untuk air minum, air harus
melewati proses disinfeksi agar aman untuk dikonsumsi. Pada umumnya, disinfeksi dilakukan dengan penambahan bahan kimia.
Akan tetapi, proses disinfeksi kimiawi menghadapi kendala utama, yaitu kemungkinan terbentuknya produk samping disinfeksi yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Teknologi membran merupakan salah satu proses alternatif yang dapat digunakan untuk proses
disinfeksi air tanpa menghasilkan produk samping disinfeksi karena proses membran tidak melibatkan penambahan bahan kimia
sebagai disinfektan. Terdapat beberapa proses membran yang mampu digunakan sebagai proses pengolahan dan juga desinfeksi
air. Sistem filtrasi pada membran membuat patogen dan kotoran lainnya tersaring sehingga tidak terbawa oleh air produk.
Teknologi membran juga dapat digunakan untuk menyisihkan senyawa-senyawa organik yang berperan sebagai pre-kursor produk
samping disinfeksi, sehingga dapat mencegah terbentuknya produk samping disinfeksi apabila pada tahap akhir ataupun pada
proses distribusi masih memerlukan penambahan dosis disinfektan kimiawi. Teknologi membran juga dapat digunakan sebagai
filter poin-of-use sehingga dapat menyisihkan kontaminan yang mungkin terbawa selama proses distribusi air dari sistem
pengolahan air terpusat. Kelebihan dari sistem desinfeksi air dengan membran adalah proses yang lebih baik, penggunaan energi
yang lebih sedikit, air yang lebih baik kualitasnya, dan biaya produksi yang lebih rendah.

Kata kunci: pengolahan air, desinfeksi air, filtrasi membran, ultrafiltrasi, reverse osmosis

1. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat
penting. Jumlahnya sangat melimpah di bumi ini tetapi 2. TEKNOLOGI FILTRASI MEMBRAN
Filtrasi dapat diartikan sebagai pemisahan antara
kualitasnya selalu mengalami penurunan diakibatkan
fluida yang mengalir melewati suatu medium yang
aktivitas manusia. Menurunnya kualitas air dapat
membuatnya terpisah menjadi komponen-
mengancam tingkat kesehatan manusia. Menipisnya
komponennya. Beberapa fungsi membran yaitu [2]:
jumlah air bersih khususnya air tawar disebabkan oleh
1. Untuk menghasilkan air minum dari air laut.
aktivitas manusia berupa penggunaan pada rumah
2. Membersihkan air limbah dari buangan pabrik.
tangga dan sebagai bahan pabrik atau industri. Dampak
3. Membersihkan urea dan racun dalam aliran darah
yang dihasilkan pada aktivitas manusia berupa limbah
Secara fisik, membran dapat memisahkan partikel,
yang merusak dan mencemari lingkungan.
mikroorganisme atau bahkan virus yang berukuran
Di Indonesia sendiri, krisis air bersih juga dialami
lebih besar dari pori-porinya. Kemampuan ini
oleh sebagian besar penduduk. Krisis ini ditandai oleh
dimanfaatkan untuk menghasilkan air bersih dari air
sulitnya mendapatkan air bersih dan tercemarnya sungai
laut, membersihkan limbah pabrik, mengonsentrasikan
dan danau yang ada di Indonesia. Krisis yang dihadapi
dan memurnikan larutan yang sensitif terhadap suhu,
juga tidak terlepas oleh permasalahan pengolahan
mengeluarkan urea dan racun lainnya dari darah pada
limbah yang ada. Banyak industri di Indonesia yang
ginjal sintetis, membantu untuk mengeluarkan obat
menggunakan air bersih dalam jumlah yang besar,
tertentu dengan kecepatan yang sudah ditentukan [2].
namun tidak memperhatikan pengolahan limbahnya.
Sistem filtrasi membran terbagi menjadi 4 yaitu
Limbah air industri bila dibuang begitu saja tanpa
Reverse Osmosis, Nanofiltrasi, Ultrafiltrasi dan
melewati proses pengolahan dapat merusak ekosistem
Mikrofiltrasi. Secara garis besar, Reverse Osmosis
yang ada. Jika air limbah yang ada dapat diolah dan
dapat digunakan untuk memisahkan komponen ionik
digunakan ulang tanpa membeli air bersih untuk
dan desalinasi air laut dan air payau untuk menghasilkan
digunakan sebagai keperluan industri, sebenarnya ini
air tawar [1]. Dengan Mikrofiltrasi kita dapat
akan memotong ongkos produksi yang cukup besar.
memisahkan partikel, dengan Ultrafiltration kita dapat
Terdapat banyak metode pendekatan yang
memisahkan makromolekul dan dengan Nanofiltrasi
digunakan untuk melakukan disinfektan air. Setiap
kita dapat memisahkan ion.
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa
Kekuatan RO yaitu dapat menahan 99.5% garam
teknik pemurnian air seperti disinfektan halogen dan
yang disaring melaluinya. Di Amerika Serikat terdapat
radiasi saat ini belum dapat memberikan solusi yang
sekitar 1900 unit desalinasi dengan kapasitas lebih dari
optimum dalam masalah disenfektan.
15% produksi dunia [3].
Disinfektan air dengan teknologi membran
Sistem RO cocok digunakan untuk daerah yang air
merupakan salah satu cara terbaik untuk menggantikan
tawarnya mengalami intrusi oleh air laut sehingga
teknik konvensional. Teknik pengolahan air
berubah menjadi air payau [1]. Unit Sanibel Island
konvensional terbatas pada kemampuan dalam
berkapasitas 13.600 m3/hari dengan tingkat perolehan
mengolah air minum. Proses membran akan menjadi
teknik yang penting untuk peningkatan pengolahan air.
80% dan rejeksi garam sebesar 86.3% (umpan 3.300 Nanofiltrasi lebih sering digunakan pada aplikasi
ppm dan produkk 450 ppm) [4]. pengolah makanan seperti susu, untuk konsentrasi
simultan dan parsial demineralisasi.
Ultrafiltrasi merupakan variasi dari membran
filtrasi. Molekul yang berukuran besar kana tertahan
pada membran, namun yang partikel kecil akan lolos.
Proses pemisahan menggunakan proses ultrafiltrasi
biasanya digunakan di bidang industri dan penelitian
untuk penjernihan air karena ukuran yang dapat diolah
adalah air pekat.. Pengolahan menggunakan Ultra
filtrasi pada umumnya menggunakan membran
berukuran 0.001 mikron – 0.01 mikron [12].
Mikrofiltrasi memiliki fungsi yang sama dengan
jenis membran lainnya. Hal yang membedakan
hanyalah ukuran partikel yang mampu melewati
membrannya saja. Secara garis besar, gambaran umum
perbedaan membran filtrasi dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Instalasi sistem RO skala besar [5] 3.
Nanofiltrasi juga memiliki fungsi yang sama 3. DESINFEKSI MEMBRAN
dengan RO yaitu dapat memfiltrasi senyawa hingga Banyak perancang teknologi membran dan RO
tingkatan ion. Nanofiltrasi jarang digunakan pada yang menyatakan bahwa tidak ada virus yang
pengolahan air dibandingkan RO.Hal ini disebabkan ditemukan setelah proses pemurnian air dilakukan dari
nanofilter tidak maksimal dalam penyaringan karena membran. Pernyataan ini berdasarkan pada ukuran pori
berukuran 0,01 µ – 0,001µ sedangkan RO memiliki membran yang secara teori lebih kecil dibandingkan
ukuran pori-pori yang lebih kecil yaitu 0,001µ – ukuran virus. Pada hasil percobaannya, tetap saja virus
0,0001µ atau sampai sepersepuluh ribu mikron. (seperti polovirus) masih bisa ditemukan setelah
melewati membran Selulosa Asetat. Meskipun begitu,
tingkat penyaringan virus dapat mencapai rentang 99,2-
100 persen [6]. Lolosnya virus ini bisa disebabkan
adanya kecacatan pada permukaan membran dan
bagiannya.
Proses membran merupakan aplikasi yang baik
untuk desinfektan air karena proses non-adiktifnya.
Secara teknis, proses membran dengan cara terbaik
untuk membersihkan patogen adalah dengan reverse
osmosis. Namun, peneliti telah menemukan metode lain
dengan tepat guna menangkat seluruh pathogen
termasuk virus dari umpan yang terkontaminasi yaitu
dengan Ultrafiltrasi. Lyonnaise des Eaux Dumes telah
mencoba mengoperasikan pabrik dengan ultrafiltrasi
dengan kapasitas 40 meter kubik per jam. Dia
memperkirakan, untuk pabrik yang lebih besar, biaya
Gambar 2. Proses membran nanofiltrasi [12] operasi akan lebih besar dua kali dari ozon dan
peroksida diikuti dengan karbon aktif glanular.
Walaupun kemunduran dan pengalaman pemurnian dari
proses membran akan terus berlangsung.
Gambar 3. Filtrasi berbasis membran [12]

3.1. Rejection partikel non-biologis pertikel yang lebih kecil daripada


Pembuangan partikel termasuk koloid biologis dan pori membran dengan memodifikasi permukaan
non-biologis tergantung pada beberapa faktor termasuk membran untuk menghasilkan muatan berlawanan
ukuran membran. Untuk disinfektan menggunakan dengan partikel. Kondisi yang dinginkan ini dapat
membran, dapat diasumsikan bahwa parameter paling dicapai dengan mengubah pH. Rejection yang lebih
kritis adalah ukuran pori. Dari sana dapat diambil rendah terhadap pertikel latex pada pH rendah pernah
kesimpulan bahwa ukuran pori lebih kecil daripada dilaporkan [7]. Muatan permukaan yang dapat membuat
ukuran mikroorganisme. Namun, dapat dilihat bahwa penghalang elektrostatik adalah fungsi dari pH [8].
ukuran pori bisa lebih besar daripada ukuran partikel Sehingga dapat dibuktikan bahwa variasi pH dapat
untuk mengurangan secara signifikan. mengubah interaksi elektrostatik dari tarik menarik
Terdapat dua mekanisme yang digunakan untuk hingga saling menolak dan karakteristik penolakan.
memisahkan parikel, yaitu Sieve Retention dan Besarnya penolakan tergantung pada ukuran
Adsorption Sequestration. Dalam Sieve Retention, partikel, pori membran dan ketebalan membran [9].
media berpori bertindak sebagai penghalang masuknya Walaupun jumlah pori sama, membran dapat
partikel. Partikel tertahan di permukaan membran dan memberikan rejection yang berbeda-beda. Hal ini
membentuk lapisan yang ketebalannya bertambah membuktikan bahwa material yang berbeda akan
selama filtrasi tetap berlangsung. Mekanisme kedua memiliki kemampuan adsorpsi dan penangkapan
melibatkan masuknya dan tertangkapnya partikel ke terhadap partikel yang sama karena faktro intrinsik yang
matrik membran. Teori Stabilitas koloid dapat berbeda dari segi ukuran pori dan distribusinya, muatan
diterapkan pada interaksi antara koloid dan matrik dan karakter hidrofilik.
membran. Mekanisme yang dapat menstabilkan Kondisi operasi seperti tekanan antarmembran dan
suspensi koloid ke permukaan dalam membran. Faktor fluks dapat memberikan dampak pada rejection. Bakteri
yang dapat menghasilkan interaksi lebih banyak dapat yang melewati membran dengan ukuran nominal pori
menambah penolakan. Jika partikel dan membran di lebih kecil sudah pernah dilaporkan. Deformasi
beri muatan yang berbeda atau potensial zeta bernilai bakterial diduga merupakan penjelasan dari fenomena
cukup, partikel akan menghadapi matrik membran ini. Deformasi bakterial ini diusulkan oleh [7].
menghasilkan pembuangan partikel yang lebih kecil Penjelasan yang juga logis adalah perubahan
daripada pori membran [7]. ukuran mikreoorganisme. Mikroorganisme merupakan
Membran sangat efektif dalam membuang koloid masalah dalam kondisi hidup atau mati benda tersebut.
biologis yang berukuran lebih besar atau kecil daripada Mereka bisa bertambah dengan kelajuan logaritmik.
pori membran. Untuk koloid non biologis yang Mereka adalah sumber phyrogens [10]. Steril hanya
berukuran lebih kecil atau lebih besar daripada pori kondisi sementara yang dapat dirusak oleh satu
membran sudah pernah dilaporkan. Dalam kondisi mikrooganisme.
tertentu, seperti adsorpsi elektrostatik, secara virtual, Salah satu metode yang paling pasti dalam
semua partikelnya dapat dibuang tanpa menghasilkan cairan steril adalah dengan panas atau
memperhitungkan ukurannya. Pembuangan total sterilisasi kimia dan filtrasi. Dua metode pertama akan
membunuh kontaminan. Namun, membunuh Teknologi membran dapat diaplikasikan sebagai
kontaminan tidak mengeluarkannya dari larutan. pengolahan air di Indonesia. Teknologi ini memiliki
Sebuah percobaan normal bakterial terhadap air minum banyak kelebihan yang memungkinkan untuk
dapat menentukan E.coli yang terdapat di dalam air. diterapkan di berbagai kondisi [1]. Kelebihan
Pembuangan total E.coli menggunakan membran penggunaan membran dibandingkan teknologi
Selulosa Asetat. Mereka menyatakan bahwa teknik ini konvensional yang ada yaitu tahapan yang lebih
dapat menghasilkan air yang berkualitas cukup. sederhana, tidak memerlukan bahan kimia, dan
Berbagai percobaan telah menunjukkan bahwa tambahan energi yang dapat diminimunkan bahkan
membran sangat efektif untuk menghasilkan air dengan unit-unit filtrasinya dapat diopreasikan tanpa
jumlah bakteri yang sudah direduksi. penggunaan listrik sekalipun [1].
RO dapat membuang bakteri dalam jumlah yang Pemanfaatan teknologi membran juga dapat
besar [11]. Sebuah percobaan dilakukan untuk diaplikasikan saat bencana terjadi di Indonesia. Salah
mengevaluasi efisiensi membran ultrafiltrasi untuk satu produk berbasis membran yang digunakan saat
membuang partikel dan bakteri dari permukaan sumber bencana alam yaitu bencana tsunami dan gempa bumi
air. Aceh adalah unit IGW green UF.

3.2. Fouling
Fouling dapat diartikan sebagai deposisi
irreversible material diluar atau didalam membrane
yang menyebabkan hilangnya fluks dan dorongan yang
berubah. Keseluruhan permeabilitas, pembusukan
terjadi disebabkan sumbatan pada pori yang membentuk
lapisan pada permukaan membran [13]. Dengan
tekanan pump yang konstan, fouling membran akan
menghasilkan fluks yang berbeda, sedangkan pada arus
konstan filtrasi, fouling akan menyebabkan naiknya
hilang tekanan sepanjang membrane [14].
Fouling secara partikular adalah suatu masalah
yang mana umpan larutannya berasal dari [15]. Hingga
sekarang, fouling adalah factor yang sangat penting
yang membatasi penggunaan teknologi membrane
untuk mengeluarkan mikro-organisme dari air.
Fluks adalah fungsi dari kedua ukuran pori dan
densitas pori. Ketika fluida melewati membran, pori
menjadi terhalang dengan partikel sehingga densitas Gambar 1. Unit ultrafiltrasi tanpa listrik [16]
pori menjadi berkurang menghasilkan beda laju filtrasi.
Penyebab lainnya turunnya fluks adalah akumulasi dari 4.1. Ultrafiltrasi
fouling material, bahan anorganik maupaun anorganik Ultrafiltrasi merupakan proses pengolahan air yang
pada permukaan membran. cukup baik untuk diterapkan. Sejauh ini, Ultrafiltrasi
Industri pengolahan air menggunakan membran, merupakan proses membran yang perkembangannya
mengembangkan lapisan biofilm yang menyebabkan sangat pesat diterapkan di berbagai perusahaan. Sistem
turunnya fluks. Proses utama yang dilibatkan dalam UF mampu beropeprasi pada tekanan rendah yaitu
tatanan biofilm adalah penambahan mikro organisme sekitar 0,5-5 bar [1].
pada permukaan membrane. Partkel non-biologi juga Material membran UF sendiri, dapat disintesis
dilibatkan dalam pengembangan biofilm dengan peran dengan polimer organik ataupun polimer non organik.
substrat nutrisional. Beberapa sifat-sifat khusus pemilihan material juga
Gaya yang memungkinkan yang dikenai dipertimbangkan dalam pembuatan membran seperti
mikroorganisme pada lapisan membrane adalah berat molekul, felksibilitas rantai, interaksi rantai dan
elektrostatis, van der Waals, ionic, ikatan hydrogen dan lainnya. Beberapa dari bahan ini adalah polisulfon,
interaksi hidrofobik. Ikatan hidrogen dan gaya polietersulfon, polisulfon tersulfonasi,
elektrostatis adalah faktor yang tidak begitu penting polivinildenfluorida, poliakrilonitril, selulosa, polimid,
pada proses adesi. Interaksi hidrofobik dengan polieterimid, poliamid alifatik dan polieterketon.
mempertimbangkan energi bebas untuk membawa 2 Contoh bahan anorganik juga seperti alumina dan
molekul larutan dan bagian lainnya adalah fungsi zirkonia [17].
pelarut. Struktur pori pada membran UF ada yang simetris
ataupun non simetris. Ketahanan terhadap transfer
4. APLIKASI TEKNOLOGI MEMBRAN PADA massa ditentukan oleh tebal total membran. Jika
PROSES DESINFEKSI AIR membran semakin tipis maka laju permeasi akan
semakin tinggi. Ketebalan membran simetris berkisar
antara 10-200 mikrometer sedangkan asimetris berkisar merupakan sistem sederhana dan paling umum untuk
0,1-0,5 mikrometer [1]. diaplikasikan sebagai desalinasi. Untuk dua-tahap
Membran berpori, dimensi porinya akan cenderung digunakan untuk mengolah air payau untuk
menentukan karakteristik pemisahannya. Oleh karena meningkatkan rasio recovery keseluruhan [21].
itu diperlukan modifikasi bahan membran yang baik Sekarang ini, sistem RO terkenal dengan teknologi
agar morfologinya sesuai untuk melakukan pemisahan pengolahan air untuk industri seperti desalinasi namun
yang spesifik. Teknik pembuatan memrabn berupa
juga dapat meningkatkan rasa dengan menghilangkan
sintering, stretching, track-etching, inversi fasa, proses
kontaminan dalam air tersebut. Keberhasilan teknologi
sol-gel, dan solution coating. Akan tetapi, membran UF
biasanya dibuat dari inversi fasa dan proses sol-gel [1]. RO disebabkan operasinya yang sangat sederhana dan
Pada umumnya, pengolahan air konvensional ekonomis. Kemampuan merejeksi garam dalam air laut
terdiri dari pengolahan fisik dan pengolahan kimia [18]. dari 97% hingga 99.5% didorong dengan tipe membran
Ultrafiltrasi memiliki sistem pengolahan yang lebih yang memiliki efisien pemisahan tinggi [22].
baik dari konvensional. Hal ini disebabkan pada proses Kesederhanaan proses desalinasi RO dibandingkan
ultrafiltrasi tidak diperlukannya bahan kimia, filtrasi dengan proses desalinasi termal skala besar juga
berbasis ukuran, kualitas produk yang baik dan memperlihatkan kelebihan RO.
konsisten khususnya terhadap penghilangan partikel Meski digunakan pada proses desalinasi, membran
mikroba, proses dan plant yang kompak, dan otomisasi RO yang ada tidak dapat langsung dioperasikan pada
yang sederhana [18]. Pada Ultrafiltrasi, erdapat umpan air laut [23]. Hal ini disebabkan memban RO
tahapan-tahapan seperti presipitasi kimia, adsorpsi, lebih sensitif terhadap scalling, fouling, kimia dan
sedimentasi dan filtrasi [18]. Namun, sekarang serangan biologis dibandingkan proses desalinasi
Ultrafiltrasi sudah mampu diperbaiki tahapannya termal. Maka dari itu perlunya perhatian terhadap
menjadi klarifikasi dan sedimentasi saja. proses membran yang harus dipenuhi dari segi
Membran Ultrafiltrasi adalah membran yang kebutuhan pre-treatment. Bila terjadi tendensi fouling
memiliki pori namun seluruh partikulat kontaminan yang tinggi terhadap membran, dibutuhkan serangkaian
seperti virus dan bakteri dapat direjeksi. Hal ini baik unit pre-treatment yang kompleks.
pada proses desinfeksi membran. Pada
pengoperasiannya, kualitas umpan juga menjadi faktor 5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
penting yang perlu diperhatikan karena langsung TEKNOLOGI MEMBRAN
berpengaruh terhadap kinerja membran. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Saat ini, lebih dari 2 juta m3/hari air minum didunia membran untuk pengolahan air dan desinfektan
diproduksi dengan proses membran Ultrafiltrasi [1]. memiliki kelebihan dan kekurangan.
Lebih dari 50 plant UF memproduksi air minum dari air Keunggulan teknologi membran sebagai sistem
permukaan telah beroperasi di dunia [19]. perlakuan terhadap air adalah [10, 13]: memproduksi air
Pengoperasian Ultrafiltrasi selama 6 tahun di dengan kualitas superior, hanya sedikit penambahan
Amoncourt, Prancis, menunjukkan tidak adanya senyawa kimia pada proses pemurnian air, hanya
penurunan kinerja dari segi kapasitas produksi dan membutuhkan sedikit energi untuk operasi dan
kualitas air. Sifat mekanin material membran juga tidak pemeliharaan, kemungkinan diwujudkannya dalam
menunjukkan adanya penururan [20]. ukuran yang lebih kecil, kemampuan untuk
menghasilkan air yang memiliki kualitas konstan,
4.2. Reverse Osmosis kemampuan untuk mengeluarkan berbagai macam
Reverse Osmosis (RO) merupakan aplikasi proses substansi, merupakan solusi bagi sumber air yang
membran yang pertama kali mengolah air laut menjadi memiliki kualitas berbeda-beda, ketidaktergantungan
air minum. Sistem RO ini memiliki kemampuan untuk efesiensi terhadap kecepatan aliran dan perbedaan
memisahkan ion-ion pada umpannya dengan melewati tekanan untuk partikel yang berukuran lebih besar
membran semipermeabelnya. Prinsipnya, air akan daripada pori membran, dan terbentuknya filter
dilewatkan dan solut akan ditahan pada membrannya. kedalaman oleh partikel berukuran besar yang dapat
RO juga dapat digambarkan sebagai proses difusi menahan partikel berukuran lebih kecil dari pori
dimana transfer massa ion melewati membran RO membran.
tersebut dikontrol oleh difusi [1]. Sementara itu, teknologi membran juga
Terdapat empat tipe modul yang ada pada RO. memiliki beberapa kelemahan, antara lain: proses
Keempat tipe tersebut adalah plate and frame, tubular, filtrasi spesimen kecil seperti koloid dan virus bisa tidak
hollow fibre, dan spiral wound. Tipe modul yang sempurna dan tergantung dengan larutan komposisi dan
digunakan untuk pengolahan air minum adalah elemen kondisi operasi. Performanya tidak dapat dengan mudah
spiral. Konfigurasi RO itu sendiri meliputi satu-tahap, diprediksi, dan penurunan fluks karena fouling pada
dua-tahap dan sistem two-pass. Sistem satu tahap membran dan ini tidak dapat dengan mudah diprediksi.
DAFTAR PUSTAKA [17] www.aquaclearllc.com, Teknologi Filtrasi,
REFERENCES http://www.aquaclearllc.com/technical-
[1] I.G. Wenten. Teknologi Membran dalam info/reverse-osmosis-vs-nanofiltration-and-other-
Pengolahan Air dan Limbah, Teknik Kimia Institut filtration-technologies/, diakses 09-04-2016.
Teknologi Bandung, 2005. [18] Anselme, C. and Jacobs., E.P., (1996),
[2] S.S. Madaeni, (1999) The Application of Ultrafiltration in Water Treatment Membrane
Membrane Technology for Water Desinfection, Processes, J. Mallevialle, P. Odendall, and M.R.
Razi University Wiesner, Editors. AWWA Association Research
[3] Semiat, R., (2000) Desalination: Present and Foundation. Lyonnaise des Eaux. Water Research
Future. Water International. 25(1): p. 54-65. Commission of South Africa. McGraw Hill.
[4] Sourirajan, S. and Matsuura, T., (1985) RO/UF [19] Delgrange-Vincent, N., Cabassud, C., Cabassud,
Process Principles., Canada. M., Durand-Bourlier, L., and Laínê, J.M. (2000)
[5] I.G. Wenten. “Teknologi Membran dan Neural networks for long term prediction of
Aplikasinya di Indonesia.” Teknik Kimia Institut fouling and backwash efficiency in ultrafiltration
Teknologi Bandung, 2010. for drinking water production. in the Conference
[6] Eisenberg, Talbert N., and E. Joe Middlebrooks. on Membranes in drinking and Industrial Water
(1986) Reverse osmosis treatment of drinking Production. Desalination Publications.
water. Boston: Butterworths. [20] Laîné, J.M., Vial, D., and Moulart, P. (2000) Status
[7] Pall D. B., Kirnbauer E. A. and Allen B. T. (1980) after 10 years of operation – overview of UF
Particulate retention by bacteria retentive technology today. in the Conference on
membrane filters. Colloids and Surfaces 1, pg Membranes in Drinking and Industrial Water
235±256. Production.
[8] Hunter R. J., (1981) Zeta Potential in Colloid [21] Fawzi, N. and Al-Enezi, G. (2002) Design
Science.Academic Press, London. consideration of RO units: case studies.
[9] Ho W. S. W. and Sirkar K. K. (1992) Membrane Desalination, 153: p. 281-286.
Handbook. Van Nostrand Reinhold, New York. [22] Nicolaisen, B., (2002) Developments in membrane
[10] Fifield C. W. and Leahy T. J. (1983) Sterilization technology for water treatment. Desalination, 153:
filtration. In Disinfection, Sterilization and p. 355-360.
Preservation, ed. S. S. Block. Lea and Febiger, [23] Ebrahim, S., Abdel-Jawad, M., Bou-Hamad, S.,
Philadelphia, pp. 125±153. and Safar, M., (2001) Fifteen years of R&D
[11] Siveka E. H. (1966) Reverse osmosis pilot plants. program in seawater desalination at KISR. Part I.
In Desalination by Reverse Osmosis, ed. U. Pretreatment technologies for RO systems.
Merten. The M.I.T. Press, Cambridge, pp. Desalination, 135: p. 141-153.
239±271.
[12] Membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, Available :
https://waterpluspure.wordpress.com/2010/11/21/t
eknologi-membran-mikro-filtasi-ultrafiltrasi/,
diakses 09-04-2016
[13] Cabassud C., Anselme C., Bersillon J. L. and Aptel
P. (1991) Ultrafiltration as a nonpolluting
alternative to traditional clarification in water
treatment. Filtration and Separation 28(3),
194±198.
[14] Bicknel E. A., Dziewulski D. M., Sturman L. S. and
Belfort G. (1985) Concentration of seeded and
naturally occurring enteroviruses from waters of
varying quality by hollow fibre ultrafiltration.
Water Science and Technology 17, 47±62.
[15] Aptel P. and Clifton M. (1983) Ultrafiltration. In
Synthetic Membranes: Science, Engineering and
Applications, ed. P. M. Bungay, H. K. Lonsdale
and M.N. de Pinho. NATO ASI Series, 249-305.
[16] I.G. Wenten, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim:
Teknologi Membran dalam Pengolahan Air.
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai