Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320476929

INAKTIVASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI AIR SUMUR MENGGUNAKAN


DISINFEKTAN KAPORIT

Article · January 2014


DOI: 10.25077/dampak.11.1.34-47.2014

CITATIONS READS

0 4,676

1 author:

Puti Sri Komala


Universitas Andalas
15 PUBLICATIONS   10 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biodegradation of azo dye Remazol Black 5 View project

Performance of anoxic-oxic membrane bioreactor for Azo dye biodegradation View project

All content following this page was uploaded by Puti Sri Komala on 11 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


INAKTIVASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI AIR SUMUR
MENGGUNAKAN DISINFEKTAN KAPORIT

Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti


Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas
Email: putisrikomala@ft.unand.ac.id

ABSTRAK

Air sumur merupakan salah satu sumber air minum terpenting bagi masyarakat, terutama bagi mereka
yang tidak dilayani oleh pelayanan kota. Adanya kandungan bakteri Escherichia coli dalam air sumur
dapat menjadi penyebab waterborne disease. Kaporit merupakan jenis disinfektan yang dapat digunakan
untuk menyisihkan kandungan bakteri E.coli di dalam air sumur. Dalam percobaan ini dilakukan disinfeksi
pada larutan artifisial dan sampel air sumur kawasan Purus. Pada percobaan larutan artifisial diperoleh
dosis optimum kaporit yaitu 50 mg/l dengan waktu kontak 30 menit untuk menyisihkan bakteri E.coli dari
>1,6.105 sel/100 ml menjadi 0 sel/100 ml. Laju inaktivasi bakteri E.coli pada waktu kontak 10 menit untuk
tiap dosis kaporit berkisar antara 2,6-log-3-log. Disinfeksi sampel air sumur kawasan Purus pada kondisi
optimum menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan disinfeksi larutan artifisial.
Kata Kunci: air sumur, disinfektan, E.coli, larutan artifisial

ABSTRACT

Well water is one of the most important sources of drinking water for the community, especially for those
who are not served by municipal services. The presence of Escherichia coli bacteria content in well water
can cause waterborne disease. Chlorine is a disinfectant types that can be used to eliminate E. coli bacteria
in the water wells. In the experiments disinfection in artificial solution and well water from Purus region
was carried out. In artificial solutin the optimum dose of chlorine 50 mg/l with a contact time of 30 minutes
was obtained to eliminate E. coli from > 1,6.105 cells/100 ml to 0 cells/100 ml. The inactivity rate of E. coli
at first 10 minutes contact time for each dose of chlorine was in range of 2,6-log-3-log. Disinfection of the
well water of the Purus region in optimum condition showed that were not much different from the
disinfecting solution artificially.
Keywords: water well, disinfectan, E.coli, artificial solution.
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

PENDAHULUAN diperkirakan dapat mencemari kondisi air


sumur. Penelitian Syadikin (2003)
Di Indonesia air sumur merupakan salah satu
menyatakan bahwa jumlah sel bakteri
sumber air minum yang terpenting bagi
sampel air tanah kawasan Purus adalah
masyarakat, khususnya bagi mereka yang
3.145 sel/ml.
tidak mendapat akses pelayanan air minum.
Untuk mendapatkan sumber air tersebut Agar air sumur tersebut layak diminum
umumnya masyarakat membuat sumur gali diperlukan pembubuhan disinfektan,
(Said, 1999). Hal ini juga dipertegas oleh sehingga kandungan E.coli dapat
Chandra (2007), bahwa 45% masyarakat di dihilangkan. Untuk itu diperlukan
Indonesia menggunakan sumur sebagai disinfektan yang murah, mudah diperoleh
sarana air bersih, dan 75% diantaranya dan stabil dalam penggunaannya. Percobaan
menggunakan sumur gali. Syadikin menggunakan sinar matahari
sebagai disinfektan dapat mengurangi
Air yang layak diminum harus memenuhi
jumlah bakteri menjadi 1.110 sel/ml
standar persyaratan fisika, kimia, dan
(64,71%) pada air tanah kawasan Purus dan
bakteriologis (Said, 1999). Air yang tidak
185 sel/ml (75,97%) untuk kawasan Tabing.
memenuhi persyaratan bakteriologis menjadi
Jumlah bakteri tersebut masih belum
salah satu penyebab waterborne disease.
memenuhi batas baku mutu air minum.
Parameter yang digunakan dalam
Disinfeksi dengan sinar matahari ini
persyaratan bakteriologis ini diukur melalui
memiliki kelemahan karena bergantung pada
kandungan bakteri Escherichia coli
intensitas penyinaran matahari dan keadaan
(Suriawiria, 2005).
cuaca.
Dengan kondisi sanitasi lingkungan yang
Berdasarkan penelitian di atas, dalam
umumnya belum memenuhi persyaratan, air
penelitian ini dilakukan penggunaan
sumur yang digunakan penduduk
disinfeksi kaporit pada air sumur untuk
diperkirakan sebagian dalam kondisi
menyisihkan bakteri E.coli dengan variasi
tercemar. Hal ini juga dilaporkan oleh
dosis kaporit dan waktu kontak. Keefektifan
DeSimone, dkk (2009) dalam penelitian air
disinfektan diukur melalui laju inaktivasi
sumur domestik di USA, bahwa dari 397
bakteri, laju pertumbuhan yang terjadi
sumur yang diteliti, 34 persen terdapat total
selama proses disinfeksi serta nilai Ct.
Coliform, dan E.coli terdeteksi di 7,9 persen
Kemudian, dosis dan waktu kontak optimum
dari 378 sumur domestik. Kontaminan dapat
yang diperoleh diaplikasikan pada air sumur.
berasal dari aktivitas manusia maupun
penggunaan lahan saat itu atau sebelumnya. METODOLOGI PENELITIAN
Kandungan bakteri E.coli dalam air dapat Bahan
dihilangkan dengan cara disinfeksi (Linsley,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
1995). Kaporit dengan rumus kimia
yaitu bakteri Escherichia coli, air murni
Ca(OCl)2 merupakan disinfektan yang sering
(aquades steril) untuk percobaan larutan
digunakan dalam disinfeksi karena cukup
artifisial, sampel air sumur kawasan Purus
efektif dan terjangkau dari segi ekonomi,
serta kaporit dengan kadar klor 65% sebagai
bersifat stabil serta dapat disimpan lebih
disinfektan yang dibuat dalam larutan induk
lama (Surbakti, 1987).
dengan konsentrasi 1000 mg/l. Media yang
Kawasan Purus merupakan salah satu dipakai dalam pembiakkan dalam tabung uji
kawasan di Kecamatan Padang Barat dengan E.coli yaitu Nutrien Agar (NA) dan
pemukiman padat sehingga kebutuhan akan Nurtrient Broth (NB) yang digunakan untuk
air bersih relatif tinggi. Namun daerah ini pembiakan dalam media cair. Penetapan
belum semuanya terlayani oleh PDAM jumlah bakteri E.coli dalam uji MPN
Padang. Terdapat 2.334 rumah tangga pada menggunakan media Lactose Broth (LB)
kecamatan tersebut yang menggunakan dan Brilliant Green Lactose Bile Broth
sumur sebagai sumber air minum (BGLB).
(Bapedalda, 2010). Dilihat dari kondisi
pemukiman di kawasan Purus serta saluran
drainase dan riol yang tercampur

35
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

Bakteri Escherichia coli Rentang dosis kaporit yang akan diamati


berada diantara nilai kebutuhan klor hasil
Koloni Escherichia coli diperoleh dari
perhitungan dan diambil 5 variasi dosis
Laboratorium Biologi MIPA, Universitas
kaporit. Nilai E.coli sampel air sumur
Andalas. Koloni ini dibiakkan untuk
dikategorikan tercemar atau air limbah,
persediaan E.coli pada percobaan larutan
menurut Pant (2007) waktu kontak
artifisial selanjutnya. Koloni bakteri E.coli
minimum adalah 30 menit. Namun, karena
pada cawan petri dibiakkan dalam media
percobaan ini dosis divariasikan, maka
Nutrient Agar (NA) pada tabung reaksi.
rentang waktu kontak disinfeksi yang
Koloni bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan
diambil adalah 10, 20, 30, 40, 50 menit.
digoreskan pada media tersebut sebagai
biakkan miring. Setelah itu inkubasi pada Pada percobaan ini biakkan E.coli
suhu kamar (30oC) selama 24 jam. dimasukkan ke dalam aquades steril 100 ml
Selanjunya dilakukan pembiakkan pada dalam erlenmeyer 250 ml. Masing-masing
media Nutrient Broth (NB) yang merupakan dosis kaporit dimasukkan pada erlenmeyer
media cair dengan memasukkan 1 ose steril berbeda, mulut erlenmeyer ditutup dengan
bakteri ke dalam erlenmeyer steril yang kapas dan dishaker selama waktu kontak 10,
berisi Nutrient Broth (NB) 200 ml. 20, 30, 40 dan 50 menit dengan kecepatan
Erlenmeyer dishaker pada kecepatan 80 80 rpm. Skema percobaan dapat dilihat pada
rpm, kemudian diinkubasi pada suhu kamar Gambar 1. Jumlah E.coli setelah perlakuan
selama 24 jam menggunakan incubator QL untuk tiap dosis dan waktu kontak diukur
Model 12-140E. dan efisiensi penyisihan dihitung dengan
persamaan 2.
Karakterisasi Air Sumur Kawasan Purus
Pada sampel air sumur dilakukan uji ...........(2)
parameter fisika dan kimia diukur yaitu bau,
warna, TDS, kekeruhan, temperatur, TSS, Pada percobaan ini diamati laju
besi, mangan, COD, BOD, pH, kadmium, pertumbuhan bakteri yang terjadi selama
klorida, kesadahan, seng, sulfat, tembaga, proses disinfeksi menurut persamaan
amonia, nitrit, dan nitrat. Analisis parameter persamaan Monod (Benefield dkk., 2003).
mengacu kepada Standard Methods for the Ln Xt = ln X0 + µt …................(3)
Examination of Water and Wastewater
(APHA, 1998). Khusus untuk parameter Xt = merupakan jumlah bakteri pada waktu t
bakteriologis dilakukan pengukuran dengan dan X0 = jumlah bakteri awal. Dengan
jumlah bakteri E.coli tertinggi melalui uji membandingkan jumlah E.coli jam ke-t
MPN. dengan jumlah E.coli awal akan dihasilkan
suatu nilai ln (Xt/X0). Ln (Xt/X0) diplotkan
Percobaan Optimasi pada Larutan ke dalam grafik terhadap waktu (t), sehingga
Artifisial diperoleh nilai laju pertumbuhan spesifik
Pecobaan optimasi dilakukan untuk mikroorganisme (µ) dari persamaan regresi
mendapatkan kondisi optimum yaitu dosis yang terbentuk.
kaporit dan waktu kontak optimum dalam Residu Klor
penyisihan bakteri E.coli. Jumlah bakteri
E.coli awal yang digunakan sesuai dengan Residu klor yang diukur yaitu residu klor
jumlah kandungan E.coli yang terukur pada pada kondisi optimum pada percobaan
sampel air sumur. Untuk menentukan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
rentang variasi dosis kaporit terlebih dahulu memeriksa tingkat residu klor berada dalam
dihitung nilai kebutuhan klor. Kebutuhan batas yang dapat diterima yaitu 5 mg/L
klor adalah selisih antara dosis klor dengan (Permenkes, 2010) untuk air minum.
sisa klor sesuai dengan persamaan 1 (Lee, Pengukuran residu klor menggunakan
2007). metoda titrasi iodometri dengan persamaan 4
(APHA, 1998).
(1)

.......(4)

36
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

Pada percobaan yang menggunakan larutan dengan waktu kontak disinfeksi (Lee dkk.,
artifisial ini dihitung laju inaktivasi, laju 2007) yaitu:
pertumbuhan bakteri dan nilai C.t.
......................(9)
100 ml air murni
+ E.coli
Dimana:
10 mnt 20mnt 30 mnt C = kosentrasi disinfektan (mg/l)
kapas
Erlenmeyer
t = waktu kontak
250 ml
Percobaan Sampel Air Sumur pada
Kondisi Optimum
80 rpm 40 mnt 50 mnt shaker
Percobaan sampel air sumur dilakukan pada
kondisi optimum yaitu dosis kaporit dan
waktu kontak optimum yang diperoleh dari
percobaan artifisial. Percobaan ini bertujuan
Gambar 1 Skema Percobaan Optimasi untuk melihat efektifitas kaporit dalam
Inaktivasi Escherichia Coli menyisihkan bakteri E.coli pada kondisi
optimum dengan pengaruh senyawa
Inaktivasi bakteri merupakan pemusnahan penganggu disinfeksi yang terkandung di
bakteri E.coli, dimana dalam penelitian ini dalam sampel air sumur tersebut.
menggunakan kaporit sebagai disinfektan.
Perhitungan inaktivasi E.coli ini Sampel air sumur dimasukkan ke dalam
menggunakan persamaan (5), (6), (7) dan (8) erlenmeyer 250 ml dan dibubuhkan dosis
(Asano dkk, 2007). kaporit optimum hingga 100 ml. Mulut
erlenmeyer ditutup dengan kapas untuk
1. Laju kematian bakteri: menciptakan kondisi aerob dan diaduk
………….….(5) dengan shaker 80 rpm selama waktu kontak
optimum. Ukur jumlah E.coli, efisiensi
2. Kontanta pemusnahan spesifik: penyisihan E.coli dan residu klor yang
………….….(6) terbentuk.

3. Koefisien Pelarutan: HASIL DAN PEMBAHASAN


Cnk’ = k ….….(7)
Karakteristik Sampel Air Sumur
4. Log Inaktivasi …...….(8)
Hasil analisis karakteristik sampel air sumur
Dimana: kawasan Purus, Padang berupa bau, warna,
No = jumlah mikroorganisme pada waktu 0 TDS, kekeruhan, temperatur, TSS, besi,
mangan, COD, BOD, pH, kadmium, klorida,
Nt = jumlah mikroorganisme pada waktu t kesadahan, seng, sulfat, tembaga, amonia,
C = kosentrasi disinfektan (mg/l) nitrit, dan nitrat dapat dilihat pada Tabel 1.

k = laju kematian (1/menit) Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan


TDS sampel air sumur kawasan Purus yaitu
k’ = konstanta pemusnahan spesifik 896 mg/l melewati batas baku mutu yaitu
(l/mg.min) 500 mg/l. Kandungan TDS yang tinggi
dapat disebabkan oleh adanya pencemaran
t = waktu (menit) organik akibat terkontamonasi limbah
n = konstanta kelarutan domestik dan kotoran ternak. Selain itu
kandungan klorida yang tinggi dalam air
Konsep Ct
juga dapat menyebabkan tingginya nilai
Konsep Ct merupakan dasar dalam teori TDS
disinfeksi yang menggambarkan efektifitas
proses disinfeksi tersebut. Nilai Ct diperoleh
dengan mengalikan konsentrasi disinfektan

37
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

Tabel 1. Kosentrasi Parameter Fisika, Kimia Parameter kimia seperti BOD dan COD
dan Biologi Air Sumur Kawasan Purus memiliki nilai yang tinggi, mengindikasikan
No Parameter Satuan Permenkes Hasil pencemaran bahan organik ke dalam air
No.492/Menkes/ Pengukuran sumur. Kandungan klorida 618,8 mg/l pada
Air Sumur
Per/IV/2010 air sumur ini diakibatkan karena Purus
Fisika merupakan kawasan tepi pantai, sehingga
adanya kemungkinan instrusi air laut. Nilai
1. Bau Tidak berbau -
parameter sulfat, nitrat, nitrit dan amonia
2. Warna TCU 15 2,375 masih berada di bawah baku mutu yang
3. TDS mg/l 500 896 telah ditetapkan. Kandungan logam besi,
4. Kekeruhan NTU 5 5,7 mangan dan kadmium melewati batas baku
o o
mutu yaitu 1,103 mg/l, 0,6 mg/l dan 0,267
5. Temperatur C 28± 3 C
mg/l. Air tanah secara alami mengandung
6. TSS mg/l 252 banyak logam besi dan mangan yang berasal
Kimia dari tanah dan batuan di sekitarnya (Saylor,
7. Besi mg/l 0,3 1,103 2002).
8. Mangan mg/l 0,4 0,6 Jumlah bakteri Escherichia coli pada sampel
9. COD mg/l 192 air sumur kawasan Purus yaitu > 1,6x105
sel/100 ml sesuai dengan variasi tabung
10. BOD mg/l 7,1
positif 5-5-5 pada tabel MPN. Jumlah
11. pH mg/l 6,5 – 8,5 7,5 bakteri E.coli pada sampel air sumur ini
12. Kadmium mg/l 0,003 0,267 berada di luar batas baku mutu yang
13. Klorida mg/l 250 618,8 ditetapkan yaitu 0 sel/100 ml untuk air
14. Kesadahan mg/l 500 23
minum.
Seng mg/l 3 0,967 Penelitian Marwati (2008) pada air sumur di
sekitar Puskesmas di Depansar, diperoleh
15. Sulfat mg/l 250 111,6 kandungan rata-rata E.coli sebesar 1100
16. Tembaga mg/l 2 0,485 sel/100 ml, sedangkan penelitian Syadikin
17. Amonia mg/l 1,5 1,1 (2003) melaporkan kandungan bakteri E.coli
air sumur di kawasan Purus yaitu 3145
18. Nitrit mg/l 3 0,849
sel/ml. Hal ini mengindikasikan bahwa air
19. Nitrat mg/l 50 1,098 sumur kawasan Purus tersebut telah
Biologi tercemar. Suriawiria (2003) menyatakan
20. E.coli sl/100ml 0 >1,6.105 bahwa kehadiran mikroba patogen di dalam
air akan meningkat jika kandungan bahan
organik di dalam air tinggi, yang berfungsi
Kandungan klorida air sumur kawasan Purus sebagai tempat dan sumber kehidupan
berada di atas baku mutu yaitu 618,8 mg/l. mikroorganisme.
Hal ini disebabkan karena kawasan tersebut Kawasan Purus merupakan kawasan padat
terletak di dekat pantai dan diperkirakan penduduk, kondisi rumah berdesakan serta
terjadi intrusi air laut. Air sumur kawasan sanitasi lingkungan dan tata pemukiman
Purus memiliki tingkat kekeruhan sebesar yang tidak memenuhi syarat. Masyarakat
5,7 NTU. Pada dasarnya kekeruhan ini yang ada kurang peduli terhadap kebersihan
disebabkan karena air mengandung lumpur, lingkungan, ditandai dengan banyaknya
bahan-bahan organik serta bahan-bahan sampah yang dibuang ke selokan atau
tersuspensi lainnya. Padatan tersuspensi dan saluran drainase.
kekeruhan memiliki korelasi positif yaitu
semakin tinggi nilai padatan tersuspensi Selain itu, tingginya kandungan bakteri
maka semakin tinggi pula nilai kekeruhan. E.coli juga dipengaruhi oleh letak dan
Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak kondisi sumur, dimana jarak sumur dengan
selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan tempat buangan kotoran manusia/toilet yaitu
(Effendi, 2003). 2 meter dan 6 meter dari septik tank.
Berdasarkan hasil analisis statistik oleh
Hasnawi (2012) diketahui bahwa aspek jarak

38
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

sumur dengan sumber pencemar terbukti kategori efluen pengolahan biologi yaitu 20-
memiliki pengaruh terhadap kandungan 35 mg/L.
bakteri Eschercia coli. Jarak sumur minimal
15 meter dan elevasinya harus lebih tinggi
dari sumber pencemaran seperti septik tank, E.coli
kandang ternak, tempat sampah, dan
sebagainya (Chandra, 2007).
Kondisi sumur kurang terpelihara karena
terdapat lumut pada dinding sumur. Sumur
yang terbuka dan cara pengambilan air
dengan timba juga dapat menjadi sumber
kontaminasi. Sumur dianggap mempunyai
tingkat perlindungan sanitasi yang baik,
apabila tidak terdapat kontak langsung
antara manusia dengan air di dalam sumur Gambar 2. Bakteri Escherchia Coli pada
Biakkan dengan Perbesaran 1000x
(Depkes RI, 1985).
Dosis kaporit yang tinggi untuk sampel air
Kadar organik yang tinggi disebabkan oleh
sumur kawasan Purus disebabkan oleh
adanya pencemaran dari limbah domestik
jumlah kandungan bakteri E.coli yang besar.
dan industri. Pada kawasan Purus terdapat
Untuk menyisihkan jumlah mikroorganisme
industri skala rumah tangga dan industri
yang besar, terutama penyisihan mikroba
perhotelan yang lokasinya tidak jauh dari
patogen diperlukan dosis disinfektan yang
lokasi sumur tempat sampling. Selain itu
tinggi pula (Waluyo, 2009).
kawasan ini menjadi tempat pariwisata tepi
pantai, sehingga timbulan sampah yang Pemberian dosis 30 mg/L ini tidak dapat
dihasilkan cukup besar dan menjadi salah memusnahkan seluruh bakteri yang ada,
satu penyebab pencemaran di perairan. bahkan jumlahnya masih cukup tinggi (sub
bab optimasi proses disinfeksi). Oleh karena
Bakteri Escherichia Coli itu untuk menentukan dosis yang tepat
Bakteri Escherichi coli hasil biakan pada percobaan dilanjutkan dengan penentuan
media Nutrient Broth (NB) berdasarkan dosis optimum.
pengamatan mikroskop dapat dilihat pada
Gambar 2. Hasil pengamatan mikroskop, Optimasi Proses Disinfeksi
terlihat bentuk fisiologis bakteri E.coli Percobaan optimasi disinfeksi berlangsung
berbentuk batang (basil) dan dari hasil dalam larutan artifisial dengan jumlah
pewarnaan gram termasuk ke dalam bakteri E.coli awal yaitu > 1,6 x 105 sel/100
golongan bakteri gram negatif yang ditandai ml hasil dari biakkan bakteri E.coli.
dengan warna merah.
Hasil uji MPN bakteri E.coli setelah adanya
pemberian dosis kaporit 10, 20, 30, 40 dan
Larutan Artifisial
50 mg/l untuk setiap waktu kontak 10, 20,
Nilai kebutuhan klor diperoleh berdasarkan 30, 40, 50 menit dapat dilihat pada Tabel 2.
selisih dosis klor dengan sisa klor
Hasil uji MPN memperlihatkan adanya
menggunakan persamaan (1) yaitu 30 mg/l.
kecenderungan yang sama pada saat waktu
Nilai ini selanjutnya digunakan untuk
kontak 10 menit untuk setiap penambahan
menetapkan rentang variasi dosis kaporit
dosis kaporit yaitu terjadinya penurunan
yaitu 10, 20, 30 (kebutuhan klor), 40, dan 50
drastis jumlah E.coli (Gambar 3). Dosis klor
mg/l. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan
10, 20, 30, 40 dan 50 mg/l mampu
dosis optimum hasil penelitian Susanto
menurunkan kandungan E.coli awal >1,6 x
(1998) untuk menurunkan jumlah bakteri
105 sel/100 ml masing-masing menjadi 370,
golongan coli pada air gambut dari 250
180, 180, 180, 360 sel/100 ml pada waktu
sel/100 ml hingga 0 sel/100 ml yaitu 19 mg/l
kontak 10 menit. Hal ini menunjukkan
kaporit. Menurut USEPA (2002), pada pH
bahwa kaporit efektif digunakan dalam
netral pemberian dosis ini termasuk pada
disinfeksi air pada awal berkontak.

39
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

Penurunan jumlah bakteri diakibatkan oleh


kemampuan untuk mengoksidasi yang tinggi
(USEPA, 2002). Menurut USEPA apabila
dimasukkan ke dalam air, kaporit akan
membentuk asam hipoklorous (HOCl) dan

16x104
kalsium hidroksida. Peningkatan pH akan
mendorong terbentuknya OCl-, yang bersifat
reaktif dan bereaksi dengan sulfida, senyawa
organik, amonia dan termasuk bakteri. Oleh
karena itu dengan waktu kontak yang
singkat (10 menit), kaporit sudah mampu
menurunkan bakteri E.coli dengan jumlah
yang drastis.
Tabel 2. Hasil Uji MPN Setelah Disinfeksi
pada Percobaan Larutan Artifisial
Gambar 3. Jumlah E.coli terhadap Waktu
Dosis Kaporit Pengenceran Jumlah E.coli
(mg/l) Kontak untuk Penambahan Dosis Kaporit 10-
Tabung ( x102 sel/100ml) 50 mg/l pada Percobaan Larutan Artifisial
Kontrol >1600
Dosis 10 mg/l 10 menit 3,7
Disinfektan dapat membunuh bakteri dengan
menghambat sintesis protein, asam nukleat,
20 menit 5,6
sintesis dinding sel, menghancurkan
30 menit 9,2 membran plasma, serta menghentikan
40 menit 33 metabolisme (Sumbali, 2009). Hal ini
50 menit 17
mengakibatkan bakteri mati atau musnah.
Dosis 20 mg/l 10 menit 1,8 Pada penambahan dosis kaporit 10-40 mg/l,
20 menit 3,7
jumlah E.coli yang turun drastis di 10 menit
pertama mengalami peningkatan jumlah sel
30 menit 10
pada waktu kontak 20 menit menjadi 560,
40 menit 34 370, 370, 370 sel/100 ml dan terus
50 menit 14 meningkat hingga waktu kontak 40 menit.
Dosis 30 mg/l 10 menit 1,8 Daya basmi kaporit mulai berkurang atau
bahkan habis, sehingga efektifitas
20 menit 3,7
disinfektan turun. Adanya bahan makanan
30 menit 4 bagi bakteri dari media NB dalam air dapat
40 menit 6,1 digunakan oleh bakteri untuk tumbuh
50 menit 5,5 kembali.
Dosis 40 mg/l 10 menit 1,8
20 menit 3,7 Pada saat waktu kontak 20 menit ini bakteri
30 menit 9,2 E.coli mengalami fase adaptasi. Ketika daya
40 menit 17 kaporit menurun, bakteri mulai
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
50 menit 2
dan sedikit demi sedikit mulai bertambah
Dosis 50 mg/l 10 menit 3,6 sesuai dengan fase lag pada kurva
20 menit 2 pertumbuhan sigmoid bakteri. Pada fase lag
30 menit - mikroorganisme melakukan aktivitas
metabolik seperti transportasi nutrien
40 menit -
(Sumbali, 2009).
50 menit -
Pada waktu kontak 30 menit untuk dosis
kaporit 10-40 mg/l, bakteri berada pada fase
eksponensial (fase log). Selama fase log,
populasi bertambah dengan cepat secara
teratur, menjadi dua kali lipat pada interval

40
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

waktu tertentu (Pelczar, 1986). Selama diperoleh laju pertumbuhan bakteri pada
periode ini kecepatan peningkatan dapat fase eksponensial.
diekspresikan dengan fungsi eksponensial
Contoh perhitungan laju pertumbuhan E.coli
alami. Sel membelah dengan kecepatan
untuk dosis kaporit 10 mg/l waktu kontak 20
konstan yang ditentukan oleh sifat intrinsik
menit:
bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal
ini terdapat keragaman kecepatan X20 : 560 sel/100 ml
pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme X10 : 370 sel/100 ml
(Brock, 1991).
Waktu kontak 40 menit dosis kaporit 10-40 = = 1,514
mg/l, bakteri berada pada fase statis yaitu
fase dimana jumlah bakteri yang Ln Xt/Xo = ln 1,514 = 0,414
berkembang sama dengan jumlah bakteri
yang mati dan terus mengalami penurunan
Hasil ln (Xt/X0) yaitu 0,414 dilinierisasikan
jumlah atau memasuki fase kematian hingga
terhadap waktu sesuai dengan Gambar 4
waktu kontak 50 menit menjadi 1.700,
sehingga didapat kemiringan dari kurva.
1.400, 550, 200 sel/100 ml. Hal ini
Dari linierisasi tersebut diperoleh nilai laju
dikarenakan jumlah nutrien yang dibutuhkan
pertumbuhan spesifik E.coli (µ) sebesar
oleh bakteri untuk pertumbuhannya semakin
0,07/menit. Hasil perhitungan laju
berkurang, adanya autolisis sel dan
pertumbuhan spesifik E.coli untuk dosis
penurunan energi seluler sehingga banyak
kaporit 10-40 mg/l waktu kontak 10-40
bakteri yang mati.
menit dapat dilihat pada Tabel 3.
Perbedaan dapat dilihat pada dosis kaporit
Pada Tabel 3 dapat dilihat tidak ada
50 mg/L, terjadi penurunan jumlah bakteri
perbedaan signifikan antara laju
E.coli dari menit pertama dan seterusnya
pertumbuhan untuk semua dosis kaporit 10-
hingga mencapai titik 0 pada waktu kontak
40 mg/l. Laju pertumbuhan spesifik bakteri
30 menit sampai waktu kontak 50 menit
ditentukan untuk mengetahui kecepatan
tidak terjadi kenaikan kembali. Hasil uji
pertumbuhan sel bakteri dalam konsentrasi
MPN memperlihatkan tidak adanya
dimana bakteri berada. Laju pertumbuhan
gelembung gas yang tertangkap pada tabung
bakteri setelah pemberian variasi dosis
durham, sehingga dapat dikatakan bahwa
kaporit memiliki nilai yang berbeda
jumlah E.coli hasil perlakuan pada waktu
tergantung pada kemampuan metabolisme
kontak tersebut adalah 0 sel/100 ml. Hal ini
bakteri tersebut dan daya basmi kaporit pada
menandakan bahwa daya basmi kaporit terus
saat itu
bekerja hingga waktu kontak akhir.
Berdasarkan hasil penelitian di atas kondisi
optimum pada percobaan larutan artifisial ini
berada pada pemberian dosis kaporit 50 mg/l
dan waktu kontak 30 menit karena
disinfektan kaporit dapat menyisihkan
kandungan E.coli dalam larutan menjadi 0
sel/100 ml.

Laju Pertumbuhan E.coli


Meskipun disinfektan dapat membasmi
sebagian besar E.coli pada waktu kontak 10 Gambar 4. Kurva Linear ln(Xt/X0) terhadap
menit pertama, namun pada waktu kontak Waktu Kontak 10-40 Menit pada Dosis
20, 30 dan 40 menit pertumbuhan terjadi Kaporit 10 mg/l
kembali. Laju pertumbuhan spesifik bakteri
pada percobaan ini berada pada waktu
kontak 10, 20, 30 dan 40 menit untuk dosis
kaporit 10, 20, 30, serta 40 mg/l. Melalui
perhitungaan dengan persamaan Monod (4)

41
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

Tabel 3. Hasil Perhitungan Laju percobaan, sedangkan dalam penelitian ini


Pertumbuhan Spesifik E.coli pada Percobaan laju pertumbuhan spesifik ditentukan setelah
Larutan Artifisial percobaan.
Dosis Waktu
Laju Pertumbuhan (µ) r2 Hasil penelitian Berney memperlihatkan μ
Kaporit (T)
yang lebih kecil kurang sensitif terhadap
10 mg/l 10 0,07/menit 0,922 disinfektan dibandingkan dengan μ yang
menit lebih tinggi. Jika dilihat dari dosis 40 mg/L
20 pada penelitian ini memiliki nilai μ tidak
menit jauh berbeda dengan nilai μ pada dosis 10
30
mg/L, artinya sensitivitas bakteri setelah
menit waktu kontak 10 menit maupun 40 menit
tidak terlalu besar lagi, bakteri sudah mulai
40
menit dapat beradaptasi kembali ketika daya basmi
kaporit telah habis. Hal yang sebaliknya
20 mg/l 10 0,098/menit 0,987 terjadi pada dosis 50 mg/L, baik pada waktu
menit
kontak 10 menit dan 20 menit bakteri tidak
20 pernah mengalami kenaikan, bahkan turun
menit
terus sampai mencapai 0 pada waktu kontak
30 30 menit dan seterusnya. Pemberian dosis
menit yang tinggi masih menyisakan sejumlah
40 disinfektan yang masih efektif, sehingga
menit tidak memungkinkan bakteri tersebut
30 mg/l 10 0,037/menit 0,907 tumbuh kembali.
menit
Rentang nilai laju pertumbuhan yang tidak
20 jauh berbeda dengan Berney diperoleh pada
menit penelitian Rahmadani (2013) mengenai
30 biodegradasi terhadap zat warna reaktif azo
menit menggunakan bakteri monokultur berkisar
40 antara 0,02-0,1175 jam-1. Maka, nilai laju
menit pertumbuhan yang diperoleh jauh lebih
40 mg/l 10 0,076/menit 0,995
besar dari bakteri yang hidup di lingkungan
menit toksik, yang mengindikasikan bakteri telah
mampu bertahan hidup dengan baik ketika
20
menit
efektifitas disinfektan habis.
30 Penyisihan E.coli
menit
40
Efisiensi penyisihan E.coli dihitung
menit menggunakan persamaan (2). Dosis kaporit
10 mg/l dengan waktu kontak 10 menit
dapat menurunkan jumlah E.coli awal yaitu
Nilai µ tinggi disebabkan karena daya bunuh 1,6.105 sel/100 ml menjadi 370 sel/100 ml
disinfektan kaporit telah habis, sedangkan dengan nilai efisiensi penyisihan E.coli
dalam medium masih ada sisa sumber sebesar 99,8%, namun pada waktu kontak 20
nutrien yang dapat digunakan oleh bakteri. menit ke atas efisiensi menurun, mencapai
Kisaran laju pertumbuhan bakteri E.coli yang terrendah sekitar 98% pada waktu
dalam penelitian ini berkisar antara 0,07- kontak 40 menit (Gambar 5).
0,098/menit relatif tinggi dibandingkan Penyisihan E.coli pada percobaan optimasi
penelitian Berney (2006) yang menguji ini secara keseluruhan berada di atas 90%.
sensitivitas laju pertumbuhan spesifik (μ) Efisiensi penyisihan untuk dosis 10 mg/l
E.coli terhadap disinfeksi termal, sinar UVA hingga 40 mg/l mengalami penurunan pada
dan matahari yaitu pada rentang 0,08-0,9 waktu kontak 20-50 menit dibandingkan
jam-1. Pada penelitian Berney laju nilai efisiensi pada 10 menit pertama. Hal ini
pertumbuhan spesifik ditentukan sebelum ditandai dengan penambahan jumlah E.coli

42
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

setelah waktu kontak 10 menit. Pada untuk tiap penambahan dosis kaporit dapat
penambahan dosis 50 mg/l, efisiensi dilihat pada Tabel 5.
penyisihan terus meningkat hingga 50 menit
Seluruh dosis kaporit pada waktu kontak 10
waktu kontak yaitu 99,8%, 99,9% dan
menit diperoleh nilai aktivasi antara 2,6-log-
100%. Efisiensi tertinggi diperoleh pada
3-log, dimana N0 bernilai 1,6.105 sel/100 ml
dosis kaporit 50 mg/l selama waktu kontak
dan Nt turun sampai yaitu 360-400 sel/100
30 menit yaitu mencapai 100%.
ml, artinya dengan efisiensi penyisihan
E.coli sekitar 99,8%. Inaktivasi efektif
terjadi pada waktu kontak 10 menit,
meskipun dalam waktu kontak ini masih
menyisakan E.coli. Pada waktu kontak di
atas 10 menit pada dosis 10 dan 20 mg/L
bakteri memperlihatkan kurva pertumbuhan
eksponensial (Gambar 3). Pada dosis
disinfeksi yang kecil bakteri memperlihatkan
kemampuan tumbuh yang baik setelah dosis
disinfektan habis. Pada dosis 30 dan 40
mg/L, meskipun bakteri dapat tumbuh,
namun jumlahnya cenderung konstan (fase
Gambar 5. Penyisihan E.coli terhadap Jumlah stasioner). Pada dosis yang lebih tinggi,
E.coli dan Waktu Kontak pada Dosis Kaporit bakteri menunjukkan kemampuan
10 mg/l resistensinya terhadap disinfektan, terlihat
dari pertumbuhan yang terjadi pada waktu
Penelitian Pant (2007) menggunakan kaporit
kontak yang lebih panjang (30, 40 dan 50
pada efluen upflow anaerobic sludge blanket
menit). Cherchi (2011) menyatakan hal yang
reactor (UASBR) dapat menurunkan E.coli sama, bahwa laju inaktivasi terrendah terjadi
dari 3,58 x 105 MPN/100 ml menjadi 0 atau
pada fase stasioner, sedangkan laju
penyisihan 100% dengan dosis 20 mg/L dan
inaktivasi tertinggi terjadi pada fase
waktu kontak 30 menit. Akan tetapi setelah eksponensial.
hari ke 7 sampai hari ke 14 berikutnya
jumlah bakteri naik kembali. Dosis yang Tabel 5. Inaktivasi Bakteri E.coli pada
diperoleh Pant lebih rendah dibandingkan Penambahan Dosis Kaporit 10-50 mg/l Waktu
dosis dalam penelitian ini karena jumlah Kontak 10-50 Menit
E.coli lebih rendah. Namun jika sudah tidak Dosis Log Inaktivasi pada Waktu Kontak (t)
terdapat lagi sisa klor dalam air, bakteri akan Kaporit
(mg/l) 10 20 30 40 50
tumbuh. menit menit menit menit menit
Penyisihan bakteri E.coli sebesar 5.0 x 106 10 mg/l 2,6- 0,18 0,22 0,55 0,29
dan 1.0 x 106 CFU Total Coliform (TC) dan log
Fecal Coliform (FC) pada efluen bak 20 mg/l 3-log 0,31 0,43 0,53 0,39-
sedimentasi menggunakan UV dapat log
menyisihkan lebih dari 80% bakteri pada 8.5 30 mg/l 3-log 0,31 0,03 0,18 0,04-
and 12 mJ/cm2, sedangkan penyisihan ozon log
lebih rendah yaitu 72% TC dan 78% FC
40 mg/l 3-log 0,31 0,4 0,27 0,93-
dengan dosis 20 mg/menit (Bustos, 2014). log
Perbedaan hasil disinfeksi pada penelitian
50 mg/l 2,6- 0,26-
ini dapat disebabkan oleh senyawa organik log log
dan material tersuspensi yang ada dalam air,
sehingga menurunkan kinerja disinfektan.
Setelah waktu kontak diperpanjang sampai
Inaktivasi Bakter E.coli
50 menit, pemberian dosis 20, 30 dan 40
Tingkat inaktivasi bakteri E.coli diukur pada mg/L menghasilkan kenaikan laju inaktivasi
skala logaritmik sesuai dengan persamaan 5. 0,04-log sampai 0,93-log. Sementara pada
Secara keseluruhan nilai log inaktivasi E.coli dosis 50 mg/L pada waktu kontak 10, 20 dan
30 menit inaktivasi terus berjalan. Inaktivasi

43
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

tertinggi diperoleh pada dosis 50 mg/L memperlihatkan, bahwa dosis yang


dengan waktu kontak 30 menit yaitu diberikan perlu memperhitungkan sisa
mencapai 7-log. Nilai inaktivasi yang sama disinfektan, agar koloni atau bakteri tidak
juga diperoleh oleh dosis 40 mg/L, tetapi tumbuh kembali.
pada waktu kontak 50 menit.
Konsep C.t
Nilai inaktivasi pada dosis 40 mg/L pada
dan 50 mg/L yang diperoleh pada penelitian Efektifitas disinfeksi yang dinyatakan
ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Tree dengan nilai Ct untuk setiap dosis kaporit
(2003) yang menggunakan sodium dan waktu kontak dihitung dengan
hypohlorite pada efluent pengolahan primer persamaan (9). Nilai Ct yang diperoleh dapat
yaitu > 5 log. Hasil Tree memperlihatkan dilihat pada Tabel 3.
dosis 30 mg/L dapat menyisihkan Tabel 3. Nilai C.t pada Percobaan Optimasi
Escherichia coli dan Enterococcus faecalis
dengan cepat (5 menit) dan sempurna dari Dosis C.t (mg.min/l)
Kaporit
jumlah awal masing-masing pada rentang 1 (mg/l) 10 20 30 40 50
x 106 - 5 x 106 CFU E. coli per ml dan 1 x menit menit menit menit menit
105 - 8 x 105 enterococci per ml. Pada dosis 10 100 200 300 400 500
yang lebih kecil 16 mg/L diperlukan waktu
20 200 400 600 800 1000
kontak 30 menit untuk mencapai 1,2 log
reduksi. 30 300 600 900 1200 1500

Perbandingan empat jenis disinfeksi 40 400 800 1200 1600 2000


dilakukan oleh Bischoff (2012) 50 500 1000 1500 2000 2500
menggunakan radiasi ultraviolet (UV), ozon
(O3), klorin dioksida (ClO2) dan gas klorin
hasil produksi elektrolisa (Cl2) untuk Nilai Ct yang dihasilkan untuk penyisihan
mengolah efluen instalasi pengolahan air bakteri sampai mendekati 100% sangat
limbah yang diikuti dengan saringan pasir tinggi yaitu 1.500 mg.min/L, karena
cepat. Radiasi UV berkisar pada dosis konsentrasi E.coli yang harus dihilangkan
50J/m2, 20 mg/L O3 and 12.5 mg/L Cl2 untuk memenuhi persyaratan air minum
menghasilkan reduksi 3 log, namun setelah adalah nol. Kandungan E.coli dalam air
itu terjadi kenaikan koloni kembali. Dosis sumur kawasan Purus yaitu >1,6.105 sel/ 100
ClO2 sebesar 7.5 mg/L mengurangi ml adalah setara dengan kandungan air
konsentrasi total koloni dan total coliform limbah hasil pengolahan sekunder yaitu 105-
dsampai tidak terdeteksi dan memberi sisa 106 sel/ 100 ml (Black dan Veatch, 2010).
disinfektan untuk pertumbuhan kembali. Kandungan bakteri yang tinggi juga
Menurut Tree dan peneliti lain kurva ditemukan pada limbah lumpur rumah sakit
inaktivasi bifase pada mikroorganisme di Taiwan dengan Total Coliform dan
selama percobaan disinfeksi ditandai dengan Ps.aeruginosa masing-masing 1 x 107 cfu/gr
fase inaktivasi cepat diikuti dengan (Tsai, 1999). Hasil disinfeksi hipoklorit dan
inaktivasi yang lebih lambat. Hal ini dapat klorin dioksida pada masing-masing bakteri
terjadi karena adanya subpopulasi dengan dosis 50 mg/L dan waktu kontak 50
mikroorganisme yang lebih resisten terhadap menit telah menurunkan bakteri-bakteri
disinfeksi atau adanya kumpulan individual tersebut hingga 104 cfu/gr. Penelitian lain
yang lebih resisten terhadap inaktivasi yang dilakukan untuk disinfeksi air danau
dibandingkan dengan mikroorganisme yang menggunakan gas klorin 25 mg/L
individu. dengan waktu kontak 2 menit (Ct= 50
Kurva bifase juga terjadi pada percobaan ini, mg.mnt/L) dapat mereduksi total coliform
ditandai dengan pertumbuhan perlahan sebesar 1.000 cfu/100 ml (USEPA, 1999).
setelah waktu kontak 10 menit pada dosis 10 Nilai Ct yang diperlukan sebanding dengan
sampai 40 mg/L, sedangkan dosis 50 mg/L kandungan mikroorganisme yang akan
terjadi pertumbuhan namun dengan dihilangkan, di samping kandungan organik,
bertambahnya waktu kontak kembali terjadi kekeruhan dan senyawa-senyawa lain yang
inaktivasi. Hasil penelitian juga dapat mengganggu proses disinfeksi.
Kandungan coliform yang tinggi

44
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

menyebabkan dosis dan waktu kontak 1. Kandungan bakteri E.coli dalam air
optimum untuk menyisihkan E.coli sampai sumur kawasan Purus yaitu >1,6.105 sel/
ke tingkat yang diinginkan menjadi tinggi. 100 ml melebihi baku mutu;
2. Dosis kaporit optimum dalam disinfeksi
Residu Klor
air sumur ini adalah 50 mg/l dengan
Pengukuran residu klor dilakukan setelah waktu kontak 30 menit yang memiliki
tercapainya kondisi optimum dalam laju inaktivasi 7-log.;
percobaan larutan artifisial ini yaitu pada
3. Rata-rata laju kematian pada waktu
penambahan dosis kaporit 50 mg/l selama
kontak 10 menit pertama untuk tiap dosis
waktu kontak 30 menit. Residu klor diukur
kaporit yaitu 0,607, 0,679, 0,679, 0,679,
dengan menggunakan persamaan (3).
0,679 dan 0,610/menit, sedangkan waktu
Berdasarkan hasil perhitungan pada
kontak 10, 20, 30 dan 40 menit pada
didapatkan nilai residu klor yaitu 3,5 mg/l
pembubuhan dosis 10-40 mg/l terjadi
untuk dosis awal kaporit 50 mg/l. Nilai in
kenaikan bakteri dengan laju
masih berada di bawah baku mutu
pertumbuhan masing-masing 0,07, 0,098,
persyaratan air minum. Dosis kaporit 30
0,037, dan 0,076/menit
mg/l (DPC), kondisi optimum belum
tercapai karena masih adanya kandungan 4. Efektifitas penyisihan E.coli pada kondisi
E.coli pada waktu kontak 10-50 menit, optimum pada larutan artifisial mencapai
sedangkan untuk dosis kaporit 50 mg/l dapat 100% dengan jumlah awal E.coli > 1,6 x
menyisihkan bakteri E.coli hingga 100%. 102 sel/ 100 ml, sedangkan pada sampel
Dosis yang terlalu tinggi pun tidak air sumur pada kondisi optimum efisiensi
diinginkan, karena kemungkinan penyisihan 99,9% dengan jumlah E.coli
terbentuknya hasil produk sampingan akhir yaitu 180 sel/100 ml dan sisa klor
disinfeksi yang bersifat toksik (Bischoff, sebesar 0,4 mg/l.
2012).

Kinerja Disinfektan Kaporit pada Air DAFTAR PUSTAKA


Sumur Kawasan Purus
American Public Health Association, 1998,
Pembubuhan disinfeksi pada kondisi Standard Methods for the Examination
optimum pada sampel air sumur kawasan of Water and Wastewater, A.D. Eaton,
Purus, dapat menyisihkan kandungan E.coli L.S. Clesceri, A.E. Greenberg, (Eds.),
air sumur hingga 99,9% dengan kadar residu 20th ed., Washington D.C.
klor 0,4 mg/l. Nilai ini masih berada di Asano, T., Burton, F., Leverenz, H. dan
bawah baku mutu. Efisiensi penyisihan Tsuchihashi, R., 2007, Water Reuse:
E.coli air sumur dapat dikatakan tidak jauh Issues, Technologies, and Applications,
berbeda dengan penyisihan E.coli air New York: McGraw Hill company. Inc.
artificial. Perbedaan dapat disebabkan Bapedalda, 2010, Buku Data Status
adanya beberapa senyawa-senyawa lain Lingkungan Hidup Daerah Kota
dalam air sumur seperti logam besi dan Padang Tahun 2010, Padang:
mangan yang tinggi, serta kandungan TDS Pemerintah Kota Padang Provinsi
dan kekeruhan serta senyawa organik yang Sumatera Barat.
melewati batas baku mutu yang akan Benefield, L.D. dan Randall, C.W., 1980,
bereaksi dengan klorin bebas, sehingga Biological Process Design for
menurunkan kinerja disinfeksi (USEPA, Wastewater Treatment, Prentice-Hall,
2002) Inc., Englewood Cliffs, N.J.
Bischoff, A., Cornel, P., dan Wagner, M.,
SIMPULAN 2012, Choosing the most appropriate
technique for wastewater disinfection –
Dari hasil-hasil yang didapatkan pada
parallel investigation of four
penelitian efektifitas disinfektan kaporit
disinfection systems with different
dalam penyisihan bakteri Escherichia coli
preceding treatment processes, Water
air sumur kawasan Purus dapat disimpulkan
Practice & Technology, Vol 7 No 3,
beberapa hal berikut:
doi:10.2166/wpt.2012.054

45
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 11 (1) : 34-47 (Januari 2014) Puti Sri Komala dan Ajeng Yanarosanti

Black dan Veatch Corporation. (eds), 2010, Marwati, M.N., Mardani, N.K., dan Sudra,
White’s Handbook of Chlorination and K.I., 2008, Kualitas Air Sumur Gali
Alternative Disinfectants, Fifth Edition. Ditinjau dari Kondisi Lingkungan Fisik
John Wiley & Sons, Inc. dan Perilaku Masyarakat di Wilayah
Brock, T.D. dan Madigan, M.T., 1991, Puskesmas I Denpasar Selatan, Unud:
Biology of Microorganisms, Sixth ed. Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan
Prentice-Hall International,Inc. Kesehatan Lingkungan.
Bustos, Y., Vaca, M., López, R., Bandala, Pant, A. dan Mittal, A.K., 2007, Disinfection
E., Torres, L., Rojas-Valencia, N., of Wastewater: Comparative
2014, Disinfection of Primary Evaluation of Chlorination and DHS-
Municipal Wastewater Effluents Using biotower, Journal of Environmental
Continuous UV and Ozone Treatment, Biology, vol. 28, no.4, pp. 717-722.
Journal of Water Resource and Rahmadani, A., 2013, Biodegradasi aat
Protection, vol 6, pp.16-21, Published Warna Azo Remazol Black 5
Online January 2014 menggunakan limbah tempe sebagai
(http://www.scirp.org/journal/jwarp) ko-substrat oleh spesies-spesies
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan monokultur dan pengaruhnya terhadap
Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku penyisihan senyawa Nitrogen, Tugas
Kedokteran EGC. Akhir S1, Teknik Lingkungan
Cherchi, C. dan Gu, A.Z., 2011, Effect of Universitas Andalas
bacterial growth stage on resistance to Said, I.N., dan Wahyono, D.H., 1999, Cara
chlorine desinfection, Water Science & Pengolahan Air Sumur Untuk
Technology, vol 64, no.1, pp.7-13. Kebutuhan Air Minum, Kelompok
Depkes R.I., 1985, Peraturan Menteri Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan
Kesehatan RI Nomor: Limbah Cair. Jakarta: Direktorat
239/Menkes/Per/V/ 1985. Jakarta : Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang
Depkes R.I. Teknologi Informasi, Energi, Material
Depkes R.I., 2010, Peraturan Menteri dan Lingkungan Badan Pengkajian Dan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Penerapan Teknologi.
492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Saylor, J. dan Patterson, N., 2002. Iron,
Minum. Manganese, and Sulfate Concentrations
DeSimone, Leslie A., Hamilton, Pixie A., in Treated and Untreated Water
dan Gilliom, Robert J., 2009, Quality of Samples of Wells at the Raystown Field
water from domestic wells in principal Station, Journal of Ecological Research,
aquifers of the United States, 1991- vol.4, pp. 52-56.
2004 - Overview of major findings: U.S. Sumbali, G. dan Mehrotra, R.S., 2009,
Geological Survey Circular 1332, 48 p Principle of Microbiology. New Delhi:
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi McGraw Hill.
Pengelolaan Sumber daya dan Surbakti, B.M., 1987, Air Minum Sehat,
Lingkungan Perairan, Yogyakarta: Surakarta : CV Mutiara Solo.
Kanisius. Suriawiria, U., 2003, Mikrobiologi Air dan
Hasnawi, H., 2012, Pengaruh Konstruksi Dasar-Dasar Pengolahan Buangan
Sumur terhadap kandungan Bakteri Secara Biologis. Bandung, Alumni.
E.coli pada Air Sumur Gali di Desa Suriawiria, U., 2005, Air dalam Kehidupan
Dopalak Kecamatan Paleleh dan Lingkungan yang Sehat, Bandung:
Kabupaten Buol. Universitas PT. Alumni.
Gorontalo. Sururi, R.M., Rachmawati S.Dj., dan
Lee, C.C. dan Lin, S.D., 2007, Handbook of Solihah, M. 2008. Perbandingan
Environmental Engineering Calcula- Efektifitas Klor dan Ozon Sebagai
tions, The McGraw-Hill Companies, Disinfektan pada Sampel Air Dari Unit
Inc. Filtrasi Instalasi PDAM Kota
Linsley, R.K., 1995, Teknik Sumber Daya Bandung, Lampung: Prosiding
Air. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta: Seminar Nasional Sains dan
Erlangga

46
Inaktivasi Bakteri Escheria Coli Air Sumur Menggunakan Disinfektan Kaporit

Teknologi II 2008 Universitas Tree, J.A., Adams, M.R., dan Lees, D.N.,
Lampung. 2003, Chlorination of Indicator
Susanto, E., 1998, Kajian Tentang Dosis Bacteria and Viruses in Primary
Optimal Kaporit Terhadap Efektivitas Sewage Effluent, Applied and
Penurunan Angka Kuman Golongan Environmental Microbiology, Vol. 69,
Coli Pada Air Gambut di Desa No. 4, pp. 2038–2043.
Semelagi Kec. Selakau Kab. Sambas. USEPA, 2002, Onsite Wastewater
Univ Diponegoro. Treatment Sistems Technology Fact
Syadikin, A.R., 2003, Studi Tingkat Sheet 4: Effluent Disinfection
Penyisihan Bakteri Dalam Air Processes, TFS-17-TFS-22,
Peruntukan Air Minum dengan EPA/625/R-00/008, February.
Menggunakan Sinar Matahari, Tugas USEPA, 1999, Combined Sewer Overflow
Akhir S1, Teknik Lingkungan, Padang: Technology Fact Sheet: Chlorine
Universitas Andalas, Padang. Disinfection, EPA 832-F-99-034
Tsai, C.T., dan Lin, T.S., 1999, Disinfection September
of hospital waste sludge using Waluyo, L., 2008, Teknik dan Metode
hypochlorite and chlorine dioxide. Dasar dalam Mikrobiologi, Universitas
Journal of Applied Microbiology, Vol. Muhammadiyah, Malang Press.
86, pp. 827-833.

47

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai