Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN ANTARA AIR MINUM YANG DIMASAK DENGAN AIR MINUM

ULTRAVIOLET TERHADAP ADANYA BAKTERI ESCHERICHIA COLI


DI KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN

Oleh;
Purhadi , Anita Lufianti2), Meity Mulya Susanti3)
1)

1)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: asiandaru2@gmail.com
2)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: kenzokensta@yahoo.com
3)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: putribilkis@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Escherichia coli adalah bakteri indikator kualitas air minum karena
keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses,
yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya. Jika air telah
terkontaminasi oleh bakteri dan dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang akan
berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang usus, diare, infeksi pada saluran kemih
dan empedu
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan antara air minum yang
dimasak dan air minum dengan ultraviolet terhadap adanya bakteri Escherichia Coli di
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
Metode: Penelitian ini menggunakan desain pre experiment designs/Quasy Eksperimental
dengan Pendekatan post test only design/one shot case stud. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 responden yang dibagi
menjadi dua, 5 depo air minum isi ulang yang menggunakan lampu ultraviolet dan 5 air
minum yang dimasak sampai mendidih. Analisa data yang digunakan adalah uji manwithney.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan antara air minum dengan perlakuan
dimasak dan air minum dengan ultraviolet terhadap keberadaan bakteri E. Coli. Uji
manwithney rata-rata keberadaan bakteri e.coli pada air masak 5.50 dan dengan ultraviolet
5.50 dengan nilai sig 1.000 > 0,05 jadi didapatkan kesimpulan tidak ada perbedaan antara air
minum dengan perlakuan dimasak dan air minum dengan ultraviolet terhadap keberadaan
bakteri E. Coli
Kesimpulan: tidak ada perbedaan antara air minum yang dimasak dan air minum dengan
ultraviolet terhadap adanya bakteri Escherichia Coli di Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan

Kata kunci: Air masak, Ultraviolet, Bakteri Escherichia Coli

1
PENDAHULUAN minum yang bebas dari kuman, jamur,
Air minum merupakan air yang protozoa, spora, virus dan bakteri
diperoleh melalui proses pengolahan yang (Widarto, 2012). Metode lain yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat digunakan untuk mengolah air minum
langsung diminum (Joko, 2010). Standar dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu
baku air minum Dinas Kesehatan filtrasi dan ultraviolet dan disempurnakan
Kabupaten Grobogan pada depo air minum dengan menambah perangkat ozonizer dan
isi ulang (DAMIU) sesuai Peraturan reverse osmosis (RO) (Suhana, 2012).
Menteri Kesehatan (Permenkes) Teknik mendidihkan air dengan suhu
0
No.492/Menkes/PER/IV/2010 dengan 100 C ini mampu membunuh bakteri yang
batas normal Most Propable Number ada didalam air. Keberadaan bakteri atau
(MPN) 0 MPN/100 ml dan untuk standar coliform dalam uji mikrobiologi air sering
baku mutu air dari pengolahan perusahaan digunakan untuk menentukan apakah
daerah air minum (PDAM) sesuai dengan desinfeksi sudah bekerja dengan baik atau
Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990 belum. Desinfeksi, sterilisasi dan tindakan
dengan batas minimal bakteriologis total aseptis merupakan usaha untuk membunuh
coliform untuk perpipaan ditentukan 10 mikroorganisme yang bersifat patogen
MPN/100 ml dan Non perpipaan 50 yang terkandung di dalam air. Desinfeksi
MPN/100 ml. Air minum merupakan dengan cara konvensional (pemberian
kebutuhan utama dan penting bagi senyawa klorin yaitu hipoklorin, ion
manusia dan harus memenuhi Persyaratan hipoklorit, dan molekul klorin), sterilisasi
fisik, kimia, dan mikrobiologi (Depkes RI, dengan ozon, ultraviolet, pemanasan/
2013). mendidihkan (Joko, 2010).
Syarat air minum yang sehat adalah Selain dengan mendidihkan air
air yang tidak mengandung Escherichia minum agar bebas bakteri, menurut
coli (E. Coli) dan salmonella mikroba- Saputra (2008) sinar ultraviolet (UV),
mikroba penyebab penyakit (patogen), merupakan salah satu sinar yang bersifat
tidak boleh mengandung kimia seperti mematikan bagi mikroorganisme dengan
(unsur-unsur kimia argon, fluor, crom, dll), panjang gelombang antara 220-290 nm
dan air minum tidak boleh berbau dan dan radiasi yang paling efektif adalah
berasa (Sutanto, 2013). Orang Indonesia 253,7 nm karena mempunyai efek
pada umumnya menggunakan teknik mematikan terhadap sel-sel
pengolahan air minum dengan memasak mikroorganisme, radiasi UV sering
sampai mendidih untuk mendapatkan air digunakan di tempat-tempat yang
2
menuntut kondisi aseptik. UV dapat sering juga disebut quasi experimen
digunakan sebagai alat sterilisasi pada air (Arikunto, 2010). Dengan pendekatan post
minum. test only design/one shot case study dalam
Sinar ultraviolet mempunyai rancangan penelitian ini perlakuan atau
kemampuan dalam menonaktifkan bakteri, intervensi telah dilakukan kemudian
virus dan protozoa tanpa mempengaruhi dilakukan pengukuran atau post test
komposisi kimia air. Absorpsi terhadap (Notoadmojo, 2005). Sampel penelitian
radiasi ultraviolet oleh protein, adalah air minum yang diperoleh dari air
Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan minum dimasak mendidih dan depo air
Ribonuclead Acid (RNA) dapat minum isi ulang yang mendapatkan
menyebabkan kematian dan mutasi sel perlakuan kemudian akan dilihat
(Suhana, 2012). Penggunaan ultraviolet perbedaan keberadaan bakteri E.coli
yang tidak sesuai antara kapasitas dan dengan most probable number.
kecepatan air yang melewati penyinaran
ultraviolet maka bakteri tidak akan mati HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sinar UV tidak efektif pada air yang hasil penelitian bahwa responden
terkontaminasi padatan tinggi (Cheriatna, berjumlah 5 sampel dari air masak, dan
2013). berdasarkan hasil tes MPN bahwa tidak di
Pengolahan air minum dengan temukannya bakteri E. Coli 100%.
merebus sampai mendidih bertujuan untuk 5 sampel air minum yang melewati lampu
membunuh kuman-kuman yang terdapat ultraviolet, dan berdasarkan hasil tes MPN
didalam air (Sutanto, 2013). Merebus air bahwa tidak di temukannya bakteri E. Coli
minum pada dasarnya hanya dapat 100%.
mengeliminasi mikroorganisme, Penyinaran sinar ultraviolet dengan
sedangkan sebagian besar polutan gelombang pendek dapat membunuh
inorganik seperti logam berat dan partikel bakteri dan virus gelombang yang sangat
padat lainnya tidak bisa dihilangkan pendek dapat membunuh bakteri lebih
dengan merebus (wahyudi. 2011). efisien (Setiawan, 2010). Lampu UV saat
ini sudah sangat efektif dan berfungsi
METODOLOGI menginaktifasi mikroorganisme karena
Penelitian ini merupakan penelitian lampu UV mampu menghasilkan panjang
pre experiment designs atau rancangan pra gelombang 254 nm dengan merkuri
eksperimen yang seringkali dipandang bertekanan rendah (Lechrevallier, 2004).
sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya,
3
Dalam pengolahan air minum pada DAFTAR PUSTAKA
intinya dapat menghilangkan semua jenis Abadi. (2007). Menjenihkan air
polutan baik pencemaran fisik, kimia, dan meningkatkan kesehatan. Klaten:
Macanan jaya cemerlang
mikrobiologis. Bahan tersebut bisa
dihilangkan juga dengan cara koagulas- Adyanastri, F. (2012). Etiologi dan
flokulasi, sedimentasi, filtrasi gambaran klinis diare akut di RSUD
Dr Karyadi Semarang. Diakses 24
(mikrofiltrasi). Bahan terlarut dapat
April 2013.
dihilangkan dengan aerasi, oksigenasi
(misalnya dengan injeksi larutan klorin, Amaliyah, S. (2010). Hubungan sanitasi
lingkungan dan faktor budaya dengan
ozonisasi/radiasi sinar ultraviolet (Yudo,
kejadian diare pada anak balita di
2005). Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
SIMPULAN prosiding seminar nasional unimus
2010. ISBN 978. 979. 704. 883. 9.
Setelah melalui tahap tahap
pengumpulan data, pengolahan data dan Arikunto. (2010). Prosedur penelitian
pembahasan dalam penelitian ini dapat suatu pendekatan praktis. Jakarta:
Rineka cipta
disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan diatas, dapat Athena. (2004). Kandungan bakteri total
ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan coli dan E. Coli/fecal coli air minum
dari depo air minum isi ulang di
masalah sebelumnya. Kesimpulan dalam
Jakarta Tanggerang dan Bekasi.
penelitian ini adalah: Bakteri E. Coli di Diakses pada 20 april 2014.
Kecamatan Karangrayung dengan
Bagus. (2010). Ijin damiu di cabut bila
perlakuan dimasak berdasarkan hasil uji
tidak laporkan baku mutu. Diakses 17
laboratorium negatif atau tidak ditemukan Oktober 2013. From
pada 5 sampel dengan presentase 100%. http://jurnalberita.com/2011/09/ijin-
Bakteri E. Coli di Kecamatan damiu-dicabut-bila-tak-laporkan-
baku-mutu/
Karangrayung dengan perlakuan
ultraviolet berdasarkan hasil uji Boekoesoe, L. (2010). Tingkat kualitas
laboratorium negatif atau tidak ditemukan bakteriologis air bersih di desa sosial
Kecamatan Pakuyaman Kabupaten
pada 5 sampel dengan presentase 100%.
Boalemo. Jurnal ilmu kesehatan vol 7,
Tidak ada perbedaan antara perlakuan air no (4)
minum dengan dimasak dan ultraviolet
terhadap keberadaan bakteri E. Coli
dengan nilai sig (1.000) > sig (0,05).
4
Brownell, A. (2008). Ultraviolet water Tlogosari Semarang. Jurnal kesehatan
disinfection tecnology. Jurnal of water fakultas ilmu keperawatan vol 3, no
and health vol 6, no (1) (1)

Cheriatna. (2013). Awas serangan bakteri Hidayati, M. (2009). Pengaruh lama waktu
E. coli air tercemar. Diakses 12 april simpan pada suhu ruang (27-290C)
2013. From http://artesis- terhadap kadar organik pada air
wordpress.com/2013/04/12/awas- minum isi ulang. Jurnal prosiding
serangan-bakteri-E.coli-pada-air- seminar unimus 2010 ISBN
tercemar 978.979.704.883.9

Corwin, E. J. (2009). Buku saku Irianto, K. (2013). Mikrobiologi menguak


patofisiologi. Jakarta: EGC dunia mikroorganisme. Bandung:
Yrama widya
Dahlan, M. S. (2001). Statistik untuk
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Joko. (2010). Unit produksi dalam sistem
Salemba medika penyediaan air minum. Yogyakarta:
Graha ilmu
Darlian. (2010). ALT dan identifikasi E.
Coli dari lima merk air minum dalam Kandou. (2009). Analisis molekul
kemasan (AMDK) di Nusa Tenggara escherichia coli serotype O157:H7
Barat. Jurnal Fakultas Farmasi pada air minum dalam kemasan dan
Universitas Ahmad Dahlan vol 2, no isi ulang menggunakan teknik
(1) polymerase chain reaction(PCR)
dengan rfbe sebagai gen target. Jurnal
Dewi, S & Rizky, P. (2011). Kualitas biologi, vol 2, no (1)
sumber air bersih di RW 1 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Kecamatan Latif, L.W. (2012). Study kualitas air
Kebayoran Lama. Jurnal ilmu fakultas minum isi ulang di tinjau dari proses
teknik limit’s vol 7, no (2) ozonisasi, ultraviolet, dan reveret
osmosis di Kecamatan Kota Tengah
Dwidejoseputro.(2003). Dasar–dasar dan Kecamatan Kota Selatan Kota
mikrobiologi. Jakarta: Djampatan Gorontalo. Diakses 29 September
2013.
Emyfa. (2012). Konsumsi air bersih untuk
masa depan.diakses 18 Mei 2014. Lechrevallier, M. (2004). Water tretment
From and pot logen control process
http://cemani.wordpress.com/2012/12/ effiiciency in achieving safe drinking
28/konsumsi-air-bersih-untuk-masa- water. WHO and IWA London
depan/
Martha, C. (2004). Karakteristik air
Haribi, R & yuspan, K. (2010). minum yang dihasilkan dari sistem
Pemeriksaan E. Coli pada air bak kombinasi filter karbon dan lampu
wudhu 10 masjid di Kecamatan ultraviolet dibanding dengan
5
beberapa jenis air lain. Jurnal dan 16E2. Jurnal Makar saint vol 14,
pertanian vol 2, no (2) no (1)

Melliawati, R. (2009). Escherichia coli Radji, M. & Oktavia, H. (2008).


dalam kehidupan manusia. Biotrens, Pemeriksaan bakteriologis air minum
vol 4, no (1) isi ulang di beberapa depo air minum
isi ulang di daerah lenteng agung dan
Muhammad, A. (2011). Kedahsyatan air srengseng sawah Jakarta Selatan.
putih untuk ragam terapi ksehatan. Majalah ilmu kefarmasian vol 5, no
Jogjakarta: Diva press (2)

Mulia, R. (2005). Kesehatan lingkungan. Santosa, S. (2008). Drink water,


Jakarta: Graha ilmu sterilization, ultraviolet radiation.
Jurnal kesehatan lingkungan vol 2, no
Ngastiyah. (2005). Perawaatan anak sakit. (2)
Jakarta: EGC
Saparuddin. (2010). Pemanfaatan air
Notoadmojo, S. (2007). Kesehatan tanah dangkal sebagai sumber air
masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: bersih kampus bumi bahari palu.
Rineka cipta Jurnal SMARTEK vol 8, no (1)

Notoadmojo, S. (2003). Ilmu kesehatan Sari, M. (2012). Analisis bakteri coliform


masyarakat. Jakarta: Rineka cipta (fekal dan non fekal) pada air sumur
di komplek roudi monokwari. Jurnal
Notoadmojo, S. (2005). Metodologi biologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
cipta. Setiawan, Y. (2010). SODIS (solar water
disinfection): Metode praktis
Proverati, A & Rahmawati, E. (2012). mendapatkan air layak minum bebas
Perilaku hidup bersih dan sehat bakteri. Artikel ilmu pertanian
(PHBS). Yogyakarta: Nuhamedika. berbasis web TPB IPB 2010.

Purwantoya & Pitojo. (2002). Deteksi Sri, U & Muryani, C. (2012). Kaitan
pencemaran air minum. Ungaran: pencemaran bakteri coliform dan E.
Aneka ilmu Coli pada sumur penduduk dengan
kepadatan permukaan di Kecamatan
Purwoko. (2007). Fisiologi mikroba. Jebres Kota Surakarta pada tahun
Jakarta: Bumi aksara 2012. Jurnal fakultas keguruan
universitas sebelas maret
Radji, Dkk. (2010). Deteksi cepat bakteri
escherichia coli dalam sampel air Sugiyono. (2007). Statistik untuk
dengan metode polimerase chain penelitian. Bandung: Alfabeta
reaction menggunakan primer 16E1

6
Suhana, A. (2012). Membuat perangakt air ng.com/news/44/penemuanbakteriecol
siap minum. Jakarta: Naga swadaya. irusakcitraairminumisiulang

Sunatmaja. (2010). Gastrointerologi anak.


Jakarta: Sagung seto

Sutanto, T. (2013). Keajaiban terapi air


putih. Yogyakarta: Buku pintar

Tombeng, R. (2013). Analisis kualitatif


kandungan E. Coli dan Coliform pada
3 depo air minum isi ulang di kota
Manado. Jurnal kesehatan masyarakat
vol 5, no (2)

Wandrivel, R. (2012). Kualitas air minum


yang diproduksi depo air minum isi
ulang di kecamatan bugus padang
berdasarkan persyaratan
mikrobiologi. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas vol
1, no (3)

Widarto, L. (2012). Teknologi tepat guna


membuat alat penjernih air.
Yoyakarta: Kanisius

Wong. (2008). Buku ajar keperawatan


pediatrik vol 2. Jakarta: EGC

Wulandari, A. (2007). Kualitas


bakteriologis air minum isi ulang di
wilayah kota Bogor. Jurnal kesehatan
masyarakat nasional vol 2, no (2)

Yudo, S & Rohardjo, N. (2005). Evaluasi


teknologi air minum isi ulang di DKI
Jakarta. Jurnal lingkungan vol 1, no
(3).

Yusuf. (2009). Penyebab bakteri pada air


minum isi ulang. Diakses 24 Oktober
2013.Fromhttp://www.airminumisiula

Anda mungkin juga menyukai