Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

DETEKSI BAKTERIOPHAGE

Disusun oleh:

Diah Ayu Utami

181810401046

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. PENDAHULUAN
Virologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari segala hal
tentang virus. Virus adalah slaah satu jenis dari pathogen yang bersifat obligat
murni karena virus tidak dapat hidup secara bebas di alam. Virus menggantungkan
hidupnya secara penuh pada sel inangnya. Sifat-sifat virus yang demikian membuat
virus memiliki daya serang terhadap sel inang yang cukup kuat (Kilawati dan
Maimunah, 2015). Salah satu bentuk pentingnya virologi adalah mengetahui
adanya bakteriofage dalam lingkungan khususnya air sungai, sehingga diketahui
kebersihan dan keamanannya dengan menggunakan metode plaque assay (Cormier
and Janes, 2014).
Bacteriophage adalah virus yang dapat menginfeksi suatu bakteri serta
dapat membunuh sel bakteri dengan cara mengintegrasikan DNA virus ke
kromosom bakteri inang. Penggunaan bacteriophage dalam metode plaque assay
didasarkan pada beberapa kelebihan antara lain spesifik, lebih efisien, serta cost
effective (Damayanti, et. al., 2016). Prinsip dari metode plaque assay adalah
mengisolasi virus dengan memperlihatkan kemampuannya dalam membentuk zona
bening pada lapisan inang. Zona bening tersebut yang disebut dengan plaque.
Plaque tersebut dapat dibentuk dari berbagai virus hewan pada lapisan tunggal atau
dibentuk oleh phages pada pertumbuhan bakterinya. Maka plaque merupakan hasil
dari infeksi oleh sel virion tunggal. Namun mungkin juga dapat membentuk virion
lebih dari satu (Rahaju, 2014). Praktikum kali ini bertujuan untuk mendeteksi
bakteriofag asal air sungai terhadap Escherichia coli melalui metode plaque assay.
II. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktiku deteksi bakteriofag adalah
sebagai berikut:
- Petridish
- Tabung reaksi
- Kultur E. coli umur 24 jam
- Nutrient Agar semi padat (agar 0,7%) 9 ml x 4
- Nutrient Agar padat 15 ml x 4
- Air sungai Bedadung
- Aquadest

2.2 Cara Kerja


Cara kerja dalam praktikum deteksi bakteriofag adalah sebagai berikut:

100 µl air sungai yang megandung bakteriofag

Ditambahkan ke suspense bakteri E. coli 250 µl umur 24 jam

Diinkubasi selama 2 jam suhu ruang

Dicampurkan suspense dnegan NA semi padat (0,45% NA) hangat

Situang ke media permukaan NA dalam cawan petri

Diinkubasi suhu 28ºC selama 24 – 48 jam

Diamati terbentuknya plaque dengan dibandingkan menggunakan kontrol


negatif

Hasil
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum adalah sebagai berikut:
No. Jenis Gambar

Kontrol
1.
Negatif

Ulangan
2.
1
Ulangan
3.
2
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan
menghasilkan atau membentuk plak pada media E. coli. Plak yang terbentuk
berada di media ulangan 1 dan ulangan 2, karena kontrol negatif tidak diberikan
sampel air sungai sehingga tidak ada bakteriofag yang dapat menginfeksi bakteri.
Pembentukan plak ditandai dengan adanya zona bening pada media.
Pembentukan zona bening dikarenakan bakteriofag yang menginfeksi bakteri
yang spesifik yaitu berupa E. coli dapat membuat bakteri menjadi lisis dan
menghasilkan zona lisis yang merupakan zona bening atau plak (Khairunnisa,
2020).
Sumber inoculum virus bakteriofag bakteri E. coli menggunakan sumber
air sungai yaitu Sungai Bedadung yang merupakan salah satu sungai di wilayah
Jember. Bakteriofag diambil dari sungai tersebut dikarenakan sungai tersebut
diduga mengandung bakteriofag. Air sungai yang mengandung bakteriofag
diduga terkontaminasi oleh bakteri E. coli seperti media yang akan digunakan
dalam pengamatan. Menurut Deshanda, et. al. (2018), bakteriofag merupakan
agen hayati yang berperan sebagai biocontrol terhadap bakteri yang ramah
lingkungan. Bakteriofag juga memiliki sifat akan melisiskan bakteri target saja,
sehingga bakterioag yang digunakan untuk pengamatan lisis sel yang akhirnya
membentuk plak diperoleh dari isolasi bakteriofag yang berasal dari media yang
terkontaminasi bakteri E.coli. Bakteriofag banyak ditemukan di tempat yang
banyak terdapat bakteri inangnya. Dari pengamatan yang menghasilkan adanya
plak pada kedua pengulangan menandakan bahwa air sungai tersebut
terkontaminasi oleh bakteri E. coli.
Bakteriofag E. coli memiliki peran yang positif bagi kehidupan, yaitu
sebagai agen pengendali hayati. Bakteriofag dapat menjadi agen pengendali
hayati pada perairan yang terkontaminasi oleh bakteri E. coli. Air yang
terkontaminasi oleh bakteri ini jika dikonsumsi oleh manusia dapat
menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan, antara lain diare, diare berdarah
hingga hemolytic uremic syndrome (Iqbal, 2020). Maka dari itu diperlukan suatu
agen pengendali yang berpotensi besar serta tidak berbahaya untuk
mengendalikan pathogen berbahaya serta mengatasi permasalahan bakteri E.
coli dengan menggunakan bakteriofag. Cara bakteriofag menginfeksi inang
dengan cara siklus litik serta siklus lisogenik yang merupakan usaha
memperbanyak dirinya. Bakteriofag akan menginfeksi bakteri target dengan
bereplikasi yang diikuti dengan lisisnya sel bakteri E. coli. Hal ini menyebabkan
partikel bakteriofag yang baru dapat keluar sel dan menginfeksi bakteri E. coli
yang lain secara spesifik (Ramadhan, 2017).
IV. KESIMPULAN
Bakteriofag merupakan virus yang menginfeksi bakteri secara spesifik,
salah satunya adalah bakteri E. coli. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan
menggunakan metode plaque assay. media yang digunakan merupakan kultur
bakteri E. coli dan inoculum bakteriofag diambil dari sampel air Sungai Bedadung.
Air sungai tersebut diambil karena diduga terkontaminasi oleh bakteri E. coli
sehingga banyak terdapat bakteriofag spesifik. Bakteriofag berperan penting
terhadap kehidupan sebagai agen engendali hayati di perairan sehingga dapat
mengatasi bakteri E. coli yang berada di perairan. Hal ini penting dilakukan karena
bakteri E. coli dapat berdampak buruk terhadap kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cornier, J. and M. Janes. 2014. A double layer plaque assay using spread plate
technique for enumeration of bacteriophage MS2. Journal of
Virological Methods. 196: 86 – 92.

Damayanti, R., S. N. Jannah, Wijanarka, S. H. Rahaju. 2016. Isolasi bakteriofag


Salmonella sp. dari biofilm pada sistem air minum ulang. Jurnal
Biologi. 5(2): 59 – 67.

Deshanda, R. P., et. al. 2018. FAG Salmonella asal limbah pasar ikan dan air sungai
di sekitar kampus Universitas Bangka Belitung. Ekotonia: Jurnal
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 3(2): 45 – 49.

Iqbal, A. 2020. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kandungan bakteri E.


coli pada air sumur dangkal (studi kasus: Perumahan Pondok Benowo
Indah Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil. 2(1): 1 – 11.

Khairunnisa I. 2020. Optimasi formula emulsi ganda W/O/W bakteriofag ϕPT1b


sebagai fruit washing emulsion untuk menghambat pertumbuhan
Escherichia coli. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2015. Kualitas lingkungan tambak intensif


Litapenaeus vannamei dalam kaitannya dengan prevalensi penyakit
white spot syndrome virus. Research Journal of Life Science. 2(1): 50
– 59.

Rahaju, S. H. 2014. Metode pengkayaan, filtrasi dan pertumbuhan untuk isolasi


bekteriofag spesifik Salmonella typhimurium pada sampel air. Seminar
Nasional Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. 4(1): 315 – 322.

Ramadhan, A. A. 2017. Pengaruh kombinasi bakteriofag dengan senyawa


penginduksi (hormon auksin dan kitosan) terhadap pengendalian
pathogen layu bakteri pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.).
Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai