Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum ke-11 Hari/tanggal : Sabtu/ 27 April 2019

Mikrobiologi Akuatik Waktu : 13.00 WIB - 15.00 WIB


Dosen : Muhammad Arif Mulya, SPi
Wida Lesmanawati, SPi MSi
Dosen asisten : Fadhil Setiawan
Laras Cica Marsela
Indah Febristi Grahanny,AMd

Seleksi Bakteri Probiotik Untuk Akuakultur

Disusun oleh:
Kelompok 6
Kristin Novita Simanihuruk J3H218126

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar belakang
Probiotik merupakan istilah yang digunakan pada mikroorganisme hidup
yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain atau
inangya. Pada akuakultur, probiotik digunakan dengan cara menambahkannya
pada campuran pakan serta dapat langsung ditambahkan ke kolam budidaya.
Penambahan pada pakan ataupun kolam perairan memiliki tujuan yang berbeda
dalam proses kegunaannya. Pemberian probiotik pada pakan lebih diutamakan
untuk mempermudah pencernaan ikan dalam mencerna pakan agar proses
penyerapan menjadi lebih baik. Disisi lain, penambahan probiotik pada kolam
budidaya lebih diutamakan untuk menekan bakteri pathogen pada kolam budidaya
sehingga ikan yang berda di kolam tersebut tidak mudah untuk terserang penyakit.
Penerapan probiotik pada sistem budidaya mampu meningkatkan resistensi ikan
terhadap suatu penyakit. Pakan dan kesehatan ikan menjadi bagian penting dalam
lingkup budidaya perikanan, karena itu harus ditingkatkan efisiensi dan efektivitas
yaitu dengan cara penambahan probiotik. Probiotik merupakan makanan
tambahan berupa sel-sel mikroba hidup, yang memiliki pengaruh menguntungkan
bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba
intestinalnya (Fuller 1987). Selanjutnya Verschere et al, (2000) menyatakan
bahwa probiotik sebagai penambah mikroba hidup yang memiliki pengaruh
menguntungkan bagi komunitas mikroba lingkungan hidupnya. Pendapat lain oleh
Salminen et al, (1999) bahwa probiotik merupakan segala bentuk preparasi sel
mikroba atau komponen sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan
bagi kesehatan dan kehidupan inang. Menurut Feliatra dkk. (2004) prinsip kerja
dari probiotik adalah dengan pemecahan molekul-molekul kompleks Penggunaan
probiotik dalam akuakultur merupakan cara antisipasi atau strategi yang efisien
untuk pencegahan dari infeksi mikroba dan sebagai pengganti antibiotik dan
kemoterapi. Penggunaan probiotik sebagai bentuk pengendalian biologis
(biological control) karena perannya dalam membatasi atau membunuh hama dan
penyakit, juga berperan dalam peningkatan kualitas air media pemeliharaan ikan
(Yulvizar dkk. 2014). Pemberian probiotik secara terus menurus juga dapat
menurunkan keefektifan keguanaan pada probiotik tersebut, sehingga pemberian
probiotik harus dengan selang waktu dan dapat menghasilkan sistem imun yang
lebih efektif karena setiap probiotik yang masuk kedalam tubuh dapat langsung
merangsang aktifnya sistem imunitas dan ketahanan ikan terhadap penyakit.
Seleksi bakteri sebagai kandidat probiotik dapat didasarkan pada kemampuannya
yang mampu tumbuh dalam berbagai lingkungan (Hong et al., 2005), bakteri
probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen, meningatkan
respons imun, kelangsungan hidup ikan (Aji et al., 2014) dan meningkatkan
kinerja pertumbuhan (Septiana et al., 2017). Bakteri kandidat probiotik lain yang
berpotensi mampu meningkatkan daya cerna ikan dan menghambat pertumbuhan
A.hydrophila adalah B.methylotrophicus yang ditemukan oleh Haditomo et al.,
(2017)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menyeleksi bakteri yang baik untuk
digunakan sebagai probiotik dalam bidang akuakultur.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum Seleksi Bakteri Probiotik Untuk Akuakultur, dilaksanakan pada
hari Sabtu, 20 April 2019 pukul 13.00 WIB - 15.00 WIB. Pengamatan untuk
praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2019 pukul 13.00 WIB di
Laboratorium Pengamatan Mikrobiologi. Praktikum dilaksanakan di Gedung CA
kelas BIO 2, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.

Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikropipet, tip,
cawan petri, pembakar bunsen, plastik wrap, spidol, batang penyebar, label, kertas
saring dalam bentuk bulat kecil yang steril, pinset, inkubator dengan suhu ruang
dan korek api. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah media TSA, larutan fisiologis, bakteri probiotik, Aeromonas Hydrophila
dan Bacillus sp.

Prosedur Kerja
Siapkan dua buah cawan petri yang berisi media TSA untuk dua kali
pengulangan. Cawan petri diberi tanda P1 untuk pengulangan pertama dan P2
untuk pengulangan kedua, serta cawan dibagi menjadi dua bagian untuk larutan
fisiologis dan bakteri Bacillus sp. mengunakan spidol dan kertas label. Bakteri
Aeromonas Hydrophila diambil sebanyak 100 µl dengan mikropipet, lakukan
secara aseptik. Pengerjaan dilakukan di depan api bunsen untuk menghindari
kontaminasi dengan bakteri lain. Kemudian bakteri dipindahkan ke cawan petri
yang telah ditandai sesudahnya disebar menggunakan batang penyebar.
Pengujian larutan uji dimulai dengan mengambil kertas saring berbentuk
bulat kecil dari dalam tube atau cawan petri menggunakan pinset. Setelah itu
kertas saring yang diambil sebanyak selembar tadi dicelupkan ke dalam larutan
bakteri probiotik. Kemudian kertas saring diletakkan pada bagian atas media
sesuai dengan larutan uji masing-masing. Sisi bagian samping cawan petri diberi
plastik wrap agar tidak terkontaminasi. Tahap terakhir cawan petri diinkubasi
dengan suhu 28C selama 2x24 jam sehingga pengamatan dilakukan dua hari
setelahnya. Catat hasil pengamatan dengan mengukur diameter zona hambatnya
menggunakan penggaris.
PEMBAHASAN

Hasil
Berikut merupakan hasil dari praktikum Seleksi Bakteri Probiotik Untuk
Akuakultur oleh kelompok enam mikrobiologi akuatik yang disajikan dalam
bentuk tabel.

Tabel 1. Seleksi Bakteri Probiotik Untuk Akuakultur


Zona Hambat (cm)
Jenis Larutan
Pengulangan 1 Pengulangan 2

Larutan fisiologis 0 0
Bacillus sp. 0 0
Keterangan: + = terdapat zona bening dan tumbuh
- = tidak terdapat zona bening dan tidak tumbuh

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil yaitu pada praktikum Seleksi


Bakteri Probiotik tidak terbentuknya zona bening pada media di dua pengulangan
tersebut, hal itu ditunjukkan dengan nilai zona hambatnya sebesar 0.
Pembahasan
Probiotik merupakan substansi yang disekresi oleh suatu mikroorganisme
yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme lainnya (Lilley dan Stillwel, 1965
dalam Murni, 2004). Menurut Parker (1972) probiotik merupakan organisme
beserta substansinya yang dapat mendukung keseimbangan mikroba dalam
saluran pencernaan. Sedangkan menurut Fuller (1992) dalam Rajab (2006) bahwa
probiotik adalah mikrob hidup yang ditambahkan ke dalam pakan yang dapat
memberikan pengaruh menguntungkan bagi hewan inang dengan memperbaiki
keseimbangan mikrob ususnya. Menurut Gomez-Gil dan Roque (1998) dalam
Rajab (2006), metode seleksi bakteri probiotik terdiri dari delapan tahapan utama,
yaitu pengumpulan informasi dasar baik dari studi literatur maupun kenyataan di
lapangan seperti informasi operasional tambak atau usaha akuakultur lain,
manajemen produksi dan pengendalian penyakit. Kemudian penapisan mikroba,
yaitu proses pemisahan mikroba dari campurannya berdasarkan kriteria tertentu,
seperti bakteri probiotik harus menguntungkan inangnya, mampu bertahan hidup
dalam usus, dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala industri dan
dapat terjaga stabilitas serta sintasan untuk waktu yang lama pada penyimpanan
maupun di lapangan. Selanjutnya pengujian isolat dalam menghambat mikroba
lain secara in vitro dan in vivo, lalu pengujian patogenisitas terhadap inang, yang
kelima pengujian skala laboratorium termasuk melihat pengaruh kandidat
probiotik secara in vivo terhadap variabel imunologi, sintasan dan keragaan inang,
serta uji tantang dengan patogen. Terakhir adalah pengujian skala lapangan dan
analisa ekonomi biaya-laba
Perlakuan kontrol seharusnya tidak terdapat zona bening karena yang
dikultur adalah bakteri patogen murni tanpa diberikan probiotik. Munculnya zona
bening pada perlakuan kontrol kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
seperti adanya senyawa metabolit primer atau adanya perubahan pH (Widanarni
et al 2008). Zona bening pada perlakuan dengan menggunakan probiotik
menunjukkan bahwa terdapatnya zona bening. Perlakuan yang dilakukan oleh
kelompok 6 menunjukkan tidak adanya zona bening disekeliling kedua kertas
cakram yang sebelumnya dicelupkan di bakteri probiotik artinya diameter zona
bening kedua-duanya sebesar 0 cm. Zona bening yang terbentuk menandakan
bahwa bakteri probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Menurut (Yulvizar et al 2014). Sebaliknya, jika zona bening tidak terbentuk
menandakan bahwa bakteri probiotik tidak mampu menghambat pertumbuhan
bakteri patogen dalam praktikum ini adalah bakteri Aeromonas hydrophila.
Secara umum kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri lain dikarenakan
satu atau kombinasi dari beberapa faktor seperti produksi antibiotik, bakteriosin,
siderophores, lysozymes, protease dan atau hidrogen peroksida atau
mempengaruhi pH media dengan menghasilkan asam organik tertentu.
Koloni Vibro harveyi tidak terbentuk pada rata-rata ulangan dari perlakuan
metode kultur bersama dikarenakan bakteri probiotik dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen. Menurut (Kanmani et al 2010) bakteri probiotik menghasilkan
metabolisme antimikroba seperti hidrogen peroksida, asam laktat, diasetil dan
senyawa bakteriosin. Komponen senyawa-senyawa tersebut lah yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Walaupun koloni Vibro harveyi ada yang
tumbuh, namun jumlahnya lebih sedikit. Hal tersebut juga menandakan bahwa
pertumbuhan Vibro harveyi terhambat oleh adanya bakteri probiotik.
Sesuai dengan pernyataan dari (Widanarni et al 2008) bahwa bakteri probiotik 1-
UB mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibro harveyi sehingga larva udang
windu dapat mencapai Survival rate (SR) yang cukup tinggi, sekitar 80%.
Menurut (Puspita 2009) bakteri SKT-b merupakan bakteri Vibrio alginolyticus.
Bakteri ini merupakan salah satu probiotik untuk menekan pertumbuhan dari
Vibrio harveyi, sehingga bakteri ini umumnya digunakan pada budidaya udang.
Bakteri SKT-b ini dapat meningkatkan kecernaan pakan dari inangnya, karena
bakteri SKT-b menghasilkan enzim amilase dan protease (Widanarni et al 2010).
Berdasarkan penelitian (Widanarni et al 2008) menyatakan bahwa bakteri 1-UB
merupakan bakteri Pseudoalteromonas piscisida dengan indeks kemiripan 98%
menggunakan 16-rRNA. Berdasarkan penelitian Widanarni et al (2012) bakteri ini
merupakan probiotik yang dapat digunakan dalam meningkatkan laju
pertumbuhan udang sebesar 9.03% dengan nilai FCR 1,35. Bakteri NP5
merupakan bakteri dari genus Bacillus. Kegunaan dari bakteri NP5 tersebut
adalah sebagai probiotik yang dapat meningkatkan sistem imun inangnya serta
meningkatkan kecernaan pakan inangnya sehingga dapat meningkatkan performa
ikan inangnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Azhar (2013) yang
menyatakan bahwa penambahan probiotik NP5 dengan prebiotik yang berasal dari
ubi jalar mampu meningkatkan pertumbuhan, FCR, respon imun non-spesifik dan
resistensi penyakit pada juvenil ikan kerapu bebek.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan


seleksi bakteri probiotik untuk akuakultur pada pengulangan pertama seluruh uji
tidak terdapat zona bening dan tumbuh bakteri. Pada perlakuan seleksi bakteri
probiotik pada pengulangan kedua juga tidak terdapat zona bening. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin besar daerah atau zona bening maka semakin
besar juga keefektifan bakteri probiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri
patogen dan praktikan telah mengetahui cara seleksi terhadap probiotik.

SARAN

Pengujian seleksi bakteri pobiotik sebaiknya jika memungkinkan dilakukan secara


spesifik seperti seleksi bakteri probiotik untuk nutrisi dan kesehatan tidak hanya
untuk akuakultur, hal ini bertujuan supaya pengetahuan mahasiswa tentang bakteri
patogen dan probiotik lebih banyak sehingga dapat mengerti hubungan antara
kedua hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar F. 2013. Pengaruh pemberian probiotik dan prebiotik terhadap performan


juvenile ikan kerapu bebek (Comileptes altivelis). Buletin Veterine Udayana.
Vol 6(1): 1-9.
Fuller R. 1992. Probiotics, The Scientific Basic. London, New York, Tokyo,
Melbourne, Madras: Chapman and Hall.
Gomez-Gil B, Roque A, Tumbull JF. 2000. The use and selection of probiotic
bacteria for use in the culture of larval aquatic organisms. Aquaculture, 191 :
259-270.
Kanmani P, Kumar R S, Yuvaraj N, Paari K A, Pattukumar V, Arul V. 2010.
Comparison of Antimicrobial Activity of Probiotic Bacterium Streptococcus
phocae P180, Enterococcus faecium MC13 and Carnobacterium divergens
Against Fish Pathogen. World Journal of Dairy and Food Sciences. Vol
5(2): 145-151.
Lilley RM, Stillwell RH. 1965. History and Development Probiotics. Di dalam
Fuller R, editor. Probiotics,The Scientific Basis.London, New York, Tokyo,
Melbourne, Madras: Chapman and Hall.
Parker RB. 1972. Probiotics the other half of the antibiotic story. Animal Nutrition
Health 29:4-8.
Puspita F. 2009. Pengaruh pemberiam bakteri probiotik melalui pakan terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu Paneus monodon
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Rajab F. 2006. Isolasi dan seleksi bakteri probiotik dari lingkungan tambak dan
hatchery untuk pengendalian penyakit Vibriosis pada Larva Udang Widu
( Penaeus monodon).
Septiarini, Esti H, Wardiyanto. 2012. Pengaruh Waktu Pemberian Probiotik
yang Berbeda Terhadap Respon Imun Non-Spesifik Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.) yang Diuji Tantang dengan Bakteri Aeromonas salmonicida.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol 1 (1): 39-46.
Widanarni, Ayuzar E, Sukenda. 2008. Mekanisme penghambatan bakteri probiotik
terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang windu Penaeus
monodon. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 7: 181-190.
Widanarni, Lidaenni M A, Wahjuningrum D. 2010. Pengaruh pemberian bakteri
probiotik Vibrio SKT-b dengan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva udang windu (Penaeus monodon) Fab. Jurnal
Akuakultur Indonesia. Vol 9(1): 21-29.
Widanarni, Sukenda, Setiawati M. 2008. Bakteri probiotik dalam budidaya udang:
seleksi, mekanisme aksi, karakterisasi dan aplikasinya sebagai agen
biokontrol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 13(2): 80-80.
Widanarni, Wahjuningrum D, Puspita F. 2012. Aplikasi bakteri probiotik melalui
pakan buatan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang windu
Penaeus monodon. Jurnal Sains Terapan Edisi II. Vol 2(1): 32-49.
Yulvizar C, Dewiyanti I, Defira C N. 2014. Seleksi bakteri berpotensi probiotik
dari ikan mas (Cyprinus carpio) Indegenous jantho berdasarkan aktivitas
antibakteri secara in vitro. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia. Vol 6(2): 20-24.

Anda mungkin juga menyukai