Anda di halaman 1dari 8

LaporanPraktikum ke-XI Hari/Tanggal : Kamis/ 7 Desember 2013

m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : XIII


Asisten : Dendi Hidayatullah, S.Pi

HISTOPATOLOGI

Disusun oleh:
Dinda Januari Cipta
C1434003

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui hasil sebagai
berikut:
Tabel 1 Gambaran histologi jaringan ikan mas dan ikan lele
Nama Organ Gambaran Histologi Literatur (organ yang sehat)
Ginjal Ikan Mas

(sumber: bmb.leeds.ac.uk)
Otot Ikan Mas

Sumber (hybia 1995)


Usus Ikan Mas

(sumber: Susanto 2008)

Hati Ikan Lele

(sumber: histology-world.com)
Limpa Ikan Lele

(Sumber Kvitt 2004)


Insang Ikan Lele

(Sumber: Susanto 2008)


Tabel 1 menunjukkan gambaran histologi jaringan yang diamati dari ginjal,
otot, dan usus ikan mas, serta hati, limpa dan insang ikan lele. Tabel 1 juga
mencantumkan beberapa gambar histologi normal dari literatur. Beberapa
diantaranya menunjukkan gambar yang jelas perbedaannya. Misalnya saja pada
insang ikan lele, terlihat perbedaan yang jelas dengan literatur. Ikan yang diamati
mengalami kelainan dan literatur adalah contoh normalnya.

3.2 Pembahasan
Histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi yang mempelajari tentang
susunan struktur sel-sel yang memiliki fungsi fisiologi yang sama tersusun
menjadi satu jaringan yang kompleks. Saat terjadi perubahan dalam struktur sel
akibat terkena penyakit, bakteri, adanya substansi berbahaya seperti logam berat,
maupun karena terjadinya perubahan faktor fisika (suhu) dan kimia (salinitas, pH,
DO) lingkungan, hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan
sedang berlangsung perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut
berada (Banks 1986 dalam Khaisar 2006). Analisa histologi dapat menjadi
parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam menentukan
perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad
(Dutta 1996 dalam Khaisar 2006).
Ikan yang yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
sp.) dan ikan Mas (Cyprinus carpio). Jaringan yang diperiksa dari ikan lele adalah
hati, limpa, dan insang. Sedangkan jaringan yang diperiksa dari ikan mas adalah
ginjal, otot, dan usus.
Salah satu jaringan yang diamati adalah insang. Insang memiliki lapisan
epitel yang tipis untuk memudahkan pertukaran gas, namun hal ini pun
menjadikan insang sangat rawan terhadap infeksi dari hama- hama penyakit.
Kerusakan struktur yang ringan sekalipun dapat sangat mengganggu pengaturan
osmose dan kesulitan pernafasan (Nabib dan Pasaribu 1989).
Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang
rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi faring. Masing-
masing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang.
Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis panjang yang disebut lamela
primer. Lamela primer permukaannya mengalami perluasan oleh adanya lamela
sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaan dorsal dan
ventral (Roberts 2001 dalam Pazra 2008). Insang dilengkapi dengan sejumlah
glandula yang dikenal sebagai glandula brankhial, yaitu sel-sel epitel insang yang
mengalami spesialisasi. Glandula tersebut adalah glandula mukosa dan glandula
asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal
berbentuk buah pear atau oval dan menghasilkan mukus dan terdapat baik pada
lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Mukus merupakan
glikoprotein yang bersifat basa atau netral dengan fungsi: a.) perlindungan atau
proteksi, b.) menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, c.) antipatogen, d.)
membantu pertukaran ion, dan e.) membantu pertukaran gas dan air (Irianto 2005
dalam Pazra 2008).
Hasil pemeriksaan histopatologi dari insang ikan lele menemukan adanya
hiperplasia pada insang ikan yang diamati. Menurut Roberts (2001) dalam Pazra
(2008), hiperplasia lamela biasanya berkaitan dengan peningkatan jumlah dan
migrasi sel malpighian di lamela primer. Hiperplasia lamela sekunder juga
berkaitan dengan edema pada lamela dan hipertropi sel epitel serta terjadi
perubahan bentuk sel pilar, tetapi faktor utama yaitu peningkatan jumlah sel
kloride yang meluas sampai ke permukaan lamela sekunder sehingga terjadi
penebalan pada lamela sekunder. Akibat dari penebalan lamela sekunder area
respirasi menjadi berkurang, selain itu juga terjadi gangguan pertukaran ion di
epitel dan terganggunya fungsi normal sel kloride.
Hasil pemeriksaan histopatologi dan biokimia dari otot ikan ternyata
terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam
banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada dua kelompok yaitu,
kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah
dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut
putih. Serabut-serabut merah ini adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi
lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada
otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksi
cepat dan mudah menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih
terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut
merah dan putih. Serabut aerobik berarti dalam kontraksinya memerlukan oksigen
sebagai bahan bakar metabolismenya sedangkan serabut anaerobik tidak
menggunakan oksigen (Nabib dan Pasaribu 1989 dalam Susanto 2008).
Ginjal juga memiliki bagian-bagian khusus untuk menyalurkan urin seperti
glomerulus, bowman’s capsule, tubulus proximal, dan tubulus distal. Glomerulus
dan serangkaian tubulus terdapat dalam nefron yang merupakan struktur yang
paling menonjol dari ginjal (Lu 1995). Glomerulus menghasilkan ultrafiltrat dari
plasma. Filtrat tersebut kemudian terkumpul dalam bowman’s capsule dan
mengalir melalui tubulus proximal. Tubulus proximal merupakan tempat
terjadinya reabsorpsi glukosa, vitamin, asam amino juga urin sekunder yang
terdapat dalam ginjal. Salah satu fungsinya yaitu untuk mengubah urin primer
menjadi urin sekunder (reabsorbsi). Selain mengalir melalui tubulus proximal,
filtrat tersebut terus dialirkan melewati ansa henle dan tubulus distal, kemudian
mengalir melewati kumpulan tubulus ke dalam ginjal dan dibuang sebagai urin.
Pada usus juga terdapat bagian-bagian khusus seperti sel goblet dan bile duct.
Sel goblet merupakan bagian khusus dari usus namun biasanya terdapat dapa
lapisan epidermis. Sel–sel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus yang
membantu proses pencernaan. Pada kondisi usus yang kronis, dapat menyebabkan
hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat drastis (Susanto 2008).
Kelainan juga ditunjukkan oleh gambar literatur usus yang bersumber dari
Susanto (2008) yang menunjukkan terjadinya edema epitel usus. Edema
menyebabkan epitel usus terangkat dan pada kondisi parah dapat berlanjut
menjadi dequamasi dan ruptur epitel. Edema yang ditemukan menandakan adanya
masalah pada sistem sirkulasi darah (Susanto 2008).
Kemudian jaringan hati. Hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. Kantung empedu
berbentuk bulat, berwarna kehijauan dan terletak di sebelah kanan hati, dan
salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk
menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Dengan kata lain, bile
duct atau saluran empedu berfungsi untuk menyalurkan empedu dari kantung
empedu ke usus. Setiap organ mahluk hidup memiliki bagian-bagian khusus untuk
diamati histologi dan histopatologi jaringannya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Jaringan dari ikan lele (Clarias sp.) hati, limpa, dan insang dan ikan Mas
(Cyprinus carpio) ginjal, otot, dan usus yang diamati menunjukkan kondisi
abnormal (sakit) karena menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan ada tanda-tanda
terserang penyakit seperti yang ditunjukkan oleh literatur, artinya kondisi
lingkungan di sekitarnya ikan lele dan mas tersebut buruk, dekat dengan
lingkungan toksik yang dapat menyebabkan kelainan jaringan organ.

4.2 Saran

Saran untuk ke depannya, sebaiknya praktikum dilakukan dengan


menggunakan ikan sakit dan ikan sehat. Sehingga praktikan langsung dapat
membedakan mana histologi (preparat) dari ikan yang sehat dan mana histologi
(preparat) dari ikan yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Hibya T. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathologycal Features.


(Second edition). Kondansha LTD, Tokyo.

Khaisar, Okto. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam
Air, Sedimen dan Bioakumulasi Serta Respon Histopatologis Organ Ikan
Alu-alu (Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Kvitt H, A Colorni. 2004. Diseases of Aquatic Organism. Vol. 61 : 67 – 73. Inter


Research. www.Int.Res.com. [Diakses pada Rabu, 11 Desember 2013].

Lu, FC.1995. Toksikologi Dasar. Nugroho Edi, penerjemah; Jakarta: UI Press.


Terjemahan dari: Basic Toxicology.

Pazra, Debby Fadhilah. 2008. Gambaran Histopatologi Insang, Otot dan Usus
Pada Ikan Lele (Clarias spp.) Asal dari Daerah Bogor. [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Susanto, Dwi. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot dan Usus Ikan
Mas (Cyprinus carpio) di Desa Cibanteng. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai