Anda di halaman 1dari 44

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Gariepinnus Var)

DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT)


SUKABUMI JAWA BARAT

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti


Ujian Akhir Tahun Pelajaran 2017/2018

DISUSUN OLEH :

NAMA : SIHABUL KOMAR


NIS :-
PRODI : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI CIJAMBE
BUDIDAYA PERIKANAN
2017/2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap siswa lulusan SMK dituntut untuk mempunyai suatu keahlian dan
siap kerja, karena lulusan SMK biasanya belum diakui oleh pihak dunia usaha/
industri. Oleh karena itu diadakan suatu program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
yaitu dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) agar setiap siswa
SMK mempunyai pengalaman dalam dunia usaha sebelum memasuki dunia usaha
tersebut secara nyata setelah lulus sekolah. Dalam hal ini saya diberi kesempatan
untuk melakukan kegiatan PKL di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Ikan Lele merupakan satu di antara beberapa jenis ikan air tawar yang
sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di
Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah
masuknya jenis ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan Lele
Dumbo dibanding Lele Lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih
banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang
pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan Lele Dumbo
mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat
(inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas
rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit
dan nilai Feeding Conversation Rate (FCR). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan
Lele Dumbo, Balai BesarPerikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi
telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan Lele Dumbo strain
baru yang diberi nama Lele ”Sangkuriang”.

Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun


2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi

2
produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayasaan ini (Lele
Sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan Lele Dumbo yang saat ini dibudidayakan di masyarakat.
Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun
2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor
Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya Lele Sangkuriang tidak berbeda
dengan Lele Dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk mengetahui teknik


pemijahan pada ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) yang meliputi persiapan
kolam, seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur dan
pemeliharaan larva, Pendederan.

1.3 Metode

1.3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2017 –


28 Februari 2017, bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Selabintana No. 37
Cikole, Kec. Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
PKL ini dilakukan dengan metode Pengambilan data primer dan data
sekunder. Pengambilan data primer yakni dengan mengikuti seluruh kegiatan
pembenihan Lele Sangkuriang di BBPBAT Sukabumi, melakukan wawancara
serta asistensi dengan pembimbing lapangan dan teknisi lapangan. Data sekunder
diperoleh dari Kantor Pusat Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
Sukabumi.

3
Kegiatan yang dilakukan dalam teknik pembenihan ikan Lele
Sangkuriang yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan Jenis Ikan
2. Pemeliharaan Induk
3. Pemijahan Induk
4. Penetasan Telur
5. Pemeliharaan Larva
6. Pemanenan Larva
7. Pendederan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1Klasifiksi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias s.p )
2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias s.p)
Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik dari Lele Dumbo
melalui cara kawin silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan
induk jantan generasi ke enam (F6) (Sunarman 2004).
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010)
adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias s.p
Ikan Lele ialah ikan yang hidup di air tawar yang bersifat nocturnal artinya ia aktif
pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap.Pada siang hari Lele
sangkuriang lebih memilih berdiam di lubang-lubang atou tempat tempat yang
tenang(Suyanto,2017 dalam wibowo 2011.)
2.1.2. Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias s.p)

Gambar.1Morfologi Ikan Lele Sangkuriang


Sebagaimana halnya ikan Lele, Lele Sangkuriang ,memiliki ciri-ciri identik
dengan Lele Dumbo sehingga sulit untuk dibedakan.

5
Secara umum, ikan Lele Sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish.
Tubuh ikan Lele Sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut
yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari Lele
Sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar
mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/
rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).
Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai
sensor ketika mencari makan. Sirip Lele Sangkuriang terdiri atas lima bagian
yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada
Lele Sangkuriang dilengkapi dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk
alat pertahanan diri (Lukito, 2002).
Menurut Djoko (2006) ikan Lele Sangkuriang mempunyai bentuk badan yang
berbeda dengan jenis ikan lainya. Seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat
pernafasan lele sangkuriang berupa insang yang berukuran kecil sehingga
Ikan Lele Sangkuriang mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen,
akibatnya Lele Sangkuriang sering mengambil oksigen dengan muncul ke
permukaan. Alat pernafasan tambahan terletak di rongga insang bagian atas, alat
berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tujuk pohon rimbun
yang biasa disebut “arborescent organ”.
2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Habitat ikan lele Sangkuriang (Clarias sp.) adalah semua perairan air

tawar (Suyanto, 2007). Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dapat hidup di lingkungan

yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu

terdapat kandungan O2 sekitar 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu antara 24-

260C, pH berkisar 6-7, NH3 kurang dari 1 ppm dan daya tembus matahari kedalam

air maksimum 30 cm. ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada

siang hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang

dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk

6
lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) sebagai makanan

yang terletak di dasar perairan (Yustikasari, 2004). Pada siang hari biasanya lele

bersembunyi dalam lubang-lubang persembunyian, seperti di bawah pematang

sawah, pinggiran sungai, akar pohon, di dalam lubang kayu, atau bambu yang

tenggelam.

Ikan lele dapat bertahan hidup di dalam air kotor, air berlumpur, parit,

bahkan dapat hidup di luar air hingga 6-8 jam. Hal ini disebabkan karena adanya

arborescent organ (Mudjiman, 1990). Lele juga relatif tahan terhadap

pencemaran bahan-bahan organik. Organisme ini dapat hidup baik pada dataran

rendah sampai pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan

suhu antara 25-30°C. Pada ketinggian di atas 700 meter dpl, pertumbuhan ikan

lele akan kurang baik (Kordi, 2010). Dengan penggunaan teknologi yang

memadai terutama pengaturan suhu perairan, budidaya masih tetap bisa dilakukan

pada lahan yang memiliki ketinggian di atas 800 meter dpl (Sunarma, 2004).

Sampai saat ini ikan lele sebagian besar dibudidayakan pada kolam tanah (Amisah

et al, 2009).

2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan

Menurut Kordi (2010), ikan lele Sangkuriang (Clarias sp.)

termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani

maupun nabati. Pakan alami lele Sangkuriang (Clarias sp.) adalah binatang-

binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau

Copepoda.

Sementara itu, lele Sangkuriang (Clarias sp.) juga memakan larva jentik nyamuk,

serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan

7
misalnya dipelihara di kolam lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet,

limbah peternakan ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan,

2008).

Menurut Lukito (2002), pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat digemari

induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus

diperhitungkan agar tidak rugi. Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dapat memakan

segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan

daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang

mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.

8
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1 Waktu dan Tempat

PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai pada tanggal 04 Desember


2017 s/d 28 Februari 2017, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan

1. Alat
Alat-alat yang digunakan selama praktek kerja industri antara lain:
a. Bak induk terbuat dari beton dan berukuran (6×2×1,5)meter.
b. Bak pemberokan berupa bak fiber dengan volume 1,5 ton.
c. Bak penetasan berupa bak fiber dengan ukuran (4 x 2 x 0,5) meter.
d. Hapa dengan ukuran (2 x 1 x 0,5) meter.
e. Bak pendederan dari kolam terpal (3 x 4 x 0.5) meter.
f. Alat suntik.
g. Timbangan digital.
h. Lamit.
i. Hi-blow.
j. Penggaris.
k. Baskom/ember.
l. Gelas ukur.
m. Gunting.
n. Lap/handuk.
2. Bahan

Bahan yang digunakan selama praktek kerja industri antara lain:


a. Induk lele sangkuriang
b. Pakan induk (Megami)
c. Pakan benih (cacing tubifex dan pellet)
d. Hormon perangsang (ovaprim)
e. NaCl

9
f. Obat-obatan (antibiotik)
g. Tisue

3.3 Metode Kerja

Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktek kerja industri yaitu :
1. Metode survai
Dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan serta
mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan diluar jam kerja
atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau karyawan yang dianggap
berkompeten.
2. Metode praktik
Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan
dalam teknik pemijahan mulai dari pengelolahan induk, seleksi induk yang
siap pijah dan pematangan gonad. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
berpartisipasi aktif dengan mengikuti setiap kegiatan kerja dilapangan.
Adapun tahap-tahap kegiatan dalam pemijahan ikan lele adalah sebagai
berikut:tahap persiapan, tahap pemijahan, proses panen larva.
3. Analisis data
Data yang di ambil adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti secara langsung
kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diambil dengan
cara mengumpulkan literatur-literatur yang ada di perpustakaan dan instalasi
lainnya.
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Menyiapkan alat, bahan dan wadah

Alat dan bahan yang digunakan dikumpulkan dalam suatu tempat dan
ditata rapi sesuai dengan pemakaiannya.Untuk persiapan kolam pemeliharaan
induk pekerjaan pertama, pengeringan dan pembersihkan beton dengan cara
membuka saluran outlet. Setelah dibersihkan kolam diisi air dengan ketinggian 1
meter.

10
Untuk bak pemberokan yang dilakukan adalah bak dikeringkan dengan
saluran outlet yang terletak di tengah-tengah bak. Kemudian bak dibersihkan
menggunakan karet busa dan dibilas sampai bersih. Bak penetasan telur dan
pemeliharaan larva yang harus dilakukan Pengering air dalam bak, dikeringkan,
disikat dan dibilas sampai bersih. Setelah bersih bak diisi air setinggi 50 cm.
Kemudian bak penetasan telur dipasang hapa dan besi behel sebagai pemberat,
Selanjutnya dilakukan pemasangan sistem aerasi di seluruh bak penetasan .
Untuk persiapan kolam pendederan dilakukan 1 minggu sebelum penebaran. Pada
kolam pendederan yang harus dilakukan adalah membuka saluran outlet pada
kolam terpal sampai airnya kering. Kemudian kolam dibersihkan dan dibilas
sampai bersih. Setelah bersih kolam diisi air ketinggian 30 cm.
3.4.2 Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk dilakukan pada bak pemeliharaan induk yang telah


disiapkan sebelumnya. Selama pemeliharaan, induk lele sangkuriang diberi pakan
megami dengan kandungan protein 44-46% Frekuensi pemberian pakan dua kali
sehari pagi dan sore hari dengan dosis pemberian pakan sebanyak 1-2 % dari
biomassa dalam rentang waktu tertentu.
3.4.3 Seleksi Induk

Dalam pemilihan induk lele harus diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas telur yang akan dihasilkan dalam pemijahan yang

akan lakukan. Kriteria induk jantan atau betina yang berada dalam masa produktif

(siap untuk dipijahkan) antara lain:

1. Induk berusia ± 8 s/d 30 bulan.


2. Berat induk berkisar antara 1,2 s/d 4 kg.
3. Bentuk tubuh normal, tidak ada kelainan, dan dalam kondisi sehat.

11
Gambar 2.Ciri-ciri kelamin lele sangkuriang (a) kelamin induk betina dan (b)
Kelamin Induk Jantan
1. Induk Betina
a. Alat kelamin terlihat agak menonjol dan berwarna merah tua s/d abu-abu.
Terkadang terlihat titik telur berwarna hijau muda dalam alat kelamin bagian atas
pada lele yang tidak dipijahkan secara rutin.
b. Perut buncit, dan jika dipegang terasa kenyal.
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
2. Induk Jantan
a. Alat kelamin berwana merah tua ata abu-abu.
b. Jika bagian perut ditekan, akan keluar cairan sperma berwarna putih
(sebisa mungkin jangan lakukan penekanan bagian perut bagian dada
yang melakukan pemijahan secara alami/bukan kawin suntik).
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
Dalam kesehariannya, jika sudah matang gonat, gerakan pejantan akan
terlihat lebih agresif.
3.4.4 Pemberokan
Pemberokan dilakukan di dalam bak fiber yang berbentuk bundar
berdiameter 1,5 meter dan tinggi 1 meter. Jumlah induk yang diberok tergantung
jumlah induk yang akan dipijahkan. Dalam pemberokan, induk jantan dan betina
ditempatkan pada wadah yang berbeda.

12
3.4.5 Penyuntikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses penyuntikan berupa alat
suntik dan hormon ovaprim. Penyuntikan hanya dilakukan pada induk betina
dengan dosis 0,2 ml/kg berat induk. Penyuntikan dilakukan kapan
saja.Penyuntikan dilakukan pada punggung induk betina dengan kemiringan 450
kearah kepala.Setelah penyuntikan induk dimasukan kembali ke dalam bak
pemberokan untuk persiapan stripping pada keesokan harinya.

3.4.6 Pengambilan sperma, Stripping dan Pembuahaan

Pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan masal secara buatan yaitu


dengan cara stripping pada induk betina dan pembedahan pada induk jantan.
Jumlah induk yang dipijahkan adalah dengan perbandingan jantan dan betina
adalah 1:1. Pembedahaan pada induk jantan dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan stripping pada induk betina.

Sebelum pengeluaran telur, sperma harus disiapkan, dengan cara, induk,


jantan yang sudah matang kelamin, dipotong secara vertikal tepat di belakang
tutup insang, darah, gunting kulit perut mulai dari anus hingga belakang tutup
insang, organ lain dalam perut di buang , kantung sperma di ambil dengan tisu
hingga kering, hancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang
paling banyak, peras spermanya agar keluar dan masukan ke dalam wadah yang
telah diisi larutan fisiologis.
Pengeluaran telur dilakukan setelah 12 jam dari penyuntikan. pengeluaran
telur : siapkan baskom, NaCl Fisiologis, kain lap dan tisu, induk ditangkap dengan
sekup net, kemudian keringkan tubuh induk dengan kain lap, bungkus induk
dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka, pegang bagian kepala oleh satu
orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya, pijit bagian perut ke arah lubang
telur, dan tampung telur dalam baskom .Seteleh semua telur keluar, kemudian
dilakukan proses pembuahan. Yaitu dengan mencampurkan cairan sperma dan
telur serta diencerkan dengan larutan pembuahan. Aduk secara perlahan-lahan
sampai sperma dapat membuahi telur secara sempurna. Lalu bilas dengan air
bersih agar sisa-sisa telur yang tak terbuahi tidak ikut ke bawa ke hapa penetasan.

13
Kemudian tebarkan telur kedalam bak fiber sebagai wadah inkubasi dan penetasan
telur. Setelah 36-39 jam, hitung jumlah telur yang terbuahi untuk mengetahui nilai
Fertilization Rate (FR). Setelah telur menetas kemudian hitung nilai Heching Rate
(HR). Larva diberi pakan alami berupa cacing rambut setelah hari ke 5 penetasan.
Hitung Survival Rate (SR) pada hari ke 5 dan ke 10.
3.4.7 Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan di dalam bak fiber yang telah di pasang hapa.
Penebaran telur dilakukan secara merata agar telur tidak menumpuk pada suatu
tempat.
3.4.8 Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva dilakukan di dalam bak fiber yang telah disiapkan,
pada hapa penetasaan selama 4-5 hari dan diberi aerasi secara terus-menerus.
Selama pemeliharaan larva tidak diberi makan.
3.4.9 Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah 4 hari, pemanenan ini dilakukan
dengan cara mematikan aliran air terlebih dahulu kemudian larva dikumpul pada
satu titik. Larva diambil menggunakan gelas ukur yang berfungsi sebagai takaran
dalam penghitungan jumlah larva yang dipanen.
3.4.10 Proses Pendederan
Kegiatan pendederan dilakukan dikolam terpal selama 3 minggu, pakan
yang diberikan berupa cacing rambut dan pillet. Cacing rambut diberikan untuk 2
minggu pertama perawatan benih dan pillet diberikan 1 minggu terakhir.
Pemberian pakan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) dengan frekuensi
pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
1. Persiapan kolam

Kolam pendederan ikan lele di BBPBAT Sukabumi berupa kolam terpal


berukuran 3x4x0,5 meter. Kolam pendederan sebanyak 56 kolam. Dilengkapi
dengan pipa inlet dan outlet sehingga memungkinkan adanya sirkulasi air.
- Kolam di isi air dengan ketinggian 30cm
- pengapuran
- pemberian probiotik berupa air rebusan papaya

14
- penggaraman
- kolam didiamkan selama 4 hari
.2. Pakan
Pakan yang diberikan dalam pendederan ikan Lele di BBPBAT Sukabumi
adalah cacing sutra selama 2 minggu pertama. Dan minggu ke 3 di beri pakan
buatan atau biasa yang disebut pelet biasanya berbentuk remahan dan kering.
Pelet ikan ada dua jenis pelet apung dan pelet tenggelam. Pelet yang baik
digunakan untuk lele adalah pelet apung, karena jika pelet langsung tenggelam
akan sulit mengetahui apakah pelet sudah cukup atau masih kurang, mengingat
biasanya kolam lele keruh sehingga bagian dasar kolam tidak terlihat. Pakan lele
diberikan secara adlibitum atau sekenyang kenyangnya.
3. Kualitas Air
Kualitas air akan berpengaruh pada metabolisme ikan,pernafasan,serta
osmoragular. Kualitas air juga mempengaruhi ada tidaknya penyakit yang
nantikan akan muncul selama proses pendederan. Lele akan tumbuh optimal
pada kisaran suhu 27-300C,ph 6-9, serta kadar oksigen terlarut harus > 1 mg/L.
Untuk kecerahan tidak berpengaruh, karena Lele dapat hidup di kolam kotor.
Peningkatan oksigen bisa dilakukan dengan pemberian sirkulasi air masuk dan
keluar, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kekeruhan akibat penumpukan
sistem metabolisme dari lele tersebut.
4. Sampling Pertumbuhan
Sampling pertumbuhan dilakukan dengan mengukur panjang dan bobot
ikan,sampel yang diambil pada sampling sebanyak 30 ekor.Sampling dilakukan
setiap 2 minggu selama pemeliharaan. Berdasarkan hasil sampling yang telah
dilakukan,terjadi penambahan berat dan panjang ikan.
5.Hama dan Penyakit
Hama yang ada di BBPBAT jarang di temukan dikarenakan pengontrolan yang
teratur.
Ada beberapa penyakit yang sering menyerang ikan Lele diantaranya : bintik
putih (whitw spot), karat, kumis keriting, busung kembung.

15
3.4.11 Pencatatan Hasil
1. Fekunditas
Perhitungan derajat penetasan telur dilakukan berdasarkan rumus
yang dikemukakan oleh Effendie (1979).
𝑾
𝑭= 𝒙𝒏
𝒘

Keterangan:
F = Fekunditas
W = berat seluruh telur (mg)
w = berat sempel telur (mg)
n = jumlah telur sempel (butir)

2. Daya Tetas Telur


Perhitungan derajat penetasan telur dilakukan berdasarkan rumus
yang dikemukakan oleh Tahapari dkk. (2001)
𝑳𝒕
𝑯𝑹 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑭𝒓
Keterangan:
HR = derajat penetasan telur (%)
Lt = jumlah telur yang menetas (butir)
Fr = jumlah seluruh telur (butir)
3. Pertumbuhan
Untuk mengetahui pertambahan jumlah panjang dan berat ikan
dapat diketahui dengan rumus yang dikemukan oleh Effendie
(1979).
Wm = Wt – Wo
Keterangan:
Wm = pertambahan berat rata-rata ikan (gr)
Wt = barat rata-rata ikan pada akhir (gr)
Wo = berat rata-rata ikan pada awal (gr)
Pm = Pt – Po

16
Keterangan:
Pm = pertambahan panjang rata-rata (cm)
Pt = panjang rata-rata ikan pada akhir (cm)
Po = panjang rata-rata ikan pada awal (cm)
4. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dalam kegiatan pendederan dihitung
menggunakan rumus Effendie (1979).

Ket : SR = kelangsungan hidup (%)


Nt = jumlah benih yang hidup (ekor)
No = jumlah awal pemeliharaan (ekor)

17
BAB IV
SEJARAH SINGKAT DAN KEADAAN BALAI

Gambar 3. Kantor BBPBAT Sukabumi


(Sumber : Dokumentasi pribadi)
4.1. Letak Geografis dan Topografi BBPBAT Sukabumi
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) terletak di Jl.
Selabintana No. 37, Kelurahan Selabaru, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Secara umum lahan kompleks BBPBAT Sukabumi memilki
luas lahan 25,6 Ha yang terdiri dari 3 Ha perkantoran, 17,6 Ha perkolaman (121
kolam) dan 5 Ha perumahan, pekarangan dan sawah. Lokasi tersebut berada di
ketinggian 700 m diatas permukaan laut dengan suhu harian 220C-270 C. Adapun
batasan-batasan wilayah BBPBAT Sukabumi sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Sukabumi, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisaat,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung, dan sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Cireunghas.
Secara geografis, letak BBPBAT Sukabumi berada pada ketinggian ±700
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2500-3000 mm/tahun,
dengan kisaran suhu antara 20-27oC, secara umum topografi kompleks BBPBAT
relatif landai dengan sebagian besar kemiringan kearah selatan dengan kisaran
0%-5%. Sedangkan kemiringan 2%-5% terutama terlihat pada lahan yang telah
dimanfaatkan untuk perkolaman dan fasilitas budidaya yang lain. Sumber air

18
berasal dari sungai Panjalu, sungai Cipelang, dan sungai Cisarua yang berasal dari
kaki “Gunung Gede”.

4.2 Sejarah Singkat Berdirinya BBPBAT Sukabumi


Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) berada di bawah
Kementrian Kelautan Perikanan. BBPBAT berdiri pada tahun 1920 sebagai
sekolah dengan nama Landbouw School (School Pertanian) atau Culture School
(Sekolah Perkebunan). Pada masa Jepang tahun 1943-1953 diubah menjadi noo
gakko. Kemudian pada tahun 1953 berganti nama menjadi Sekolah Pertanian
Menengah. Selanjutnya pada tahun 1954 diubah menjadi Pusat Latihan Perikanan.
Pada tahun 1968 menjadi Trainning Centre Perikanan. Pada tahun 1967
berkembang dan berganti nama menjadi Pangkalan Pengembangan Pola
Keterampilan Budidaya Air Tawar (P3KBAT). Peran P3KBAT ditingkatkan
ketika pada tahun (1978-2006) secara resmi menjadi Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT), salah satu unit pelaksanaan teknis Direktorat Jenderal Perikanan
Departemen Pertanian. Untuk meningkatkan peran dan fungsi dalam pelaksanaan
tugas-tugas serta beban kerja yang juga semakin meningkat, pada tanggal 12
Januari 2006 Menteri Kelautan dan Perikanan menerbitkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No.06/PERMEN/2006 yang menetapkan lembaga ini
menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT).
Pada pertengahan Juni 2014 Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
Sukabumi berubah nama menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi sampai sekarang. Dan terjadi beberapa perubahan nama
pada bagian kepegawaian BBPBAT Sukabumi. Berdasarkan Peraturan Menteri
tersebut, kedudukan BBPBAT adalah sebagai unit pelaksana teknis dibidang
pengembangan budidaya air tawar yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan dapat dilihat pada gambar 3.

4.3. Tugas dan Fungsi BBPBAT Sukabumi

19
BBPBAT Sukabumi adalah Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Depatermen
Kelautan dan Perikanan di bidang budidaya air tawar yang berada dan
bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. BBPBAT
Sukabumi mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan penerapan teknik
pembenihan, pembudidayaan, pengelolaan kesehatan ikan, dan pelestarian
perlindungan budidaya air tawar. Pada masing-masing kelompok budidaya terdiri
dari sarana dan prasarana yang dapat mendukung semua kegiatan balai, baik
sarana utama maupun sarana penunjang.
BBPBAT Sukabumi dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud
diatas, menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Identifikasi dan perumusan program pengembangan teknik budidaya air tawar;
b. Pengujian standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;
c. Pengujian alat, mesin dan teknik pembenihan serta pembudidayaan ikan air
tawar.
d. Pelaksanaan bimbingan penerapan standar pembenihan dan pembudidayaan
ikan air tawar;
e. Pelaksanaan sertifikasi mutu dan sertifikasi personil pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar;
f. Pelaksanaan produksi dan pengelolaan induk penjenis dan induk dasar ikan air
tawar;
g. Pengawasan pembenihan, pembudidayaan ikan serta pengendalian hama dan
penyakit ikan air tawar;
h. Pengembangan teknik dan pengujian standar pengendalian lingkungan dan
sumberdaya induk dan benih ikan air tawar;
i. Pengelolaan sistem jaringan laboratorium penguji dan pengawasan perbenihan
dan pembudidayaan ikan air tawar;
j. Pengembangan dan pengelolaansistem informasi dan publikasi pembudidayaan
ikan air tawar;
k. Pengelolaan keanekaragaman hayati;Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah
tangga
4.4. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja BBPBAT Sukabumi

20
Struktur Organisasi BBPBAT berdasarkan SK Menteri Kelautan dan
Perikanan No. Per.06/PERMEN-KP/2014, terdiri dari Kepala Balai, Bagian Tata
Usaha, Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama, Bidang Pengujian dan Dukungan
Teknis, serta Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional yang
ada di BBPBAT yaitu Perekayasa atau Litkayasa, Pengawas Benih, Pengawas dan
Pengendali Hama Penyakit, Analisis Kepegawaian, dan Pustakawan. Berikut
struktur organisasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) dapat
dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Struktur Organisasi BBPBAT Sukabumi Tahun 2018


(Sumber : BBPBAT Sukabumi 2018)

Adapun komponen-komponennya terdiri dari :


1. Kepala Balai Besar BBPBAT Sukabumi
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Balai wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik lingkungan masing-masing maupun
antar unit kerja dilingkungan departemen perikanan dan kelautan, serta instansi
lain sesuai dengan bidangnya. Bertanggung jawab atas prestasi dan tugas-tugas

21
BBPBAT Sukabumi yang telah ditetapkan. Memberikan laporan evaluasi
pelaksana kerja BBPBAT Sukabumi secara menyeluruh kepada atasannya dalam
hal ini Direktur Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha balai.
Bagian tata usaha tersebut melaksanakan urusan kepegawaian, surat menyurat,
ruumah tangga dan perlengkapan serta melaksanakan urusan keuangan. Bagian
tata usaha membawa sub bagian keuangan dan sub bagian umum. Sub bagian
keuangan melakukan pengolahan urusan administrasi keuangan dan barang
kekayaan milik negara serta penyusunan evaluasi dan pelaporan BBPBAT
Sukabumi. Sub bagian umum melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana,
program dan anggaran serta pengolahan administrasi kepegawaian jabatan
fungsional serta pelaksanaan urusan persuratan dan rumah tangga di lingkungan
BBPBAT Sukabumi.
3. Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama
Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama melaksanakan penyiapan dan
standar teknik, alat dan mesin pembenihan, pembudidayaan, pengendalian hama
dan penyakit ikan air tawar, pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk dan
benih ikan air tawar serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan.
4. Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis
Tugas dan wewenang dari bidang pengujian dan dukungan teknis adalah
pengelolaan administrasi, desiminasi, pemasaran dan distribusi, pengembangan
sistem usaha, pelayanan masyarakat, pemeliharaan kerja, menjaga kebersihan dan
ketertiban ruang atau lingkungan kerja.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional menyelenggarakan kegiatan perekayasaan,
pengujian, penerapan, dan bimbingan pelayanan standar teknik, alat dan mesin,
serta sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan, pengendalian hama dan
penyakit ikan, pengawasan benih dan pembudidayaan serta penyuluhan dan
kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

22
4.5. Visi dan Misi BBPBAT Sukabumi
Visi BBPBAT Sukabumi mengacu pada visi yang telah ditetapkan
kementerian kelautan yaitu: “Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan
Indonesia Yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional”.
Selanjutnya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah melakukan penyesuaian
visi yang ditetap kan sebagai berikut : “Mewujudkan Perikanan Budidaya Ikan
Air Tawar yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Berbasiskan
Kepentingan Nasional”.
Perwujudan visi tersebut dituangkan dalam pernyataan misi BBPBAT
Sukabumi yang mengacu pada Misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
yaitu :
a. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan
sumberdaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
b. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan
teknologi inovatif.
c. Memanfaatkan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

4.6. Sumber Daya Manusia


Pada bulan Januari 2018 jumlah pegawai berjumlah 143 orang dan satu orang
pegawai atas nama Ir. Maskur, M. Si ditugaskan di balai sebagai perekayasa
utama, namun untuk administrasi berada di Pusat.
Berdasarkan pendidikan formal, 115 orang pegawai Balai Besar terbanyak dicapai
oleh pegawai yang berpendididkan SD (0 orang), SMP/SLTP (1 orang),
SMA/SLTA (47 orang), diikuti oleh Sarjana Muda/D3 (15 orang), Sarjana Strata
I/D4(31 orang), Sarjana S2 (20 orang), S3 (1 orang).

23
Tabel 1. Kondisi PNS BBPBAT Berdasarkan Pendidikan dan Profesi
N Profesi Pendidikan Jumlah
o S3 S2 S1/D4 D3 SLT SLTP SD
A
1 Struktural
Kepala Balai - 1 - - - - - 1
Bagian Tata Usaha - 1 3 4 11 3 - 22
Bidang Uji Terap - 1 3 - 2 - - 6
Teknik dan
Kerjasama
Bidang Pengujian - 1 2 1 14 - - 18
dan Dukungan
Teknis
2 Fungsional
Perekayasa 1 14 6 - - - - 21
Litkayasa - - 5 5 11 - - 21
PHPI - - 2 1 1 4
Pustakawan - - - - - - - -
Peranata Humas - - 1 - 1 - - 2
Peranata Komputer - - - 1 - - - 1
Pengawas 10 2 3 15
Jumlah 1 17 32 14 43 3 - 111

24
Tabel 2. Kondisi TKK BBPBAT Berdasarkan Pendidikan dan Profesi
No Profesi Pendidikan Jumlah
S3 S2 S1/D4 D3 SLTA SLTP SD
1 Struktural
Kepala Balai
Bagian Tata Usaha 2 1 13 1 17
Bidang Uji Terap
Teknik dan
Kerjasama
Bidang Pengujian 3 1 7 1 3 15
dan Dukungan
Teknis
2 Fungsional
Perekayasa
Litkayasa
PHPI
Pustakawan
Peranata Humas
Peranata Komputer
Pengawas
Jumlah 5 2 20 2 3 32
Sumber : BBPBAT Sukabumi 2018

4.7. Sarana dan Prasarana


A. Sarana Pokok
Sarana pokok yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Tawar, terdiri dari :
1) Gedung Utama
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) menggunakan
gedung utama sebagai ruang perkantoran (2.467 m2), perpustakaan (96 m2), (375

25
m2), wisma tamu (580 m2), ruang pertemuan atau aula dengan kapasitas 100
orang, ruang belajar A kapasitas 30 orang dan ruang belajar B kapasitas 30 orang.
2) Hatchery
Hatchery berfungsi untuk melakukan kegiatan pembenihan ikan yang
terdiri dari divisi carp (mas, grass carp, mola, nilem), indoor hatchey (lele, patin,
baung), divisi ikan hias (koi dan mas koki), divisi NBC (gurame dan nila), divisi
kodok, dan divisi udang galah.

3) Laboratorium
Laboratorium yang ada di BBPBAT Sukabumi terbagi menjadi laboratorium
kesehatan ikan, laboratorium kualitas air, laboratorium nutrisi, dan laboratorium
karantina ikan.
4) Kolam
Kolam yang terdapat di BBPBAT Sukabumi berjumlah 126 kolam.
Memiliki luas 10 ha yang berada di Jl. Selabintana Sukabumi, Pelabuhan Ratu
Sub Unit, Kolam Air Deras (SUKAD) Cisaat, dan Karamba Jaring Apung (KJA)
di Waduk Cirata Cianjur. Kolam yang ada digunakan untuk kegiatan pembenihan,
pembesaran, pemeliharaan induk, penerapan teknik budidaya air tawar dan
perekayasaan.
5) Perpustakaan
Fasilitas perpustakaan yang ada di BBPBAT Sukabumi hanya ada satu
perpustakaan yang berisi berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan, peserta KKL, magang, prakerin, penelitian,
dan umum. Informasi yang berisi tentang perairan tawar, perairan payau, dan
perairan laut. Literatur yang ditemukan umumnya dari berbagai macam berupa
buku, jurnal, leaflet, skripsi dan laporan.
6) Gudang pakan
Gudang pakan digunakan untuk menyimpan pakan pellet maupun pakan
crumble. Gudang pakan berfungsi untuk penyimpanan persediaan pakan dan
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

26
7) Energi listrik
Energi listrik yang ada di seluruh kegiatan BBPBAT Sukabumi bersumber
dari PLN distribusi Jawa Barat cabang Sukabumi dengan daya sebesar 53 KVA.
Sebagai sumber cadangan digunakan generator sebanyak 1 unit dengan daya 80
KVA.
8) Sumber Air
BBPBAT Sukabumi memiliki 6 sumber air yaitu dari sungai Cisarua,
Sungai Panjalu dan 4 sumur bor. Air yang berasal dari Sumur bor disedot
menggunakan pompa yang berdaya 1300 watt dengan debit 0,5 L/detik dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pembenihan di hatchery. Sedangkan air dari Sungai
Panjalu dan sungai Cisarua yang mata airnya terdapat di kaki Gunung Gede
memiliki debit air 89,1 L/detik dan dimanfaatkan untuk mengisi unit-unit
perkolaman yang ada di BBPBAT Sukabumi. Air yang masuk dari sumber air
tidak langsung digunakan untuk budidaya, tetapi ditampung terlebih dahulu di
kolam pengendapan, setelah itu baru dialirkan ke kolam-kolam budidaya.
B. Prasarana
Prasarana yang tersedia digunakan sebagai fasilitas untuk menunjang
segala kegiatan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Prasar
ana yang digunakan meliputi :
1) Alat Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki di BBPBAT Sukabumi terdiri atas
kendaraan roda dua dan roda empat untuk memudahkan pegawai dalam
menjalankan kegiatan budidaya.
2) Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan baik dari dalam maupun dari luar lingkup
hatchery. Alat komunikasi yang digunakan di BBPBAT adalah telepon (Hand
Phone). Bahasa sehari-hari yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah
bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa.

27
3) Rumah Jaga
Usaha pembesaran Udang galah juga didukung dengan adanya prasarana.
Tambak dan sawah BBPBAT memiliki prasarana berupa rumah jaga dan gudang
pakan. Rumah jaga berfungsi untuk menjaga keamanan tambak dan sawah, selain
itu juga dapat digunakan sebagai tempat istirahat petani.
4) Aula
Aula digunakan untuk pertemuan umum, sebagai ruang rapat pegawai dan
tempat pertemuan. Aula yang ada di BBPBAT memiliki kapasitas 150 orang.
5) Rumah Pegawai
Rumah dinas pegawai di BBPBAT di bangun di daerah kawasan BBPBAT
Sukabumi. Rumah pegawai ini berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai yang
bekerja di BBPBAT.
6) Wisma Tamu
Wisma tamu di gunakan untuk melayani tamu–tamu yang berkunjung ke
BBPBAT Sukabumi. Wisma tamu memiliki luas 3 ha yang digunakan untuk
perkantoran, laboratorium, wisma tamu dan sarana pendukung lainnya.
7) Masjid
Mesjid di BBPBAT Sukabumi memiliki nama yaitu mesjid AT-TAQWA.
Mesjid ini digunakan sebagai tempat ibadah pagawai yang beragama islam di
BBPBAT Sukabumi.
8) Pos Jaga
Pos jaga di BBPBAT menggunakan jasa satpam dengan 24 jam penjagaan
ketat, dengan penjagaan 6 orang satpam pada hari Senin sampai dengan hari
Jum’at. Apabila hari Sabtu dan hari Minggu hanya ada 4 orang jasa satpam saja
yang digunakan untuk mengawasi di BBPBAT Sukabumi. Total jasa satpam di
BBPBAT Sukabumi berjumlah 12 orang.
9) Koperasi
Koperasi di BBPBAT Sukabumi, menjual beragam macam kebutuhan,
mulai dari makanan, kaos peserta KKL, dan alat–alat perikanan yang dibutuhkan
pegawai untuk bekerja. Sumber dana koperasi ini berasal dari pegawai yang

28
menanam saham di koperasi ini yang bekerja di BBPBAT Sukabumi. Koperasi ini
bernama “koperasi Mina karya”.

4.8. Komoditas yang Dikembangkan Di BBPBAT Sukabumi


Komoditas yang dikembangkan di BBPBAT meliputi :
 Ikan nila (Oreochromis sp.),
 Ikan mas (cyiprinus carpio),
 Ikan lele (clarias gariepinus sp),
 Ikan patin (pangasionodon hypophtalmus),
 Ikan baung (mytus nemurus),
 Ikan mola (hypopthalmicthys molitrix),
 Ikan gurami (ospronomus gurami),
 Ikan hias,
 Udang galah (macthrobacthium rosenbergii de man),dan.
 Kodok lembu (rana catesbeiana shaw).
 Cacing sutra (Tubifex s.p)

LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan di BBPBAT Sukabumi,

29
LAMPIRAN 2.Perhitungan fekunditas induk lele sangkuriang

nditas

LAMPIRAN 2.Perhitungan Fekunditas

1. Berat induk awal = 3,58 kg

30
Berat induk akhir = 2,74 kg
Jumlah telur sampel = 585 butir
Berat telur = induk awal-induk akhir
= 3,58kg - 2,74kg
= 0,84 kg
= 840 gram
Fekunditas = Jumlah telur sampel×Berat telur
Berat induk awal
= 585 x 480
3,58
= 137.262 butir/kg

2. Berat induk awal = 3,44 kg


Berat induk akhir = 3,04 kg
Jumlah telur sampel = 338 butir
= 3,44kg-3,04kg
= 0,4 kg
= 400 gram
Fekunditas = Jumlah telur sampel×Berat telur
Berat induk awal
= 338×400
3,44
= 39.302butir/kg induk

3. Berat induk awal = 3,10 kg


Berat induk akhir = 2,66 kg
Jumlah telur sampel = 684 butir
Berat telur = induk awal-induk khir
= 3,10kg-2,66kg
= 0,44 kg
= 440 gram
Fekunditas =Jumlah telur sampel×Berat telur
Berat induk awal

31
= 684×440
3,10
= 97,083 butir/kg induk

32
LAMPIRAN 3.Perhitungan dosis ovaprim

Diketahui : 1. jumlah induk betina = 15 ekor


2. Bobot induk betina = 43 kg
Ditanya : a. Dosis ovaprim?
b. Dosis campuran?
(dibawah 2 kg campuran = 0,5ml diatas 2 kg campuran = 1 ml)
c. Dosis NaCl?
Jawab : a. Dosis ovaprim = 0,2 ml×43kg
= 8,6 ml/kg
b. Dosis campuran = 1 ml × 15 ekor
= 15 ml
c. Dosis NaCl = Dosis campuran-Dosis ovaprim
= 15 - 8,6
= 6,4 ml

LAMPIRAN4. Perhitungan Fertilization Rate (FR) Telur Lele

Nomor Total Telur Telur Terbuahi FR


1 250 221 88,4%
2 314 307 97,7%
3 240 236 98,3%
Rata-rata FR 94,8 %

Perhitungan FR = Telur Terbuahi x 100%


Total Telur

Perhitungan sampel 1 FR = 221x 100%


250
= 88,4 %

33
Perhitungan sampel 2 FR = 307x 100%
314
= 97,77%

Perhitungan sampel 3 FR = 236x 100%


240
= 98,33%

LAMPIRAN 5. PerhitunganHatching Rate (HR) Telur Lele

No Jumlah Telur Terbuahi Jumlah Telur Menetas HR

1 221 193 87,33%


2 307 256 83,38%
3 236 223 94,49%
Rata-rata HR 88,4%

PerhitunganHR = Telur Menetasx 100%


Telur Terbuahi

Perhitungan sampel 1 HR = 193x 100%


221
= 87,33%

Perhitungan sampel 2 HR = 256x 100%


307
= 83,38%

Perhitungan sampel 3 HR = 223x 100% = 94,49 %


236

34
LAMPIRAN 6. PerhitunganSurvival Rate SR Telur Lele
Nomor Telur Menetas Larva Panen SR
1 193 170 88,08%
2 175 165 94,28%
3 223 204 91,47%
Rata-rata SR 91.27%

Perhitungan SR = Larva Hidup x 100%


Telur Menetas

Perhitungan sampel 1 SR = 170x 100%


193
= 88,08%

Perhitungan sampel 2 SR = 165x 100%


175
= 94,28 %

Perhitungan sampel 3 SR = 204x 100%


223
=91,47 %

LAMPIRAN 7.Alat dan bahan yang digunakan selama praktik

Alat dan Bahan Penyuntikan Alat dan bahan Striiping

35
Bak Tandon Penampungan Air Bak Pemberokan

Timbangan Gantung Timbangan Digital (2 digit)

Hiblow Tabung Oksigen

36
Pisau dan Papan karet Lamit dan paralon pembuangan

37
LAMPIRAN 8.Dokumentasi Kegiatan

(a).Penimbangan induk (b).Penghitungan dosis

(c).Pengambilan kantung sperma (d). Pengenceran sperma

(e).Striping (f).Pencampuran sperma dan telur

38
(g).Penebaran telur (h) pemanenan Larva

(i) packing (j) penebaran larva

(k) pemberian pakan dengan cacing (l)pemberian pakan dengan pellet

39
LAMPIRAN 9 PARAMETER KUALITAS AIR

LAMPIRAN 10.TABEL SAMPLING PERTAMA (LARVA)

40
LARVA 12-01-2017 LARVA 12-01-2017

NO PT (cm) BB (gr) NO PT (cm) BB (gr)

1 0,90 0,0006 16 0,90 0,0006


2 0,90 0,0006 17 0,90 0,0006

3 0,90 0,0006 18 0,90 0,0006

4 0,90 0,0006 19 0,90 0,0005

5 0,90 0,0006 20 0,90 0,0006

6 0,90 0,0006 21 0,90 0,0006

7 0,90 0,0006 22 0,90 0,0006

8 0,90 0,0005 23 0,90 0,0006

9 0,90 0,0006 24 0,90 0,0005

10 0,90 0,0006 25 0,90 0,0006

11 0,90 0,0006 26 0,90 0,0006

12 0,90 0,0006 27 0,90 0,0006

13 0,90 0,0006 28 0,90 0,0006

14 0,90 0,0006 29 0,90 0,0005

15 0,90 0,0006 30 0,90 0,0006

Jumlah PT (cm) 0,90

BB (gr 0,0176
Rataan PT (cm) 0,90

BB (gr) 0,0006

41
LAMPIRAN 11.TABEL SAMPLING KEDUA

02-01-2018 02-01-2018

NO PT (cm) BB (gr) NO PT (cm) BB (gr)

1 1,5 0,03 16 1,2 0,03


2 1,7 0,05 17 2 0,33

3 2 0,10 18 1,5 0,03

4 1,5 0,03 19 1,7 0,06

5 1,5 0,03 20 2 0,10

6 1,7 0,07 21 2 0,09

7 1,2 0,04 22 1,5 0,07

8 1,2 0,04 23 1,8 0,09

9 1,2 0,03 24 1,7 0,06

10 1,7 0,05 25 1,5 0,05

11 1,7 0,06 26 2,3 0,11

12 1,7 0,06 27 2,3 0,11

13 1,5 0,06 28 1,5 0,05

14 1,5 0,06 29 1,9 0,07

15 2 0,10 30 2,3 0,13

Jumlah PT (cm) 50,8


BB (gr 2,19
Rata-rata PT (cm) 1,6
BB (gr) 0,07

42
LAMPIRAN 12 TABEL SAMPLING KETIGA

No Berat Panjang
1 1.8 5
2 1.83 5.5
3 0.83 4
4 1.4 4.5
5 3.79 7
6 3.89 73
7 1 4.5
8 1.18 4.5
9 1.11 4.4
10 2.67 5.9
11 2.15 5.3
12 1.27 4.8
13 0.85 4
14 0.72 4
15 1.35 4
16 1.44 5
17 1.2 4.6
18 1.32 4.7
19 1.6 5
20 0.62 3.5
21 1.37 4.5
22 1.23 4.5
23 2.2 5.4
24 1.6 4.4
25 1.3 4.9

43
26 1.23 4.5
27 1.41 4.5
28 1.45 5
29 1 4.5
30 1.8 5.4
Jumlah 46.61 210.8
Rata rata 1.553667 7.026667

44

Anda mungkin juga menyukai