Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang populer, sebagai ikan konsumsi bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Menurut Nasrudin (2010), menyatakan Ikan Lele Sangkuriang
merupakan komoditas budidaya ikan air tawar yang memiliki rasa enak, harga
relatif murah, kandungan gizi tinggi, pertumbuhan cepat, mudah berkembangbiak,
toleransi terhadap mutu air yang kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan
dapat dipelihara di semua wadah budidaya. Dari keunggulan tersebut, maka usaha
budidaya Ikan Lele Sangkuriang dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan, peningkatan kemampuan berusaha dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat, terutama gizi yang berasal dari ikan lele Sangkuriang. Ikan Lele
Sangkuriang (C. gariepinus) merupakan ikan air tawar yang mampu beradaptasi
yang sangat tinggi pada lingkungan yang kurang baik. Namun nilai gizi maupun
protein yang terkandung dalam ikan ini sangatlah tinggi. Sehingga masyarakat
menjadikan IkanLele sebagai ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan
Lele banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi
membuat peluang usahanya semakin terbuka.
Ketersediaan benih merupakan salah satu ukuran keberhasilan budidaya
ikan, walaupun menurut aspek ekonomis penyediaan benih sering dianggap
sepele. Akan tetapi, dari aspek teknis merupakan kunci keberhasilan dari usaha
budidaya(Puspowardoyo dan Djarijah, 1992). Pembenihan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan benih hingga ukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya
dimulai dengan pemeliharaan induk, pemijahan, perawatan telur hingga menetas,
perawatan benih yang baru menetas dan perawatan benih hingga ukuran tertentu
(Respati dan Santoso, 1993).
Dari segi konsumen, daging ikan lele sangkuriang memiliki kualitas yang
lebih baik karena memiliki umur panen yang lebih mudah. Dengan umur yang
lebih mudah, Ikan lele sangkuriang cukup rendah dan dapat dikonsumsi.

1
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi sumberdaya ikan
yang sangat beragam jenisnya dan merupakan salah satu daerah yang memiliki
cukup banyak peminat konsumsi ikan air tawar terutama ikan lele. Hal ini
dibuktikan dengan permintaan pasar yang selalu meningkat namun produksi ikan
lele masih sangat rendah dan bisa pula hidup dengan padat tebar yang tinggi. Ikan
lele memiliki nilai ekonomis yang penting, ikan lele sangat banyak digemari oleh
masyarakat karena harganya yang relative terjangkau dan permintaan pasar akan
kebutuhan ikan lele sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh para pembudidaya
yang masih sangat kesulitan untuk memproduksi benih ikan lele didaerah ini,
sehingga untuk memperoleh benih kebanyakan masih di datangkan dari luar
daerah.
Untuk menghasilkan benih ikan lele sangkuriang yang berkualitas baik,
maka suatu unit pembenihan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.
Oleh karena itu, pemilihan lokasi praktek di Balai Benih Ikan (BBI) Dulionong
Kabupaten Alor dikarenakan lokasi tersebut memiliki sarana dan prasana yang
cukup memadai yang akan menunjang seluruh kegiatan pemijahan secara alami
ikan lele sangkuriang secara baik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) yaitu:
1. Mengetahui teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (C. gariepinus)
Secara Alami di Balai Benih Ikan (BBI) Dulionong Kabupaten Alor.
2. Mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang (C.
gariepinus) Secara Alami di Balai Benih Ikan (BBI) Dulionong Kabupaten
Alor.
3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang muncul dalam kegiatan
Pembenihan ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) secara alami dan
mengetahui cara mengatasi permasalahan tersebut.

2
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang teknik
pembenihan ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) secara alami
2. Sebagai sumber informasi tentang pembenihan ikan lele untuk civitas
akademika Politeknik Pertanian Negeri Kupang
3. Sebagai pedoman bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan pembenihan
bagi pembudidaya lokal di kota kupang.

1.4 Ruang Lingkup


Kegiatan Praktek Kerja Lapang di laksanakan di Balai Benih Ikan (BBI)
Dulionong Kabupaten Alor mengenai Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (C.
gariepinus) yang meliputi : Persiapan Alat dan Bahan, Pembersihan kolam
Pemijahan, Pemeliharaan Induk, Seleksi Induk, Pemijahan, Perawatan dan
Penetasan Telur, Pemeliharaan Larva dan Pemberian Pakan, Pengukuran suhu,
Pendederan, Grading, Penanganan hama dan penyakit, Pemanenan, Pemasaran
dan Analisis usaha.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (C.gariepinus) Menurut Hendriana,
(2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan lele sangkuriang (Clarias


gariepinus)
Sumber: Nasrudin (2010)

2.1.2 Morfologi
Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan
keturunan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele
sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele
sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar
dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat
pasang sungut yang terletak disekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut
terdiri dari dua pasang sungut maxiral atau rahang atas dan dua pasang sungut
mandibula atau rahang bawah (Lukito, 2002).

4
Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan
sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele sangkuriang terdiri atas lima
bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung.
Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil atau sirip yang keras yang
berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito, 2002).
Menurut Djoko (2006), ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan
yang berbeda dengan jenis ikan lainnya. Seperti ikan mas, gurami, dan tawes. Alat
pernapasan lele sangkuriang berupa insang yang berukuran kecil sehingga lele
sangkuriang sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen,
akibatnya lele sangkuriang sering mengambil oksigen dengan muncul ke
permukaan. Alat pernapasan tambahan terletak di bagian insang atas, alat
berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tajuk pohon rimbun
yang biasa disebut” arborescent organ“. Untuk memudahkan berenang lele
sangkuriang atau Clarias gariepenus dilengkapi sirip tunggal dan sirip
berpasangan. Sirip tunggal adalah sirip punggung dan sirip ekor. Sedangkan sirip
berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil
(Khairuman dan Amri 2009).

2.1.3 Habitat Hidup Ikan Lele


Habitat ikan lele Sangkuriang (C.gariepinus) adalah semua perairan air
tawar (Suyanto, 2007). Lele Sangkuriang (C. gariepinus) dapat hidup di
lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. ikan lele dikenal aktif pada malam
hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam lubang atau
tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras.
Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk lumpur dasar untuk mencari
binatang-binatang kecil (bentos) sebagai makanan yang terletak di dasar perairan
(Yustikasari, 2004). Pada siang hari biasanya lele bersembunyi dalam lubang-
lubang persembunyian, seperti di bawah pematang sawah, pinggiran sungai, akar
pohon, di dalam lubang kayu, atau bambu yang tenggelam. Ikan lele dapat
bertahan hidup di dalam air kotor, air berlumpur, parit, bahkan dapat hidup di luar
air hingga 6-8 jam. Hal ini disebabkan karena adanya arborescent organ
(Mudjiman, 1990).

5
Ikan lele juga relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik.
Organisme ini dapat hidup baik pada dataran rendah sampai pada ketinggian 600
meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu antara 25-30°C. Pada ketinggian
di atas 700 meter dpl, pertumbuhan ikan lele akan kurang baik (Kordi, 2010).
Dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu perairan,
budidaya masih tetap bisa dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di atas
800 meter dpl (Sunarma, 2004). Sampai saat ini ikan lele sebagian besar
dibudidayakan pada kolam tanah (Amisah et al, 2009).
Menurut Muchlis Zukhrofi (2005), air yang digunakan untuk pemeliharaan
ikan lele harus memenuhi kebutuhan optimal ikan, air yang digunakan kualitasnya
harus baik dan suhu yang ideal untuk ikan lele adalah 20-30oC (Khairuman 2008).
Ada beberapa faktor yang dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu
perairan yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Kualitas air
No Parameter Nilai
1. Suhu 24-26 0C
2.1.4 2. pH meter 6-7 Pakan dan
3. Do meter 6 ppm Kebiasaan Makan
Menurut Kordi
(2010), Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) termasuk ikan pemakan segala
bahan makanan (Omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan alami Lele
Sangkuriang (C. gariepinus) adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air dari
kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda. Sementara itu, lele Sangkuriang
(C. gariepinus) juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput
kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam
lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan
limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan, 2008).
Menurut Lukito (2002), pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat
digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya
harus diperhitungkan agar tidak rugi. Ikan Lele Sangkuriang (C. gariepinus) dapat
memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora

6
(pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang
mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.

2.1.5 Biologi Reproduksi


Faktor yang mempengaruhi komponen reproduksi atau kematangan
gonad diantaranya umur dan fisiologi induk ikan itu sendiri. Secara umum spesies
ikan dari ukuran ,maksimum terkecil dan mempunyai siklus hidup yang pendek,
mencapai kematangan gonad pada usia lebih muda dari pada spesies ikan
maksimum besar. Pada proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian
besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad, gonad semakin
bertambah berat diimbangi dengan bertambah ukurannya. Perkembangan gonad
ikan secara garis besar dibagi atas dua tahap perkembangan utama yaitu
pertumbuhan gonad sehingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually
mature) dan tahap pematangan produk seksual/gamet.

TINGKAT KEMATANGAN GONAD

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin


(gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi
menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina
dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum). Pengamatan tentang tahap-
tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan secara
histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di
laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di
laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan
memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada testes maka
yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan
diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta
pembuluh darah pada permukaan testes.

Dalam Biologi Perairan pencatatan perubahan atau tahap kematangan


gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan
melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan TKG akan didapatkan

7
informasi, kapan satu jenis memijah, baru memijah atau sudah memijah. Tiap-tiap
spesies ikan pada waktu pertama gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya.
Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut tersebar
tersebar pada pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat.

Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum


dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, telur dan
sperma ikan semakin berkembang. Selama proses reproduksi, sebagian energi
dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum
sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses
pemijahan berlangsung sampai selesai.

Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan


cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Kesteven membagi tingkat
kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu:

a. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes
dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat
dengan mata biasa.

b. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya


setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat
terlihat dengan kaca pembesar.

c. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-


merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke
bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

d. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma


kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur
dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira
dua pertiga ruang bawah.

8
e. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar
tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur
ini jernih dan masak.

f. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan
telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam
ovarium.

g. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur.

h. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang
ada dalam keadaan dihisap kembali.

i. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah.

Sedangkan pengamatan tingkat kematang gonad menurut Nikolsky (Bagenal &


Braum (1968) dalam Effendie, 1997) yaitu :

a. Tidak Masak. Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran


gonad kecil.

b. Masa Istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad berukurankecil,


telur tidak dapat dibedakan oleh mata.

c. Hampir Masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari
transparan menjadi warna ros/kemerah-merahan.

d. Masak. Produk seksual masak, mencapai berat maksimum tetapi produk


tersebut belum keluar bila diberi sedikit tekanan pada perut.

e. Reproduksi. Produk seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa bila
perut sedikit ditekan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai
pemijahan selesai.

9
f. Keadaan Salin. Produl seksual telah dikeluarkan, lubang genitak berwarna
kemerahan. Gonad mengempis, ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga
berisi sperma sisa.

g. Masa Istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan


pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata.

Gambar 2. Biologi Reproduksi

2.1.6 Hama dan Penyakit


Beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang ikan lele yang
disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, dan non parasit. Hama yang sering
dijumpai adalah ular, katak, burung dan serangga (Irmawan, 2016). Agar terhindar
dari kerugian besar, para pembudidaya harus mengetahui dan dapat
mengendalikan hama dan penyakit dan mengetahui penyebab dari hama dan
penyakit tersebut serta gejala yang muncul sebelum pada akhirnya mengetahui
bagaimana cara untuk penanggulangannya.
1. Jenis Hama dan Cara Penanggulangannya
Yang dimaksud dengan hama pada kegiatan pembenihan adalah
binatang tingkat tinggi yang langsung menggangu kehidupan ikan lele
baik dengan cara menghisap maupun memakan sebagian atau seluruh
tubuh lele sehingga menyebabkan luka atau kematian pada ikan lele.
Hama yang sering menyerang ikan lele adalah ular, katak, burung dan
serangga.
2. Jenis Penyakit dan Cara Penanggulangannya

10
A. Bintik Putih (White Spot)
Organisme patogen yang sering menyerang ikan lele adalah
ichthyophthirius multifillis atau yang dikenal dengan nama bintik
putih (white spot). Dimana mereka akan menyerang ikan lele yang
dipelihara di dalam kolam yang airnya menggenang. Gejala yang
ditunjukan oleh ikan lele yang terserang penyakit ini bahwa
permukaan kulit da insang ikan lele, banyak dijumpai bintik-bintik
berwarna putih yang apabila dibiarkan terlalu lama akan merusak
insang dan kulit ikan lele. Pada akhirnya ikan lele tersebut akan
mengalami kematian dalam hitungan jam (Irmawan,2016).
Beberapa tidakan atau penanggulangan untuk mengobati ikan
lele tersebut dengan cara memperbaiki sintasi air. Air kolam ditaburi
dengan garam dapur sejumlah 30 gram/liter air, sebanyak 2-3 kali
berturut-turut, penggunaan malachytegreen dengan dosis 0,1 gram/m2
sebanyak 2 hari sekali hingga ikan lele bernar-benar sembuh
(Irmawan,2016).
B. Cendawan
Lele rentan terkena penyakit cendawan. Jenis cendawan yang
menyerang lele adalah saprolegnia dan achyla, dimana mereka sering
dijumpai di perairan yangkaya akan bahan organik. Penyakit ini
meyerang ikan lele yang sudah terluka atau yang sedang berada dalam
kondisi lemah. Gejala yang ditunjukan oleh ikan lele yang terserang
penyakit ini adalah bahwa disekitar luka pada ikan lele banyak
dijumpai serabut berwarna putih (Irmawan,2016).
Beberapa tidakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
mengurangi kepadatan tebar dan air kolam ditaburi dengan garam
dapur sejumlah 5 gram/m2. Beberapa tidakan pencegahan lainnya yaitu
dengan merendam ikan lele yang terserang penyakit ini kedalam air
PK berdosis 1 gram/100 liter air. Proses perendaman dilakukan selama
30 menit. Jamur dapat dihilangkan dengan menggunakan obat
Furazolin (Irmawan,2016).
C. Borok

11
Penyakit borok merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Aeromonasdan Pseudomonasdimana mereka menyerang organ dalam
ikan lele seperti hati, limpa dan daging ikan lele serta dapat
menyebabkan kematian masal bagi ikan lele. Gejala yang ditunjukan
oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah munculnya
borok diseluruh permukaan kulit ikan lele. Borok ini akan sedikit
mengeluarkan nanah jika penyakit ini menjadi parah (Irmawan,2016).
Tindakan penanggulangan penyakit ini dengan
mengkarantinakan ikan lele yang sakit dan pemberian antibiotik pada
ikan lele yang masih sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
mereka. Antibiotik dapat diberikan dengan cara dicampurkan pada
pakan ikan lele dengan dosis antibiotik 1 mg/kg pakan. Selain itu, air
kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 10 kg yang telah
dicampur dengan tumpukan daun pepaya (Irmawan,2016).
Aeromonas adalah bakteri yang memiliki sifat oksidasif dan
anaerobik fakultatif, sehingga dapat hidup di lingkungan perairan
dengan atau tanpa oksigen. Aeromonas merupakan bakteri patogen
yang sering menyerang dan mengakibatkan kematian massal pada ikan
budidaya. Serangan aeromonas biasanya diawali karena perubahan
kondisi lingkungan secar mendadak, terutama suhu tinggi dan
rendahnya oksigen terlarut.
Gejala ikan yang terserang aeromonas sp.antara lain terjadi
luka berdarah di tubuhnya, pendarahan pada insang dan dubur,
exophthalmia (mata membengkak), perut membesar, lendir mencair,
dan muncul borok di tubuhnya. Penyakit ini mengakibatkan
kekurangan darah merah (miyazaki dan kage, 1985) dan kerusakan
pada daging, limpa dan hati yang menyebabkan bisul yang
berkembang menjadi borok (Eddy Afrianto, dkk (2015).
Pseudomonas sp merupakan bakteri saprofit yang dapat hidup
di air tawar, payau dan asin. Beberapa diantaranya bersifat patogen
pada ikan. Pseudomonas septicemia merupakan penyakit yang
disebabkan oleh serangan Pseudomonas. Serangan penyakit ini akibat

12
manajemen pemeliharaan kurang baik, kekurangan oksigen, perubahan
temperatur air yang drastis dan kekurangan pakan yang dapat
menyebabkan ikan mengalami stres sehingga mudah terserang
penyakit. Ciri utama penyakit ini adalah hemoragi pada kulit di daerah
mulut, operculum dan ventral tubuh. Gejala klinis penyakit antara lain
terjadinya bengkak pada abdomen di sertai cairan asites dan hemoragi
pada permukaan tubuh (Eddy Afrianto, dkk(2015).

2.2 Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


Pembenihan ikan lele merupakan salah satu bagian dari budidaya ikan lele
dengan cara mengawinkan indukan untuk mendapatkan anakan yang siap untuk
dipasarkan. Berikut ini adalah sistem pembenihan semi alami yaitu dengan
menggunakan penyuntikan hormon ovaprim dan aquades pada setiap induk yang
akan dipijahkan (Mahyuddin 2011). Berikut ini adalah cara pembenihan ikan lele
dengan menggunakan sistem Semi Alami.

2.3 Persiapan Kolam


Prihartono dkk (2000) menyatakan bahwa, pemeliharaan induk ikan lele
sangkuriang (C. gariepinus) dapat dipelihara dalam kolam atau bak berukuran
agak besar (3 m x 4 m x 1 m), sedangkan kepadatannya adalah 5 ekor/m 2. Induk
ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) juga dapat dipelihara dalam bak secara
terpisah (jantan dan betina per generasi). Kolam untuk pemeliharaan induk
sebaiknya memiliki kedalaman air sekitar 1,5 meter.

2.4 Pengelolaan Induk


Syarat utama dalam pemilihan induk adalah induk yang sudah matang
kelamin, artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah
menghasilkan sel telur. Induk lele sangkuriang (C. gariepinus) yang digunakan
dalam kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan
memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada
morfologi, fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya.
Karakteristik tersebut dapat diketahui ketika dilakukan kegiatan produksi induk

13
dengan proses seleksi yang ketat (Sunarma, 2004). Pakan yang diberikan dapat
berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah
pakan sebanyak 2-3% dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian pakan 3 kali
per hari (Sunarma, 2004).

2.5 Seleksi induk


Proses pemijahan persyaratan induk betina ikan lele sangkuriang (C.
gariepinus) antara lain: minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,7-1,0 kg dengan
panjang standar 30-35 cm. Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk
betina yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini di tandai dengan perut
yang besar dan lembek. Secara praktis hal ini, dapat diamati dengan cara
meletakan induk pada lantai yang rata dengan perabaan pada bagian perut.
Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna kelamin yang berwarna
kemerahan. Jumlah induk jantan dan betina tergantung pada rencana produksi
dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan semi alami
jumlah jantan dan betina dapat berimbang, Induk lele sangkuriang (C..
gariepinus) sebaiknya dipelihara secara terpisah pada kolam tanah atau kolam
beton, dengan padat tebar 5 ekor/m2 dapat denga air mengalir ataupun air diam
(Sunarma, 2004). Tingkat kematangan gonad dipengaruhi oleh kondisi genetik
ikan dan kandungan nutrisi pada pakan (Cek & Yilmaz, 2005).

2.6 Pemberokan
pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dalam usus pencernaan
dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Setelah proses pemberokan
selesai, kematangan gonad induk diperiksa kembali.Induk breeding (kawin suntik)
adalah salah satu usaha untuk memproduksi benih ikan secara optimal yang tidak
tergantung pada musim. Disamping itu, metoda ini dapat digunakan untuk
memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami (Bramasta,
2009).Menurut Khairuman dan Amri (2009) bahwa untuk merangsang induk lele
agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk disuntik
menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 cc/kg. Dapat juga digunakan kelenjar
hipofisa dari ikan mas yang telah matang kelamin.Penyuntikan menggunakan

14
kelenjar hipofisa cukup satu dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar
hipofisanya, beratnya sama dengan induk lele sangkuriang yang akan disuntik.

2.7 Pemijahan
Pemijahan ikan lele secara alami adalah kedua ekor induk lele jantan dan
betina yang telah matang gonad dimasukan ke dalam kolam pemijahan ikan lele.
Waktu penyesuaian dengan keadaan di kolam ikan pemijahan dilakukan dengan
pelepasan induk lele sebaiknya sebelum jam 10.00 pagi, agar induk lele yang
sedang dipijahkan tidak meloncat keluar. Pemijahan biasanya akan terjadi pada
malam hari menjelang pagi yaitu sekitar pukul 24.00-04.00. Induk lele betina akan
melepaskan telurnya pada kakaban yang sudah disiapkan dan disaat yang sama
induk lele jantan akan melepaskan sperma untuk membuahi telur ikan lele betina
tersebut (Irmawan, 2016).

2.8 Penetasan Telur


Telur ikan adalah sel gamet betina yang akan menjadi individu baru
setelah sel tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Spermatozoa akan membuahi
telur melalui lubang kecil yang terbuka pada kulit telur (lubang mikropil).
Mikropil akan terbuka setelah ada kontak dengan air selama kurang lebih satu
menit, lebih dari satu menit lubang mikropil akan kembali menutup. Jika selama
lubang mikropil terbuka dan tidak ada sperma yang membuahi, maka telur tidak
akan terbuahi dan menjadi mati (Effendi, 1997).
Pada pemijahan secara alami, kakaban yang telah berisi telur dipindahkan
kedalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20-30
cm (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Kolam yang digunakan
dapat berupa kolam tanah, bak tembok ataupun bak plastik (Sunarma, 2004).
Kolam penetasan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena
hujan maupun panas matahari langsung (Pusat Penyuluhan kelautan dan
Perikanan, 2011). Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir
secara kontinyu untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air
yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi (Hossain et al, 2006).
Alternatif lain yang dapat dilakukan dengan pemberian aerator untuk menjaga
sirkulasi air dan sebagai penyuplai oksigen terlarut. Telur lele sangkuriang akan

15
menetas setelah 30-36 jam (Sunarma, 2004). Menurut pendapat (Setiawan 2006),
bahwa jumlah telur lele sangkuriang yang dihasilkan dari sepasang induk berkisar
antara 40.000 - 60.000 butir telur.

2.2.9 Pemeliharaan Larva


Proses pemeliharaan larva atau benih dimulai semenjak telur menetas
sehingga menghasilkan lele sangkuriang ukuran larva siap tebar. Larva yang baru
menetas tidak perlu diberi makan, sebab masih mempunyai cadangan makanan
berupa kuning telur yang melekat ditubuhnya. Persediaan kuning telur akan habis
dalam 4 hari, setelah kuning telur habis, pemberian pakan untuk larva dimulai.
Pakan yang sesuai untuk larva adalah cacing rambut atau cacing sutra, cacing
rambut yang diberikan harus dalam keadaan hidup, bukan yang kering atau dalam
keadaan mati (Nasrudin, 2010)
Menurut Sunarma (2004), telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam
setelah pembuahan pada suhu 22-28oC. Penetasan telur dan penyerapan yolksack
akan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.

2.2.10 Pendederan
Menurut Sunarma (2004), pada pendederan pertama dan pendederan
kedua, benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau
kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa pakan cacing tubifex, Daphnia
sp, Moina sp, atau pakan buatan dengan dosis 10-15 % bobot biomas.
Pendederan tahap pertama dilakukan hingga benih berumur 26 hari dengan padat
tebar 100 ekor/m2. Dosis pemberian pakan 20 % dari bobot total dengan
frekuensi pemberian pakan 3 x sehari. Benih yang akan dihasilkan umurnya
berukuran 3-5 cm dengan berat 0,62 gr/ekor. Sedangkan pendederan tahap kedua
umumnya dilakukan sampai benih berumur 40 hari dengan padat penebaran 50
ekor/m2. Adapun dosis pemberian pakan 3 x sehari. Benih yang dihasilkan
umumnya berukuran 5-8 cm dengan berat 3,89 gr/ekor.

16
2.2.11 Pemanenan
Setelah benih dipelihara selama 30-45 hari, benih lele sangkuriang siap di
panen. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari saat suhu
air rendah. Pemanenan dimulai dari persiapan alat-alat panen serta tempat
penampungan benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam
dikeringkan secara total, sampai air yang tersisia hanya tinggal dalam coreng
atau kemalir. Selanjutnya dengan alat tangkap berupa seser, benih ditangkap dan
ditampung di dalam wadah yang telah disediakan, benih disortir atau dipisahkan
sesuai dengan ukuran (Amri, 2002).
Menurut Susanto (1996), mengatakan bahwa seekor induk ikan lele
dengan berat 1 kg akan menghasilkan benih antara 50.000 – 150.000 ekor
dengan ukuran 2-3 cm.

2.2.12 Pemasaran
Marketing atau sering dikenal dengan pemasaran merupakan salah satu
kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomis. Sedangkan nilai ekonomis merupakan harga barang dan jasa. Faktor
penting untuk menciptakan nilai ekonomis adalah produk, pemasaran dan
konsumsi. Pemasaran atau marketinglah yang menjadi penghubung antara
kegiatan produksi dan konsumsi.
Marketing adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain (Kotler, 1997).

2.3 Analisis usaha


Analisis usaha merupakan salah satu kegiatan untuk memberi penilaian
mengenai manfaat yang dapat diperoleh dalam melakukan sebuah usaha.
Kemudian hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan usaha sesuai dengan
peluangnya (Sani, 2016).

17
Analisis usaha meliputi biaya tetap, biaya variabel dan revenue cost ratio,
dimana biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber tetap
dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah
walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik turun) dan biaya variabel
adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah
pengeluaran yang akan dikeluarkan. Semakin besar pengeluaran atau barang yang
akan dihasilkan, maka akan besar pula biaya variabel yang akan dikeluarkan.
Contoh dari biaya variabel yaitu penyediaan bahan baku untuk diproduksi
(Komaruddin, 2001).
Dilain sisi, tujuan akhir dan analisis usaha yaitu untuk mengetahui
kelayakan suatau usaha yang dijalankan yang dapat dihitung dengan
menggunakan reveneue cost ratio. Revenue cost ratio merupakan efisiensi usaha,
yaitu ukuran perbandingan antara penerimaan usaha (Revenue=R) dengan total
biaya (cost=TC). Dengan nilai R/C, dapat diketahui bahwa suatu usaha
menguntungkan atau tidak. Usaha efisiensi (menguntungkan) jika nilai R/C¿ 1.

1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah
produksi atau kata lain biaya tetap adalah biaya jumlahnya tetap meskipun
volume usaha berubah-ubah (Henry, 2002)
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-rubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan (Zulkifli, 2003).
Dengan rumus analisis sebagai berikut :
Total biaya produksi = biaya tetap +biaya variabel
Total penerimaan = hasil harga jual x jumlah produksi
Keuntungan = penerimaan-pengeluaran
3. Penerimaan Dan Keuntungan
Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen.
Penerimaan dari suatu produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah
produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Kasmir dan Jakfar,
2010). Sedangkan keuntungan adalah tujuan usaha. Keuntungan dapat dicapai

18
jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada
jumlah pengeluaran. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka
secara ekonomis usaha tersebut layak untuk dijalankan.
4. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
R/C Ratio adalah ukuran perbandingan antara penerimaan usaha dengan
total biaya pengeluaran. Dengan nilai R/C, dapat diketahui apakah suatu usaha
munguntungkan atau tidak menguntungkan (Kasmir dan Jakfar, 2010).

Ada Kriteria R/C adalah sebagai berikut:


a. Jika nilai R/C Ratio>1 maka usaha dikatakan menguntungkan dan layak
dikembangkan.
b. Jika nilai R/C Ratio=1 maka usaha dikatakan seimbang tidak merugikan dan
tidak menguntungkan.
c. Jika nilai R/C Ratio<1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak
dikembangkan.

19
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat Praktik Kerja Lapang (PKL)


Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 26
Februari-26 Maret 2020 bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Dulionong
Kabupaten Alor.

3.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 2. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Bulan
Februari Maret

I II III IV I II III IV
Persiapan alat dan bahan X
Persiapan Wadah X
Pemeliharaan induk dan X
seleksi induk
Persiapan wadah Pemijahan X

Pemijahan X

Perawatan dan penetasan telur X


Pemeliharaan larva X
Pengukuran kualitas air
Manajemen pemberian pakan X X X X
Pendederan X
Pencegahan dan penanganan X
hama dan penyakit

20
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada Praktik Kerja Lapang
(PKL) ini adalah:
1. Metode Observasi
Pengamatan langsung (Observasi), meliputi pengamatan yang
berkaitan dengan prosedur pembenihan ikan lele yakni pengamatan
tentang ciri-ciri induk ikan lele yang matang gonad, proses pembenihan
ikan lele secara alami.
2. Metode Wawancara
Wawancara, yakni tanya jawab dengan pembimbing lapang
diantaranya mengajukan pertanyaan yang menyangkut dengan kegiatan
pembenihan ikan lele meliputi umur ikan yang dipijahkan, pemberokan
induk dan cara pemberian pakan.
3. Metode Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif, yakni mengikuti secara langsung kegiatan
pembenihan ikan lele dari persiapan alat dan bahan sampai dengan
pengemasan benih.
4. Studi Literatur
Studi literature, yakni melakukan pengumpulan data berdasarkan
referensi buku-buku atau literatur yang sudah ada yang berhubungan
dengan pembenihan ikan lele secara alami.

21
3.4 Prosedur Praktik Kerja Lapang (PKL)
Kegiatan Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Secara
Alami di BBI Dulionong antara lain :
3.4.1 Persiapan Alat dan Bahan
A. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Alat yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan lele
sangkuriang secara alami.
No Nama Alat Jumlah Fungsi

Kolam induk 4 m x 2 m x
1. 2 buah Wadah Pemeliharaan induk
1m

Kolam pemijahan 3 m x 80
2. 1 buah Sebagai wadah untuk ikan memijah
cm x 40 cm

Kolam penetasan dan


3. pemeliharaan larva 3 cm x 1 buah Pemeliharaan larva dan benih
80 cm x 40 c m

Sebagai media untuk menanpung atau


4. Baskom 2 buah
mengangkut ikan lele

Untuk menangkap induk jantan dan


5. Serok induk 2 buah
betina

6. Waring 1 buah Untuk menangkap ikan

7. Serok larva (seser) 2 buah Untuk memanen larva dan benih

8. Kakaban 2 buah Sebagai tempat menempelnya telur

Untuk mengahasilkan oksigen terlarut


9. Aerasi 4 buah
padah wadah pembenihan

10. Pompa air 1 buah Untuk menyedot air kewadah ikan

11. Selang 10 meter Untuk menyalurkan air ke kolam

22
12. Baskom greading 2 buah Untuk menyortir benih ikan

13. Dinamo 1 buah Untuk menyedot air

14. Thermometer 1 buah Untuk mengukur suhu

15. Timbangan analitik 2 buah Untuk menimbang induk ikan dan larva

16. Sendok 1 buah Untuk membuat pakan jadi pasta

17. Gelas 1 buah Untuk membuat pakan

18. Coox box 1 buah Untuk peking ikan

19. Triplex 1 buah Penutup wadah pemijahan

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan proses pembenihan ikan Lele
Sangkuriang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Bahan yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan Lele
Sangkuriang secara semi alami.
No Nama Jumlah Fungsi

1. Induk betina 1 ekor Induk ikan

2. Induk jantan 2 ekor Induk ikan

2. Air Berasal dari mata air, Sebagai media hidup ikan


yang digunakan Sesuai
kebutuhan

3. Pakan : Untuk mempercepat proses


pertumbuhan larva dan benih
- Telur ayam 9 Butir
ikan lele
- MeM 500 Gr

- Hi-provite -1 1 Karung

23
- MS Preo 450 1 Karung

3.5 Prosedur kerja Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


3.5.1 Persiapan wadah
Sebelum Proses pemijahan dilakukan terlebih dahulu persiapan wadah yaitu :
1. Wadah dikeringkan dengan cara menyedot air (sisa kegiatan sebelumnya) dari
dalam bak menggunakan selang karena bak tidak ada saluran pembuangan.
2. Pencucian dan pengeringan yaitu bersihkan dinding dan dasar kolam
menggunakan sikat untuk membersihkan kotoran yang menempel didasar dan
dinding kolam kemudian disirami dengan menggunakan air bersih lalu
dikeringan selama 1 hari.

3.5.2 Pemeliharaan Induk


Pada kegiatan pemeliharaan induk dan seleksi induk yang dilakukan di
BBI Dulionong Kabupaten Alor untuk melakukan pemijahan ikan lele
sangkuriang secara alami sebagai berikut :
1. Di BBI Dulionong Kabupaten Alor induk ikan lele yang dipelihara rata-
rata berumur 5 tahun.
2. Pada kegiatan pemeliharaan induk ikan lele, pakan yang diberikan adalah
pakan MS Preo 450.
3. Frekuensi pemberian pakan pada induk ikan lele yaitu 2 kali sehari yakni :
pada pagi hari pukul 07.00 dan pada sore hari pukul 17.00 dengan
pemberian pakan secara sedikit demi sedikit sampai ikan kenyang.
3.5.3 Seleksi Induk
Kegiatan seleksi induk ikan lele sangkuriang yang dilakukan BBI
Dulionong Kabupaten Alor sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat untuk seleksi induk ikan lele. Alat-alat yang digunakan
dalam melakukan seleksi induk yaitu serok dan baskom.
2. Setelah itu, menguras air yang ada dikolam pemeliharaan induk dengan
cara membuka saluran pembuangan air sampai kering. Selanjutnya
melakukan seleksi induk.

24
3. Induk yang berhasil diseleksi yang siap pijah akan ditimbang berat dan
panjang induk
 Berat induk betina : 2,5 kg dan panjang : 49 cm
 Berat induk jantan : 1,5 kg dan panjang : 46 cm
 Bentuk tubuh normal dan tidak ada kelainan serta dalam kondisi sehat.

3.5.4 Persiapan Wadah Pemijahan


Sebelum proses pemijahan dilakukan terlebih dahulu harus pencucian bak
pemijahan dan kakaban.
1. Mencucian bak pemijahan dengan cara mengosong menggunakan waring
bekas kemudian dibilas dengan air sampe bersih.
2. Kemudian pengisian air pada bak pemijahan dengan ketinggin air 30 cm.
3. Ijuk dicuci sampe bersih lalu dijemur sampe kering kemudian diangkat
ijuk yang sudah kering dipasang rapi diatas bambu lalu dipaku
menggunakan paku ukuran 3 seti.
4. Kemudian dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang sudah di isi air.

3.5.5 Pemijahan
1. Kolam pemijahan yang digunakan adalah kolam beton dengan ukuran ( 3
m x 80 cm x 40 cm).
2. Pemijahan secara alami, dengan perbandingan 2:1 (2 induk jantan dan 1
induk betina).
3. Tangkap induk ikan jantan dan betina menggunakan serok kemudian
masukan induk kedalam kolam pemijahan.
4. Setelah induk di seleksi dimasukan kedalam kolam pemijahan, yang sudah
dimasukan kakaban terlebih dahulu.
5. Kolam pemijahan ditutup dengan tutupan fiber dan teripleks yang bekas
dan diberi pemberat berupa ban dan batu.
6. Mengatur volume aerasi.

3.5.6 Perawatan dan Penetasan Telur

25
Tahapan-tahapan dalam perawatan dan penetasan telur ikan lele yaitu
sebagai berikut :
1. Kemudian proses pencucian telur atau proses pergantian air bersih sebanyak
50-75 %
2. Telur ikan akan menetas dalam jangka waktu ± 24 jam setelah proses
pemijahan selesai.
3. Setelah itu, lakukan pengukuran suhu. Suhu yang baik untuk penetasan telur
berkisar antara 28-30 0C.
4. Kemudian lakukan pengaturan aerator, aerator diatur volumenya agar tidak
terlalu kencang.
5. Setelah telur menetas, larva tetap dipelihara dalam wadah penetasan selama
3-4 hari sebelum ditebar ke dalam kolam atau bak pendederan.
6. Selama larva di pelihara di wadah penetasan, pada hari ke-4 larva diberi
makan kuning telur ayam yang sudah direbus.

3.5.7 Pemeliharaan Larva dan Benih


1. Sebelum melakukan pemeliharaan larva di bak pendederan, larva di panen
dan di pindahkan dari bak penetasan ke bak pendederan atau bak
pemeliharaan larva.
2. Proses pemanenan larva dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi
tingkat mortalitas/ kematian larva. Pemanenan larva dilakukan secara
perlahan-lahan dan searah.
3. kemudian larva dipelihara di bak pemeliharaan larva selama ± 2 minggu,
serta pakan yang diberikan adalah pakan buatan /pellet (PSP) untuk
menghasilkan benih ukuran 1-3 cm untuk dipindahkan ke bak pendederan.
3.5.8 Pengukuran Kualitas air
Pengukuran kualitas air yang dilakukan BBI Dulionong Kabupaten Alor
adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran suhu air terhadap kolam beton.
2. Pengukuran suhu menggunakan thermometer, dan diukur pada pagi pukul
08:00.

26
3. Thermometer dimasukan dalam kolam beton dan letakkan ujung di bawah
air dan tunggu selama 1-3 menit untuk melihat letak air raksa yang
menjadi indikator suhu.

3.5.9 Manajemen pemberian Pakan


Dalam proses pemeliharan larva yang digunakan dalam manajemen
pemberian pakan pada larva berumur 4 hari. Adapun langkah-langkah yang
digunakan dalam manajemen pemberian pakan pada larva adalah sebagai berikut.
1. Merebus telur ayam sampe matang lalu di ambil kemudian kupas dan
pisahkan putih dan kuning telur.
2. Setelah itu, encerkan 1 butir kuning telur dengan air sebanyak 600 ml.
3. Kemudian masukan cairan kuning telur ke dalam botol aqua.
4. Lakukan pemberian pakan dengan cara semprotkan pada bak pemeliharaan
larva secara merata.

3.5.10 Pendederan
1. Kolam yang digunakan 1 bak fiber
2. Pemindahan benih dilakukan pada pagi hari atau sore.
3. Pemeliharaan selama 1 bulan pada kolam pendederan yang diberi pakan buatan
berupa pakan benih ikan PS 500.
4. Benih diseleksi (greeding) sesuai dengan ukuran masing-masing

3.5.11 Grading
Proses grading yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten Alor antara lain :
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan seperti baskom sortir, hapa dan serok.
2. Benih ditangkap menggunakan hapa lalu dimasukan ke dalam baskom sortir
secukupnya.
3. Setelah itu, celupkan baskom kedalam air kemudian baskom sortir digoyang-
goyang agar benih yang berukuran kecil yang tidak sesuai dengan lubang
diameter baskom sortir keluar dengan sendirinya.
4. Kemudian benih yang tersisa dibaskom sortir ditampung pada wadah yang
berbeda.

27
3.5.12 Pencegahan dan Penanganan Hama dan Penyakit
a) Hama
Selama PKL di BBI Dulionong Kabupaten Alor tidak ada hama yang
menyerang benih ikan lele dan induk.
b) Penyakit
Selama pemeliharaan larva dan benih tidak ditemukan penyakit yang
menyerang larva dan benih.

3.5.13 Pemanenan
Langkah-langkah yang dilakukan saat memanen benih yaitu antara lain:
1. Persiapan peralatan panen seperti serok, hapa, waring, dan ember.
2. Kemudian hapa diikat pada ujung pipa pembuangan lalu pipa tersebut
dimiringkan ke arah bawah agar air keluar dengan sendirinya.
3. Setelah air mulai berkurang, ikan dipanen dengan menggunakan waring atau
hapa.
4. Ikan yang sudah dipanen kemudian diambil dengan menggunakan serok dan
dimasukan ke dalam ember untuk dipindahkan ke wadah penampungan (Hapa
penampung).

3.5.14 Pemasaran
Adapun langkah-langkah pemasaran yang dilakukan di BBI Dulionong
Kabupaten Alor antara lain: Benih-benih yang ukuran siap di pasarkan akan di
distribusikan ke kelompok desa-desa dan pemasaran dilakukan dengan pembeli
langsung datang di BBI.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mengambil benih yang ditampung dalam hapa penampung dengan
menggunakan serok.
2. Lalu menyortir benih sesuai ukuran yang dibutuhkan.
3. Kemudian mengisi air kedalam cool box sesuai banyaknya benih ikan yang
dipanen.

28
4. Pendistribusian benih dilakukan tanpa menggunakan oksigen melainkan dalam
bentuk terbuka.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

29
4.1 Gambaran Umum Lokasi PKL
4.1.1 Lokasi PKL
Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor terletak ± 500 meter dari
Kota Kalabahi kearah barat. Batas- batas Balai Benih Ikan Dulionong
Kabupaten Alor sebagai berikut:
 Sebelah barat berbatasan dengan kantor karantina pertanian
 Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga
 Sebelah selatan berbatasab dengab pelabuhan penyebrangan (ASDP)
 Sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga

Gambar 3. Gedung Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor


4.1.2 Sumber Air
Lokasi Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor berada dipesisir
pantai, sumber air yang digunakan berasal dari mata air kecil yang di tampung
pada bak penampung dan sumur bor. Air yang digunakan dalam kegiatan
pembenihan di hatchery besar berasal dari mata air yang ditampung pada bak
penampungan kemudian di alirkan melalui selang dengan bantuan pompa air.
Air pada sumur bordigunakan untuk kegiatan pemeliharaan di hatchery kecil.
Kondisi air jernih dan bersih. Di Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor

30
proses budidaya dan pembenihan ikan yang diutamakan adalah ikan lele ( C.
Gariepinus) dan ikan nila ( Oreochmis nilaticus).

Gambar 4. (a) Bak Air Penampung (b) Fiber Penampung Air Bor

4.1.3 Sejara Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor


Balai Benih Ikan Dulionong Kabupaten Alor dibawah Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Alor yang berada di Desa Binongko ini berdiri sejak
tahun 2013 dibawag pimpinan Kepala Bidang Pengolahan Pembudidaya Ikan
dan telah diganti sebanyak 4 kali hingga saat ini.
Tujuan pendirian Balai Benih Ikan yaitu:
1. Pemenuhan bibit ikan air tawar hingga ke Desa yang kurang terjangkau
2. Sebagai saran untuk kegiatan pengembangan budidaya air tawar
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan ikan segar
4. Pemberian bantuan untuk sentar mata air
Bentuk usaha yang dilakukan di Balai Benih Ikan Duliong Kabupaten Alor
yaitu, kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan air tawar guna memenuhi
kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat desa. Modal usaha atau fasilitas
berupa pembangunan gedung kantor, hetchery besar, hetchery kecil, kolam,
mes, pos jaga dan mobil operasinonal berasal dari dana Alokasi khusus (DAK)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor.

4.1.4 Struktur Organisasi Dan Sumber Daya Manusia

Dinas Kelautan Dan


Perikanan
31
Kabid Pengelolaan
Pembudidayaan Ikan

Kasie Teknologi Kasie Pengelolaan Kawasan Kasie Pengelolaan


Budidaya dan Budidaya Perikanan Lingkungan Kesehatan dan
Pembenihan SAPRODI Pembudidaya Ikan

Secara umum jumlah pengawai yang ada di Balai Benih Ikan Dulionong
Kapubaten Alor sebanyak 12 orang yang terinci sebagai berikut:
1. Pengawai Negeri Sipil : 5 Orang
2. Tenaga Kontrak : 2 Orang
3. Tenaga Latihan : 2 Orang
4. Teknisi Lapangan : 4 Orang
Keragaman pegawai berdasarkan pendidikan dan bidang keahlian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6. Keragaman pengawai berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan PNS Tenaga Tenaga Teknisi
Kontrak Latihan Lapang
1 Sarjana Peikanan 5 2 - 1
2 Amd.Pi - - - 2
3 Amd.Pt 1 - - -
4 SLTA - - - 2
5 SLTP - - - -
6 SD - - - -

4.2 Teknik Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang ( C. Gariepinus)

32
4.2.1 Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk bertujuan untuk menghasilkan induk lele
sangkuriang yang mempunyai produktivitas dan kualitas tinggi sehingga benih
yang dihasilkan merupakan benih yang berkualitas. Setelah selesai melakukan
seleksi, induk dipelihara kembali selama ± 1 minggu di bak beton ukuran 4 m x 2
m x 1 m dengan ketinggian air 10 cm. Induk yang di pelihara berjumlah sebanyak
75 ekor yang terdiri dari induk betina sebanyak 30 ekor dan induk jantan
sebanyak 35 ekor yang dipelihara secara terpisah.
Pada kegiatan pemeliharaan induk pakan yang diberikan yaitu pakan MS
Preo 450 dengan kandungan protein 23-25%. Frekuensi pemberian pakan yaitu
2x sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WITA dan sore hari pukul 15.00
WITA dengan dosis pemberian pakan 3 % dari bobot biomassa. Seminggu sekali
indukan lele diberi pakan hijauan berupa dedaunan, seperti daun talas. Makanan
tambahan tersebut diberikan dengan tujuan agar telur yang dihasilkan berkualitas
dan besar. Jika hanya diberi pelet, biasanya telur yang dihasilkan berukuran kecil
(Darseno, 2010). Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi 07:00, dan
sore jam 15:00 dengan tujuan untuk mempercepatkan kematangan gonad pada
induk ikan lele dan menghasilkan telur yang banyak saat dipijahkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Surnama (2008), bahwa pemberian pakan merupakan salah satu
faktor penting dalam proses persiapan induk. Pakan diberikan sampai
sekenyangnya.

Gambar 5. Pemberian Pakan Pada Induk

4.2.2 Persiapan Kolam Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang

33
Kolam yang digunakan dalam pemijahan ikan lele yaitu kolam beton.
Kolam pemijahan yang digunakan berjumlah 1 buah dengan ukuran 3 m x 80
cm x 40 cm. Sebelum kolam digunakan harus dibersihkan dengan cara
pencucian kolam. Pencucian kolam yang dilakukan di BBI Dulionong
Kabupaten Alor yaitu kolam disikat sampe bersih dan dibilas dengan air bersih.
Air yang digunakan untuk pemijahan yaitu air bersih yang berasal dari sumur
bor. Kolam di isi air menggunakan pompa air dengan ketinggian air 30 cm.
Kemudian kakaban, dicuci,dijemur lalu dipasangkan dengan rapi diatas bambu
kemudian dipaku menggunakan paku ukuran 3 cm, kemudian dimasukan
kedalam kolam pemijahan dan melakukan pemasangan aerasi tujuannya untuk
penambahan jumlah oksigen. Jumlah batu aerasi yang digunakan sebanyak 4
buah dalam 1 kolam.

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a) Persiapan Kolam Pemijahan (b) Pembuatan Kakaban (c) Pemasangan Kakaban
DiKolam Pemijahan

4.2.3 Seleksi Induk Siap Pijah


Di BBI Dulionong Kabupaten Alor induk ikan lele sangkuriang (C.
Gariepinus) berasal dari kegiatan budidaya sendiri. Total induk ikan lele
sangkuriang sebanyak 75 ekor yang terdiri dari 35 ekor induk jantan dan 30 ekor
induk betina dan jumlah induk yang diseleksi sebanyak 6 ekor dan berhasil di
seleksi yang siap pijah 3 ekor induk yang terdiri dari 2 ekor induk jantan dan 1
ekor induk betina. Tujuan utama seleksi induk adalah untuk mengetahui tingkat
kematangan gonad induk. Kriteria induk unggul antara lain sehat dan tidak cacat,
pertumbuhan baik dan bobot per ekor minimum 1 kg. Induk ikan jantan yang
matang gonad ditandai dengan pergerakannya lincah atau agresif, kelaminnya
berwarna kemerahan sedangkan untuk betina pergerakannya lambat, perut
membesar jika diraba terasa lembek, jenis kelaminnya berbentuk oval dan
berwarna kemerahan jika distriping akan mengeluarkan telur. Menurut (suseno,
1999).

34
v

(a) (b)
Gambar 7. (a) Seleksi induk (b) Perbedaan induk jantan dan betina

4.2.4 Pemijahan
Teknik pemijahan yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten Alor
adalah pemijahan secara alami, induk yang dipijah adalah sebanyak 2 pasang
dengan perbandingan 2:1, yaitu 2 jantan dan 1 betina, Induk digunakan dalam
proses pemijahan adalah induk yang berumur 5 tahun, dengan berat berkisar
antara 1 kg-2,5 kg.
Diambil induk jantan dan betina dimasukkan (digabungkan) dalam satu
kolam pemijahan, yang sudah di pasang kakaban sebagai substrat (tempat)
menempelnya telur. Kemudian ditutup dengan tripleks dan tutupan bak fiber
sehingga induk tidak lompat keluar dari kolam pemijahan.
Kegiatan pemijahan dilakukan dikolam beton yang berukuran (3 m x 80
cm x 40 cm), dan proses pemijahan berlangsung induk jantan dan betina saling
berkejar-kejar kemudian induk jantan menggesekan tubuhnya ke tubuh betina.
Setelah itu induk jantan melekukan badannya ke kepala induj betina pada saat
bersamaan induk betina mengeluarkan telur di atas kakabn dan induk jantan
mengeluarkan sperma untuk membuahi telur tersebut. Proses pemijahan
berlangsung sore hari pada pukul 17.00 dan pemijahan baru terjadi pada pukul
04:00 pagi hari, setelah pemijahan selesai induk langsung di pindahkan kembali
ke dalam kolam pelihara induk. Dan telur yang dibuahi tetap di kolam pemijahan
untuk penetasan telur.

35
(a) (b)
Gambar 8. (a) Induk dimasukan dalam kolam pemijahan (b) Penutupan Kolam Pemijahan

4.2.5 Perawatan Dan Penetasan Telur


Proses penetasan telur ikan lele sangkuriang di lakukan kembali di wadah
pemijahan (Kolam beton) dengan ukuran kolam (3 m x 80 cm x 40 cm).
Selama perawatan telur dilakukan pergantian air bersih untuk telur setinggi 30
cm proses pergantian air dilakukan satu hari sekali untuk membuag sisa-sisa
lemak dan air yang berbau akibat dari pembusukan telur yang tidak terbuahi
dari proses pemijahan.

(a) (b)
Gambar 9. (a) Penyiponan (b) Penambahan Air

4.2.6 Pemeliharaan Larva Dan Pemberian Pakan


Larva dipelihara didalam kolam beton. Selama pemeliharaan dilakukan
pergantian air bersih setinggi 30 cm. Proses pemeliharaan larva dimulai sejak
telur menetas. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makan, karena masih
mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur yang melekat ditubuhnya.
Pemberian pakan tambahan pada larva akan dilakukan setelah larva
berumur 4 hari karena kuning telur dalam tubuh larva tersebut sudah habis dan
selanjutnya diberi pakan berupa telur ayam yang sudah rebus diambil kuning

36
telurnya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 07:00 dan sore
pukul 17:00. Dengan cara menghaluskan kuning telur ayam menggunakan
sendok makan dan dicampur dengan air secukupnya. Kemudian ditebar secara
merata dibagain permukaan kolam sehingga mudah dicerna dan bisa dimakan
oleh larva agar pertumbuhannya seragam dan cepat diberikan secara merata
dipermukaan kolam.

(a) (b)
Gambar 10. (a) Larva (b) Pemberian pakan kuning telur

Tabel 7. Frekuensi Pemberian Pakan


No Jenis Pakan Waktu Frekuensi Jumlah
Pakan
1. Telur Larva umur/usia 2 x sehari Pemberian
4-10 hari pakan sampai
2. MeM 10-25 hari 2 x sehari kenyangnya

(a) (b)

37
(c) (d)

Gambar 11.(a) pakan induk (b) pakan MeM (c) pakan kuning telur (d) pakan benih

4.2.7 Pengukuran Kualitas Air


Pengukuran suhu yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten Alor yaitu
menggunakan alat ukur berupa thermometer.
Pengukuran suhu bertujuan untuk mengetahui setiap perubahan suhu tiap
satuan waktu, karena suhu sangat mempengaruhi laju pertumbuhan larva
semakin tinggi suhu akan meningkatkan laju metabolisem larva terjadi semakin
cepat.
Pada 1 kolam larva waktu pengukuran suhu pagi pukul 08:00 suhu 28 oC,
siang pukul 12:00 29 oC dan sore pukul 17:00 28 oC.
Jadi, dari hasil pengukuran suhu yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten
Alor yaitu termasuk suhu ideal, karena masih dianatar suhu 20-30 oC
(Khairuman 2008).

Gambar 12. Pengukuran Suhu

38
4.2.8 Pendederan
Kegiatan pendederan dilakukan di 1 bak fiber. Larva yang ditebar
sebanyak 700 ekor. Dengan ukuran larva 1-4 cm. Selama PKL Di BBI
Dulionong Kabupaten Alor, larva hasil pimijahan sebanyak 3.000 ekor.
Kegiatan penebaran larva dilakukan 2 x penebaran pada pagi hari pukul 08:00
dan sore pukul 17:00. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar larva tidah mudah
stress. Sebelum penebaran larva, dilakukan aklimatisasi suhu pada larva ikan
lele. Dilakukan dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit
kedalam baskom yang berisi larva selama 5-10 menit dan membiarkan larva
keluar dengan sendirinya.

Gambar 13. Pendederan Larva

Tabel 8. Pengukuran rata-rata pertumbuhan larva


No Sampling Berat Rata-rata Panjang Rata-rata
(gram) (cm)

1. Sampling 13,48 10,69

Pada kegiatan pempembenihan ikan lele ini dilakukan pengukuran berat


dan panjang larva. Pengukuran pertumbuhan ikan lele dilakukan pada umur larva
3 minggu. Pada saat melakukan pengukuran larva hanya diambil sebagiannya saja
dengan cara melakukan sampling sebanyak 50 ekor dari 700 ekor larva yang ada
didalam kolam. Dan larva yang mati selama pelihara larva lele berlangsung
sebanyak 250 ekor dan larva yang hidup tinggal 450 ekor larva.

39
(a) (b)
Gambar 14. Pertumbuhan Larva (a) Berat Larva (b) Panjang Larva

4.2.9 Grading Benih


Kegiatan grading dilakukan pada benih yang berumur 1 bulan. Grading
dilakukan untuk mengetahui perkembengan benih yang ukuran 3-5 cm, yang
bertujuan untuk mengelompokan benih yang sesuai dengan ukurannya. Dengan
cara memasukan benih ikan lele kedalam baskom grading secukupnya,
kemudian mengoyang-gayangkan baskom grading atau menepuk-menepuk
bibir baskom grading maka benih yang tidak sesuai dengan ukuran baskom
grading akan keluar dengan sendirinya.

4.2.10 Penanganan Hama dan Penyakit


Dalam kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang, hama dan penyakit
merupakan suatau masalah yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
kelangsungan hidup terutama pada saat larva.
1. Hama
Selama PKL di BBI Dulionong Kabupaten Alor tidak ada hama yang
menyerang benih ikan lele dan induk.
2. Penyakit
Selama PKL di BBI Dulionong Kabupaten Alor tidak ada penyakit
yang menyerang benih ikan lele dan induk.
Menurut hasil wawancara dengan pembimbing lapang, selama BBI
berjalan sampe sekarang ini tidak ada penyakit yang menyerang benih
lele dan induk lele.

40
4.2.11 Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan 2 bulan dengan ukuran ikan
yang dipanen mencapai ukuran 5-7 cm sampai 7-9 cm. Biasanya benih ikan
lele sangkuriang dipanen untuk dijual dan didistribusikan ke kelompok tani.
Pemanenan biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari. Kegiatan pemanenan
dapat dilakukan pada pagi hari pukul 08:00 dan sore pukul 16:00. Dari hasil
pemanenan benih ikan lele sangkuriang sebanyak 3.000 ekor.

4.2.12 Pemasaran
Pemasaran benih ikan lele yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten
Alor belum sempat dijual. Namun, berdasarkan wawancara dengan pembimbing
lapang biasanya benih akan dipasarkan ke kelompok-kelompok tani Kabupaten
Alor. Pembeli langsung beli di BBI Dulionong Kabupaten Alor dengan kendaraan
sendiri. Dan benih yang didistribusikan langsung di antar ke lokasih budidaya.
1. Benih yqang berukuran (3-5) cm = 260 ekor dengan harga 1.000/ekor.
2. Benih yang berukuran (5-7) cm =540 ekor dengan harga 2.000/ekor .
3. Benih yang berukuran (7-9) cm = 2.200 ekor dengan harga 2.500/ekor

4.3 Analisis Usaha


4.3.1 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya
tetap dalam proses produksi.
Tabel 9 . Biaya tetap pembenihan ikan lele sangkuriang di BBI Dulionong
Kabupaten Alor.
No Uraian Vol Satua Harga Total Umur Nilai Nilai
u n Satuan Harga Ekonomis Sisa Penyusutan
me (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Kolam 2 Unit 5.000.00 10.000.0 6 2.000.000 1.500
induk 0 00
2 Kolam 1 Unit 2.000.00 2.000.00 6 500.000 25.000
pemijahan 0 0
3 Kakaban 2 Buah 10.000 20.000 3 5.000 5.000

41
4 Serok 2 Buah 25.000 50.000 2 20.000 15.000
induk
5 Serok halus 2 Buah 15.000 30.000 2 10.000 10.000
6 Baskom 2 Buah 20.000 40.000 3 0 13.500
7 Baskom 2 Buah 20.000 40.000 3 0 13.500
grading
8 Timbanga 1 Buah 1.500.0 1.500.00 5 500.000 200.000
n 00 0
9 Aerasi 4 Buah 10.000 40.000 2 10.000 15.000
10 Thermom 1 Buah 50.000 50.000 2 20.000 15.000
eter
11 Pompa air 1 Buah 2.500.0 2.500.00 6 1.000.00 400.000
00 0 0
12 Gelas 1 Buah 5000 5.000 1 0 5.000
13 Sendok 1 Buah 2000 2.000 2 0 1.000
makan
14 Selang 1 Rol 100.000 100.000 3 30.000 2.500
15 Cool box 2 Buah 1.000.0 2.000.00 5 500.000 300.000
00 0
16 Kolam 1 Buah 2.400.0 2.400.00 6 1.000.00 23.500
tanah 00 0 0
17 Triplex 1 Buah 30.000 30.000 1 0 30.000
Total Biaya Tetap/Tahun 298,500
Total Biaya Tetap/Produksi(3 bulan) 895,500

Jumlah teknisi lapangan sebanyak 2 orang di gaji Rp.500.000/orang/bulan.


Jumlah karyawan 1 orang/bulan adalah Rp.500.000. Jadi, selama 3 bulan, 2
teknisi dan 1 karyawan tersebut digaji Rp.4.500.000.
Total biaya tetap = Total Biaya Tetap/Produksi + Gaji Karyawan
= Rp.895.500 + 4.500.000
= Rp. 5.395.500

42
4.3.2 Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya-biaya yang mempunyai hubungan
langsung dengan produksi. Biaya variabel dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Biaya variabel pembenihan ikan lele sangkuriang di BBI Duluonong
Kabupaten Alor.
No Nama Bahan Volume Satuan Harga Total
Harga
1. Induk jantan 2 Ekor 250.000 500.000
2. Induk betina 1 Ekor 250.000 250.000
3. Pakan MeM 2 Botol 300.000 600.000
4. Telur 9 Butir 2.500 22.500
5. Pakan MS Preo 1 Karung 500.000 500.000
450
6. Pakan benih ikan 1 Karung 400.000 400.000
PF 500
7. Listrik - - - -
8. Air - - - -
Total biaya variabel/siklus 2.272.500

4.3.3 Total Biaya


Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu produk
dalam suatu periode tertentu.
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp. 5.395.500+ Rp. 2.272.500
= Rp. 7.668.000

4.3.4 Penerimaan
Penerimaan diperoleh dari total penjualan benih.
Penerimaan = Total Penjualan x Harga jual benih ikan lele.

43
Harga jual benih ikan lele : Benih ukuran 3-5 cm = Rp1.000
Benih ukuran 5-7 cm = Rp 2.000
Benih ukuran 7-9 cm = Rp2.500
Total panen : Benih ukuran (3-5) cm= 260 ekor
Benih ukuran (5-7) cm=540 ekor
Benih ukuran (7-9) cm = 2.200 ekor
Penerimaan dari : Benih ukuran (3-5) cm = 260 x Rp2.000
= Rp520.000
Benih ukuran (5-7) cm = 540 x Rp2.500
= Rp1.350.000
Benih ukuran (7-9) cm = 2.200 x Rp5.000
= Rp11.000.000
Jadi, total penerimaan dalam satu kali siklus produksi yaitu : Rp12.870.000

4.3.5 Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari selisih antara total pendapatan dan total biaya
dari hasil analisis yang diperoleh yaitu sebagai berikut :
Keuntungan = Total penerimaan – Total biaya
= Rp 12.870.000– Rp. 7.668.000
= Rp. 5.202.000

4.3.6 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)


R/C Ratio = Total penerimaan
Total Biaya
= Rp12.870.000
Rp. 7.668.000
= 1,67
Nilai R/C = 1,67 artinya setiap pengeluaran sebesar Rp.1 akan
menghasilkan penerimaan sebesar 1,67 .Jadi, usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus) yang dilakukan di BBI Dulionong Kabupaten
Alor secara alami termasuk layak untuk dilanjutkan

44
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapang (PKL) dengan judul pembenihan ikan
lele sangkuriang secara alami dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) secara
alami di BBI Dulionong meliputi beberapa tahapan yaitu Persiapan
Alat dan Bahan, Pembersihan kolam Pemijahan, Pemeliharaan
Induk, Seleksi Induk, Pemijahan, Perawatan dan Penetasan Telur,
Pemeliharaan Larva dan Pemberian Pakan, Pengukuran suhu,
Pendederan, Grading, Penanganan hama dan penyakit, Pemanenan,
Pemasaran dan Analisis usaha.
2. Analisis usaha pada kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan ( BBI) Dulionong
Kabupaten Alor untuk sekali produksi menghasilkan R/C Rationya
adalah 1,67. artinya kegiatan usaha pembenihan secara alami
dikatakan untung dan layak untuk dikembangkan.
3. Permasalahan atau kendala yang dialami pada proses pembenihan
ikan lele sangkuriang di Balai Benih Ikan (BBI) Dulionong
Kabupaten Alor adalah kurangnya alat ukur kualitas air. Untuk
mengatasi permasalahan atau kendala ini perlu dilakukan
pengadaan alat kualitas air sehingga kualitas air tetap terjaga dan
sesuai dengan standar kualitas air yang baik.

5.2 Saran
Berdasarkan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang telah dilakukan di Balai
Benih Ikan ( BBI ) Dulionong Kabupaten Alor maka dapat disarankan bahwa
Diharapkan pengadaan alat pengukuran kualitas air untuk menunjang proses
kegiatan Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.

45
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 ikan konsumsi.
Agromedia jakarta.
Boyd, C. E. 1982. Water quality Management For Pond Fish Culture.
Departement of Fisheries and Aquaculture, Aquaculture Experiment
Station. Auburn University, Alabama. USA. Elsevier Scientific Pub 1.
New York. 55 pp.
Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1.
Edisi kedua, Cetakan ke II. BPFE, Yogyakarta.
Cek S, and Yilmaz E. 2005. Gonad Development and set Ratio of Sharptooth
Catfish (C.gariepinus Burchell, 1822) Cultured Under laboratory
Conditions. Tubitak Turk J Zool 31 : 35-46
Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif kualitas di Tanah Priangan. Trobos
Jakarta Agustus : 80-81.
Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 17
hal.
Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Khairuman dan K. Amri. 2009. Peluang Usaha dan Teknik Budidaya Lele
Sangkuriang, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Kordi, K. M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Andi. Yogyakarta.
Hal. 1-22
Kotler, Philip. 1997, Manajemen Pem
asaran. Edisi Bahasa Indonesia jilid satu. Jakarta: Prentice Hall.
Lukito, A. M.2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.
Miyazaki, T. and Kalge, N. 1985. A histopathological study on motile aeromonad
disease in Crucian carp. Fish Pathology. Edisi 21, halaman 181-185.
Nasrudin,2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang, Penebar Swadaya 150
hal.
Mahyuddin. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Swadaya, Jakarta.
SNI 01-6483-4-2000 tentang Budidaya Ikan Lele. BSN. Diakses tanggal 10 Juli
2015.

46
LAMPIRAN DOKUMENTASI

1.Pembersihan Kolam Induk 2. Pembersihan Kolam Pemijahan 3. Pemberian


Pakan

4. Tangkap Induk 5. Seleksi Induk 6.Timbang Berat Induk

7. Mengukur Panjang Induk 8. Telur yang di buahi 9. Telur yang tidak dibuahi

47
10. Pengukuran Kualitas Air 11.Pengisian Air 12. Pemberian Pakan Kuning Telur

13.Panen Larva 14.Ukur panjang larva 15. Timbang Berat Larva

16. Alat Timbangan 17. Waring

18. Serok Induk 19.Serok Halus (seser) 20. Kakaban

21. Baskom Grading 22.Baskom 23. Gayung

48
24. Gelas 25. Mortas 26. Sendok 27. Box

49

Anda mungkin juga menyukai