Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap siswa lulusan SMK dituntut untuk mempunyai suatu keahlian dan
siap kerja, karena lulusan SMK biasanya belum diakui oleh pihak dunia usaha/
industri. Oleh karena itu diadakan suatu program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
yaitu dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) agar setiap siswa
SMK mempunyai pengalaman dalam dunia usaha sebelum memasuki dunia usaha
tersebut secara nyata setelah lulus sekolah. Dalam hal ini saya diberi kesempatan
untuk melakukan kegiatan PKL di Balai Benih Ikan(BBI) Pangkalan kasai.
Ikan Lele merupakan satu di antara beberapa jenis ikan air tawar yang
sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di
Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah
masuknya jenis ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan Lele
Dumbo dibanding Lele Lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih
banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang
pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan Lele Dumbo
mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat
(inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas
rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit
dan nilai Feeding Conversation Rate (FCR).

2
1.2 Tujuan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk mengetahui teknik


pemijahan pada ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) .yang meliputi persiapan
o

kolam, seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur dan


pemeliharaan larva, Pendederan.

1.3 Metode

1.3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 9 JANUARI 2019- 8


APRIL 2019.bertempat di Balai Benih Ikan Pangkalan Kasai (BBI).yang
beralamat di Jalan Kampung Sawah.
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
PKL ini dilakukan dengan metode Pengambilan data primer dan data
sekunder. Pengambilan data primer yakni dengan mengikuti seluruh kegiatan
pembenihan Lele Dumbo Pangkalan Kasai.melakukan wawancara serta asistensi
dengan pembimbing lapangan dan teknisi lapangan. Data sekunder diperoleh dari
Kantor Pusat Balai Benih Ikan Pangkalan Kasai.

3
Kegiatan yang dilakukan dalam teknik pembenihan ikan Lele
Dumbo yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan Jenis Ikan
2. Pemeliharaan Induk
3. Pemijahan Induk
4. Penetasan Telur
5. Pemeliharaan Larva
6. Pemanenan Larva
7. Pendederan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1Klasifiksi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo(Clarian gariepsinus Bursell)
2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo( Clarias gariepsinus Bursell)

Ikan lele dumbo ini merupakan salah satu jenis ikan yang pertama kali di temukan di
Benua Afrika yang menyebar luas di berbagai daerah, selain itu ikan ini pertama datang
ke Indonesia sekita tahun 1984. Jenis ikan lele dumbo ini masih termasuk kedalam lele
lokal dengan nama latin clarias batrachus yang memiliki bentuk badan dan berat yang
sangat relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lele pada biasanya. Sehingga, lele
dumbo ini sangat populer bagi para petani yang banyak membudidayakan dan
mengembangkannya di berbagai daerah.
Selain itu, ikan lele dumbo ini memiliki nilai gizi yang tinggi dan memiliki protein
hewani yang sangat tinggi juga serta memiliki nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan lele lokal. Namun, menurut dari Djatmika et al., 1986 mengatakan
bahwa ikan lele dumbo ini dapat diklasifikasikan, morfologi dan taksonomi berdasarkan
kedudukannya yaitu sebagai berikut :

Klasifikasi Ikan Lele Dumbo


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepsinus Bursell
Morfologi Ikan lele DumboC
Menurut dari Puspowardoyo dan Djarijah, 2002 mengatakan bahwa ikan lele dumbo ini
memiliki morfologi yang sangat mirip dengan ikan lele lokal (clarias batrachus ). Bentuk
tubuh yang memanjang, bulat, kepala yang agak melebar, tidak memiliki sisik, memiliki
kulit yang licin, warna kulit terdapat bercak – bercak berwarna keputihan hingga
kecoklatan abu – abu.
Sedangkan menurut dari Santoso, 1994 ikan lele dumbo ini memiliki empat pasang
sungut yang berada di sekitar mulut yang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut
mandibular luar dua buah, sungut mandibular dalam dua buah, serta maxilar dua buah.
Selain itu, cara mencari makanannya ikan ini dibantu dengan dua cara yaitu melalui alat
penciumannya dan rabaanya ( Tentakel ) dengan melakukan pergerakan pada bagian
sungut terutamanya bagian mandibulur.
Menurut Santoso, 1994 juga mengatakan bahwa ikan lele dumbo ini memiliki lima buah
sirip yang terdiri dari sirip pasangan ( ganda ) dan sirip tunggal. Sirip pasangan
diantaranya sirip dada, dan sirip perut. Sedangkan sirip tunggal sirip punggung ( dorsal
), ekor ( caudal ), serta sirip dubur ( anal ). Sirip pada bagian dada ini dilengkapi dengan
patil yang tidak memiliki racun, berbentuk runcing pendek dan juga tumpul.
5
2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar, misalnya di sungai yang airnya tidak terlalu
deras atau di perairan yang tenang (danau, waduk, rawa-rawa) dan genangan-genangan air
lainnya(kolam dan air comberan).

Di sungai, ikan lele ini lebih banyak dijumpai pada tempat-tempat yang alirannya tidak terlalu
deras. Pada tempat kelokan aliran sungai yang arusnya lambat, ikan lele seringkali tertangkap.
Ikan ini tidak menyukai tempat-tempat yang tertutup rapat oleh tanaman air, tetapi lebih menyukai
tempat yang terbuka. Ini mungkin berhubungan dengan sifatnya yang sewaktu-waktu dapat
mengambil oksigen langsung dari udara.

Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborecent organ, yaitu alat pernapasan
tambahan yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian atas lengkung
insang kedua dan ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau bunga-bunga. Oleh karena itu,
lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara dengan cara menyembul ke permukaan air.

Dengan demikian, lele dapat bertahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen. Lele
juga relati tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu, lele tahan hidup di
comberan yang airnya kotor dan tergenang.

Lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai pada ketinggian 600 meter di atas permukaan
laut (dpl) dengan suhu 25-30 derajat Celcius. Pada ketinggian di atas 700 Meter dpl, pertumbuhan
ikan lele kurang baik. Lele tidak cocok hidup di air payau atau asin, meskipun sering berenang
hingga ke bagian air yang agak payau. Lele termasuk hewan malam (nokturnal) dan menyukai
tempat-tempat gelap. Aktif bergerak mencari makan pada malam hari dan memilih berdiam diri
atau bersembunyi di tempat terlindung pada siang hari. Sesekali. Ikan ini muncul di permukaan
untuk menghirup oksigen langsung dari udara.

Sehubungan dengan itu, memancing lele pada malam hari lebih berhasil daripada siang hari,
karena lele aktif mencari makan pada waktu malam atau setelah matahari terbenam.

6
2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan

Juraganbibitlele.blogspot.com, kali ini akan membahas mengenai makanan dan kebiasan ikan lele.
Lele adalah pemakan hewan dan pemakan bangkai (carnivorousscavanger). Makanannya berupa
binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladocera, Copepoda), cacing, larva (jentik-
jentik serangga), siput kecil, dan sebagainya. Lele juga memakan makanan yang membusuk, seperti
bangkai hewan dan kotoran manusia.

Ikan lele biasanya mencari makan di dasar perairan, tetapi bila ada makanan yang terapung maka
lele juga dengan cepat menyambarnya. Dalam mencari makan, lele tidak mengalami kesulitan karena
mempunyai alat perba (sungut) yang sangat peka terhadap keberadaan makanan, baik di dasar,
pertengahan, maupun permukaan perairan.

Lele dikenal sebagai ikan yang rakus dalam hal makan. Meskipun dikenal sebagai ikan pemakan
hewan (karnovor), tetapi dapat juga menyantap apa saja yang diperolehnya, termasuk sisa-sisa
dapur, seperti nasi dan dedak yang diberikan di kolam.

Jika lele diberikan pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhannya lambat.
Pertumbuhan lele dapat dipicu dengan pemberian pakan berupa pelet yang mengandung protein
minimal 25%, juga diberikan pakan tambahan berupa bangkai ayam, bangkai itik, ikan rucah, daging
bekicot, siput air dan sebagainya.
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1 Waktu dan Tempat

PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai pada tanggal 9 januari 2019
s/d 8April 2019,Balai Benih Ikan Pangkalan Kasai
3.2 Metode Kerja

Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktek kerja industri yaitu :
1. Metode survai
Dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan serta
mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan diluar jam
kerja atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau karyawan yang
dianggap berkompeten.
2. Metode praktik
Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan
dalam teknik pemijahan mulai dari pengelolahan induk, seleksi induk yang
siap pijah dan pematangan gonad. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
berpartisipasi aktif dengan mengikuti setiap kegiatan kerja dilapangan.
Adapun tahap-tahap kegiatan dalam pemijahan ikan lele adalah sebagai
berikut:tahap persiapan, tahap pemijahan, proses panen larva.
3. Analisis data
Data yang di ambil adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti secara langsung
kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diambil dengan
cara mengumpulkan literatur-literatur yang ada di perpustakaan dan instalasi
lainnya.
3.3Prosedur Kerja

3.3.1 Menyiapkan alat, bahan dan wadah

Alat dan bahan yang digunakan dikumpulkan dalam suatu tempat dan
ditata rapi sesuai dengan pemakaiannya.Untuk persiapan kolam pemeliharaan
induk pekerjaan pertama, pengeringan dan pembersihkan beton dengan cara
membuka saluran outlet. Setelah dibersihkan kolam diisi air dengan ketinggian 1
meter.

10
Untuk bak pemberokan yang dilakukan adalah bak dikeringkan dengan
saluran outlet yang terletak di tengah-tengah bak. Kemudian bak dibersihkan
menggunakan karet busa dan dibilas sampai bersih. Bak penetasan telur dan
pemeliharaan larva yang harus dilakukan Pengering air dalam bak, dikeringkan,
disikat dan dibilas sampai bersih. Setelah bersih bak diisi air setinggi 50 cm.
Kemudian bak penetasan telur dipasang hapa dan besi behel sebagai pemberat,
Selanjutnya dilakukan pemasangan sistem aerasi di seluruh bak penetasan . Untuk
persiapan kolam pendederan dilakukan 1 minggu sebelum penebaran. Pada kolam
pendederan yang harus dilakukan adalah membuka saluran outlet pada kolam
terpal sampai airnya kering. Kemudian kolam dibersihkan dan dibilas sampai
bersih. Setelah bersih kolam diisi air ketinggian 30 cm.
3.3.2 Pemeliharaan Induk

1. Pemberian Pakan

Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk di beri pakan
bergizi. Jenis pakan yang diberikan yaitu pakan buatan berupa pellet sebanyak 3-5 %
perhari dari dari total bobot induk yang dipelihara. Ada juga induk lele diberi pakan
berupa limbah peternakan ayam (ayam mati) yang dibakar atau direbus atau dibakar
terlebih dahulu. Pakan diberikan dua sampai tiga kali sehari pada pagi, sore dan
malam hari.

2. Pengelolaan Kualitas Air

Dalam pemeliharaan induk lele dumbo, kualitas air tidak terlalu berpengaruh. Induk
lele dumbo termasuk ikan yang mampu hidup pada kondisi kualitas air yang jelek
sekalipun, asalkan air tidak tercemar oleh limbah kimia berbahaya. Karena
kemampuannya hidup pada perairan yang terbatas sekalipun, maka sering induk lele
dumbo ini dipelihara pada bak atau wadah yang airnya tidak mengalir. Agar lele
dumbo dapat hidup dengan nyaman yang perlu diperhatikan adalah volume atau
ketinggian air wadah jangan sampai berkurang. Ketinggian air sebaiknya
dipertahankan minimal 75 cm agar induk tidak mudah stres oleh gangguan dari
lingkungan sekitar seperti suara bising, lalu-lalang orang, dan sebagainya.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering mengganggu induk lele dumbo adalah berupa biawak, ular, dan
ikan-ikan predator seperti gabus, belut, atau dari teman-temannya sejenis yang
berukuran lebih besar. Predator umumnya mengganggu apabila pada lingkungan
perairan tidak tersedia cukup pakan, sehingga terjadilah pemangsaan kepada ikan
yang lebih kecil. Sedangkan penyakit relatif jarang menyerang. Namun jenis-jenis
jamur Saprolegnia sp, kadang-kadang sering menyerang, terutama sehabis
indukinduk ikan selesai memijah. Biasanya jamur menyerang apabila terdapat luka
pada tubuh induk ikan.
4. Pemilihan Induk Matang Gonad

Tidak semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan karena
belum tentu semua induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. Sebelum
dipijahkan, induk jantan dan betina dipilih sesuai dengan persyaratan. Salah satu
persyaratan yang mutlak adalah induk telah berumur 1 tahun, baik jantan maupun
betina. Pemilihan induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam induk, baik
kolam induk jantan maupun betina, sehingga induk-induk lele dumbo akan
terkumpul. Selanjutnya induk-induk tersebut ditangkap dengan menggunakan seser
dan ditampung dalam wadah seperti drum/tong plastik.

3.3.3 Seleksi Induk

Untuk mengetahui induk yang siap untuk dipijahkan,berikut ini ciri-ciri induk ikan lele yang baik :
Induk Betina :
 Perut membesar dan lembek
 Gerakan agak lambat dan jinak
 Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar
 Warna tubuh secara umum menjadi coklat kemerahan
 Warna sirip cenderung kemerahan
 Bila perut diurut kearah alat kelamin akan keluar cairan telur

Induk Jantan :
 Tubuh gemuk ramping
 Gerakan lincah dan lebih gesit
 Alat kelamin runcing dan mencapai sirip anus
 Warna sirip cenderung kemerahan

Setelah dilakukan seleksi induk siap pijah langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
 Induk dimasukkan dalam wadah terpisah dan dipuasakan
 Untuk induk betina dilakukan pengecekan tingkat kematangan telur dengan menggunakan
kateter (selang kanulasi)

 Letakkan telur yang diperoleh diatas cawan petri atau diatas kulit, jika telur terpisah satu
dengan yang lainnya maka siap untuk dipijahkan

 Ciri-ciri telur yang siap pijah ukuran seragam dan kuning telur menepi
 Ciri-ciri sperma siap pijah berwarna putih kental dan pH sperma 6,5 – 7,5
 Tempatkan induk kedalam wadah dan siap untuk dipijahkan.
3.3.4 Penyuntikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses penyuntikan berupa alat
suntik dan hormon ovaprim. Penyuntikan hanya dilakukan pada induk betina
dengan dosis 0,2 ml/kg berat induk. Penyuntikan dilakukan kapan
saja.Penyuntikan dilakukan pada punggung induk betina dengan kemiringan 450
kearah kepala.Setelah penyuntikan induk dimasukan kembali ke dalam bak
pemberokan untuk persiapan stripping pada keesokan harinya.

3.3.5 Pengambilan sperma, Stripping dan Pembuahaan

Pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan masal secara buatan yaitu


dengan cara stripping pada induk betina dan pembedahan pada induk jantan.
Jumlah induk yang dipijahkan adalah dengan perbandingan jantan dan betina
adalah 2:1. Pembedahaan pada induk jantan dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan stripping pada induk betina.

Sebelum pengeluaran telur, sperma harus disiapkan, dengan cara, induk,


jantan yang sudah matang kelamin, dipotong secara vertikal tepat di belakang
tutup insang, darah, gunting kulit perut mulai dari anus hingga belakang tutup
insang, organ lain dalam perut di buang , kantung sperma di ambil dengan tisu
hingga kering, hancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang
paling banyak, peras spermanya agar keluar dan masukan ke dalam wadah yang
telah diisi larutan fisiologis.
Pengeluaran telur dilakukan setelah 12 jam dari penyuntikan. pengeluaran
telur : siapkan baskom, NaCl Fisiologis, kain lap dan tisu, induk ditangkap dengan
sekup net, kemudian keringkan tubuh induk dengan kain lap, bungkus induk
dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka, pegang bagian kepala oleh satu
orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya, pijit bagian perut ke arah lubang
telur, dan tampung telur dalam baskom .Seteleh semua telur keluar, kemudian
dilakukan proses pembuahan. Yaitu dengan mencampurkan cairan sperma dan
telur serta diencerkan dengan larutan pembuahan. Aduk secara perlahan-lahan
sampai sperma dapat membuahi telur secara sempurna. Lalu bilas dengan air
bersih agar sisa-sisa telur yang tak terbuahi tidak ikut ke bawa ke hapa penetasan.

13
Kemudian tebarkan telur kedalam bak fiber sebagai wadah inkubasi dan penetasan
telur. Setelah 36-39 jam, hitung jumlah telur yang terbuahi untuk mengetahui nilai
Fertilization Rate (FR). Setelah telur menetas kemudian hitung nilai Heching Rate
(HR). Larva diberi pakan alami berupa cacing rambut setelah hari ke 5 penetasan.
Hitung Survival Rate (SR) pada hari ke 5 dan ke 10.
3.3.6 Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan di dalam bak fiber yang telah di pasang hapa.
Penebaran telur dilakukan secara merata agar telur tidak menumpuk pada suatu
tempat.
3.3.7 Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva dilakukan di dalam bak fiber yang telah disiapkan,
pada hapa penetasaan selama 4-5 hari dan diberi aerasi secara terus-menerus.
Selama pemeliharaan larva tidak diberi makan.
3.3.8 Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah 4 hari, pemanenan ini dilakukan
dengan cara mematikan aliran air terlebih dahulu kemudian larva dikumpul pada
satu titik. Larva diambil menggunakan gelas ukur yang berfungsi sebagai takaran
dalam penghitungan jumlah larva yang dipanen.
3.3.9 Proses Pendederan
Kegiatan pendederan dilakukan dikolam terpal selama 3 minggu, pakan
yang diberikan berupa cacing rambut dan pillet. Cacing rambut diberikan untuk 2
minggu pertama perawatan benih dan pillet diberikan 1 minggu terakhir.
Pemberian pakan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) dengan frekuensi
pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
1. Persiapan kolam

Kolam pendederan ikan lele di BBI Pangkalan kasai Dilengkapi dengan


pipa inlet dan outlet sehingga memungkinkan adanya sirkulasi air.
- Kolam di isi air dengan ketinggian 30cm
- pengapuran
- pemberian probiotik berupa air rebusan papaya

14
- penggaraman
- kolam didiamkan selama 4 hari
.2. Pakan
Pakan yang diberikan dalam pendederan ikan Lele di BBI Pangkalan kasai
adalah cacing sutra selama 2 minggu pertama.Pelet ikan ada dua jenis pelet
apung dan pelet tenggelam. Pelet yang baik digunakan untuk lele adalah pelet
apung, karena jika pelet langsung tenggelam akan sulit mengetahui apakah pelet
sudah cukup atau masih kurang, mengingat biasanya kolam lele keruh sehingga
bagian dasar kolam tidak terlihat. Pakan lele diberikan secara adlibitum atau
sekenyang kenyangnya.
3. Kualitas Air
Kualitas air akan berpengaruh pada metabolisme ikan,pernafasan,serta
osmoragular. Kualitas air juga mempengaruhi ada tidaknya penyakit yang
nantikan akan muncul selama proses pendederan. Lele akan tumbuh optimal
pada kisaran suhu 27-300C,ph 6-9, serta kadar oksigen terlarut harus > 1 mg/L.
Untuk kecerahan tidak berpengaruh, karena Lele dapat hidup di kolam kotor.
Peningkatan oksigen bisa dilakukan dengan pemberian sirkulasi air masuk dan
keluar, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kekeruhan akibat penumpukan
sistem metabolisme dari lele tersebut.
4.Hama dan Penyakit
Hama yang ada di BBI Pangkalan kasai jarang di temukan dikarenakan
pengontrolan yang teratur.
Ada beberapa penyakit yang sering menyerang ikan Lele diantaranya : bintik
putih (whitw spot), karat, kumis keriting, busung kembung
Dokumentasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai