Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini di Indonesia makanan begitu melimpah dan bervariasi


jenisnya. Beberapa produk makanan yang sekarang ini terus-menerus tampil di layar
televisi selalu berkembang. Sehingga masyarakat begitu antusias ketika terus
menerus dijejali produk-produk baru dalam mengkonsumsinya. Masyarakat di
zaman sekarang ini yang katanya masyarakat modern, kiranya lebih menyukai
bentuk keinginan dan kebutuhan siap saji. Artinya masyarakat tidak mau bersusah
payah dalam sekedar mengganjal perut. Misalnya dengan mengkonsumsi sosis.

Banyak beredar sosis siap saji, baik yang bermerk maupun yang tidak
bermerk. Hal ini membuat para konsumen bingung memilih sosis yang sehat dan
terpercaya. Sudah banyak sosis yang berkembang di Indonesia. Banyak macam
macam sosis yang kita ketahui, misalnya sosis segar, sosis semi-kering, sosis kering,
dll. Dalam dunia kesehatan ikan lele dengan jamur kuping bapat di jadikan inovasi
baru sebagai bahan dasar pembuatan sosis. Karena bahan yang alami dan tanpa
bahan pengawet.

Memelihara kesehatan tubuh merupakan hal yang sangat penting. Memilih


makanan yang sehat dapat menjaga tubuh kita agar tubuh kita tidak mudah terserang
penyakit. Asupan makanan yang masuk kedalam tubuh hendaknya bergizi agar
kebutuhan tubuh terpenuhi dengan maksimal.

Makanan yang bergizi memiliki ciri, seperti mengandung serat yang cukup,
tidak mengandung MSG, sedikit garam, tidak mengandung pengawet, sedikit
minyak, tidak mengandung santan, dll.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ikan lele dan jamur kuping dapat diolah menjadi sosis?

2. Apa saja manfaat ikanlele dan jamur kuping?

3. Bagaimana proses pengolahan ikan lele dan jamur kuping menjadi sosis?

1.3 Tujuan

1
1. Mengetahui kandungan ikan lele dan jamur kuping dalam olahan sosis.

2. Mengetahui manfaat ikan lele dan jamur kuping dalam olahan sosis.

3. Mengetahui proses pengolahan ikan lele dan jamur kuping menjadi sosis.

1.4 Manfaat

1. Bagi peneliti

Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini dapat mengetahui bagaimana proses
pengolahan yang lebih menyehatkan bagi kesehatan dari pada mengonsumsi sosis
siap saji sehingga masyarakat dapat menghindari hal hal yang membahayakan
akibat banyaknya bahan kimia dalam sosis siap saji.

2. Bagi sekolah

Sekolah dapat memberikan pengetahuan bagi siswa lain tentang pengolahan


ikan lele dan jamur kuping sebagai bahan dasar pengolahan sosis secara alami.
Sehingga dapat memberikan pengetahuan baru terhadap siswa bahwa ikan lele
dan jamur kuping dapat di kembangkan sebagai bahan dasar sosis alami.

3. Bagi masyarakat

Masyarakat dapat menyajikan variasi sosis baru dengan mengolah ikan lele
dan jamur kuping menjadi bahan dasar pembuatan sosis alami yang tentunya
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat. Jika sosis siap saji pada
umumnya mengandung banyak bahan kimia, sosis ikan leledan jamur kuping
tidak mengandung bahan kimia sehingga dapat membuat tubuh menjadi sehat.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ikan Lele

2.1.1 Klasifikasi Ikan lele

Jika diklasifikasikan ikan lele termasuk dalam :


1. Kingdom : Animalia
2. Sub-kingdom : Metazoa
3. Phylum : Chordata
4. Sub-phyllum : Vertebrata
5. Class : Pisces
6. Sub-Class : Teleostei
7. Ordo : Ostariophysi
8. Sub-Ordo : Siluroidae
9. Famili : Clariidae
10. Genus : Clarias
11. Species : Clarias Sp

2.1.2 Pengertian

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele
mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta
memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang


tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang

3
kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya tampak
seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong,
dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna
untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan
berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri
tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil
ini tidak hanya tajam tetapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika
orang tak sengaja terkena patil tersebut.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele
laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda
(Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga,
waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang
tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele
bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada
siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di
alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih
kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa
mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya
lele Wels dari Amerika.

2.1.3 Jenis-Jenis Ikan lele

Ikan Lele Lokal

Ikan lele lokal memiliki nama latin Clarias Batrachus, merupakan jenis
lele yang dikenal luas di masyarakat. Sebelum lele dumbo diperkenalkan di
Indonesia, para peternak biasa membudidayakan ikan lele jenis ini. Namun saat

4
ini sangat jarang peternak yang membudidayakan jenis lele lokal karena
dipandang kurang menguntungkan. Lele lokal memiliki Food Convertion
Ratio (FCR) yang tinggi, artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat
daging yang dihasilkan tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Selain itu,
pertumbuhan lele lokal terbilang sangat lambat. Lele lokal yang berumur satu
tahun masih kalah besar dengan lele dumbo berumur 2 bulan.

Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu lele hitam, lele
putih atau belang putih dan lele merah. Diantara ketiga jenis lele itu, lele hitam
paling banyak dibudidayakan untuk konsumsi. Sedangkan lele putih dan merah
lebih banyak dibudidayakan sebagai ikan hias. Lele lokal memiliki patil yang
tajam dan berbisa, terutama pada lele muda. Apabila menyengat, racun yang
terdapat pada patil bisa membunuh mangsanya dan bagi manusia bisa membuat
bengkak dan demam.

Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada
tahun 1985. Ikan ini menjadi favorit dikalangan peternak karena
pertumbuhannya yang cepat dan badannya yang bongsor dibandingkan dengan
lele lokal. Sebagai perbandingan, lele dumbo berumur 2 bulan besar badannya
bisa dua kali lipat dibanding lele lokal berumur satu tahun.

Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil


perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan ikan lele asal
Afrika Clarias Mosambicus. Namun keterangan lain menyebutkan lele dumbo
lebih mirip dengan Clarius Gariepinus yang hidup di perairan Kenya, Afrika.
Banyak literatur yang menggolongkan lele dumbo kedalam jenis yang kedua,

5
termasuk artikel ini. Untuk pastinya, perlu penelaahan lebih lanjut dalam
mengungkap asal-usul lele dumbo.

Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan lele lokal dari
warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika terkejut
atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih dan
kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal. Lele dumbo memiliki
patil seperti lele lokal, namun patilnya tidak mengeluarkan racun. Lele dumbo
juga cocok dipelihara di kolam tanah karena tidak mempunyai kebiasaan
membuat lubang. Secara umum, lele dumbo bisa tumbuh lebih cepat, lebih besar
dan lebih tahan terhadap penyakit dibanding lele lokal. Namun dari sisi rasa,
daging lele dumbo lebih lebih lembek. Sebagian orang menganggap daging ikan
lele lokal lebih enak rasanya dibanding lele dumbo.

Ikan Lele Sangkuriang

Ikan lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan


Perikanan pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan
oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi sejak
tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran para peternak dengan
menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di masyarakat. Penurunan
disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih dan penyilangan yang
terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya diupayakan untuk mengembalikan
sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik (back cross).

Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo generasi
ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan koleksi
BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada
tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan
6
induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang diambil dari cerita rakyat Jawa
Barat tentang seorang anak yang bernama Sangkuriang yang mengawini ibunya
sendiri. Sama seperti yang dilakukan BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6
dengan induknya sendiri lele betina F2.

Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul seperti


kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali pemijahan. Jauh
berbeda dengan kemampuan bertelur lele lokal yang berkisar 1.000-4.000 butir.
Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara di air
minim, dan kualitas daging yang lebih baik.

Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele


Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang
dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus
dilakukan dengan persilangan balik. Saat ini BBPAT sedang menggodok varian
baru lele Sangkuriang, yaitu ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan
perbaikan dari Sangkuriang I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6
Sangkuriang I dengan indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika
dipilih karena ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang
bisa memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya, yaitu
BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10 persen
ketimbang Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.

Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak BBPAT


masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung Kidul
(Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan Boyolali (Jawa Tengah). Daerah
tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele nasional.

Ikan Lele Phyton

7
Berbeda dengan varietas unggul lainnya yang biasanya ditemukan oleh
para peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak lele di Kabupaten
Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton merupakan hasil dari
silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk lele lokal. Sayangnya tidak
diketahui apa spesies dari indukannya dan dari generasi keberapa indukan ikan
lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya, indukan didapat dari lele lokal
yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat secara turun temurun. Tapi
berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal dari induk betina lele eks
Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Ikan lele phyton mempunyai
ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (survival rate)
lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan
menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan
siklus pemeliharaan selama 50 hari.

Pada awalnya proyek Ikan lele phyton ini dilakukan untuk menjawab
keluhan para peternak lele di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang.
Mereka sering mengalami kerugian karena tingkat mortalitas yang tinggi dari
benih lele yang dibeli dipasaran, seperti lele dumbo. Benih lele tersebut rupanya
tidak cocok dibudidayakan di Desa Banyumundu yang beriklim dingin, pada
malam hari berkisar 17 derajat celcius. Dengan metode try and error selama
lebih dari 2 tahun akhirnya mereka menemukan varietas lele yang kemudian
dinamakan Ikan lele phyton. Kualitas lele phyton ini juga diakui oleh Dinas
Perikanan Budidaya Provinsi Banten.

2.2 Jamur Kuping

8
2.2.1 Klasifikasi Jamur Kuping

Jika diklasifikasikan jamur kuping termasuk dalam :

1. Kingdom : Fungi
2. Filum : Basidiomycota
3. Kelas : Basidiomyce
4. Ordo : Auriculariales
5. Famili : Auricularaceae
6. Genus : Aurivularia
7. Spesies : Auricularia auricula-judae

2.2.2 Pengertian Jamur Kuping

Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok


jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur
jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis
atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-
selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan
miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini
merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua
basidiospora). Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping.
Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti
daun telinga manusia (kuping).Karakteristik dari jamur kuping ini adalah
memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar.
Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi
keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti
mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15
cm, tipis berdaging, dan kenyal.

9
2.2.3 Jenis-JenisJamur Kuping

Jamur Kuping Hitam

Jamur kuping hitam (Auricularia polytricha), sinonim Hirneola


polytricha) adalah salah satu spesies jamur dari
kelas Heterobasidiomycetes (jelly fungi) dengan tubuh buah berwarna coklat tua
setengah bening, berbentuk mangkuk menyerupai daun telinga manusia. Dalam
bahasa Tionghoa, jamur kuping hitam dikenal sebagai 云耳 (pinyin: yún ěr), 毛
木耳 (pinyin: máo mù ěr) atau 木耳 (pinyin: mù ěr). Jamur kuping hitam biasa
digunakan dalam masakan Asia. Tubuh buah menempel di atas batang kayu
yang sudah membusuk di tempat basah dan lembab. Sewaktu masih segar
terlihat seperti agar-agar (jelly) basah dan bila dikeringkan menjadi mengkerut.
Jamur lebih banyak dijual dalam bentuk kering dan harus direndam didalam air
sebelum dimasak. Jamur yang sudah dimasak mempunyai tekstur garing seperti
sewaktu memakan tulang muda dan tidak mempunyai rasa. Jamur kuping hitam
juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional karena diketahui
mempunyai sifat antikoagulan.

Jamur Kuping Merah

10
Jamur kuping merah (Auricularia auricula-judae, sinonim Auricularia
auricula, Hirneola auricula-judae) adalah salah satu spesies dari
kelas Heterobasidiomycetes (jelly fungi) dengan tubuh buah berwarna coklat tua
kemerahan dan berbentuk mirip sekali dengan daun telinga manusia. Tubuh
buah bertekstur kenyal dan di alam bebas tumbuh di batang pohon mati yang
basah dan lembab.Jamur kuping merah dalam bentuk kering biasa digunakan
dalam berbagai masakan Asia.

Jamur kuping putih

(Tremella fuciformis) adalah salah satu spesies dari


kelas Heterobasidiomycetes (jelly fungi) dengan tubuh buah seperti berbentuk
rumbai-rumbai tidak beraturan, berwarna putih dan sangat bening seperti agar-
agar. Dalam bahasa Tionghoa, jamur kuping putih dikenal sebagai 银耳
(pinyin: yin er, “kuping perak”) atau 白木耳 (pinyin: bai mu er, “kuping pohon
putih”). Tubuh buah tumbuh di permukaan kayu yang sudah lapuk dari pohon
yang berdaun lebar. Jamur yang sudah dikeringkan menjadi sangat mengkerut
dan harus direndam di dalam air sebelum dimakan. Jamur lebih banyak dijual
dalam bentuk kering dan sering digunakan untuk membuat hidangan pencuci
mulut. Jamur kuping putih tidak memiliki rasa dan dimakan karena tekstur yang
kenyal seperti jelly dan konon bermanfaat bagi kesehatan.

11
2.3 Sosis

2.3.1 Pengertian Sosis

Sosis adalah makanan yang umumnya terbuat dari daging (daging sapi,
ayam, domba atau ikan) yang telah dicincang kemudian dihaluskan dan diberi
bumbu-bumbu, dimasukkan ke dalam pembungkus/casing yang berbentuk bulat
panjang yang berupa usus hewan atau pembungkus buatan, dengan atau tanpa
dimasak maupun diasapkan.

Kata sosis berasal dari kata dalam bahasa Latin “Salsus”, yang berarti
diasinkan atau diawetkan. Menurut catatan sejarah, yaitu dokumen Yunani yang
ditulis sekitar tahun 500SM, sosis pertama kali dibuat oleh orang Sumaria
(sekarang Irak) sekitar tahun 300SM. Saat itu masyarakat Sumaria akan
menghadapi musim paceklik, lalu timbulah ide bagaimana caranya agar
makanan yang berlebih masih awet dan bisa dimakan dalam keadaan baik di
musim paceklik itu. Alhasil terciptalah makanan siap saji dari daging yang
diberi garam dibumbui dan dimasukan dalam selongsong dari usus hewan.

2.3.2 Jenis Sosis

2.3.2.1 Jenis Sosis Berdasarkan Cara Pengolahannya

Fresh sausages

fresh sausages alias sosis mentah. Sosis jenis ini tidak bisa langsung
dikonsumsi karena daging yang digunakan masih dalam kondisi mentah dan
hanya dibumbui saja. Sosis jenis ini harus disimpan di dalam freezer supaya
tahan lama. Di Indonesia memang jarang ada sosis mentah semacam ini, namun
Anda bisa membuat sendiri kemudian membekukannya sebelum dikonsumsi.
12
Sosis mentah bisa dimasak menjadi berbagai jenis makanan, misalnya saja
direbus, dikukus, dipanggang, maupun digoreng.

Precooked sausages

Jenis sosis satu ini merupakan yang paling banyak dijual di


pasaran. Precooked sausages merupakan jenis sosis yang sudah melalui proses
pemasakan di pabrik, biasanya dengan cara direbus. Ciri dari sosis jenis ini
adalah teksturnya yang sedikit lebih keras dibanding dengan sosis mentah.
Meski sudah direbus sebelumnya, precooked sausages sebaiknya tetap dimasak
sebelum dikonsumsi. Namun perhatikan terlebih dahulu apakah sosis
menggunakan kulit yang bisa dimakan atau tidak. Jika sosis menggunakan kulit
plastik, pastikan untuk mengupasnya sebelum diolah dan dikonsumsi.

Smoked sausages

Beberapa jenis sosis seperti andouille dan kielbasa melalui proses


pengasapan sebelum dikonsumsi. Setelah sosis direbus, maka sosis digantung
dan diletakkan di dalam ruang pengasapan yang membuat teksturnya menjadi
lebih kering. Sosis yang sudah melalui proses pengasapan cenderung memiliki
rasa lebih kuat tergantung dari jenis kayu yang digunakan untuk
mengasapi. Smoked sausages seperti ini sudah bisa langsung dikonsumsi dan
akan enak pula jika dicampurkan dengan hidangan lainnya.

Cured sausages

Jenis yang satu ini tergolong jarang ditemui di Indonesia, namun sangat
lazim didapatkan di Italia misalnya saja salami atau di Perancis seperti
charcuterie. Jenis sosis ini terbuat dari daging mentah yang kemudian diasinkan
dan dibiarkan di dalam suhu ruang selama beberapa minggu atau beberapa
bulan. Seiring berjalannya waktu, daging di dalam sosis akan matang karena
adanya garam dan juga udara. Sosis dengan jenis ini akan memiliki tekstur yang
cenderung alot dengan rasa tajam. Biasanya, cured sausages digunakan.

13
2.3.2.2 Jenis Sosis yang Ada Diseluruh Dunia

Sosis Bockwurst dan Knockwurst dari Jerman

Di negara asalnya, sosis bockwurst dan knockwurst adalah yang paling


terkenal. Kedua jenis sosis ini juga yang paling banyak diimpor, salah satunya
ke Indonesia. Kamu bisa dengan mudah menemukan sosis bockwurst dan
knockwurst di swalayan atau supermarket Indonesia. Perbedaan bockwurst dan
knockwurst adalah bockwurst terbuat dari daging sapi, domba, atau kalkun yang
dibumbui lebih banyak bumbu seperti lada putih, garam, paprika, bawang, dan
peterseli. Sementara knockwurst terbuat dari daging sapi dan babi saja yang
dibumbui bawang putih.

Sosis Andouille dari Perancis

Sosis andouille yang berasal dari Perancis ini terbuat dari daging babi
yang dicampur dengan aneka jerohan dan bawang putih cincang, paprika, dan
lada hitam. Jerohan memang hal yang jarang digunakan pada masakan Perancis
sehingga mereka mengolah jerohan-jerohan ini dengan cara dihalukan atau

14
dicincang kemudian dijadikan campuran pada sosis. Inilah yang membuat sosis
andouille memiliki tekstur yang sangat kenyal.

Sosis Cotechino dari Italia

Italia tak hanya terkenal akan pasta dan pizzanya saja, tapi juga sosis
yang tak kalah enak dari sosis Jerman. Sosis cotechino ini terbuat dari campuran
daging babi, kulit babi, serta hidung babi yang dicincang kemudian diberi
kacang-kacangan serta bumbu rempah khas Italia. Bentuknya cukup besar
dibanding sosis kebanyakan dan teksturnya tidak terlalu padat.

Sosis Loukaniko dari Yunani

Sosis loukaniko yang berasal dari Yunani ini dari segi tampilannya memang
lebih berwarna dan menggugah selera karena terbuat dari campuran bahan-
bahan yang cukup unik yakni dari daging babi atau domba cincang yang diberi
daun jeruk, bawang putih, daun ketumbar, oregano, thyme, dan yang
membuatnya unik adalah penggunaan buah jeruk dan anggur di dalamnya.

15
Sosis Merguez dan Boerewors dari Afrika

Jika kebanyakan sosis terbuat dari daging sapi atau daging babi, sosis
dari Afrika justru terbuat dari daging domba segar. Meski sama-sama
menggunakan daging domba, tapi bumbu rempah yang digunakan berbeda.
Merguez yang berasal dari Afrika Utara menggunakan bumbu rempah yang
lebih tajam seperti jinten, cabai rawit, harissa, bawang putih, adas, dan lain
sebagainya. Sedangkan boerewors yang berasal dari Afrika Selatan ini
menggunakan lebih banyak lemak dengan bumbu ketumbar, lada hitam, pala,
cengkeh, dan cuka.

Sosis Cervelat dari Swiss

Sosis cervelat yang berasal dari Switzerland ini terbuat dari campuran
daging sapi, daging babi asap, serta kulit babi sehingga teksturnya agak kasar
dengan bumbu yang sangat simple yakni lada putih dan ketumbar. Keunikan
dari sosis ini adalah proses memasaknya yang diasapi terlebih dahulu baru
kemudian direbus hingga matang.

16
Sosis Chorizo dari Meksiko

Terakhir ada sosos chorizo yang berasal dari Meksiko. Sosis ini terbuat
dari kelenjar daging sapi yang masih segar lalu dibumbui dengan paprika, cabe,
dan cuka sehingga warna lebih kemerahan dibanding sosis lainnya. Chorizo
biasanya difermentasikan dengan cara dijemur atau diasapi sehingga teksturnya
jadi lebih padat. Chorizo tak hanya banyak ditemui di Meksiko tapi juga
Portugis dan Spanyol.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 29 September 2019. Eksperimen dilakukan di
rumah Alfian Nofal Ramzie, Jalan Nugroho Gg II, Kecamatan Pademawu,
Pamekasan. Sedangkan uji panelis dilakukan di SMAN 1 Pamekasan pada tanggal
30 September 2019.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah
penelitian observasi, eksperimen, uji panelis dan studi pustaka secara kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan
teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Eksperimen dilakukan untuk
mengetahui pengolahan ikan lele dan jamur kuping. Observasi dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ikan lele dan jamur kuping terhadap kesehatan dibandingkan
dengan sosis siap saji pada umumnya. Dari hasil eksperimen, hasil yang diperoleh
dicocokkan dengan studi pustaka.

3.3 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengolahan Ikan lele dan Jamur Kuping.

Pada dasarnya pengolahan ikan lele dan jamur kuping sama dengan pembuatan
siap saji pada umumnya. Cara pengolahannya akan dibahas pada bab 4.

2. Uji Panelis.

Uji panelis merupakan suatu uji coba untuk membandingkan antara ikan lele dan
jamur kuping dengan siap saji pada umumnya dengan kriteria penilaian
meliputi aroma, warna, rasa dan tekstur.

3. Analisis kesehatan

Untuk membandingkan pengaruh pada kesehatan antara ikan lele dan jamur
kuping dengan sosis siap saji pada umumnya.

3.4 Alat dan Bahan


18
3.4.1 Alat

1. Baskom 6. Karet
2. Sendok 7. Penggiling daging
3. Kompor 8. Ulekan
4. Pisau 9. Pengaduk
5. Plastik es

3.4.2 Bahan

1. Ikan lele 2kg 7. Bawah merah 2 siung


2. Jamur Kuping secukupnya 8. Merica bubuk 1sdt
3. Tepung terigu 150gr 9. Jeruk nipis 1 buah
4. Telur 2 butir 10. Garam secukupnya
5. Susu cair 100ml 11. Tepung maizena 50gr
6. Bawang putih 4 siung 12. Minyak goreng

3.5 Langkah-Langkah Pembuatan

1. Menyiapkan alat dan bahan yang di butuhkan.

2. Mencuci bersih semua bahan.

19
3. Memfillet ikan lele, dan memeraskan jeruk nipis, kemudian menyisihkan.

4. Menghaluskan bumbu (bawang putih dan bawang merah).

5. Menggiling atau memblender lele dengan menambahkan sedikit es batu

20
6. Masukkan tepung terigu, tepung maizena, telur, minyak goreng, susu cair dan
gilingan ikan lele ke dalam baskom

7. Mengaduk semua bahan hingga tercampur rata

8. Memasukkan adonan sosis kedalam plastik segitiga

9. Memasukkan adonan sosis ke dalam plastik es

21
10. Mengikat plastik es yang tlah terdapat adonan sosis

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ikan lele dan jamur kuping ternyata banyak mengandung manfaat yang luar
biasa dan ikan lele dan jamur kuping juga dapat di jadikan sebagai makanan yang
menyehatkan bagi tubuh dengan diolah menjadi ikan lele dan jamur. Kandungan
dalam ikan lele dan jamur kuping dapat memberikan dampak positif bagi kulit jika
digunakan, yaitu dapat mengangkat sel kulit mati dan memperbaiki kulit yang
rusak, mampu menetralkan kulit yang teriritasi sekaligus member nutrisi pada kulit,
menghilangkan jerawat, flek dan noda hitam. Perawatan kulit Sosis ini juga bisa di
kombinasikan dengan minyak zaitun yang bermanfaat untuk membuat kulit tetap
segar dan elastic,jauh dari keriput dan jeruk lemon yang mengandung asam sitrat
yang efektif mengobati jerawat. Vitamin C dalam jeruk lemon membuat kulit
bercahaya dan sifal alkalinya dapat membunuh beberapa jenis bakter penyebab
jerawat.
Pengaruh penggunaan biji ikan lele dan jamur kuping terhadap kulit Sosis
sangat membuahkan hasil yang cukup maksimal kulit Sosis akan tampak menjadi
bersih dan terhindar dari jerawat , flek dan noda hitam. Masker biji ikan lele dan
jamur kuping ini terpercaya aman untuk di gunakan secara teratur karena dari
bahan-bahan alami dan tidak menganduk zat-zat berbahaya yang dapat merusak
kulit.
Perawatan kulit Sosis dari biji ikan lele dan jamur kuping ini juga punya
kelibihan terhadap penghematan biaya di karenakan masker dari bahan biji ikan lele
dan jamur kuping bisa dilakukan dan di buat sendiri tanpa perlu mengeluarkan
biaya mahal untuk perawatan-perawatan kulit yang ada di klinik-klinik perawatan
yang belum belum tentu bahan-bahan yang digunakan aman. Sedangkan biji ikan
lele dan jamur kuping sudah terbukti dari bahan alami.
4.2 Saran
Membeli sosis siap saji memang lebih praktis, namun tak ada salahnya Anda
mencoba membuat sosis sendiri di rumah. Dengan cara ini, Anda bisa bebas
memilih jenis daging yang akan digunakan. Selain itu, Anda juga bisa
bereksperimen dengan berbagai jenis rempah yang dapat menciptakan rasa berbeda.

23
Jangan lupa pula memilih pembungkus atau kulit sosis yang berkualitas, seperti
Visko Plastik Casing

DAFTAR RUJUKAN

https://id.wikipedia.org/wiki/Lele#cite_note-Lim-2

https://bectbexty.wordpress.com/jamurkuping/

(___)http://www.proviantaudio.com/2014/01/manfaat-masker-ikan lele dan jamur


kuping.html(diakses pada tanggal 20 januari 2015 20:42)
(___)http://www.olipsbeauty.com/ (diakses pada tanggal 21 januari 2015 19:12)
(___)http://Sosiscantik1.blogspot.com/2013/02 tips merawat Sosis alami (diakses pada
tanggal 23 januari 2015 20:45)
(___)http://www.cantikinfo.net/2013/04/manfaat-ikan lele dan jamur kuping-bagi-
kecantikan-Sosis-dan.html(diakses pada tanggal 23 januari 2015 21:22)
(___)http://mama-yola.blogspot.com/2013/03/rahasia-biji-ikan lele dan jamur kuping-
untuk-perawatan-Sosis.html(diakses pada tanggal 23 januari 2015 21:27)

24

Anda mungkin juga menyukai