Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya ikan lele (Clarias
Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Ikan lele sudah sejak lama
menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat.

Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang mengelikan dengan
bentuk seperti ular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik.
Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja. Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di
Melbourne, Australia masyarakat Indonesia mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat
tersebut.

Kebutuhan masyarakat pada ikan lele mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut budidaya ikan
lele mengalami peningkatan dan banyak diminati masyarakat. Karena budidaya ikan lele yang mudah dan
tidak membutuhkan perlakuan khusus seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga yang mudah, pula
memberikan keuntungan yang besar. Budidaya ikan lele yang mudah dan memiliki keuntungan besar
banyak diminati para pengusaha agribisnis.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui cara-cara yang baik untuk membudidayakan ikan lele.

2) Untuk mengetahui cara memperoleh bibit unggul.

3) Untuk mengetahui jenis-jenis ikan lele

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang Budidaya
Ikan Lele. Dan juga unutk memberikan informasi pada pembaca tentang tata cara pembudidayaan ikan
lele.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari
benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi
lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar.

Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya sebesar 18,3 % per tahun. Pada
tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun 2003 produksi lele sebesar 57.740 ton. Revalitas
lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-
rata 21,64 % pertahun. Tingkat kebutuhan benih lele juga meningkat pesat. Pada tahun 1999 dibutuhkan
156 juta ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan pada akhir tahun 2009 diperkirakan
akan dibutuhkan 1,9

milyar ekor atau meningkat 46 % per tahun.

2.2 Jenis-jenis Lele yang Dibudidayakan

Jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijumpai di pasaran saat ini adalah ikan lele
dumbo (Clarias Gariepinus). Dalam kegiatan budidaya secara intensif, ikan lele didorong untuk tumbuh
secara maksimum hingga mencapai ukuran optimal. Lele dumbo merupakan komoditas yang dapat
dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat
air. Untuk kolam ukuran 15 m2 lele dumbo dapat ditebar sebanyak 5.250 ekor benih. Selama 2, 5 bulan
dapat diproduksi lele sebanyak 450 kg dengan nilai fcr (Fed Caonversion Ratio) satu.

Sementara itu, lele lokal (Clanius Batracus) sudah langka dan jarang ditemukan karena pertumbuhannya
sangat lambat dibandingkan lele dumbo. Secara umum, sosok lele lokal mirip dengan lele dumbo, hanya
ukuran tubuhnya tidak sebesar lele dumbo. Dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang lele dumbo,
khususnya pula tahap pembenihan dan pembesaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada laporan hasil penelitian ini kami menggunakan metode literatur untuk menyusun kami membaca
dari berbagai literatur.

Yang dimaksud metode literatur adalah penyusunan menggunakan cara penelitian berdasarkan membaca
berbagai literatur tentang objek yang diteliti. Dari literatur-literatur tersebut, kami dapat menyusun
laporan hasil penelitian ini dan mengetahui seluk beluk pembudidayaan ikan lele dari mulai
pembudidayaan sampai penanganan pasca panen. Selain itu kami juga tahu tentang sifat-sifat dan habitat
hidup lele.

BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Lingkungan Hidup dan Masa Perkawinan Lele

Walaupun kita sudah dapat mengetahui teknik pembudidayaan lele, akan tetapi itu tidak optimal.
Kesalahan dalam pengolahan dapat berakibat buruk dalam kelangsungan usaha kita membudidayakan
ikan lele.

a. Klasifikasi

Dalam klasifikasi, ikan lele termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala
gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan. Adapun sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai
berikut :

Filum: Chordata (bangsa hewan bertulang belakang)

Kelas: Pisces (bernafas dengan insang)

Sub Kelas: Tekstol (ikan yang bertulan keras)

Ordo: Ostariophysi (ikan yang rongka perus bagian atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan
keseimbangan yaitu disebut tulang weber).

Sub Ordo: Silurodea (ikan yang bentuk tubuhnya panjang tidak bersisik dan licin).

Genus: Clarias

Spesies: Clarias Sp

a. Penyebaran ikan lele


Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia Tenggara. Penyebutan nama ikan lele di berbagai
negara berbeda-beda yaitu :

Di Malaysia disebut Keli


Di Thailand disebut Plamond
Di Jepang disebut Catre Tang
Di Afrika disebut Mali
Di Srilanka disebut Gura Magura
Di Inggris disebut Ct Fish
a. Anatomi an Morfologi

Secara umum ikan lele memiliki tubuh licin berlendir, tidak bersisik, bersungut dan berkumis.

4.2 Perkembangbiakan

Lele di alam memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhubungan erat
dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi saat musim hujan, serta ketersediaan jasad renik
(pakan alami), lele terangsang memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang cukup
menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering terkena hujan juga. Karena terjadi peningkatan kedalaman
air, lele suka mijah di tempat teduh dan terlindungi. Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal).

Pada pembenihan lele lokal di kolam dapat dengan dua cara yaitu secara perpasangan dan secara masal,
lele lokal biasanya akan setia pada pasangannya yaitu dengan cara meletakkan satu lele jantan dan betina
dalam satu kolam. Dengan lele jantan atau betina yang siap memijah, lele akan bergantian untuk menjaga
telurnya. Lele yang dibudidayakan dapat dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik.

Rangsangan yang dilakukan tidak digunakan dengan menggunakan harman tapi dengan menjernihkan
kolam, menjemur dan mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang induk ikan
untuk memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari kakaban akan dipenuhi
telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah penetasan baru untuk ditetaskan sampai berukuran
benih waktu yang diperlukan untuk menetas sekitar 24 – 40 jam. Larva yang berumur 1 – 9 hari masih
memperoleh pakan dari kuning telur yang masih melekat di bagian perunya. Maka larva selanjutnya
disebut cacing sutra. Berikut adalan beberapa jenis lele unggul :

a. Lele Dumbo

Jenis lele yang banyak dibudidayakan dan dijumapi di pasaran saat ini. Sementara lele lokal sudah jarang
ditemukan karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo. Perbedaan lele dumbo dan lokal
ukuran lele Dumbo lebih besar dari lele lokal. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele
lokal umur 2 hari. Lele dumbo 1,2 – 39, sedangkan lele lokal 0,2 – 29. Umur seminggu lele Dumbo 10 –
159, sedangkan lele lokal 1 – 159.

a. Lele Sangkuriang

Salah satu varietas unggulan dumbo adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang merupakan perkawinan
antara lele dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2 – 6. Lalu
dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Hasil uji coba
dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang lebih unggul dari jenis lele dumbo. Namun lele sangkuriang
masih langka dipasaran.

a. Lele Pithon

Lele pithon merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan lele dumbo jantan
F6. Keunggulannya lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan hidup tinggi dan relatif
tahan terhadap serangan penyakit.

4.3 Habitat dan Tingkah Laku

Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan pada perairan air tawar di daerah dataran rendah
yang sedikit payau seperti bekas tambak. Daerah ini banyak warga pantura jawa, seperti Kendal Jawa
Barat banyak digunakan untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungai-
sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa,
serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam dan lainnya. Karena ikan lele menyukai air yang tenang,
seperti daerah tepian yang dangkal dan terlindungi. Ikan lele memiliki kebiasaan membuat lubang di
tepian sungai atau kolam.

Lele jarang-jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, lele lebih menyukai tempat yang gelap dan
teduh juga dalam. Karena lele hewan nakturnal yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang
gelap. Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat
sedikit. Namun, pertumbuhan ikan lele bakal lebih cepa tdan sehat dipelihara dari sumber air yang cukup
bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur.

4.4 Kebiasaan Makan

Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Lele adalah hewan karnivora (pemakan
daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air,
dll. Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan
yang diberikan banyak mengandung protein nabati pertumbuhannya lambat. Lele merupakan hewan yang
suka memakan jenisnya sendiri (kanibalisme) jika lele kekurangan makan. Oleh karena itu jangan sampai
terlambat memberi makan sifat kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.

4.5 Persiapan Induk

Induk betina harus dipelihara secara terpisah pada kolam tersendiri dengan induk jantan. Kolam khusus
ini bertujuan mempercepat proses kematangan Gonad. Penyimpangan induk yang telah dikawinkan, serta
mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan menghindarkan terjadinya pemijahan diluar
kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina dan jantan siap pijah.
Ciri-ciri induk jantan dan betina

Induk Betina Induk Jantan

1. Perut membesar / buncit dan terasa lembek jika


diraba.
2. Pergerakannya lambat dan jinak. 1. Alat kelaminnya memerah.
3. Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan 2. Alat kelamin tampak jelas dan meruncing.
tampak bengkak. 3. Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
4. Warna tubuh berubah menjadi coklat 4. Ada perubahan warna kulit menjadi coklat
kemerahan. kemerahan.
5. Jika perut diurut kadang-kadang keluar cairan
berwarna kuning tua.

4.6 Pemberokan

Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan secara dipuaskan saat induk ikan selesai
diseleksi dan sebelum dipijahkan 1 – 2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina harus di wadah
terpidah.

Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stress pada saat ditangkap. Selain itu mengurangi kandungan
lemak dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina.

Setelah diberok kematangan induk lele betina diperiksa kembalik, apabila perut induk betina menjadi
kempes, berarti buncit karena adanya pakan bukan karena adanya telur.

4.7 Pembenihan dan Cara Pemijahan

Pembenihan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan (lele) pada ukuran tertentu. Untuk menunjang
proses pembenihan lele dibutuhkan kolam pemijahan, bak penetasan dan kolam pendederan. Berikut ini
beberapa macam alternatif wadah / kolam pemijahan, penetasan telur, dan pendederan yang dapat
digunakan oleh para pembudidaya.

a. Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan merupakan kolam khusus bagi induk yang akan memijah. Pemijahan adalah proses
pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap
kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum
matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam
akan menetas menjadi anakan lele (Budi, 1993).
Adapun kolam yang digunakan untuk memijahkan ikan lele yaitu bak semen, bak terpal plastik dan
fiberglass.

Bak Semen

Ukuran bak pemijahan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan yaitu 1 m x 2 m dengan tinggi
bak 0,8 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya bak diisi
dengan air yang jernih dan bersihg setinggi 40 – 50 cm.

Bak Terpal Plastik

Pengadaan terpal lebihmudah dibandingkan dengan pembuatan bak semen. Cara pembuatannya dengan
menyusun sejumlah bata atau Batako disekeliling pinggiran plastik. Ukuran bak terpal untuk pemijahan
yaitu lebar 1 m, panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran tersebut digunakan untuk satu pasang induk lele
yang akan dipijahkan.

Faberglass

Ukuran faberglass untuk pemijahan lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran bak tersebut dapat
digunakan untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak Fiberglass tergolong praktis karena lokasinya
bisa dipindah-pindahkan, tetapi harganya masih terlalu mahal.

Bak Penetasan

Wadah penetasan telur lele dapat berupa aquarium, bak semen, bak terpal plastik, dan fiberglass yang
dilengkapi dengan generator untuk menyuplai oksigen terlarut. Tetapi pada obyek peternakan lele yang
kami teliti menggunakan bak semen yang ukuran bak penetasannya 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m.

a. Pemindahan

Cara pemindahan :

Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.


Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang. Samakan
suhu pada kedua kolam
Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
Pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena
masih rentan terhadap tingginya suhu air.
a. Pendederan Lele

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga
berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari
plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai
dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini (Budi, 1993).
a. Manajemen Pakan Lele

Pakan anakan lele berupa :

Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada
umur di bawah 3 – 4 hari.
Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar
proteinnya.
Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA
dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan
ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin
dalam jumlah yang optimal.
a. Manajemen Air

Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

Air harus bersih


Berwarna hijau cerah
Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

Bebas senyawa beracun seperti amoniak


Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat
diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam
humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-
cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan
TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah
kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis
pemakaian TON adalah 25 g/100m2 (Komar, 1981).

a. Manajemen Kesehatan

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh
yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek.
Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa,
jamur, bakteri dan lain-lain.

Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah
penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah,peranan TON dan POC
NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk
melakukan pengobatan yang sesuai (Komar, 1981).

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan
formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-
hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

4.8Penebaran dan Pemanenan

a. Penebaran Benih

Benih lele sudah dapat didederkan di bak atau tempat terbuka setelah benih berumur 3 minggu. Saat
penebaran benih ikan ketinggian air kolam sekitar 20 – 30 cm, karena benih masih kecil. Cara penebaran
benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih lele dan diletakkan pelan-pelan, setelah
itu benih merasa beradaptasi, benih akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan benih berkisar 300 – 600
ekor / m2.

Setelah benih berada di dalam kolam, benih lele diberi pakan palet berbentuk tepung dengan kandungan
protein minimal 40 % (Charoen Pokphand Kode 581). Setelah benih agak besar, pemberian pakan berupa
palet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein 38 % kode FF 999. Semakin besar ukuran tubuh
dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran pakan, frekuensi pemberian pakan lele yang masih kecil yaitu 4
– 5 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan malam hari.

Untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan
betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan
tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele (Rahmat. 1991). Terdapat 3 sistem
pembenihan lele yang dikenal, yaitu :

Sistem Massal.

Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan
tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam
sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

Sistem Pasangan.

Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya
ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.

Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).

Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar
Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor
kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.
a. Pemanenan Benih

Lama pendederan benih lele untuk menghasilkan benih lele siap terbar (ukurang 5 – 7 cm / ekor) sekitar 5
– 6 minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan sore atau pagi hari sewaktu suhunya tidak terlalu panas.
Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga air berada pada kemalir. Air pelan-pelan
disurutkan hingga air akan mengumpul pada kubangan dekat pintu pengeluaran. Pemanenan dilakukan
dengan secara bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan benih lele tidak luka. Pada saat
pemanenan benih berukuran berkisar 5 – 7 cm / ekor.

a. Cara Panen Lele Hasil Pembesaran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:

a. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu dapat dipanen.
b. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
c. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring.
d. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi
makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
e. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

Pembersihan :

Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:


Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m
2 pada dinding kolam sampai rata.
Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK)
dengan cara yang sama.
Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung.
Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

Cara memanen lele ukuran konsumsi tergantung sistem kolam. Jika di kolam semen umumnya
menggunakan model pipa goyang atau sistem sipon. Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini
mempermudah penggantian air, pipa tersebut dari paralon dengan diameter 3 – 4 inchi. Digunakan untuk
mengatur ketinggian air saat pemeliharaan serta sebagai saluran pembuangan air saat pemanenan.

Tahap-tahapnya :

1. Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar untuk pengurasan.
2. Pasang saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam saluran pembuangan agar lele
tidak ikut arus.
3. Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.
4. Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser.
5. Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang).
6. Angkat dan masukkan ke ember penampungan.
7. Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 – 12 ekor / kg), kemudian timbang dan
masukkan ke wadah pengangkutan.
8. Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.
9. Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan.
j. Kiat Agribisnis Lele

Pasar dan bisnis usaha lele memang luar biasa besar. Hal ini terlihat dengan menjamurnya usaha warung
pecel lele. Namun, keinginan yang demikian tinggi untuk agrobisnis lele seringkali tidak dibarengi dengan
suatu strategi yang tepat. Tidak jarang modal yang telah ditanamkan habis dan bahkan menambahkan
utang yang tidak sedikit. Kesuksesan suatu usaha agrobisnis perikanan memerlukan pengetahuan yang
mendalam dan komprehensif antar segi teknis dan non teknis dalam budidaya lele.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah kita mengetahui teknologi pembudidayaan ikan lele, kini sampailah pada bab terakhir tentang
analisis budidaya ikan lele. Ikan lele sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
didorong oleh semakin banyaknya dibuka warung pecel lele. Semakin hari peminat pecel lele semakin
meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena rasa pecel lele yang sangat lezat. Padahal sebelum tahun
1990-an masyarakat menganggap bahwa ikan lele sebagai binatang yang menggelikan. Tetapi pada saat
ini keadaan itu berubah. Pamor ikan lele menjadi meningkat, bahkan menurut Warta Pasar Ikan (2006)
bahwa di Melbourne Australia masyarakat Indonesia sudah mulai memperkenalkan komoditas tersebut
pada masyarakat tersebut.

Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup
baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan
yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. Oleh karena itu
Pembudidayaan ikan Lele sangat baik untuk dilakukan mengingat output yang dihasilkan juga lumayan
besar.

5.2 Saran

Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Maka
dari itu penyusun sangat mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang Budidaya Ikan Lele. Kami
sangat berharap agar budidaya ikan lele bisa terus dilestarikan. Diharapkan dalam melakukan
pembudidayaan ikan lele juga harus memperhatikan faktor fisik kimia yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ikan lele pada kolam terkontrol agar menghasilkan produksi ikan lele
yang lebih baik lagi dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Lele, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani

Santoso, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :Kanisius.

Sumantadinata, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta : Sastra


Hudaya.

http://Teknis-Budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-lele.html

http://thinkwijaya.blogspot.com/2013/05/budidaya-ikan-lele.html

Anda mungkin juga menyukai