Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

Laporan Praktikum Mata Kuliah


Dasar-Dasar Budidaya Perikanan
Semester Ganjil

Disusun oleh:

NAMA : MOCHAMAD FADILAH AKBAR

NPM : 22744020

PROGAM STUDI TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN


JURUSAN PERTERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sektor perikanan pada umumnya di tunjukan untuk
pengembangan dan peningkatan sumber makanan hewani. Potensi sumber daya
perikanan cukup besar, baik yang berasal dari perikanan air tawar maupun
perikanan air laut. Untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan hewani ini maka
perlu adanya tindakan pembudidaya ikan.
Budidaya ikan di perairan tawar merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi perikanan melalui perluasan lahan dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah. Perairan tawar di Indonesia yang sangat
luasdan potensial tentunya menambah kelimpah serta pengembangan budidaya
perikanan. Peningkatan produksi perikanan memerlukan pengembangan
sumberdaya secara optimal dengan tidak adanya pemborosan lahan untuk
pembuatan tambak atau kolam (ahli fungsi lahan). Kegiatan budidaya yang efektif
tentu tidak lepas dari manajemen atau pengelolaan yang baik dan
terstrukturdengan rapi.
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Ikan lele
memiliki prospek cukup cerah dan sangat potensial untuk dikembangkan
diIndonesia. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan
rasayang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai
macammenu masakan. Selain itu, ikan lele merupakan ikan yang dapat
dikonsumsidengan harga yang sangat terjangkau bagi kalangan apa aja. Di
Indonesia ikan leletermasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat karena
memiliki banyakkelebihan, diantaranya pertumbuhannya yang cepat memiliki
adaptasai terhadaplingkungan yang tinggi seperti dapat ditebar dengan kepadatan
tinggi per satuanluas kolam dan bisa hidup di air dengan kadar oksigen yang
rendah, rasanya enakdan kandungan gizinya (Hermawanet al.2012).
Permintaan komoditas ikan lele di dalam negeri cukup besar. Pada
tahun2007 sasaran produksi ikan lele sebesar 17.300 ton, tahun 2008 sasaran
produksiikan lel sebesar 20.860 ton, dan pada tahun 2009 sasaran produksi ikan
lelemencapai 25.800. Pada tahun 2010 menurut Apriyana (2013) angka
sementarayang dipublikasikan produksi ikan lele dari hasil budidaya sebesar
273.554 ton.Kebutuhan benih lele diperkirakan mencapai 1,95 miliar ekor pada
akhir 2016.Hal ini menunjukkan peningkatan permintaan ikan lele dari tahun ke
tahun. Seiring dengan hal tersebut budidaya ikan lele mengalami peningkatan dan
banyak diminati masyarakat. Karena budidaya ikan lele yang mudah dan
tidakmembutuhkan perlakuan khusus seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga
yangmudah dan memberikan keuntungan yang besar. Budidaya ikan lele yang

2
mudahdan memiliki keuntungan besar banyak diminati para pengusaha
agribisnis.Prospek usaha budidaya lele sangat cerah karena ikan lele
mempunyaimanfaat yang bermacam-macam (Jaja 2013). Ikan lele bisa sebagai
bahanmakanan sumber protein yang memilki rasa yang lezat. masa yang akan
datang di pasaran dunia meningkat tajam, sehingga masih sangatterbuka peluang
pembudidaya ikan lele dalam rangka mengisi pasar internasional
Usaha budidaya ikan lele sudah banyak dikembangkan dikalangan
masyarakat. Bibitnya yang relatif murah dan mudah didapatkan merupakan
alasan mengapa budidaya lele lebih diminati. Selain itu, pembesarannya yang
mudah dan tidak perlu pemantauan khusus. Harga jualnya tak kalah dengan ikan-
ikan konsumsilainnya yang beredar dipasaran. Praktikum pembesaran lele
dilakukan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana dalam menerapkan
teori-teori yang telah diberikan oleh dosen. Kemudian mahasiswa juga
dituntut untuk dapat mengetahuidan dapat memecahkan masalah-masalah yang
ada dalam proses budidaya tersebut,seperti adanya kematian yang berlebih,
kualitas air yang kurang bagus, kurangnyapakan alami dan lain-lain.
Sehingga dengan adanya pengalaman memecahkanmasalah tersebut
mahasiswa tahu bagaimana cara menanganinya secara cepat dantepat agar
budidaya ikan tersebut dapat berjalan kembali.

2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui pengelolaan dari
kegiatan pemeliharaan ikan lele ( Clarias sp ) di kolam terpal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ikan Lele

Gambar 1. Ikan Lele ( Clarias sp )


Ikan lele tergolong kedalam Famili Clariidae dengan Klasifikasi sebagai
berikut :

Taksonomi

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Kelas Actinopteri

Ordo Siluriformes

Famili Clariidae
Bonaparte, 1846

Genera

Clarias sp

4
Secara anatomi ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan (arborescent
organ) yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan 7
untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Alat pernapasan ini berwarna
kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler
darah. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang
mengandung sedikit kadar oksigen (Suyanto, 2000). Sebagai alat bantu renang,
lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur.
Lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil
ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri,
2002 dalam Fitriah 2004)

2.2. Morfologi Ikan Lele ( Clarias sp )


Menurut dari Puspowardoyo dan Djarijah, 2002 mengatakan bahwa ikan
lele lokal (Clarias Batrachus) ini memiliki morfologi yang sangat mirip dengan
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Bentuk tubuh yang memanjang, bulat,
kepala yang agak melebar, tidak memiliki sisik, memiliki kulit yang licin, warna
kulit terdapat bercak – bercak berwarna keputihan hingga kecoklatan abu – abu.
Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah
(depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping
(compressed), jadi lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih
kebawah, bulat dan pipih kesamping).
Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen
hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua Daun lubang
penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur
memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor,
panjang maksimum mencapai 400 mm.

2.3. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele


Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora), tetapi
cenderung pemakan daging (karnivora). Selain bersifat karnivorus, ikan lele juga
makan sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat menyesuaikan diri untuk
memakan pakan buatan (Suyanto dalam Pazra, 2008). Makanan alami ikan lele
yaitu binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera,
Copepoda), cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil dan
bangkai binatang (Bachtiar, 2006).
Lele merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya,
hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan
disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor) dalam masa
yang singkat, pemberian pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk menggenjot

5
8 laju pertumbuhannya. Harapannya dalam waktu yang relatif singkat lele dumbo
sudah bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi (Khairuman, 2002).
Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan di dasar
perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan
yang bersifat karnivora (pemakan daging). Pada habitat aslinya, lele memakan
cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Karena
bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang
mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung
protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka
memakan jenis sendiri.

2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup


Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar, misalnya di sungai yang
airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang (danau, waduk, rawa-rawa)
dan genangan-genangan air lainnya (kolam dan air comberan). Di sungai, ikan lele
ini lebih banyak dijumpai pada tempat-tempat yang alirannya tidak terlalu deras.
Pada tempat kelokan aliran sungai yang arusnya lambat, ikan lele seringkali
tertangkap. Ikan ini tidak menyukai tempat-tempat yang tertutup rapat oleh
tanaman air, tetapi lebih menyukai tempat yang terbuka. Ini mungkin
berhubungan dengan sifatnya yang sewaktu-waktu dapat mengambil oksigen
langsung dari udara. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut
arborecent organ, yaitu alat pernapasan tambahan yang berlipat-lipat penuh
dengan kapiler darah, yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan
ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau bunga-bunga. Oleh karena itu,
lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara dengan cara menyembul ke
permukaan air. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu
yang berkisar antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC,
kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm
(Khairuman dan Amri, 2002).
Faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu
diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air.
Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar
yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan
kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan
dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan
dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan
terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup ( Effendi, 2004).

6
2.5. Pertumbuhan
Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun
volumeseiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
faktor internalseperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi
keturunan, kemampuan untukmemanfaatkan makanan dan ketahanan
terhadap penyakit. Faktor eksternal yangmeliputi sifat fisika dan kimia air,
ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segikualitas dan kuantitas juga
mempengaruhi pertumbuhan (Huet, 1971).Ketersediaan pakan dan oksigen sangat
penting bagi ikan untuk pertumbuhan.Di sisi lain, bahan buangan metabolik
akan mengganggu pertumbuhan ikan. Padakondisi kepadatan ikan yang tinggi,
ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akanberkurang, sedangkan bahan
buangan metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).

2.6. Kualitas Air


Untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan dan meningkatkan
produksinya, tentu di perlukan pengelolaan yang baik selain pemilihan jenis-
jenisikan yang di budidayakan. Manajemen yang baik tersebut meliputi seluruh
faktoryang berperan pada budidaya ikan pada semua siklus pemeliharaan.
Kualitas airyang baik sangat penting dalam budidaya ikan karena kelangsungan
hidup, perkembangbiakan (reproduksi) dan pertumbuhan ikan yang di
budidayakantergantung pada kualitas air yang baik (Kusbiyanto, 2007).
Jenis ikan yang potensial untuk budidaya harus memiliki sifat-sifattertentu
seperti dapat di pelihara di wadah terbatas, pertumbuhannya cepat,mempunyai
toleransi yang tinggi akan suhu, pH, Oksigen terlarut dan Salinitas,tahan terhadap
penyakit, mudah berkembangbiak, omnivora serta tahan lamasetelah pemanenan
dan di sukai konsumen banyak. Kualitas air dalam budidayaikan di definisikan
sebagai kualitas air yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan,
yang biasanya di pengaruhi oleh beberapa faktor saja, dengandemikian
pengelolaan kualitas air merupakan pengaturan kondisi lingkungan ataukualitas
air (Miranti, 2010).
Kegiatan-kegiatan yang di lakukan dalam melaksanakan budidaya ikan juga dapat
mempengaruhi kualitas air. Pemupukan dapat meningkatkanfitopklanton, yang
kemudian akan mempengaruhi parameter kimia dan fisikaseperti Suhu air
merupakan salah satu parameter lingkunagan yang sangat pentingyang
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup melalui pengaruhnya pada
kecepatan berenang secara optimal untuk pertumbuhan dan kelangsunganhidup
yang baik. pH yang rendah akan merendahkan daya tahan ikan pada penyakit dan
ikan akan mudah terserang penyakit yang pada akhirnya akanmenurunkan
pertumbuhannys. Selain itu juga pH rendah juga menghambat penyerapan oksigen
di air oleh insang. pH tinggi akan meningkatkan prosentase NH3 dalam air.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pembesaran ikan lele dilakukan di kolam Bioflog
Lab.Perikanan Polinela kolam nomor 2 . Praktikum diawali dengan penebaran
anakan (benih) lele ke dalam kolam pada tanggal 17 Oktober 2022. Praktikum
diakhiri dengan kematian ikan lele tanggal 23 Desember 2022.

3.2 Alat dan Bahan


Tabel alat yang digunakan pada saat praktikum
No
Alat Kegunaan
.

1. Kolam Terpal Bundar wadah pemeliharaan

Untuk menambah suplai O2 dalam


2. Blower
air

3. Selang Untuk pengisian air

4. Seser dan waring Untuk menengkap/mengambil ikan

5. Termometer Untuk mengukur suhu perairan

Untuk mengukur kandungan O2


6. DO Meter
terlarut dalam air

7. pH Meter Untuk Mengukur Kadar pH

Untuk menimbang berat ikan dan


8. Timbangan Digital
dosis pakan yang diberikan

9. Mistar Untuk mengukur panjang ikan

10. Baskom Sebagai wadah ikan

Sebagai penghubung Blower dan


11. Selang Aerasi
keluarnya O2

12. Batu aerasi Keluarnya gelembung O2

8
13. Alat tulis Untuk mencatat semua kegiatan

Bahan
Tabel bahan yang digunakan pada saat praktikum
No
Bahan Kegunaan
.

1. Bibit Ikan Lele ( Clarias sp ) Komoditas yang di budidayakan

2. Pakan Buatan Asupan makanan ikan

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur dalam pembesaran lele dilakukan secara berurutan mulai
daripersiapan wadah, penebaran dan pembesaran benih, pemberian pakan,
sampling,sampai proses pemanenan.
3.3.1. Penebaran Benih Lele
Penebaran benih lele sebagai awalan kegiatan pembenihan lele dilakukan
oleh seluruh praktikan dari 2 kelompok di Prodi Teknologi Pembenihan Ikan
secara bersamaan pada pagi hari.Waktu tersebut dianjurkan karena suhu udara
tidak terlalu tinggi sehingga bisa memudahkan adaptasi anakan lele
tersebut setelah perpindahan wadah. Benih lele yang akan ditebar dilakukan
treatment adaptasi atau aklimatisasi dengan kondisi kolam
3.3.2. Pembesaran dan Pemberian Pakan
Tahap pembesaran meliputi pengontrolan kualitas air, pembuangan ikan
yang mati, dan pemberian pakan berkala. Pemberian pakan dilakukan setiap tiga
kali sehari oleh praktikan secara bergantian dengan jadwal pemberian pakan
pagi, siang, dan sore. Jumlah pakan yang diberikan tiap waktu berbeda,
bergantung hasil biomassa sampling sebelumnya dari anakan lele. Untuk pagi
hari, diberi pakan sebesar 25%,siang hari 25%, dan sore hari 50%. Semakin
besar biomassa lele, feeding rate(FR)-nya semakin kecil.
3.3.3. Sampling
Selama praktikum pembenihan lele, praktikan melakukan sampling tiap
minggu sampai menjelang panen. Sampling pertama dilakukan pada saat benih
akan ditebar ke dalam bak. Sampling kedua dilakukan pada saat seminggusetelah
benih telah ditebar. Dalam kegiatan sampling dilakukan beberapa
penghitungan sesuai dengan yang dibutuhkan seperti jumlah ikan, panjang ikan,
dan bobot ikan. Ikan yang akan di-sampling diambil dari kolam
pembesaran menggunakan jaring angkat kemudian ditempatkan dalam suatu
baskom berisi air sebanyak 100 ekor. Pengukuran panjang ikan diukur dari ujung

9
kepala hingga ujung ekor menggunakan penggaris. Kemudian dicari
panjang rata-rata dengan menjumlahkan semua panjang yang diperoleh
dan dibagi 100 ekor. Sedangkan pengukuran bobot ikan dilakukan dengan
menimbang sampel per 10 ekor. Bobot yang terhitung dibagi 10. Setelah
100 ekor ditimbang,bobot rata-rata 10 penimbangan dibagi dengan 10.
Demikianlah diperoleh bobot rata-rata.
3.3.4 Pengelolaan Kualitas Air
Setiap wadah dilengkapi dengan resirkulasi untuk menjaga agar kandungan
oksigen dalam wadah tercukupi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Untuk
mengetahui parameter kualitas air dilakukan pengukuran kualitas air yang
meliputi pH, kandungan oksigen terlarut (DO), dan suhu

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan Ikan Lele

Parameter Nilai Keterangan


Nilai pertumbuhan bobot maupun
PBM 1,376 gram panjang ikan sangat kecil,hal ini
disebabkan karena ikan yang
dibudidayakan dalam kondisi
sakit.Sehingga nafsu makan ikan
PPM -0,316 menurun dan pertumbuhan ikan
menjadi terhambat/lambat
Nilai SR sangat kecil ini dikarenakan
jumlah ikan yang dapat bertahan hidup
SR 0,004 %
sangat sedikit dibangdingkan ikan yang
mati
Pakan yang diberikan ke ikan cukup
banyak,namun tidak sebanding dengan
FCR 1,276 gram jumlah pakan yang
terkonsumsi.Sehingga pakan yang
diberikan terbuang sia-sia

Tabel 2. Kualitas Air

Nilai
Parameter Rabu, 7 Kamis, 8 Jum’at, 9 Seni 12
Desember Desember Desember Desember
2022 2022 2022 2022
Suhu 26,7oC 30,7oC 25,3oC 29oC
DO 9,6 mg/l 5,2 mg/l 8,4 mg/l 6 mg/l
pH 7,2 7,2 8 8,3

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan Ikan Lele
Laju pertumbuhan diperoleh dari pengolahan data berdasarkan
samplingyang telah dilakukan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 diatas.

11
Laju pertumbuhan ikan lele pada kolam kelompok 2 terjadi kenaikan dan
penurunan pertumbuhan. Seperti pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2
mengalami kenaikan pertumbuhan dari 162 gram menjadi 850 gram sedangkan
pada minggu minggu selanjutnya mengalami penurunan.Pertumbuhan
mengalami penurunan karena terdapat banyak faktor,faktor tersebut diantaranya
ikan sakit dan terdapat banyak ikan yang mengami kematian.

4.2.2. Pertumbuhan Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak adalah pertambahan bobot ikan yang
dipelihara hingga akhir pemeliharaan, benih ikan dinyatakan tumbuh jika bobot
ikan yang meningkat selama pemeliharaan. Pertumbuhan mutlak benih ikan lele
(Clarias sp) yang dipelihara selama 2 minggu, menunjukkan pertumbuhan yang
baik.Secara umum pengamatan yang dilakukan tiap sampling, populasi ikan
lele mengalami pertambahan bobot. Pertumbuhan bobot dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-2 adalah 1,376 gram/ekor
Pertumbuhan berat mutlak dihitung dengan rumus Effendie (1997):
Wm = Wt – Wo
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (gram),
Wt = Berat biomassa pada akhir penelitian (gram),
Wo = Berat biomassa pada awal penelitian (gram)

4.2.3. Pertumbuhan Panjang Mutlak


Pertambahan panjang mutlak merupakan selisih antara panjang pada ikan
antara ujung kepala hingga ujung ekor tubuh pada akhir pemeliharaan dengan
panjang tubuh pada awal pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan
lele (Clarias sp) yang dipelihara selama 2 minggu. Pertumbuhan panjang dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-2 adalah -0,316 cm/ekor.
Pertambahan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus :
Pm = Lt-Lo
Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm),
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm),
Lo = Panjang rata-rata awal (cm).

12
4.2.4. SR (Survival Rate)
Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) diperoleh dari persentase
perbandingan jumlah ikan yang dipanen dengan jumlah ikan yang
ditebar. Kelompok yang memiliki tingkat kelangsungan hidup ikan lele tertinggi
adalah kelompok 1, yaitu 95,88% dan yang memiliki tingkat kelangsungan hidup
ikan lele terendah adalah Kelompok 2 0,004 %. Banyak hal yang memengaruhi
tingkat kelangsungan hidup. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain:
persiapan wadah,pemilihan anakan lele, pemberian pakan, pengelolaan kualitas
air, sampaipada tahap pemanenan ikan lele. Kelompok 2 memiliki nilai SR
terendah, faktor utama yang menyebabkan hal itu adalah frekuensi pemberian
pakan yang tidak teratur sehingga menyebabkan pakan mengendap di dasar
kolam yang kemudian menjadi amonia yang menyebabkan ikan mati

4.2.5. FCR (Feed Conversion Ratio)


Konversi Pakan (FCR) didapat dari perbandingan jumlah pakan
yang diberikan denganpertambahan biomassa ikan.FCR adalah kemampuan
spesies akuakultur mengubah sejumlah pakan menjadi1 kg daging ikan, artinya
semakin kecil nilai FCR maka semakin efisien dalam pemberian pakan.
Nilai FCR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pakan, benih, dan
lingkungan. Pakan merupakan kebutuhan pokok bagi ikan untuk bertahan hidup
dan tumbuh, dengan kandungan nutrisi yang baik ikan akan cepat tumbuh dan
mengurangi penggunaan pakan. Kualitas benih ikan juga mempengaruhi nilai
FCR karena benih ikan yang baik akan lebih cepat tumbuh dan tidak banyak
penggunaan pakan selama pemeliharaan. Lingkungan pemeliharaan ikan
merupakan faktor utama yang perlu dijaga selama pemeliharaan dikarenakan
lingkungan akan 29 memberikan dampak pada benih ikan selama pemeliharaan,
lingkungan yang baik akan membuat ikan lebih cepat tumbuh karena tidak ada
faktor penghambat yang timbul.

4.2.6. Kualitas Air


Air berperan sangat penting sebagai media hidup bagi ikan maka dalam
budidaya perairan, kualitas air atau media hidup bagi ikan mutlak diperhatikan
demi menjaga kehidupan yang sesuai bagi ikan budidaya. Menurut Boyd (1991)
Pengelolaan kualitas air merupakan suatu usaha untuk mengusahakan dan
mempertahankan agar air tersebut tetap berkualitas dan dapat dimanfaatkan untuk
budidaya ikan. Penurunan kualitas air dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kematian. Beberapa parameter penting
yang perlu dikontrol, yaitu : suhu, pH, oksigen terlarut atau dissolved oxygen
(DO). Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan berkisar 25,3 – 30,7 oC, telah
sesuai dengan suhu yang optimal bagi pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan
benih ikan lele dumbo. Sesuai dengan Cahyono (2009) yang menjelaskan bahwa

13
suhu air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan lele
dapat hidup pada suhu air berkisar antara 20 – 30 oC. Suhu air yang sesuai akan
meningkatkan aktivitas makan ikan, sehingga menjadikan ikan lele dumbo cepat
tumbuh. Peningkatan aktivitas makan pada benih ikan diduga dipengaruhi oleh
kinerja metabolisme ikan yang baik dan membuat kebutuhan nutrisi yang cukup
untuk mengganti energi yang terbuang, hal ini yang membuat laju pertumbuhan
ikan yang cepat. Hal ini sesuai menurut Madinawati (2011) yang menjelaskan
bahwa suhu air yang sesuai akan meningkatkan aktivitas makan sehingga ikan
menjadi lebih cepat tumbuh. Suhu air yang melebihi kisaran akan sangat
membahayakan kehidupan benih ikan lele. Jika suhu lebih rendah, aktivitas dan
nafsu makan ikan akan berkurang sehingga mengakibatkan pertumbuhan ikan
menjadi terhambat. Menurut Murugaian (2008) kenaikan suhu dapat
menimbulkan berkurangnya kandungan oksigen sehingga dapat menimbulkan
stres pada ikan akibat kerusakan insang karena ikan berusaha menyesuaikan suhu
tubuhnya dengan suhu sekitarnya.
Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen
akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Kisaran pH air
yang terukur selama pemeliharaan berkisar 7,2 – 8,3 merupakan nilai pH air yang
optimal bagi ikan lele dan sesuai menurut Barus (2002) nilai pH air yang ideal
bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 6,5 sampai 8,5.
Sebagaimana dinyatakan oleh Khairuman, et al. (2008), umumnya ikan lele dapat
hidup di perairan dengan pH air berkisar antara 6,5 - 8.
Penurunan pH air diduga disebabkan kurangnya kandungan oksigen
terlarut dalam air karena proses fotosintetis yang terganggu oleh cuaca pada
tempat penelitian yang berubah-ubah dari panas ke hujan, dan sebaliknya dari
hujan kepanas. Menurut Izzati (2011) menyatakan perubahan pH air ditentukan
oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi dalam ekosistem. Fotosintesis memerlukan
karbondioksida yang oleh komponen autotrof akan dirubah menjadi
monosakarida. Penurunan karbondioksida dalam ekosistem akan meningkatkan
pH pada perairan tersebut. Sebaliknya proses respirasi dalam ekosistem akan
meningkatkan jumlah karbondioksida, sehingga pH air menurun. Perubahan pH
air dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga mudah terserang penyakit,
dan secara tidak langsung rendahnya pH air dapat menyebabkan kerusakan pada
kulit ikan sehingga memudahkan infeksi oleh patogen.
Oksigen terlarut merupakan satu parameter kualitas air yang sangat
penting bagi selurah organisme perairan dalam kehidupannya, pernapasan akan
terganggu bila oksigen terlarut kurang dalam perairan. Kadar oksigen terlarut 5,2
– 9,6 mg/l selama pemeliharaan menunjukkan kadar yang optimal bagi
pertumbuhan ikan lele, dimana oksigen sangat diperlukan untuk pernapasan dan
metabolisme ikan. Menurut Cahyono (2009) kandungan oksigen terlarut dalam air
yang ideal untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan lele adalah diatas 32 4 mg/l .
Ikan membutuhkan jumlah oksigen yang cukup agar dapat bertahan hidup disuatu
perairan, kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat

14
menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup seluruh aktivitas ikan
seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi bahkan tingkat kelulushidupan
ikan.
Pakan yang terakumulasi di dalam wadah pemeliharaan, akan
menyebabkan kadar oksigen terlarut menurun. Penurunan kualitas air juga dapat
diakibatkan karena jumlah pakan yang diberikan berlebihan sehingga
mengakibatkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Pengeringan kolam
serta pembersihan sisa pakan secara menyeluruh yang ada pada kolam setiap kali
selesai satu periode perlu dilakukan untuk mengurangi zat-zat yang bersifat toksik
bagi ikan yang dipelihara.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan Praktikum pembesaran ikan lele (Clarias sp) yang dilakukan
praktikan mulai dari pembesaran sampai pemanenan telah dilaksanakan
dengan baik dan secara berkelanjutan. Dapat disimpulkan dari hasil kegiatan
pembesaran lele perlu persiapan yang matang, mulai dari persiapan wadah
sampai pada tahap pemanenan. Denganmelakukan prosedur yang benar
dalam pembesaran ikan lele, maka kita akanmendapatkan hasil yang
optimal. Faktor yang paling berpengaruh terhadappembesaran ikan lele
adalah pemberian pakan dan frekuensinya. Sedangkan untukkualitas air tidak
begitu beRpengaruh, karena lele tahan terhadap kondisi ekstrem.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dauhan R. E. S, E. Efendi. Suparmono. 2014. Efektifitas sistem akuaponik dalam


mereduksi konsentrasi amonia pada sistem budidaya ikan. Jurnal rekayasa
dan teknologi budidaya perairan. 3 (1) : 297–302.
Effendi, H., B.A Utomo, G.M Darmawangsa, R.E Karo-karo. 2015. Fitoremediasi
limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) dengan kangkung (Ipomea
aquatica) dan pakcoy (Brassica rapa chinensis) dalam sistem resirkulasi.
Ecolab, 9 (2) : 47–104.
Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Analisisdan data pokok kelautan dan
perikanan menurut provinsi tahun 2012. Pusat data, statistik dan informasi
sekretariat jenderal kementrian kelauan dan perikanan, Jakarta
Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., dan Haditomo, A. H. C. 2012. Aplikasi teknologi
akuaponik pada budidaya ikan air tawar untuk optimalisasi kapasitas
produksi. Jurnal saintek perikanan. 8 (1) : 46-51.
Zenneveld, N,. E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya
ikan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Berternak Lele Sangkuriang. Jakarta. PT
AgroMedia Pustaka.
Cahyono, B. 2009. Budidaya lele dan Betutu (ikan langka bernilai tinggi).
Pustaka Mina. Jakarta.
Bidayani, E. 2007. Analisis Usaha Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Hasil Substitusi Pelet dengan Usus
Ayam di Kolong Bekas Penambangan Timah.. Aquatik jurnal sumberdaya
perairan volume 1. Edisi 1.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Laporan Tahunan Departemen
Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Bangka Tengah.
Hernowo dan Rahmatun, S. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele di
Pekarangan, Sawah, dan Longyam. Jakarta : Penebar Swadaya.
http://seputarperikanan.blogspot.com/2012/03/p engertian-kolam-terpal.html.
Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Ikan Lele Dumbo. Cetakan ke 6. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.

17
LAMPIRAN

Gambar Identivikasi penyakit Ikan

Gambar pengkuran pH air

18
Gambar pergantian air kolam

Gambar sampling bobot ikan

19
20

Anda mungkin juga menyukai