Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) sebagai ikan konsumsi merupakan
salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat. Ikan lele
sangkuriang banyak diminati konsumen karena rasa dagingnya yang enak dan gurih
serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Permintaan konsumsi ikan lele
Sangkuriang dari tahun ke tahun cenderung meningkat terutama di kota-kota besar,
seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung (Khairuman, 2002).Ikan lele sangkuriang
diperkenalkan oleh Usaha Kelompok Budidaya Pokdakan Budidaya Air Tawar (UKBP)
pada Tahun 2014.Namun ternyata ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan lele yang
berasal dari Afrika.Mulanya ikan lele dumbo pertama kali diekspor dari Taiwan pada
1985.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan adalah
ketersediaan benih yang berkualitas tinggi yang akan memacu perkembangan budidaya
perikanan dengan cepat (Murtidjo,2001).Usaha pembenihan merupakan ujung tombak
keberhasilan kegiatan budidaya ikan, sebab usaha pembenihan dapat mensuplai benih
terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap musim tanam. Dalam kegiatan budidaya
pembenihan memiliki posisi sangat penting dikarenakan kelangsungan hidup suatu
benih dan keberhasilan dalam usaha pembesaran ikan. Maka, dalam pelaksanaan usaha
pembenihan ikan bukan hanya ditentukan oleh daya ukur sumber daya hayati tetapi juga
harus diimbangi dengan kemampuan pengelola (Suseno, 1999).
Proses pemijahan lele Menurut Nguntoronadi (2008), dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang digunakan untuk melakukan pemijahan. Kondisi lingkungan yang
kondusif untuk pemijahan penting dilakukan, tetapi juga harus mempertahankan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemijahan ikan lele, terutama pada suhu
lingkungan. Permasalahan yang sering timbul dalam budidaya lele adalah penyakit,
terutama pada ukuran benih. Penyakit merupakan salah satu faktor penghambat
keberhasilan budidaya, karena selain dapat menurunkan kualitas produk, juga dapat
menyebabkan kematian massal. Salah satu cara yang sering digunakan pembudidaya
ikan untuk menanggulangi penyakit ikan adalah dengan penggunaan bahan kimia.
Namun, penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak
negatif, yaitu resistensi patogen dan berdampak buruk bagi lingkungan, contohnya
degradasi lingkungan, bahkan berdampak pada kesehatan konsumen (Alifuddin, 2002).

1.2 Tujuan
Kegiatan KPA yang dilaksanakan di Nitneo, Burean Amarasi Selatan bertujuan
untuk :
1. Mengetahui dan memahami Teknik Pembesaran Ikan Lele secara baik
2. Mengetahui kendala dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam kegiatan
Pembesaran Ikan Lele
3. Mengetahui analisis usaha budidaya Pembesaran Ikan Lele
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Lele Sangkuriang


2.1.1 KlasifikasiLele Sangkuriang
Lele sangkuriang (Clarias sgariepinus) menurut kordi, (2010) adalah sebagai
berikut:
Filum :Chordata
Subfilum : Pisces
Klass :Teleostei
Subklas : Ostariophysio
Ordo : Siluroidae
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Lele sangkuriang


(Sumber: Life trubus.id)

2.1.2 Morfologi Lele Sangkuriang(Clarias gariepinus)


Lele Sangkuriang (clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan lele
dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum ikan lele sangkuriang dikenal
sebagai ikan atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik
serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. ciri khas
dari ikan lele sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar
mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut
maxiral/rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).
Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor
ketika mencari berenang dan sebagai mencari makanan. Sirip dada lele sangkuriang
dilengkapi dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahankan diri.
Ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan
lainnya. Seperti ikan mas, gurami, tawes. Alat pernapasan lele sangkuriang berupa pada
insang yang berukuran kecil sehingga lele sangkuriang sering mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Akibatnya lele sangkuriang sering mengambil
oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat pernapasan tambahan terletak di rongga
insang bagian atas, alat berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tujuk
pohon rimbun yang biasa disebut ‘arborescent organ’. Memudahkan berenang, lele
sangkuriang (Clarias gariepinus vas) dilengkapi sirip tunggal dan sirip berpasangan.
Sirip tunggal adalah sirip punggung dan dan sirip ekor. Sedangkan sirip berpasangan
adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil (Khairuman dan
Amril, 2009).
2.2 Teknik Pembesran Ikan Lele Sangkuriang
2.2.1 Persiapan Media
Pembersihan kolam tersebut menggunakan sikat dan spons dengan cara dinding
dan dasar kolam digosok dengan menggunakan sikat dan spons, kemudian dibilas
menggunakn air tawar. Hal ini sesuai pendapat Amina (2010). Yang menyatakan
pembersihan kolam dilakukan dengan cara menggunakn sikat dan spons agar tidak lagi
mikroganisme yang masih melekat di dinding maupun dasar kolam.
Pengeringan kolam di lakukan dengan membuka pintu air sampai kolam kering
setelah kolam kering, kolam kemudian di bersikan menggunakan serok untuk
membuang sisa-sisa kotoran, setelah itu dilakukan sterilisai kolam menggunakan kaporit
60% yang di larutkan dengan air, dengan takaran kaporit ¼ember, kemudian kaporit di
tebar meratah ke seluruh kolam berfungi untuk membunuh benih-benih dan pathogen
yang tersisa, setelah proses sterilisasi selanjutnya kolam diisi air kembali.

2.2.2 Seleksi induk


Dalam pemilihan induk lele harus diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas telur yang kan dihasilkan dalam pemijahan yang akan
dilakukan. Persyaratan reproduksi induk lele sangkuriang anatar lain umur minimal
dipijahkan 1 tahun, berat 0,70-1,0 kg dan panjang standar 25-30 cm. Sedangkan untuk
induk jantan ikan lele sangkuriang antara lain, umurnya 1 tahun, berat 0,5-75 kg, dan
panjang standar 30-35 cm (Setya dan Agung, 2012).Pemeliharaan induk dilakukan pada
bak pemeliharaan induk yang telah disiapkan sebelumnya. Selama pemeliharaan, induk
leleSangkuriang diberi pakan megami dengan kandungan protein 44-46%. Frekuensi
pemberian pakan dua kali sehari pagi dan sore hari dengan dosis pemberian pakan
sebanyak 1-2 % dari biomassa dalam rentang waktu tertentu. Kriteria induk jantan dan
betina yang berada dalam masa produktif (siap untuk dipijahkan) antara lain:
a. induk berusia ± 8 s/d 30 bulan.
b. berat induk berkisar antara 1,2 s/d 4 kg.
c. Bentuk tubuh normal, tidak ada kelainan dan dalam kondisi sehat
.

Gambar 2. Ciri-ciri induk matang gonad


Sumber. www. Deskgram.net

1. Induk Betina
a. Alat kelamin agak menonjol dan berwarna merah tua s/d abu-abu. Terkandang titik
telur berwarna hijau mudah dalam alat kelamin bagian atas pada lele yang tidak
dipijahkan secara rutin.
b. Perut buncit, dan jika dipegang terasa kenyal.
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
2. Induk Jantan
a. Alat kelamin berwarna merah tua atau abu-abu
b. Jika bagian perut ditekan, akan keluar cairan sperma berwarna putih
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri. Dalam
kesehariannya, jika sudah matang gonat, gerakan penjantan akan terlihat lebih
agresif.

2.2.3 Penebaran benih


Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disuciamakan dulu dengan
merendamnya didalam larutan air garam dengan dosis 2-5 ppm selama 5-10 menit.
Penebaran benih hendaknya di lakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua kondisi ini
umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu
besar.Menurut Kadarini (2010), menyatakan bahwa padat penebaran benih selain bisa
menyebabkan kompetisi ruang gerak dan perebutan oksigen terlarut. Jika perbedaan
suhu air wadah benih air kolam tebar cukup signifikan,maka perlu di lakukan upaya
penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap terlebih dahulu agar benih tidak stres
saat ditebar.
Kedalaman kolam air tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dengan
ukuran benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari
secara langsung.Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam.
Cara yang sering dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke
dalam kolam tebar secara hati-hati,perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat
kesempatan beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam sedini mungkin
meskipun masih berada dalam wadahnya.Kemudian benih ikan dibiarkan keluar dengan
sendirinya dari wadah secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar.

2.2.4 Pertumbuhan ikan lele sangkuriang


Pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang atau bobot ikan dalam kurun
waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, jumlah ikan, suhu, umur dan
ukuran ikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas
pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Effendi,1997).
Ikan yang berukuran kecil memerlukan energi yang lebih besar dari pada ikan yang
lebih besar dan mengkomsumsi pakan relatif lebih tinggi berdasarkan persen bobot
tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan
makanan sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan,
serta ruang gerak (Gusrina, 2008)

2.2.5 Manajemen pakan


Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan.
Menurut Perius (2011), pakan merupakan sumber materi dan energi untuk menopang
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan namun di sisi lain pakan merupakan
komponen terbesar (50-70%) dari biaya produksi.Menurut (Darwisito, 2018),
Pemeberian vitamim E dengan dosis 150 mg/kg pakan bisa memberi kendali terhadap
perkembangan kelenjar kelamin, fekunditas, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup
larva. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual ikan hasil
budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap pembudidaya ikan. Oleh
karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan alami yang murah serta mudah
dijangkau terus dilakukan agar dapat mengurangi biaya produksi.

2.2.6 Manajemenkualitas air

Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan


lele, variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat fisika air
meliputi suhu, kekeruhan dan warna air sedangkan sifat kimia air itu seperti kandungan
oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas. Sifat biologi meliputi jenis dan
jumlah binatang air, seperti plankton yang hidup suatu perairan.Pada saat kisaran suhu
berada diatas rata-rata maka dapat memepengaruhi perkembangan telur, aktivitas enzim,
dan kerusakan pada periode awal perkembangan protein sitoplasma telur (Nurasni,
2012).
Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia yang berasal dari sumbernya, seperti
sungai atau saluran irigasi untuk mengisi dan mengairi kolam. Jumlah air yang di
butuhkan atau air yang mengairi kolam tersebut dikenal dengan istilah debit air. Debit
air yang dibutuhkan untuk budidaya ikan lele adalah 10 liter per menit.Kepadatan dan
keragaman plankton (fitoplankton dan zooplankton), mikro dan makrobenthos.
Upaya pengelolaan lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mendukung
kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan cara diantaranya melakukan kegiatan
pemantauan kualitas air atau pengelolaan kualitas air dan kesehatan ikan secara
bersama-sama. Pengelolaan kualitas air yang kontinyu merupakan faktor eksternal lain
yang menentukan keberhasilan usaha budidaya, karena berkaitan yang erat antara
lingkungan perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit pada organisme air
tawar yang dipelihara. Dengan demikian pengelolaan lingkungan budidaya akan
menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha budidaya.
Lingkungan perairan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan
fisiologis dari alat-alat tubuh ikan, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi
ikan. Bila terjadi perubahan/ketidakseimbangan dapat menimbulkan penyakit. Lele
dikenal mampu hidup dalam air yang kualitasnya rendah, namun budidaya lele lebih
berhasil apabila kualitas air kolam juga baik. Kondisi yang ideal bagi kehidupan lele
adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–26°C. Kandungan O2 yang terlalu
tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya.
Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian
(Nurrasni, 2012).

2.2.7 Pengendalianhama dan penyakit


Hama dan penyakit ikan lele banyak ragamnya, beternak lele tanpa
memperhitungkan resiko serangan hama dan penyakit akan membawa
malapetaka.Serangan hama dan penyakit ikan lele bisa dihindari dengan memperbaiki
manajemen budidaya (Prihartono, 2001). Namun meskipun begitu, tetap saja masih ada
faktor eksternal yang tidak bisa dihindari sepenuhnya. Banyak hal-hal tidak terduga
yang bisa terjadi ketika kita membudidayakan ikan lele.Sumber hama dan penyakit ikan
lele dari faktor internal, antara lain pengaturan pakan yang tidak tepat, bensih yang
membawa bibit penyakit, sampai pengaturan air yang buruk. Sedangkan dari faktor
eksternal antara lain iklim, cuaca, sumber air, serangan wabah regional dan lain
sebagainya.

2.2.8 Panen
Panen ikan lele sangkuriang dapat di lakukan dengan cara panen sortil atau
dengan panen sekaligus. Panen sortil adalah dengan memilih ikan yang sudah layak
untuk di konsumsi/sesuai dengan keinginan pasar,kemudian ukuran yang kecil di
pelihara kembali.Panensekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat
di panen semua dengan ukuran yang sesuai keiginan pasar. Menurut (Prihartono, 2000),
larva lele sangkuriang umur satu minggu telah siap unntuk dipanen.Selama kegiatan
pemanenan perlu adanya perlakuan tertentu karna lele sangkuriang merupakan jenis
ikan yang tidak bersisik, tetapi tubuhnya berlendir.Oleh karna tidak bersisik maka
tubuhnya sangat mudah mengalami lecet dan luka.Lecet atau luka pada ikan lele
sangkuriang dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan, cara
panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang tepat.
111. METODE PRAKTIK

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja Praktik Akhir tentang Pembesaran Ikan Nila pada tanggal 20 Maret 2021
diNutneo, Amarasi Selatan,Oleh Taruni semester enam Jurusan Teknik Budidaya
Perikanan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

3.2 Analisis Teknis Pembesaran


a. Avarage Body Weight
Perhitungan berat rata – rata Avarage Body Weight sebagai berikut :

Bobot Total
ABW =
Jumla h Ekor

b. Average Daily Growth (ADG)

Perhitungan laju pertumbuhan (ADG) diukur dengan melakukan pengambilan dan


pengukuran ikan pada saat awal dan akhir melakukan penelitian. Perhitungan laju
pertumbuhan harian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hariati (1989), sebagai
berikut:

Wt−Wo
ADG= X 100 %
t

Keterangan:

ADG = Laju pertumbuhan harian (%)


Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
Wo = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
T =Lama Waaktu Pemeliharaan (hari)

c. Survival Rate (SR)


Survival rate (SR) adalah presentase jumlah tiram mutiara yang hidup pada akhir
pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah tiram mutiara pada awal pemeliharaan
(Augusta & pernando 2019). Menurut Alamsjah (2013) kelulusan hidup dapat dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:

Nt
SR= X 100
No

Keterangan:

SR = Tingkat kelulusan hidup ikan (%)


Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan di awal penelitiian (ekor)

3.3 Analisis Usaha


Analisa usaha sederhana dibuat untuk mengetahui semua biaya selama proses
pembesaran Ikan Lele, biaya untuk pembelian obat-obatan, hingga masa panen. Analisa
usaha sederhana ini dapat juga untuk mengetahui Laba Rugi, Revenue Cost Ratio, dan
Payback Period.

a. Laba/Rugi
Analisis Laba Rugi adalah laporan yang berisi tentang penerimaan pengeluaran
dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi
(Athirah et al. 2018). Perhitungan laba/rugi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Laba / Rugi = Total Penjualan (Rp) – Biaya Investasi

b. Revenue Cost Ratio


Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) atau rasio penerimaan terhadap biaya total
(Athirah et al. 2018). Perhitungan R/C Ratio dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

R / C = TR / TC

Keterangan:
R/C > 1, usaha budidaya telah layak;
R/C = 1, impas;
R/C < 1, tidak layak
c. Payback Period
Payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh biaya yang digunakan
dalam kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai
manfaatnya (Tristianni 2015). Perhitungan payback period dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

Nilai Investasi
Payback Period =
Kas Masuk Bersih
DAFTAR PUSTAKA

Ardyanti R, Nindarwani D.D, Sari A.P, dan Sari W.D.P. 2017.Menajemen Pembenihan
Lele Mutiara (Clarias sp.) dengan Aplikasi Probiotik. Journal of Aguaculture
and Fish Health Vol. 7 No.2.

Ariyati R.W, Chilmawati D, Sarjito 2015. IbM Kelompok Pembenihan Lele. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Abstrak, edisi 53-55.

Alifuddin. 2002. Imunostimulan pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1


(2) : 87-92 hlm.

Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Trobos. Jakarta.
Agustus 80-81hlm.

Effendi. 2003, dalam Rachmati Diana, Samidjan Istiyanto, dan Setyono Heryoso,
2015.Jurnal Menajemen Kualitas Air Media Lele dumbo (Clarias gariepinus)
dengan teknik Probiotik Pada Kolam Terpal. Semarang. Vol 12.

Goddard. 1996. Feed Management in Intensive Aguacilture. Chapman and Hall. New
York.

Himawan. 2008. Budidaya Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus).


http:/IndoneisaIndonesia.com/f/18253-budidaya-lele-sangkuriang-clarias-
sp/.11.30.23.Juni 2012 in Agriculture, New Yourk : CAB Internasional, 1997.
(diakses 1 april 2019) 1 : 1 kolom.

Khairuman danAmri. 2008 Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Komsumsi. Agro Media
Pustaka. Jakarta.

Lukito, A. M. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.

Mahyudin. 2007. Paduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.

Nasrudin, 2010. Jurus Sukses Beternak Lele dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nguntoronadi. 008. Wonogiri Bersinergi.<nguntoronadi.wonogiri.org>. Diakses pada


tanggal 2 Maret 2016.

Puslitbang Perikanan Departemen Pertanian . 1992. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan


Lele. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHP/KAN/PT/ 1992. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai